Anda di halaman 1dari 8

Surat Untuk Ibu

Tulisan ini, aku buat untuk ibuku tercinta Kepada Ibuku Tercinta, Ibu, maafkan anakmu yang tidak selalu mengingatmu dalam setiap waktu dikarenakan aktivitas yang sangat padat, tidak seperti dirimu yang selalu mengingat dan mengkhawatirkan anakmu ini walau dalam kesibukan apapun. Ibu, maafkan anakmu yang selama ini dan sampai kapanpun tidak bisa membalas semua kebaikanmu, membalas semua jasa jasamu, membalas semua kasih sayangmu, walaupun pengabdianku hingga 100 tahun lamanya. Ibu, saat ini anakmu sedang dalam banyak masalah, tidak bisa menjenguk setiap minggu, tapi walaupun demikian doaku untukmu selalu terucap dalam setiap 5 waktuku. Ibu, anakmu ini tidak bisa berbuat banyak untuk menyembuhkan penyakitmu, anakmu ini tidak berguna, anakmu ini hanya bisa membantu sedikit doa dan materi yang mungkin tidak ada apa apanya untuk kesembuhan ibu. Ibu, aku selalu berdoa semoga dirimu diberikan umur yang panjang, sehingga anakmu ini masih bisa mengabdi lebih lama lagi.. Ibu, seperti keinginanku untuk membawamu ke Tempat Kiblat kita, sampai saat ini anakmu belum bisa melaksanakannya, maafkan aku ibu.. Tapi aku janji akan bekerja lebih giat lagi untuk membawa cita cita ini menjadi kenyataan. Ibu, di masa tuamu, anakmu ini belum bisa membahagiakan dirimu, di masa tuamu anakmu ini belum bisa berbuat apa-apa untuk kebahagiaan dirimu, maafkan aku Ibu Tangerang, Dalam Tangisan. 26 Januari 2009. Update: (Dalam Kenangan, Untuk Ibundaku Tercinta Maryatun Binti Abu Yusro. Wafat pada tanggal 7 September 2009 bulan Ramadhan 1430H pukul 05:25)

Surat Buat Ibu


Bu, entah mengapa aku menuliskan ini. Aku tahu ibu mungkin tak akan pernah membacanya. Kalaupun ibu membacanya, aku tak yakin ibu akan bisa memahaminya. Entahlah, aku ingin saja. Ada desakan dari dalam. Keinginan, itu saja. Bukankah sesuatu kita lakukan tak perlu selalu ada penjelasannya. Iya kan bu? Bu, saat ini aku terpuruk. Aku merasa bersalah sekali, berdosa. Merasa bukanlah apa-apa, atau siapa-siapa. Aku remuk bu. Dan entahlah, mengapa di saat seperti itu aku akan selalu ingat kau Bu. Aku rindu kau. Selalu saja, selalu begitu. Selalu jika aku ingat kau, aku tak kuasa untuk tidak menangis Bu. Sampai saat ini aku belum bisa memberi sesuatu untuk ibu, aku belum bisa menjadi sesuatu (meski kau tak pernah minta sesuatu dariku bu). Bu, waktu semakin berjalan ya. Entah sudah berapa umur ibu. Kau dulu cuma bilang kalau kau lahir di tahun 1955, itupun kau ragu. Itu berarti 53 tahun yang lalu . Ah ibu semakin menua, tapi ibu tak pernah mau berhenti menjadi ibu. Menjadi ibu adalah karunia terbesar yang diberikan Allah , mungkin itu pikiranmu bu. Kami kini semua beranjak dewasa bu. Dan bungsumu, aku, telah menginjak semester kedelapan perkuliahannya. Doakan ya bu, doakan ini semester terakhir bungsumu ini. Doakan semoga dengan itu bungsumu ini bisa lebih bermanfaat. Bu, aku ingin membahagiakanmu. Aku ingin kau tersenyum di hari wisudaku, menatap bangga anakmu memakai toga kebesaran. Dan ibu menciumku, menggumamakan sesuatu, yang pasti doa ,yang kutahu tak pernah lupa untuk ibu panjatkan. Bu, aku tak ingin menangis. Tapi entah mengapa aku menangis menuliskan ini. Apakah karena aku belum bisa memberi yang terbaik buat ibu. Bu, aku cinta ibu, aku cinta ibu karena Allah. Tahukah ibu, itu kalimat siapa? Itu adalah kalimat Delisa yang ia ucapakan pada ummi dan abinya. Ah, ibu tak akan tahu siapa delisa itu. Dia anak-anak yang masin berusia 6 tahun bu. Ia hanyalah tokoh rekaan dalam sebuah novel (ibu tahu novel tidak?). Tapi mengapa ia terasa begitu nyata bagiku, ia terasa hidup, ia seolah anakku, seolah adikku, dan seolah diriku sendiri. Saat itu bu, aku tak kuasa untuk tak menangis saat membacanya. Aku ingat ibu, betapa dulu aku tak terpikirkan mengucapkan kalimat seindah itu pada ibu. Saat aku seusia Delisa. Bu, bagaimana kabar ibu sekarang, di saat aku jauh dari ibu aku justru selalu ingat ibu. Mungkin ini semua wajar, tapi tidak bagiku, ah akan sangat sulit menjelaskannya bu. Bu, kadang aku rindu masa kecilku . Aku rindu saat ibu mengangkatku tinggi tiap kali ibu selesai memandikanku. Aku rindu saat ibu mengajakku bepergian, di sebuah angkutan umum, ibu begitu bangganya bercerita tentang aku pada penumpang. Ya memang tiap kali di angkutan umum

bersama ibu, banyak penumpang yang sering tanya tentang aku. Aku memang mirip anak cina, putih dan sipit. Tapi ibu selalu bangga dengan itu. Ibu tak pernah berkeberatan apabila ada orang yang belum begitu ibu kenal memegangiku. Bu, menjadi dewasa adalah menjadi seseorang yang harus berani bertanggung jawab. Dulu sewaktu kecil aku selalu meminta pembenaran dari ibu tiap kali melakukan sesuatu yang tidak biasa. Ah masih ingatkah ibu, dulu tiap kali aku ingin membatalkan puasa (setelah bandel di siang bolong ramadhan bermain dan berlarian bersama teman-teman yang membuatku kehausan) aku selalu meminta pertimbangan ibu. Lama waktu itu aku merajuk, sampai akhirnya ibu luluh dan berkata : ya sudahlah. Aku tak pernah berani untuk sembunyi-sembunyi membatalkan puasaku, karena ibu tak pernah mengajarkan seperti itu . Dan sekarang bu, aku harus memutuskan sendiri tindakanku. Lalu akupun harus mempertanggungjawabkan sendiri tindakanku itu. Sekarang aku harus bisa menjaga diriku sendiri bu. Berat, berat sekali bu. Aku harus bisa menopang kedua kakiku agar tidak tergelincir, menjaga mulutku agar tidak kebablasan. Menjaga semuanya bu. Aku membayangkan begitu beratnya ibu harus menjaga kelima anak ibu. Bu, kemarin saat terakhir kali aku pulang, ibu mengeluhkan kaki ibu yang linu-linu. Sekujur kaki (entah yang kanan atau kiri, aku lupa). Ibu bilang bahwa ibu sudah keliling ke berbagai dokter tapi belum juga ada hasilnya (sekarang sudah baikan tidak bu?). Saat itu aku terdiam bu, aku tak punya jawaban untuk itu, aku hanya menduga-duga apa penyebabnya itu. Ah andaikan aku dokter bu, mungkin aku bisa menjadi lebih bermanfaat bagi ibu kala itu, tapi aku hanyalah seorang chemical engineer , yang pekerjaannya mengotak-atik reactor, memformulasikan senyawa kimia. Tak begitu tahu masalah linu-linu. Tapi ibu tak pernah sedih kan. Ibu menerima semua penyakit yang diberikan Allah itu dengan (ah sekali lagi) senyuman. Bahwa itu ujian Allah. Ibu tak pernah menyerah, itu bukanlah sebuah alasan untuk ibu menghentikan aktifitas ibu (walaupun ibu semain kesulitan berjalan). Tak ada yang bisa menghentikan ibu. Ah kemarin aku pun tak bisa menghentikan ibu yang sampai terhuyung-huyung memanen salak sendiri di kebun belakang rumah . Kenapa? Karena kau tahu salak itulah yang biasa aku bawa balik ke Surabaya setiap kali aku pulang. Bu, aku terenyuh memandangnya kala itu, memandang langkahmu yang tidak lagi tegap karena lebih banyak bertumpu pada satu kaki. Aku takut bu, aku takut saat itu tak dapat kutemui. Aku takut aku belum sempat membahagiakan ibu. Aku takut ibu tak sempat menikmati buah dari perjuangan ibu itu. Aku tahu bu, ketakutanku tak beralasan sekali. Karena mungkin aku bisa saja mendahului ibu, tapi ah tetap saja bu, ketakutan itu, ketakutan melihat kerut diwajah ibu yang kian rata, ketakutan melihat gigi ibu yang semakin banyak yang tanggal, dan kemarin, ketakutan melihat langkah ibu yang semakin terhuyung-huyung digerogoti rematik. Ah aku takut bu. Bahkan semakin takut tiap kali aku

mengingat dulu tiap kali ibu mengeluhkan kaki ibu yang sering linu dan meminta diolesi balsem sambil dipijiti, aku melakukannya dengan malas-malasan sambil bilang : dibuat tidur juga sembuh (yang langsung kau balas: mana mungkin bisa tidur nak kalau kaki linu begini). Padahal bu, padahal kau selalu ikhlas tiap kali mengurut kakiku yang keseleo setelah main sepak bola di lapangan. Bu, apa yang ibu lakukan sekarang. Sudahkah ibu istirahat, sudahkah ibu sejenak mengistirahatkan kaki ibu. Ah kau memang tak pernah istirahat bu. Tiap kali kau merebahkan badan, ada saja yang menganggumu (termasuk aku), menanyakan hal-hal kecil, mengadu hal-hal kecil, meminta pertimbangan-pertimbangan. Kau memang muara segala hal bu. Semuanya akan menjadi ringan bila dilaporkan padamu. Kau selalu menenangkan . Entahlah, mungkin itu senjata yang diberikan Allah pada semua ibu di muka bumi. Kau tak perlu banyak berkata-kata, kau cukup memandang, dengan wajah teduhmu, dan subhanallah, semuanya terasa ringan kembali. Semuanya seolah bukanlah beban. Semua itu bu, semuanya, membuat aku bertambah sayang pada ibu.Aku mencintaimu bu, walau itu tak pernah terucap. Sama halnya kau tak pernah mengucap kata cinta pada anak-anakmu , tapi aku tahu kau mencintai kami bu. Kecintaanmu bahkan tak terwakili oleh kata cinta itu sendiri. Akhirnya hanya itu yang mungkin bisa kuberikan bu. Semuanya menguap. Aku tergugu. Aku tak bisa berkata-kata lagi. Terlalu banyak kasih sayangmu yang coba aku ceritakan. Terlalu beragam senyummu yang coba aku terjemahkan. Semuanya terlalu sesak. Tak akan muat dalam lembaran kertas. Maafkan anakmu ini bu, karena bahkan sampai segede ini masih sering merepotkanmu. Dan jika waktu bisa berputar ke belakang, sungguh bu, aku ingin kembali terlahir dari rahimmu. 27 januari 2008, Bungsumu Iqbal.

Ibuku Tersayang Memiliki Ibu sepertimu adalah karunia terbesar yang diberikan Tuhan kepadaku. Hal ini karena keyakinan dan nilai-nilai yang Ibu tanamkan dalam diriku yang membuatku menyadari siapa saya hari ini. Terima kasih Ibu telah membentuk saya menjadi orang yang saya suka dan saya bangga menjadi anak Ibu. Terima kasih membiarkan kita percaya bahwa kita bisa menjadi siapapun kita ingin menjadi, melakukan apapun yang kita ingin lakukan, tidak ada batasan kecuali, ambisi upaya kami dan kreativitas. Dalam hidup saya melalui keluar infertilitas saya telah hidup literal dan kewarasan saver untuk saya. Jika ada sebuah buku teks tentang bagaimana menjadi ibu yang sempurna untuk seorang putri subur, itu akan Anda sebagai model peran. Terima kasih atas dukungan Anda yang teguh melalui perjalanan saya keluar. Terima kasih telah membaca semua buku yang saya baca, terima kasih untuk belajar tentang dunia yang harus begitu asing bagi Anda. Terima kasih telah membawaku ke rumah sakit dan duduk dengan saya melalui semua retrievals dan transfer, ingat betapa bersemangatnya kami untuk satu pertama kita? Anda jauh lebih menenangkan daripada memiliki Marko gusar dan puff di samping saya. Terima kasih untuk pertemuan HdrH, untuk selalu mengambil minat pada apa yang kami lakukan. Terima kasih untuk mengambil saya untuk akupunktur setelah transfer ketika saya tidak bisa mengemudi, terima kasih untuk duduk di sana dengan saya. Terima kasih untuk memegang tangan saya ketika saya telah saya A & C, untuk menangis bersama dengan saya sesudahnya. Terima kasih untuk selalu memiliki harapan bagi saya ketika saya tidak memiliki untuk diriku sendiri. Terima kasih untuk memberitahu saya untuk tidak menyerah ketika saya berkata saya tidak bisa melakukannya lagi. Terima kasih untuk tidak pernah menyerah pada saya ketika saya pergi melalui periode gelap, ketika saya menutup setiap keluar salah satu dari hidup saya. Ketika mencintai aku pasti seperti mencoba menahan kaktus. Terima kasih atas saya melalui semua penolakan saya bantuan dan cinta. Terima kasih untuk selalu berpikir tentang bagaimana Marko pasti merasa, sehingga banyak orang lupa tentang dia karena dia tidak banyak bicara. Terima kasih untuk mengirimkan pesan teks saya bahwa pada hari putri Anda yang lain

melahirkan mengatakan "Saya tahu hari ini pasti sangat sulit bagi Anda, memikirkan kau, aku mencintaimu". Terima kasih Ibu, bahwa pesan membantu saya begitu banyak. Terima kasih untuk menengahi dalam hubungan dengan adik saya, saya tahu itu pasti sangat sulit bagi Anda untuk terjebak di tengah-tengah ketegangan yang berada di antara kami. Terima kasih karena tidak pernah mengambil sisi, karena ada untuk kita berdua sama-sama, karena menjadi ibu yang sempurna dan nenek dengan putri Anda sangat subur, dan menjadi ibu yang sempurna dan tiang kekuatan untuk putri Anda yang sangat subur. Aku tidak bisa menunggu anak-anak saya untuk mencintai Anda sebanyak keponakan saya dan keponakan lakukan. Mereka cinta mereka Mimi sangat banyak. Terima kasih karena mengatakan kepada saya, dengan segenap hati Anda, bahwa Anda akan mencintai anakku 100%, bahkan lebih, tidak peduli di mana anak itu berasal dari, apakah DE atau adopsi. Terima kasih untuk pergi dengan saya untuk hampir memindai setiap saat aku pg dengan Luke dan Ben, kau bersama saya untuk scan pertama saya, ketika kita menemukan itu paha depan, Anda mendukung saya sepanjang keputusan saya untuk mengurangi, meskipun aku tahu itu sangat sulit bagi Anda. Terima kasih telah datang untuk mengunjungi saya ketika saya masih di rumah sakit setelah kehilangan Lukas, terima kasih untuk duduk di kursi, baik menghibur saya dengan cerita-cerita dari rumah atau hanya duduk diam. Terima kasih untuk mencuci pakaian saya, untuk membawa buku-buku, memperlakukan khusus. Anda memberi saya martabat. Terima kasih untuk membawa sayuran perawat dari kebun, saya pasien favorit mereka. Terima kasih untuk mengemudi sepanjang jalan dari rumah untuk mengambil saya untuk scan saya. Terima kasih atas Ben begitu banyak ketika ia masih di dalam. Terima kasih untuk bergegas melalui saya ketika saya masuk kerja, terima kasih untuk berada di sana, aku butuh kau di sana. Yang aku inginkan adalah suami saya dan ibu saya di sana. Terima kasih atas begitu banyak sementara ia masih hidup. Terima kasih untuk mencintainya diam. Karena tidak pernah melupakan tentang dia. Terima kasih untuk mengambil saya untuk mereka janji pada payudara menyusui klinik, tempat kami berdua duduk dan menangis saat aku menceritakan kisah saya tentang anak kecil saya di rumah sakit. Terima kasih karena fotonya di, kebanggaan kamar tidur Anda tempat di antara sisa cucu Anda. Untuk selalu berbicara tentang dia, karena menangis dengan saya dan Anda sendiri tentang dia. Terima kasih telah membaca semua buku kesedihan aku, untuk mendapatkan buku-buku Anda sendiri dan memberi mereka kepada saya untuk membaca.

Dan oh Tuhan Ibu, Anda tidak harus menahannya, tidak pernah menyentuhnya, anak istimewa kami. Yang kami menonton mendapatkan lebih besar dan dalam perut saya, yang kita cintai begitu banyak. Itu tidak Ibu benar, Anda tidak harus menahannya. Ingat betapa bangganya kami padanya ketika ia digunakan untuk berguling-guling dan menendang pada scan. Ingat bagaimana kita tertawa ketika kita melihat bagian tubuhnya, bagaimana Anda mengatakan kepada Ayah dan Paul bahwa anak kami telah bola besar. Terima kasih untuk berada di sana untuk saya, ketika orang lain tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan saya atau untuk saya ketika saya begitu mentah dengan kesedihan. Marko digunakan untuk menurunkan aku di rumahmu karena aku bahkan tidak bisa berdiri lagi, aku tidak bisa napas lagi, aku begitu penuh penderitaan. Anda hanya duduk dan memegang saya dan membiarkan saya menangis dan meratap. Kau membiarkan aku menjadi mentah. Terima kasih untuk membawa saya ke rumah sakit untuk sedasi ketika semuanya punya terlalu banyak untuk saya. Aku merasa seperti anak kecil tak berdaya, terima kasih untuk mengambil biaya. Aku tahu kau berduka juga, untuk cucu Anda dan untuk anak Anda, tetapi Anda harus kuat untuk saya, terima kasih. Terima kasih untuk pesan teks yang Anda kirimkan kepada saya yang mengatakan "berjalan di taman, melihat bunga-bunga yang indah dan memikirkan kami anak Ben" beberapa minggu kemudian. Terima kasih untuk bunga dan kartu yang indah saya dapatkan dari Anda pada hari ibu tahun ini yang mengatakan "untuk seorang ibu khusus anak khusus". Terima kasih untuk melakukan hal ini ketika orang lain tidak bisa melihat mata saya. Ketika orang mengatakan Anda untuk tidak karena saya bukan seorang ibu. Terima kasih untuk berdiri bagi saya, untuk mengatakan kepada mereka bahwa aku. Untuk memikirkan aku pada hari di mana seharusnya aku merayakan Anda. Terima kasih atas Kate dan Adam sebanyak yang saya lakukan. Terima kasih untuk pertemuan saya di kamar Dr dua minggu lalu ketika saya pikir ada sesuatu yang salah. Terima kasih, untuk setiap hal yang Anda telah lakukan untuk saya, terima kasih untuk setiap hal yang Anda katakan, dan untuk semua saat-saat ketika Anda mengatakan apa-apa dan hanya mendengarkan. Terima kasih untuk menjadi baik pesona keberuntungan saya, inspirasi saya, pahlawan saya, penyelamat saya, terapis saya, sopir saya, masak saya, dan sekarang perawat bedrest. Terima kasih karena telah menjadi ibu yang luar biasa ketika ibu Anda sendiri tidak pernah menahan Anda, tidak pernah bilang dia mencintai Anda. Terima kasih karena begitu indah ketika masa kanak-kanak Anda sendiri sangat sulit, ibumu begitu keras. Saya sangat menyesal Anda tidak pernah mengalami bagaimana indahnya memiliki seorang ibu yang penuh kasih merawat. Terima kasih untuk tidak membiarkan untuk mengulangi siklus itu sendiri, itu bisa terjadi begitu

mudah. Terima kasih terima kasih terima kasih. Untuk sejuta hal, untuk semuanya. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa dirimu. Ada banyak hal yang lebih banyak, hal-hal kecil, hal-hal besar.

Anda mungkin juga menyukai