Anda di halaman 1dari 3

Assalamu’alaikum Qiqi…

Gimana kabarmu? Semoga baik-baik saja. Oh iya sudah lama sekali ya, kita tidak saling
bersuara.
Saya ingat betul kita pernah telvonan sampai pagi, hampir tiap malam.
Kala itu kamu terlihat manja, gangguin aku yang sibuk, pinter ngeluluhin hati,
Sempet aku berfikir bucin kali yah…

Waktu terus berlalu, kala itu aku berharap kamu adalah wanita terakhir yang akan aku sebut
namanya di depan penghulu.
Namun, semakin kesini hubungan kita semakin memburuk ya?

Pesan terakhir yang kamu sampaikan, bahwa kamu tidak ada niat bohongin aku, dan mau
menjaga perasaanku.
Aku pernah mengatakan kepadamu, hal-hal yang aku tidak suka, termasuk bicara kasar dan
kebohongan.
Masih ingat? Tapi kenapa kamu lakukan itu semua dengan sempurna?

Selama aku bersamamu, aku gak pernah merasa bahwa kamu benar-benar menjaga
perasaanku.
Bahkan peduli, ingat malam saat aku di kapal dari jakarta tengah malam? Dimana sikap
pedulimu?
Oh iya, aku lupa. Kamu sama ibumu saja kurang peduli, wajar sama aku begitu. bahkan saat
pulang pun kamu tidak ada waktu berdua unntuk ibumu. Apa kamu ngerti yang ibumu rasain?
Ibumu pengen ngobrol, Quality Time denganmu. Cuma kamu terlalu sibuk dengan hidupmu
dan teman-temanmu.

Tidak usah bicara soal Jaga Perasaan jika kamu sendiri gak ngerti gimana harus bersikap.
Dengan sikapmu yang demikian itu jauh sekali dari yang namanya Jaga Perasaan.

Aku capek, aku benar-benar lelah dengan kondisi ini.


Kalo kamu masih inget katanya kamu bisa jadi tempat pulang ketika pasangan sedang kurang
baik-baik saja.
Bagaimana aku pulang kepadamu, jika kamu sendiri tidak memberiku kenyamanan dan
ketenangan?
Kamu terlalu fokus dengan egoku, lupa dengan egomu sendiri.
Setiap kita berselisih, kamu selalu dan selalu bilang “Mas gak pernah bisa liat dari sisi baik”

Sisi baik yang seperti apa si Qi? Menurutku bohong itu tidak ada yang namanya sisi baik.
Apapun itu.
Sama saja, kamu beri makanan, tapi kamu beri racun dimakanan tersebut.

Tapi.. ya, aku yang salah.


Sebagai nahkoda aku tidak berhasil memimpin. Aku udah berusaha sebaik mungkin yang aku
bisa, aku berusaha tetap peduli denganmu, memikirkanmu saat aku di Jakarta, sampai
karenamu aku kurang menikmati Liburanku, dan hampir kehilangan diriku sendiri.

Makasih kamu udah selalu ngertiin aku, maaf aku

Anda mungkin juga menyukai