Anda di halaman 1dari 5

7Tugas materi 3 karya fiksi

TERUNTUK IBU, MALAIKAT

Oleh: Rismayanti

Teruntuk engkau ibu

Assalamualaikum warohmatullah wabarokatuh

Wanita hebat, ratu tak bermahkota tetapi mempunyai syurga ditelapak kakinya,ibu.

Ibu, Sembilan belas tahun lalu, engkau mengandungku selama sembilan bulan. Engkau
pula yang melahirkanku ke dunia ini. Engkau pula yang telah memberikan ASI untukku
semasa kecil. Air susu yang telah mendarah daging ini akan selalu menjadikan pribadi
yang engkau ucapkan dulu. Dan kini aku sudah tumbuh dewasa, menjadi gadis yang
lebih kuat dalam menghadapi lika-liku hidup. Kehidupan yang keras, tidak semudah
yang terlihat, tidak semudah yang dibayangkan semasa kecil.

Ibu, entah kenapa tiba-tiba saja aku ingin menuliskan surat ini untukmu. Mungkin
jawabanku hanya satu, kerinduan.

Ya, setelah kini aku jauh darimu. Setelah lama aku berpisah darimu. Rasanya, aku baru
tahu arti kerinduan yang sesungguhnya. Sudah hampir 1 tahun ini kita tak bertatap
muka ya, buk. Kakak kangen ibu walaupun kita sering kali menyapa lewat telpon dan
sms tetapi hadir dalam nyata selalu saja menghadirkan perasaan yang berbeda.

Oh iya, bagaimana kabarmu disana ibu?

Bagaimana kabar adik?

Aku anakmu disini masih dengan keadaan seperti kemarin. Masih baik-baik saja,
Alhamdulillah. Aku berharap keadaanmu disana juga baik atau lebih baik dari
keaadaanku karena memang itu yang aku harapkan setiap saat sesuai doaku yang
selalu kupanjatkan kepada yang Maha Kuasa hukum agar Dia senantiasa memberimu
kesehatan dan kebahagiaan. Sampai aku bisa membahagiakanmu suatu saat nanti.
Disini, aku hanya bisa berdoa untukmu ibu. Walaupun sebenarnya aku tahu, doa-doa
yang kupanjatkan untukmu masih terlalu pendek dibandingkan dengan doa-doamu
yang selalu engkau panjatkn kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Aku tahu, didalam doa
panjangmu hanya Namaku, anakmu yang selalu engkau sebut. Engkau menyebut
namaku dalam kerendahan hati dan lirih kekhusyuan. Sementara aku , aku masih
dengan Kesombongan dan keangkuhan. Suatu saat nanti aku ingin banyak belajar
kepadamu tentang kerendah hatian dan ketulusanmu.

Kakak kangen ibu, meski aku tahu rasa rinduku masih terlalu kecil jika dibandingkan
dengan rasa rinduku padaku, darah dagingmu. Saat aku rindu satu kali engkau telah
memendam rindu ribuan kali kepadaku. Hanya saja Aku yang terlalu bodoh untuk
merasakan kerinduan yang engkau rasakan. Aku terlalu asyik dengan dunia dan
lingkunganku hingga aku lupa dibelahan dunia sana ada yang sedang mengkhawatirkan
kabar dariku. Dari seorang anak yang sudah beberapa lama tidak memberi kabar.
Maafkan anakmu ibu yang membiarkanmu larut dalam kekhawatiran.

Sebenarnya engkau bisa saja menanyakan kabarku terlebih dahulu melalui pesan
singkat atau telpon, tapi aku tahu engkau pasti tidak ingin mengganggu anakmu.
Engkau pasti takut mengganggu anakmu. Engkau pasti takut aku marah padamu karna
engkau menggangguku. Membiarkan beberapa hari tidak menerima kabar seperti yang
kulakukan beberapa bulan yang lalu. Aku tahu itu bu, tapi aku baru mwnyadarinya hari
ini saat aku memutuskan menulis surat ini. Maafkan aku bu, yang sedikit terlambat
menyadari bahwa dibelahan bumi yang lain ada seseorang yang istimewa yang sedang
mindar-mandir sesekali melihat handphone hanya untuk melihat adakah kabar dariku,
anakmu.

Bu, hari ini aku ingin sekali berbagi cerita denganmu. Seperti dulu saat aku masih
kanak-kanak. Bercerita sambil menyenderkan kepala dan badanku setelah lelah
bermain bersama teman-teman. Dari mulai cerita kenakalanku menjahili teman-
teman, bermain kelereng, bermain petak umpet Dan engkau akan dengan senang hati
mendengarkan cerita-ceritaku. Engkau dengan setia mendengarkan setiap
celotehanku. Lalu, saat aku berhenti bercerita baru engkau akan memberikan
tanggapan dan masukan tentang ceritaku. “Anak ibu ceritanya sudah seperti kereta
panjaaang sekali, sampai-sampai ibu tidak bisa menghentikannya. “itu adalah
tanggapan yang engkau ucapkan pertama. Tentu saja dengan senyum yang khas
darimu.

Ada hal yang kusukai dan betah berlama-lama saat aku bercerita. Aku suka saat engkau
mengelus-elus kepalaku sesekali menyisir rambutku dengan tanganmu. Aitu adalah
relaksasi saat aku lelah setelah seharian bermain.

Bu,hari ini aku ingin lagi bercerita seperti dulu. Saat aku kanak-kanak. Tapi, kini
situasinya telah berbeda. Aku telah berada di tanah orang Untuk berjuang menggapai
masa depanmu. Aku tidak bisa lagi membaringkan kepalaku dipangkuanmu. Aku tidak
bisa lagi merasakan usapan tanganmu di kepala ku.

Padahal, hari ini aku ingin sekali bercerita. Tentang hari-hariku disini.

Bu, ternyata menjadi orang dewasa itu tidak mudah ya? Tidak seperti apa yang
kubayangkan waktu kecil.

semakin ku arungi hidup, semakin aku tahu bahwa hidup bukanlah hitam dan putih.
Hidup bukanlah jalan yang lurus-lurus saja,ada banyak belokan, banyak persimpangan
dan banyak duri disepanjang jalan.

Kakak kagum sama ibu. Kakak tetap dan selalu mengagumi ibu. Saat ayah tidak ada
lagi. Kakak selalu menyaksikan perjuangan ibu, bagaimana memperbaiki kehidupan
keluarga, menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang pendidikan tinggi dan
banyak peristiwa hidup lainnya yang tidak pernah menyerah.

Setiap goresan penaku kutulis kan untukmu ibu, tulisan yang kutulis tepat dihari
istimewa,hari ibu. Bagiku setiap hari adalah hari ibu karna ibu adalah malaikat dalam
hidupku. Terima kasih ibu untuk hidup yang indah ini. Terima kasih untuk segala-
galanya.

maaf bila hari ini tak ada ucapan selamat hari ibu untukmu. Bagiku, tak ada tanggal
khusus untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta itu padamu.
Setiap kali sinar fajar menyemburat bersama kabut tipis yang menyelimuti pagi,engkau
selalu terucap dalam baris do’aku. Seperti kasih sayang mu yang tak pernah pudar oleh
waktu, Seperti itulah aku mengingatmu di kota ini.

Walau kutahu baktiku takkan pernah bisa membayar setitik peluh yang menetes saat
engkau membesarkan, bahkan tidak untuk sepenggal malam yang membuatmu terjaga
karna tangisku dulu.

Maaf, bila tak ada ucapan selamat untukmu. Karna aku tak ingin menyelisi Rasulullah
dengan mengkhususkan hari untuk merayakan kasihmu. Dan karna bakti, cinta dan
kasih sayang tak perlu waktu khusus untuk mengungkapkannya.

Maaf, bila hari ini tak ada kado untukmu. Namun, aku berjanji untuk menjadi kado
terindah bagimu,agar aku mendoakanmu disaat engkau ada ataupun tiada.

Semoga Allah selalu menjagamu ibu...

Aku tahu kalau engkau takkan pernah membaca goresan pena ini. Namun, biarkan aku
untuk menuliskannya untukmu dan untuk mereka yang ingin tetap mencintai kedua
ibu bapaknya disisa waktu yang ada.

Bekasi, 22 Desember 2022

Dari anak gadis pertamamu


Bionarasi

Halo namaku, Rismayanti. Biasa dipanggil risma. Aku kelahiran tahun 2003. Aku
Memiliki hobi membaca buku dan selalu berdecak kagum setiap membaca karya orang
hebat dengan kalimat-kalimat luar biasanya. Awam dalam dunia literasi. Semangatnya
membara untuk bisa menulis buku. Motonya: “ Tetaplah berkarya, usah ragu perihal
diri masih pemula. “

Anda mungkin juga menyukai