Anda di halaman 1dari 4

Anak

Cerpen: Bimo Eriartha


Sumber: Suara Merdeka, Edisi 10/20/2002

FROM nothing to something, begitulah adanya kamu tercipta anakku. Kamu adalah rahasia alam
dari protein yang hidup dalam testisku, menyembur keluar dalam gegap gempita sukacita, yang
berenang seperti seekor ikan pari dan membuahi telur dalam perut ibumu. Hanya kamu yang
selamat dari ribuan kecebong sperma, saudaramu. Hanya kamu yang berhasil melewati lorong-
lorong sempit dengan racun basa yang mematikan dalam falopi ibumu. Kamu adalah
keajaiban.Kamu terlahir anakku, dari sukacita yang mendalam. Kamu bukanlah Karna yang
dibuang oleh Kunti dalam riak Sungai Yamuna. Yang tidak pernah mendapat pengakuan, bahkan
sejak udara pertama melewati parunya. Seorang resi bernama Druwarsa waktu itu bahkan telah
membantu si Kunti melahirkan Karna lewat telinga, hanya karena Kunti lebih menghargai
kesucian selaput di antara selangkangannya daripada sesosok kehidupan bernama Karna.Ketika
kamu masih dalam rahim ibumu, tahukah kamu, Nak, akan kegundahan hatiku? Jangan-jangan
ragamu akan didiami roh Aswatama. Bukankah kutukan Sri Kresna untuknya -karena membunuh
Srikandi dan anak Yudistira ketika sedang tidur, usai Bharatayudha- berlaku hanya untuk 3.000
tahun? Bukankah jasadnya akan berkeliaran mencari raga sepanjang itu tanpa pernah menitis?
Dan siapakah yang dapat menjamin bahwa 3.000 tahun itu adalah hari, saat engkau
dilahirkan????Cintaku kepada ibumu tulus, Anakku. Bukan seperti berahi Arjuna yang
memanfaatkan ketakutan Anggraini dikejar raksasa di Rimba Kamiaka. Bahkan melebihi epos
Rama dan Sinta. Bukankah Rama meragukan kesucian Sinta ketika justru ia berhasil merebutnya
dari sekapan Rahwana?Aku susah sekali mencari padanannya. Bukankah tidak ada cinta kasih
yang melegenda dengan happy ending? Bukankah Juliet menengguk racun kematian untuk
bersatu dengan Romeo? Bukankah Eng Tay menjemput ajal untuk menemui Sam Pek?Aku tidak
tahu apakah arti cinta itu. Tapi aku berkata kepadamu; kelak, suatu saat nanti, seluruh
pengetahuan yang kamu miliki tidak akan pernah bisa menerjemahkan cinta dalam bahasa kata-
kata. Tapi tubuhmu, otakmu, dan hatimu akan merasakan cinta yang sesungguhnya.Anakku, aku
bersyukur karena bisa mendampingi ibumu ketika melahirkan engkau. Memegangi kedua
tangannya, menghiburnya, membuatnya tertawa -meski tidak bisa- untuk menjauhkan semua
perhatian dari sakit di perutnya. Aku tahu bahwa yang aku lakukan tidak akan berpengaruh apa
pun untuk memperingan sakitnya, tapi setidaknya, semoga, ibumu terhibur dan sejenak
melupakan apa yang tengah dia alami.Dia perempuan yang hebat. Delapan jam yang melelahkan
dan tak satu pun air mata keluar dari wajahnya. Aku iri padanya. Sekarang aku tahu. Tuhan telah
menyatukan kami supaya aku belajar padanya untuk menghadapi sulitnya kehidupan dengan
tabah.Ibumu adalah tulang rusuk yang kuat. Yang tak retak ketika dibenturkan ke karang dan
yang tak hancur digilas bebatuan. Apakah dia berasal dari igaku yang rapuh?Anakku, ketika
kamu masih melayang dalam ketuban ibumu, dengarkah engkau akan suaraku? Sampaikah
ciumanku lewat perut ibumu kepadamu? Hanya dinding kulit tipis yang memisahkan kita, tapi
hatiku sudah rindu untuk menimangmu.Menendanglah dengan kuat, karena kami berdua
menantikan itu. Jangan sungkan untuk menggeliat, karena kami berdua menantikan itu.Ibumu
telah menebus karma terbesar dalam kehidupannya dengan melahirkanmu. Meregang nyawa
antara hidup dan mati. Terjaga dalam ambang kesadaran. Merasakan kesakitan terbesar dalam
sejarah kehidupannya. Cukupkah aku memberikan cinta untuk meringankan deritanya??? Tidak!
Tapi ia mempunyai banyak cinta untuk melahirkanmu ke dunia.Suatu saat nanti anakku, pesanku
padamu; ucapkanlah terima kasih kepada ibumu atas semua perjuangan yang telah ia
lakukan.Dan tahukah kamu, Anakku, karma yang Tuhan berikan kepadaku? Meninggalkan
kalian berdua -dua orang yang paling aku cintai- untuk bekerja. Membayangkan wajah kecilmu
di sela-sela rutinitas harianku. Membayangkan betapa sibuknya kalian berdua mengisi hari ini,
sementara aku di sini menatap rindu foto bayimu.Barangkali memang tidak seimbang dengan
pengorbanan yang telah ibumu berikan, aku pun sering bertanya demikian kepada alam. Tetapi
seandainya saja aku bisa mengambil sebagian dari apa yang ibumu derita, aku akan
melakukannya, Anakku.Kami berdua sering melamunkan wajah mungilmu. Dan mengkhayalkan
bentukmu nantinya. Barangkali engkau akan mewarisi alis ibumu, atau mungkin mulut milikku.
Namun di luar itu, sesungguhnya kamu adalah bentuk yang baru. Kami berdua hanyalah orang
yang beruntung karena Sang Pemberi Kehidupan telah memercayakan ciptaannya yang indah -
yaitu kamu- kepada kami.Anakku, kalau kamu sudah dewasa dan memiliki kehidupanmu sendiri,
mungkin kamu akan mulai melupakanku, tetapi satu pintaku; jangan lupakan ibumu! Untuk
setiap tetes air kehidupan yang mengalir dari dada ibumu, yang engkau isap dari mulut kecilmu,
untuk setiap detik waktu yang ia sisihkan untuk menenangkan saat terjaga di tengah malam, atau
untuk setiap kasih sayang yang ia berikan saat menyuapimu, aku mohon jangan lupakan dia. Aku
tahu ibumu tak akan meminta apa-apa darimu, ia mencintamu lebih daripada siapa pun di dunia
ini, permintaan ini tulus datang dari aku, ayahmu.Suatu saat nanti, kamu akan belajar anakku.
Bahwa kehidupan sesungguhnya tidak pernah berpihak kepada siapa pun. Namun aku bersyukur
karena kehidupan telah begitu bermurah hati memberiku kesempatan untuk melihatmu lahir ke
dunia.Terkadang aku iri kepada kalian, kepada ibumu yang dengan mudah meninabobokanmu
ketika rewel, yang hanya dengan suara merdu ibumu dapat membuatmu terlelap, seandainya aku
bisa... tapi tahukah kamu, betapa bangganya diriku ketika suatu saat kamu terlelap dalam
pangkuanku??Kuceritakan kepadamu mengenai tiga buah rahasia kebahagiaan dalam hidupku
yang membuatku lengkap menjadi seorang ayah:Kebahagiaan pertama; ketika aku dan ibumu
menikah. Memulai kehidupan bersama dalam kesederhanaan berumah tangga. Apa yang kami
miliki? Tidak ada, selain cinta. Bagimu mungkin terlalu klise aku berkata demikian, tapi untuk
setiap cinta yang aku lalui dengan ibumu, masing-masing mempunyai makna mendalam. Ibumu
seperti pegangan dalam hidupku. Ia menjadi air yang dingin ketika emosiku meledak, dan ia
menjadi suluh ketika aku berada dalam kegelapan. Dan ia memberikan sukacita yang mendalam
ketika memberikan kamu, anakku-satu hal yang hingga kapanpun tak akan dapat aku berikan
gantinya hingga ajalku nanti.Kebahagiaan kedua; ketika kamu lahir ke dunia. Apakah yang dapat
aku sangkal tentang ini? Kukatakan kepada semua orang bahwa malam itu tanggal empat
September dua ribu satu pukul sebelas malam lebih empat menit kamu telah lahir ke dunia.
Dalam guyuran keringat dan jeritan tertahan ibumu, aku tahu, bahwa engkau pun berjuang saat
itu untuk keluar dari rahim yang sudah tidak mampu lagi memuat tubuhmu. Kamu adalah
keajaiban. Tubuhmu begitu kecil, terbungkus dalam lendir ketuban. Tangismu memecah
kesunyian malam. Dan ibumu, tahukah kamu apakah yang dia rasakan? Ia melupakan semua
kelelahan setelah berjuang lebih dari delapan jam untuk melahirkanmu. Ia tersenyum bahagia
untukmu. Dan ia juga tersenyum bahagia untukku.Kebahagiaan ketiga; ketika melihatmu dewasa
nanti, memiliki seseorang yang istri mencintaimu, dan menjadi seorang ayah seperti aku.
Sungguh, saat itu aku akan tersenyum kepada diriku dan kukatakan terima kasih kepada Tuhan
yang sebesar-besarnya karena Dia telah memberiku yang terbaik.Dalam beberapa hal kami
kadang memang berselisih paham, dan dia akan diam - aku menyesal telah memberi contoh yang
jelek kepadanya dengan diam ketika marah-namun aku selalu rindu akan suaranya. Aku
mencarinya ke setiap sudut rumah kita, sampai akhirnya ia memulai berbicara, "mencari apa?!"
dan aku katakan dengan senang aku telah menemukan suara ibumu yang merdu.Ketika umurmu
menjelang dewasa nanti, kamu akan sadar sadar betapa singkatnya hidup ini betapa tidak adilnya
Tuhan memberi waktu yang pendek tanpa memberi kesempatan kepada kita untuk berteri
makasih kepada orang-orang yang telah mencintai kita.Karena itu, pesanku; nikmatilah semua
masamu dengan sukacita. Sebab ketika kamu memutuskan mempunyai anak nanti, tugasmu
adalah menyiapkan jalan kebahagiaan untuknya. Jangan takut untuk menjadi seorang ayah,
karena kamu dilahirkan untuk jadi itu. Dan jangan ragu-ragu akan kehidupanmu, karena Sang
Pembuat Kehidupan selalu mempunyai rencana yang terbaik untukmu. Akhirnya, Anakku,
doakan kami, ayah dan ibumu, melalui bahasa dan kata-katamu yang masih sederhana kepada
Sang Pembuat Kehidupan, supaya kami selalu dapat mendampingimu dan memberikan
kehidupan yang layak untukmu. Biarkan peluh dan keringat kami berharga untukmu.Sekarang,
tidurlah. Bersandarlah di dadaku. Biarkan telingamu mendengarkan degup jantungku. Dan
biarkan otakmu merangkai nada itu menjadi musik Mozart buaian tidurmu. Biarkan bau tubuhku
menjadi aroma Lavender yang menenangkan sarafmu, dan biarkan... ah, engkau sudah tertidur
rupanya. (72c)Kamar Ngarep, 8 Februari 2002

Anda mungkin juga menyukai