0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
49 tayangan4 halaman
Puisi ini merupakan ungkapan rasa syukur seorang putri kepada orang tuanya karena telah mendukung dan membesarkannya hingga dapat lulus dari perguruan tinggi. Ia mengakui kesalahannya selama ini dan memohon maaf atas sikap egoisnya. Ia berharap orang tuanya bangga atas prestasinya kali ini.
Puisi ini merupakan ungkapan rasa syukur seorang putri kepada orang tuanya karena telah mendukung dan membesarkannya hingga dapat lulus dari perguruan tinggi. Ia mengakui kesalahannya selama ini dan memohon maaf atas sikap egoisnya. Ia berharap orang tuanya bangga atas prestasinya kali ini.
Puisi ini merupakan ungkapan rasa syukur seorang putri kepada orang tuanya karena telah mendukung dan membesarkannya hingga dapat lulus dari perguruan tinggi. Ia mengakui kesalahannya selama ini dan memohon maaf atas sikap egoisnya. Ia berharap orang tuanya bangga atas prestasinya kali ini.
Dingin gemetar membuatku pilu, Sebuah hari yang bertahun-tahun kita tunggu, Aku menangis menghambur memeluk sujud syukurku. Ayah ... Ibu ... Malam ini aku sambut langkahmu, bukan lagi dengan rengekan manja, dan aduhan tentang segala keluhanku. Malam ini aku mencoba menuangkan segala bentuk pengabdianku, berbentuk prestasi dalam beribu harapan. Meski hanya satu dari seribu, harapan mu yang kita tunjukan, tapi Ayah ... Ibu ... Detik ini kau lihat putrimu berdiri di depanmu, bersama teman-temannya dengans angat bahagia. Apa putrimu ini membanggakan mu Ayah, Apa putrimu ini membanggakan mu Ibu, Ribuan tetes keringatmu mendoakanku, Saat kau antar aku ke suatu tempat, dimana aku rela menjauh darimu. Kau serahkan aku untuk di didik dan di bimbing disini, Kau usap tangismu padahal setiap waktu kita saling merindukan. Ayah ... Ibu ... Hampir seribu delapan ratus hari, aku selalu menggangu waktumu, hanya untuk bercerita kepedihanku, kesedihanku, dan mengeluh tentang keadaan serta keinginanku. Aku selalu merengek meminta meminta dan meminta, dan saat itu pula, kau selalu mengiyakannya dengan nada khas yang begitu menenangkan. Apalagi saat yang sering ku adukan hanyalah kata boyong,, Kau begitu menguatanku, Kau anggap aku adalah sosok yang kuat. Kau yakinkan aku adalah yang terbaik, Kau selalu bisa membuatku luluh dengan segala petuahmu, Kau peluk segala rasa sakitku. Setiap ku mengeluh tentang berbagai masalah, Tapi Ayah ... Ibu ... Apa putrimu ini membuatku bangga, Saat uangmu ku gunakan hanya untuk bersenang-senang, Menyatarakan segalanya agar terlihat sempurna di mata manusia lain. Saat pengharapanmu kepadaku kujadikan hal yang begitu biasa, Maafkan aku ... Jika kesempatan waktu yang sedikit denganmu, Kau sering ku acuhkan, Maafkan Aku ... Jika aku hidup hanya hadir sebagai duka dalam tiap bait duniamu, Aku tak pernah seperti payung, Yang melindungimu kala engkau basah kuyup, Aku tak pernah pula seperti bintang, Yang hadir seperti teman malammu, Bercerita dan berbagi denganmu. Maafkan Ayah ... Maafkan Ibu ... Jika banyak yang tak ku mengerti selain keegoisan dan masalahku sendiri, Tak pelak kutanyakan Ibu. Bagaimana denganmu, Tak pelak ku tanyak Ayah ... bagaimana juga denganmu. Lantas dengan apa aku membalas segalanya, Tapi kau ikhlas untuk itu, Begitu bodohnya putrimu, Saat cinta yang begitu dalam kau berikan padaku malah sering ku abaikan. Aku lebih mencintai sosok lain yang baru saja aku kenali, Ayah ... Ibu ... Saat nanti ijab qobulku telah sah menjadi pemisahku denganmu, Lalu kapan lagi putrimu ini bisa membanggakanmu Ayah, Lalu kapan lagi putrimu ini bisa membanggakanmu Ibu. Aku terlalu malu, Aku sangat malu menatapmu, Karena ku tau kesalahanku yang tak cukup di tebus hanya dengan kata maaf. Tapi Ayah ... Ibu ... Lihatlah putrimu sekarang ini, Lihat kami Ayah ... Lihat kami Ibu ... Kami tepat didepanmu, Telah berhasil memeluk segalanya tentang tempat ini, Putrimu yang sudah bisa menapak diatas telapak kakinya sendiri. Katakanlah Ayah ... Ibu ... Kalau hari ini kalian bangga pada putrimu, Untuk Senin kali ini dari Senin-Senin yang lainnya,. Kali ini saja Ayah ... Kali ini saja Ibu ... Berbanggalah pada putrimu Dan Do'akanlah agar putrimu selalu membanggakanmu di hari-hari berikutnya. Peluk kali Ayah ... Peluk kami Ibu ... Peluk kami dalam linangan air mata terbahagiamu. Kali ini saja Ayah ... Kali ini saja Ibu ... Lihatlah dan katakanlah putrimu membanggakanmu. Terima kasih Ayah ... Terima kasih Ibu ... Kau lebih dari segalanya. Maaf Ibu maafkan bapak Kau menangis dan bertengkar karena kami Kau sedih karena kami Kau korbankan semuanya untuk kami Jasamu tiada terbalas Jasamu tiada terbeli Jasamu tiada tara Jasamu tertulis indah dalam surga Kau Adalah wanita Yang paling kucintai Pengorbananmu untukku takkan terbalas Walau sampai besok ajal tiba Dan doalah yang bisa aku bacakan Hanya untukmu ibu Sesungguhnya mukjizat doa mu Takkan pernah meleset Doa mu ibu akan selalu di kabulkan Layaknya sepeti para Nabi Berkahmu dan Ijabahmu Akan selalu memudahkanku Dalam melakukan segala sesuatu Ibu saya berjanji “Akan berbuat baik kepadamu” karena “Kesuksesan” “Kekayaan” “Kebahagiaan” Berasal doamu ibu Terimakasih ibu