Anda di halaman 1dari 8

RASA YANG TAK PERNAH HILANG

BY : ANGGRIANY PUJIE ASTUTY


19 Desember 2019. 15.03 WITA. Tepat di mana kita berkenalan,
mencoba membuka percakapan dengan kata “HALO”. Hari dimana kita
mulai tukeran nomor whatsapp. Mulai chattingan sampai larut malam,
masih malu-malu, masih suka lama balas pesan. Lucu ya ingat kejadian
itu hehe. Lanjut, dari 19 Desember 2019 sampai aku lupa tanggalnya
hehe maaf, engga pernah absen untuk chattingan, pagi, siang, malam
selalu chattingan. Hari demi hari, waktu demi waktu, menit demi menit
selalu chattingan mulai dari hal-hal yang penting sampai engga penting
sekalipun kita bahas di dalamnya hihi maklumlah basa basi.

Oh iya sebelumnya perkenalkan dulu dong namaku Saskia Azzahra Smith


panggilannya Kia, aku tinggal di Bandung bersama kedua orangtuaku dan
kakakku. Orang yang akan ku ceritakan di cerita kali ini namanya Alvero
Ardiansyah panggilannya Al. Al tinggal di Jakarta hidup rukun dan damai
bersama keluarganya.

Kembali ke laptop. Ternyata kita mempunyai hobby yang sama, yaitu


sama-sama suka nonton horor hehe. Waktu tau sama-sama suka horor
Al engga pernah alpa untuk mengingatkan Kia kalau JurnalRisa udah
tayang episode barunya hihi. Kia dan Al kenalnya lewat sosmed doang,
berlanjut ke whatsapp.

Kia engga bisa mendiskripsikan sifat Al kayak gimana karena jujur kita aja
belum pernah ketemu, mau ketemu tapi engga bisa karena waktu itu
lagi lockdown.

Hari-hari yang Kia dan Al lalui hanya bisa chattingan, telfonan, tanpa
harus bertemu.
Seiring berjalannya waktu, perasaan Kia ke Al semakin hari semakin
menjadi-jadi. Yang awalnya biasa-biasa malah semakin luar biasa. Yang
awalnya cuek malah engga bisa cuek ke Al, yang awalnya engga suka
malah jadi suka, yang awalnya engga sayang malah jadi sayang, yang
awalnya engga cinta malah makin cinta. Keberanian Kia pun pada waktu
itu timbul, Kia harus ngomong ke Al biar Al tau kalau Kia sayang dan
cinta sama Al. Tapi lagi-lagi harus di pendam.

Bersamaan dengan itu diam-diam Kia suka ngestalk akun sosmed Al, dan
semakin di stalk semakin sakit rasanya, tau engga apa yang Kia
dapatkan? Ternyata Al udah punya pacar, langsung down dong Kia pada
saat itu, langsung mundur. Dari situ Kia pelan-pelan harus menjauh dari
si Al, mulai dari balas pesan Al harus singkat, padat dan jelas, harus
mulai belajar lupain Al, harus terbiasa tanpa pesan teks dari Al.

Semua usaha Kia lakukan untuk mendapatkan hati Al sia-sia selama ini,
ternyata Kia sayang dan cinta ke orang yang udah punya orang yang
special. Lantas selama ini apa? (katanya dalam hati) selama ini Al suka
ngasih perhatian lebih ke Kia tujuannya untuk apa? Kata-kata yang
sederhana namun terbaca romantis tujuannya untuk apa? Kenapa sih di
saat Kia udah bener-bener jatuh cinta lagi, udah mau ngebuka hati Kia
untuk cowok lagi malah balesannya kaya gini?

Waktu pun terus berjalan, Kia harus ngelupain Al. Tapi sebelum itu kia
buatkan video untuk Al. Sehabis send video ke Al Kia langsung blokir
semua sosmed Al, biar apa? Biar Kia bisa ngelupain Al, biar Kia bisa
menjalani hidup-hidup Kia dengan semangat lagi, biar Kia engga sakit
hati lagi.

Tapi ternyata itu semua nihil, usaha Kia untuk ngelupain Al semuanya
sia-sia, semakin Kia lupain Al semakin besar rasa ini untuk Al. Kia engga
tau harus bagaimana lagi. Kia capek ada di posisi ini. Sementara itu Al
udah engga pernah ngehubungin Kia lagi, Al udah berubah, Kia tau Kia
salah tapi cinta tak pernah salah, waktulah yang salah. Waktu salah
mempertemukan Kia dan Al disaat Al udah ada yang punya. Entah
sampai kapan rasa ini terus ada, entah sampai kapan perasaan ini makin
menjadi-jadi.

“Awal itu aku pikir dia mempunyai rasa yang sama denganku, tapi
ternyata aku salah besar. Perasaan dia cukup sebatas teman saja.”
Januari 2021.
“Malam ini aneh ya, aneh kenapa? Iya aneh, aneh karena tidak
mendengar suaramu lagi, aneh karena tidak membaca pesan teks dari
kamu lagi, aneh karena tidak di rindukan kamu. Aku rindu kamu yang
dulu, kamu yang selalu mengisi kekosongan hati dan pikiranku. Sekarang
kita kembali seperti sedia kala, kembali menjadi dua orang asing yang
tak saling kenal.”

Sampai sekarang aku masih bingung, bingung bagaimana menunggu


kabarmu, bingung bagaimana lagi caranya agar rasa ini terbalas. Sudah
masuk tahun 2021 rasa ini masih ada. Aku pikir aku bisa menemukan
alasan kenapa akhirnya bisa jatuh hati padamu, tapi nyatanya sampai
detik ini belum ada satu alasan yang menjadi pegangan kuat bagiku. Dari
awal pertemuan sampai hari ini aku masih belum bisa mendeskripsikan
bagaimana dirimu. Aku pun sebenarnya bingung, apakah rasa ini di
biarkan saja mengalir seperti air atau di lepaskan begitu saja, karena
bagiku puncak tertinggi dari mencintai yaitu “Mengikhlaskan”.
Aku minta maaf jika hari ini masih mencintaimu, aku minta maaf jika
masih merepotkanmu dengan perasaan ini. Kalaupun akhirnya kamu tak
pernah tau tentang semua ini atau pura-pura tak mau tau aku hanya
ingin mengucapkan terima kasih, terima kasih karena telah mengizinkan
aku untuk mengenalmu meskipun hanya sebentar saja, terima kasih
tidak pernah merasa di repotkan olehku, terima kasih telah hadir di kala
sinar senjaku telah redup meskipun akhirnya serpihan kenangan yang
tersisa. Tak pernah ada sedikitpun rasa menyesal karena telah
mengenalmu, karena bagiku mengenalmu adalah “Hal terindah yang
ingin aku milikki”. Maafkan aku jika aku terlalu memaksakan kehendak,
jika saja aku bisa mengatur sistematis cara bekerja semesta, pastikan
aku orang pertama yang selalu menekan tombol on/off hati kamu. Tapi
sayangnya, semesta tak sebercanda itu, dia maha tau atas segala
sesuatu dan dia yang tau apa yang terbaik untuk minimatur-Nya.

Setelah di pikir-pikir kayanya emang harus udahan ya? Atau lanjut jalan
terus? Ketika hati di butakan oleh keadaan dan logika di warnai dengan
khayalan maka terciptalah kebingungan. Apa mungkin harus
menyatakan terlebih dahulu agar kamu bisa tau? Tolong beritahu aku
bagaimana caranya agar kamu melirik kearah sini, tolong ajari aku
bagaimana menjadi seseorang yang apatis.

“Maaf kalau aku terlalu memaksa agar rasa yang ku punya di balas
olehmu, terserah kamu mau bilang apa itu hakmu, aku mencintaimu
dengan setulus hati, maka kau pun harus mengetahui tanpa perlu
membalasnya.”

Tau ga apa yang lebih menyakitkan dari ketusuk jarum? Yaitu melihatmu
tertawa bahagia dengan yang lain. Ga tau harus menunggu berapa lama
lagi, lagi-lagi aku terjebak di ruangan yang tujuannya menuju kamu.

Aku ingin menanyakan satu hal padamu, sebenarnya tujuanmu


mendekati aku itu apa? Mau menambah list pertemanan atau
menambah list korban ghosting? Bisa-bisanya aku terjebak terlalu lama
di ruang ini. Entah sampai kapan… sampai kapan rasa ini terus ada.

Kalau kamu meminta aku untuk belajar melupakanmu maaf aku tak bisa,
itu bukan tugasku. Tugasku ialah mencintaimu sampai benar-benar kata
mundur harus digunakan, jika sudah harus di gunakan tolong doakan aku
agar bisa melepasmu dengan ikhlas.
Tak tau ini tulisan yang keberapa, terlalu banyak ceritamu padahal kenal
saja belum begitu lama. Bukankah suatu keajaiban? Bahwa aku bisa
membuktikan makna dari “Cinta tak butuh alasan”.

Dengarkan aku ya, ada beberapa kata yang ingin aku sampaikan. Kamu
tau ga? “Ada segudang rindu yang tak bisa disampaikan, ada segudang
air mata yang tak bisa ditahan lagi. Bagaimana kabarmu yang di Ibukota?
Sudah bisakah kau balas pesan teks dariku? Satu-satunya cara agar rasa
ini terbalas olehmu saat ini yaitu “Merayu pada sang pemilik langit dan
bumi di sepertiga malamya”. Bisakah kau izinkan aku bergabung dengan
masa depanmu, agar rasa ini terbalas?
Maaf aku terlalu memaksa agar rasa yang ku punya di balas olehmu.
Pada akhirnya kita hanya perlu mengikhlaskan apa yang tidak di
takdirkan untuk kita, dan semoga di gantikan dengan orang yang lebih
baik lagi. Terima kasih Januari sudah meluangkan waktu untuk
menemani dan mengajarkan aku apa itu ikhlas.

“Semoga selalu diberi kekuatan, kesehatan, cinta, kasih sayang,


perhatian, dan kesabaran untuk hidup ini”.
Februari 2021.
“Pagi ini 04.30 aku bangun lebih awal, menikmati udara subuh yang
membuat tubuhku segar. Sembari menikmati anugerah dari Tuhan ku
panjatkan doa yang isinya masih ada namamu. Bagaimana denganmu
yang di IbuKota? Apakah sudah mempunyai rasa denganku? Ataukah
sebaliknya? Ah sudahlah diriku terlalu memaksakan kehendak. Aku
minta maaf jika sudah lancang mencintaimu, aku minta maaf jika
mencintaimu dalam diam. Aku harap kamu mengerti posisiku sekarang.”

Hai Al, apa kabar? Tak terasa sudah 2 tahun berlalu ya, banyak kejadian
yang tak pernah aku sangka-sangka belakangan ini. Kejadian yang
membuat aku mengerti kenapa sampai saat ini kamu tak pernah balas
rasa ini. Kejadian yang membuat aku paham bahwa diluar sana masih
ada jutaan orang yang sangat membutuhkan aku, yang sangat khawatir
tentang aku. Meskipun begitu mereka tak sama seperti dirimu Al,
mungkin mereka bisa mendapatkan posisi yang sama seperti dirimu
dihati aku tapi tidak dengan keadaanya. Aku mungkin senang karena
bisa mengenal orang baru, tapi tidak dengan hatiku. Aku mungkin bisa
menerima orang baru, tapi tidak dengan nyawaku. Kamu terlalu indah
untuk aku gantikan dengan apapun Al. 19 Januari lalu aku mengenal
orang baru Al, aku berkenalan dengannya, banyak cerita yang aku
ceritakan kepadanya. Tapi rasanya aneh, tak berasa dan dingin Al. Aku
tak bisa, sungguh tak bisa menerima orang baru. Tolong Al sekali lagi
ajari aku bagaimana menjadi seseorang yang apatis. Al jika suatu saat
nanti aku bertemu dengan seseorang yang bisa bantu aku keluar dari
ruangan yang sesak ini, tolong jangan lagi menyapaku ya. Aku ingin
terbang bebas bersama sayapku yang baru.
Terima kasih Al untuk segala hal yang luar biasa ini yang kamu ajarkan
kepada ku, meskipun ini sebenarnya langkah yang aku saja tak mampu
untuk melewatinya aku janji bakal aku lewatin. Terima kasih Al telah
mampir meski hanya sebentar, aku janji ini jadi cerita terakhir yang aku
tulis untukmu.
Sampai bertemu di takdir yang menurut semesta baik Al, terima kasih
untuk 2 tahunnya. Semoga kamu bahagia dan sehat selalu.

Dari aku Kia.

Anda mungkin juga menyukai