Anda di halaman 1dari 6

Disusun Oleh :

Nama : Atika Rahmah

NIM : 0305212086

Kelas/Sem. : PMM-2/III

Hari/Tanggal : Rabu, 30 November 2022

Tugas Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Budiman, M.Pd

Penyesalan Yang
Indah
Oleh : Atika Rahmah

Apa jadinya kalau sesuatu yang ingin kamu tuju, kini malah menutup pintunya untuk
mu ?. Kini ia tidak lagi ingin menjadikan mu tujuan atau bahkan mungkin sudah menjadi
tujuan orang lain. Lantas apa ?, apa yang ingin kamu lakukan ?, ataukah mengikhlaskan
sebelum menggenggam ?, atau terus menggenggam sesuatu yang bahkan akan membuat mu
berdarah ?.

Balik lagi bersama-sama kita mengudara, ceritain sesuatu yang udah saya bilang di
cerpen sebelumnya, ini adalah sesuatu yang sangat saya tunggu-tunggu, sesuatu yang sudah
bersarang di kepala saya, sejak dua bulan yang lalu, tapi baru saya ngertiin akhir-akhir ini.
Menyenangkan memang, tapi agak sedikit berat ya.
Saya harap semoga kalian sudah menyiapkan segala sesuatunya, bukan tisue, maksud
saya seperti minuman mungkin, cemilan atau snack-snack yang kalian suka. Karena kita akan
sama-sama menjelajah, meskipun agak sedikit mention masa lalu, tapi enggak apa-apa,
bukankah itu yang perlu diluruskan ?.

Jujur, saya pengen banget cerpen kali ini bisa juga jadi self half untuk kalian. Mention
tentang masa lalu, saya jadi pengen nanya, udah berapa banyak sih ?, udah berapa banyak
masa lalu yang kamu sesalin ?, yang kamu tangisin ?, yang bahkan selalu kamu kutuk biar
enggak terulang lagi, yang bahkan mungkin selalu dan selalu kamu mengira seakan dia bisa
balik lagi.

Enggak usah berlama-lama, bertemu lagi bersama saya di cerpen minggu ini. Saya
senang banget, senang Rabu ini saya bisa menulis cerita lagi. Jadi hari ini, saya bisa nemenin
kalian lagi deh. Kalian apa kabar ?. Harapan yang akan selalu sama, disana, di mana pun
kalian berada, di mana pun kalian sedang membaca cerpen ini, dalam hati kalian menjawab
pertanyaan saya tadi. "Tentu saja sedang baik", hehe semoga saja ya.

Jujur, ini berbeda dengan cerpen-cerpen sebelumnya. Saya lebih bersemangat, karena
topik kali ini berusaha untuk membawa saya ke ruang yang lebih ceria dan ruang yang lebih
terang daripada ruang sebelumnya.

Oh, ya, di akhir bulan November ini udah berapa banyak hati Yang terpatahkan ?,
sudah berapa banyak tetes air mata yang jatuh tiba-tiba ?. Oh, iya, satu pertanyaan saya untuk
kamu, capek enggak sih ?, capek enggak sih balik lagi jatuh ke fase yang diulang-ulang
lagi ?. Hm ..., kalau saya sih, capek ya. Makanya, untuk menghilangkan rasa capek itu saya
ngertiin tulisan-tulisan saya, isi kepala saya yang bersarang di akhir-akhir ini, dan saya harap
semoga apa yang bikin saya capek dan sekarang udah enggak bikin saya capek lagi, dengan
cerita ini ditulis saya bisa bagiin segala sesuatunya untuk kalian.

Untuk hari ini, judul yang akan sama-sama kita bahas adalah "Penyesalan yang
Indah". Gimana baru dengar judulnya ?, mungkin kalian udah bakal mikir "oh, iya juga ya,
memangnya ada penyesalan yang indah ?, memangnya ada penyesalan yang dapat dilakukan
dengan baik-baik aja ?". Tentu saja ada. Mungkin selama ini kita dibutakan sama penyesalan-
penyesalan yang selalu berhubungan ke arah-arah yang negatif, ke arah-arah yang bikin kita
sakit, yang bikin kita kecewa, yang bikin kita terpuruk, yang bikin kita hancur. Enggak,
enggak gitu. Ada juga kok, penyesalan-penyesalan yang indah, yang mungkin cuma bisa kita
lihat kalau kita pakai dua sudut pandang. Jadi, kalau dalam sosiologi kita tuh pakai dua
kacamata. Enggak cuma kacamata, untuk memperjelas bayangan, tapi juga pakai kacamata
seperti sun blessed, yang bisa melindungi mata dari matahari.

Jadi, ada dapat dua bayangan tuh, antara meneduhkan dia bisa menjelaskan benda-
benda yang kita lihat. Jadi, di dalam sosiologi itu, saya terbiasa untuk melihat segala
sesuatunya dengan dua sudut pandang. Enggak hitam, enggak putih, tapi juga abu-abu. Nah,
sama kayak disini, penyesalan itu enggak selalu tentang hal-hal yang buruk, ternyata setelah
saya pakai sudut pandang ada loh hal yang baik yang bisa kita ambil.

Hey, kamu apa kabar ?. Bodoh sekali memang diri ini masih menanyakan bagaimana
kabar mu. Padahal diri sendiri sedang tidak baik-baik saja dan berusaha untuk sembuh. Hey,
kamu apa kabar ?. Sudah berapa hati yang kamu patahkan setelah kepunyaan saya ?. Semoga
itu sema tak terjadi lagi ya. Disini biarlah saya yang jadi korban terakhir mu. Hey, kamu apa
kabar ?. Tidakkah ada sedikit pun rasa ibah dan rasa bersalah atas semua yang telah kamu
perbuat ?. Semoga jawabannya adalah kamu selalu baik. Tak usah kembali, tak apa. Saya
juga tidak berharap demikian kok. Luka ini memang cukup parah, memang terkadang suka
lupa waktu, dan masih ingin berdarah, tapi enggak apa-apa. Luka ini sudah menemukan
sudah obatnya, dan saya bisa menyembuhkan sendiri.

Dari kamu saya belajar, ada kalanya memang berhenti mengejar, berhenti menahan
rasa sakit sendirian. Jikalau dua insan yang tadinya saling membahagiakan, tapi pada
akhirnya saling menyakitkan, hey !, sayang sekali !. Untuk apa buang-buang waktu, untuk
apa terus-menerus dipertahankan, kalau pada akhirnya yang berjuang cuma sendirian. Hey !,
kamu bertanggung jawab atas bahagia mu sendiri, begitu pun dengan saya. Saya bertanggung
jawab atas kebahagian saya sendiri juga. Maaf, maafkan saya yang menyerah. Tapi memang
ada alasan apa untuk saya bertahan ?, tidak ada kan ?.

Dari dia, saya belajar tentang terkadang ada beberapa hal yang cuma bisa kita
kagumin, tanpa bisa kita miliki. Iya, banyak hal yang bisa kagumin tanpa kita bisa petik.
Seperti, cita-cita kita yang dari kecil ingin memetik bintang. Ya ..., mau sampai kapan pun,
bintang itu enggak bakal tetap tercapai kan ?. Dia bakal selalu menggantung di atas sana, di
langit.

Untuk kalian yang membaca, penyesalan pasti akan selalu datang, setelah atau
sebelum menyelesaikan sebuah cerita, entah mereka yang sudah dimulai, entah bahkan yang
mungkin belum dimulai sama sekali, yang belum dimulai, mungkin kalau lihat dia sama yang
lain bakalan bilang hm ... "seharusnya yang di sana itu saya". Coba waktu itu, saya bisa lebih
berani untuk ungkapin isi hati, coba kalau waktu itu saya enggak buang-buang waktu, coba
kalau waktu itu saya enggak boleh insecure sama diri saya sendiri, coba kalau waktu itu
meskipun dengan tangan kosong saya berani jujur untuk ungkapin perasaan aku saya, saya
berani untuk ngadepin semuanya, konsekuensinya, entah bakalan ditolak, entah bakalan
dipermalukan, atau apa pun itu yang terpenting dicoba dulu.

Dan yang udah pernah memulai tapi harus selesai, entah di tengah jalan, atau entah
berakhir tiba-tiba, atau entah dengan perpisahan yang tanpa aba-aba, mungkin kalian bakal
bilang "coba saya bisa lebih belajar untuk bersabar dalam mempertahankan sebuah
hubungan".

Banyak orang yang bilang, penyesalan terlalu lama itu enggak baik. Jadikan bikin kita
lupa bahwa kita masih punya cita-cita, kita masih punya banyak hal yang harus dikerjakan di
depan mata, enggak apa-apa ya, enggak apa -apa, karenakan enggak semua cerita harus kamu
yang jadi tokoh utamanya.

Terkadang, kita perlu mundur, satu atau dua langkah untuk ambil jarak, untuk lihat
semuanya dengan lebih jelas, atau mungkin pernahkah kamu berpikir demikian ?.
Kepergiannya dia dari cerita hidup kamu itu adalah jadi semacam perlindungan, agar kamu
enggak lagi ngerasain sakit yang sama, agar kamu bisa sayang sama diri kamu sendiridan
agar kamu enggak lagi terjatuh dalam lubang yang sama. Bisa jadi kan ?. Makanya, Tuhan
membiarkan dia pergi, karena Tuhan sayang kamu, karena semesta juga pengen lihat kamu
tersenyum, lihat kamu tertawa.

Saya jadi ingat, waktu itu udah banyak usaha yang saya lakukan buat ngejar dia,
enggak terhitung banyaknya, enggak terhitung banyak puisi yang dia enggak baca, walau pun
saya terus menulis, dan buat saya sadar bahwa ya ... mau serapa besar usahanya mungkin
bukan dia orangnya, mungkin kalau misalkan saya berhenti, dan saya coba untuk lebih
sayang sama diri sendiri, saya bakal nemuin orang yang benar-benar tulus nerima saya.
Karena saya juga enggak bisa maksain hatinya, semua masih ada di haknya, enggak apa-apa
kok, mungkin di awal emang menyakitkan, terima penolakan, terima kata tidak, terima kata
"sebaiknya kita temanan aja deh", mungkin memang menyakitkan, tapi kalau untuk saya,
saya lebih memilih untuk menyakitkan di awal daripada menyenangkan di awal, dan pada
akhirnya bikin sakit di akhir, seperti misalnya, kamu dicintai dengan rasa kasihan doang, itu
bakal lebih sakit.

Jadi, kalau misalkan kamu nyesal akan sesuatu yang seperti saya tuliskan tadi,
"harusnya bisa sama-sama", "harusnya bisa bareng-bareng sampai sekarang". Hehe, dunia itu
luas, masih banyak insan yang bisa kamu temuin, kalau mungkin bukan dia, akan ada banyak
lainnya. Intinya, kamu harus tetap berjalan, kamu harus tetap membuka diri, jangan mau
kamu dibiarkan untuk terus stuck tanpa kepastian apa-apa. Hey, kamu itu bukan barang, yang
menunggu jasa paket untuk diantar dari rumah ke rumah, bukan itu. Kamu itu manusia punya
perasaan.

Jadi, tolong pasti kamu bisa ngertiin kan ?, mana orang yang setia sama kamu, mana
orang yang emang menunggu kamu dengan kepastian dan cita-cita yang jelas, atau juga ada
orang-orang yang cuma bisa suruh menunggu, menunggu dan terus menunggu, ya ... pada
akhirnya menda kebersamaan. Kan jadi buang-buang waktu, kan jadi bimbang dan ngisi
segalanya dengan kegundahan.

Buat kamu, kalau memang saya terlambat, maaf ya. Tapi seharusnya kamu bilang dari
awal, agar saya tidak perlu berlari, tidak perlu menunggu, tidak perlu berharap dan tidak
perlu menghidupi bayang-bayang ilusi mu yang enggak pasti. Saya jadi belajar, enggak
selamanya yang lalu jadi kelabu, enggak selamanya yang kemarin jadi sakit hati yang paling
sulit sembuh. Semua ada obatnya, semuanya ada obatnya yang mungkin memang bukan
sembuhnya sekarang, tapi mungkin nanti.

Dan remember, penyesalan enggak akan berubah jadi apa-apa. Jadi, tolong ya, buat
kalian yang membaca ini, dan begitu juga buat saya, kamu bisa dapatin yang lebih baik,
dengan fokus sama apa yang kamu jalani saat ini, karena kalau kita terus berfokus sama masa
lalu dan masa depan kita bakalan nyia-nyiain sama waktu yang ada di masa sekarang,
bakalan lupa sama orang-orang yang udah peduli di masa sekarang. Alhasil kita jadi
kehilangan pegangan, dan kita jadi nyesal. Padahal kan kita mau bangkit dari penyesalan.

Sesuatu yang baik itu sudah bersiap menanti kamu juga, sesutu yang baik itu
bentuknya enggak cuma perihal seseorang, bermacam-macam kok, seperti penerimaan dari
banyak orang, teman-teman yang baik, orang tua yang perhatian, guru atau dosen yang
bersahabat, tugas-tugas yang sulitnya setengah mati, tapi pada akhirnya kamu mampu buat
ngerjainnya, itu bentuknya, itu yang harus kamu syukuri.
Semua akan ada waktunya kok. Selalu ingat bahwa rencana kita sebaik dan seindah
apa pun itu rasanya akan kalah istimewa dengan apa-apa yang Tuhan racik di atas sana.
Untuk kamu, yang mungkin bertanya "kapankah ?, kapan waktunya tiba", hey !, tunggu saja.
Kamu hanya perlu bersabar dan bersabar, karena Tuhan enggak bakal ingkar janji.

Sembari menunggu, kamu bisa sambil memperbaiki diri dan bisa sembuhin beberapa
luka lama yang perlu sembuh. Mungkin sekian dulu dari saya untuk cerpen kali ini, kalau
misalkan kalian nanya "kok rapih banget pembahasannya ?", karena semuanya udah saya
tulis di atas naskah hehehe.

Anda mungkin juga menyukai