Anda di halaman 1dari 6

1.

Getar Malam Rinduku


Ingin ku gali gundukan itu
Dan mencabut papan nama setiap dukaku
Biarlah nafasku memeluk tentang mu
Puisi-puisi gelap menimang ku

Sajak berairmata merangkulku


Dan merambatkan tiap ratap disekitar gelap
Seolah kau utus jangkrik untuk memejamkan lelah ku
Nyanyi cerita tentang dahaga merindu
Seolah kau titipkan restumu
Lewat dingin malam menyuap

Mantra-mantra penghapus basah tatapku


Tiap dendang lantun macapat mengiring sendu
Seperti suara hati yang tersampaikan padaku
Bahkan suara gitar berbeda saat anganku

Menuju kenangmu
Getar yang memancar melahirkan syair
Bak pujangga berlagu
Ini untukmu, Itu buatmu, Dan do'a sebagai baktiku
Miss you Ayah

Karya: Eko Putra Ngudidaharjo

2. Pahlawan Kesuksesanku
Fajar telah menyapa pagi ku
Kau jadikan hari mu,hari untuk pengorbanan.
Pengorbanan mencari rezki,pengorbanan untuk mencari awal yg baru.
Kau ajarkan aku arti perjuangan,kau ajarkan aku arti kesuksesan.
Ayah mungkin tanpa mu aku tidak bisa seperti ini..
Mungkin tanpa mu aku tidak bisa berdiri ditengah tengah impian ku..
Impian untuk meraih keberhasilan
Impian untuk mencapai kemenangan...

Karya: Ardiyani Muninggar

3. Ayah
Di setiap tetes keringatmu
Di derai lelah nafasmu
Si penuhi kasih sayang yang luar biasa
Demi aku kau rela di sengat matahari
Hujan pun tak dapat membatasimu
untuk aku anakmu
Di setiap doamu kau haturkan segenap harapan
Ayah...
Kan kujaga setiap nasehatmu
Di setiap nafasku
Di relung hati akan kuhangatkan namamu
Akan kukobarkan semua impianmu
Hanya untuk menikmati senyumu
Di ufuk senjamu
Ayah.

Karya: Ratih Anjelia Ningrum

4. Bait Sajak untuk Ayah


Ayah...
Tulusnya nasehatmu tlah membingkai hatiku
Menuju lembah tinggi kedamaian
Dekapanmu telah meredam amarahku
Tak kuasa tangisku berderai
Kala ku ingat kata bijakmu
Kau jaga aku
Dari kotoran raga dan jiwa yang kan nodai aku
Kau rela diterpa deburan buih yang berlalu
Demi aku
Demi anakmu
Seakan tak pernah lelah kau
hapuskan tetes air mataku
Seakan tak pernah bosan
kau redamkan aku dari tangisan
Ku urai hati ini
Untukmu
Untuk segalanya yang tlah kau labuhkan
Pada Dermaga hidupku
Hanya sebentuk puisi dari ketulusan hati
Untukmu, ayah. Terima kasih.

Karya: Novi Aqila

5. Untukmu Ayahku
Di keheningan malam
Datang secercah harapan
Untuk menyambut jiwamu datang
Sebercik harapan agar kau kembali pulang
Hanya sepenggal kata bijak yang bisa kutanamkan
Duduk sedeku, tangan meminta, mulut bergoyang, jatuh air mata
Tapi apalah daya
Semua harapan hilanglah sirna
Karena kau telah tiada
Ayahku tercinta.

Karya: Dina Sekar Ayu

6. Kerinduan
Ayah di mana engkau berada
Di sini aku merindukan mu
Mengiginkan untuk bertemu
Merindukan akan belaian mu

Kasih sayang mu selalu ku rindukan


Engkau selalu hadir dalam mimpi ku
Mimpi yang begitu nyata bagiku
Menginginkan engkau untuk kembali

Aku selalu mengharapkan engkau hadir


Menemani aku setiap hari
Menemani masa pertumbuhan ku

Untuk tumbuh menjadi besar


Tampa engkau di sisiku
Tampa engkau yang menemani Hari-hari ku

Karya: Niki Ayu Anggini

7. Untuk Ayah
Negriku, di depan mata akan segera datang ayahmu
Bak mentari dan paginya yang cerah
Ayah baru akan menyayangimu,
Tanpa mengharapkan pengembalian darimu,
Tanpa merampas uang tabunganmu lagi.

Ayah, kami akan memilihmu esok hari


Ayah, jangan lagi biarkan kami lapar dan mengais disiang hari,
apa lagi meminta....
Ayah, jangan tegakan kami memeluk dingin di emperan jika malam menjelang
Ayah, buatkan dinding-dindang kokoh,
dengan kolong kasur, bukan lagi kolong jembatan
Ayah, didik kami dengan nada yang ramah, bukan lagi bentakan kasar dan tembakan
Ayah, Negri ini rumah kami dan engkau ayah kami
Ayah, hapuskan air mata kemiskinan kami dan peluk kami kedalam dada
kepemimpinanmu
Ayah, kami anak negri yang mengharapkanmu
Yang mengenalkan kami pada ketauhidan
Jika kami bisa patuh pada Tuhan,
Maka kami akan tahu menghormati dan menyeganimu
Ayah, sayangi kami dan rumah ini...

Anak negri yang rindu akan kedamaian negri sendiri

Karya: Intan Purnama

8. Ungkapan Hati Seorang Anak


Dari rahim seorang wanita yang tegar aku dilahirkan
Dari seorang pria yang tangguh aku dididik
Engkaulah yang pertama kali aku kenal sejak lahir
Yang telah memberikanku kasih sayang
Memberikan kehangatan ketika aku kedinginan
Memberikan perhatian ketika aku menangis
Dan yang selalu mengganti popokku
Ketika aku pipis dicelana

Engkau juga telah menjadikanku seperti ini


Dari ketika masih ingusan hingga beranjak dewasa
Ketika beranjak dewasa seperti ini aku mulai sadar
Bahwa aku belum bisa membahagiakanmu
Banyak waktu yang telah aku sia-siakan
Banyak kata yang aku lontarkan yang membuatmu kecewa
Dan telah banyak uang yang kau berikan padaku
Seakan-akan untuk membuatku senang

Ayah ibu
Kata maaflah yang bisa aku ucapkan saat ini
Dan sebuah do'alah yang mungkin bisa aku panjatkan
Aku berdo'a semoga engkau tetap diberikan umur panjang
Sampai aku benar-benar bisa membahagiakanmu
Sampai aku benar-benar menjadi seseorang yang kau harapkan
Menjadi anak yang bermanfaat bagi sesama
Dan menjadi anak yang selalu taat kepada-Nya

Karya: Andika Surya

9. Penantianku Ayah
Jika Kau
mencobek perasaanku,,,Ayah
Rasa sakit dan menyedihkan
menumpuk hati ini

kau tahu?
bagimana perasaanku kala itu?
kau egois
egois,,,

lama sudah aku


menunggu kasih sayangmu,,,Ayah
tapi kau tak perduli
kau anggap aku ini sampah
sampah,,,
sampah yang sangat mengotori hidupmu

kasih sayangmu
tak sebanding
kasih sayang Ibu kepadaku,,,

aku sangat merindukanmu


rindu akan kemarahanmu
rindu akan bentakanmu
aku,,,,,
rindu ayah

kuingin menjerit
kuingin menangis
tapi kau,,,
kau menahanku
tuk melakukan semua itu

sekarang
aku tak butuh dirimu lagi,,,Ayah
kau yang membuat
hati ini memebencimu

sudah banyak luka


yang kau berikan padaku
mungkin,,,itulah
itulah kasih sayangmu padaku,,,Ayah
tak ada artinya
menangisi kasihmu yang kosong
yang ada hanya penantianku
selamat tinggal,,,Ayah
terima kasih atas
kasihmu yang selama ini
begitu membekas dihatiku
thank you very much,,,
my Father

Karya : Alfiah Dara Lubis

10. Lelaki di Sudut Lorong


Lelaki di sudut lorong
Dia adalah lelaki kuat bak baja dan sabar bak laut
Tiada mengeluh ketika susah
Tiada pula berteriak ketika senang.

Lelaki di sudut lorong


Dia adalah lelaki miskin
Miskin harta tapi kaya hati
Miskin ilmu tapi kata iman.

Lelaki di sudut lorong


Dia adalah lelaki mati rasa
Tiada bisa tersenyum tiada bisa menangis
Kehidupan telah mempermainkannya.

Lelaki di sudut lorong


Dia adalah lelaki berhati maaf
Ratusan orang pernah memakinya, memaki harga dirinya
Maaf masih ia suguhkan untuk membalas mereka.
Lelaki di sudut lorong
Dia adalah lelaki yang hidup dengan airmata
Hidup di jalan
Bertemankan hina dan berkasihkan sengsara.

Lelaki di sudut lorong


Kerasnya takdir telah mengubahnya
Hatinya telah tiada tanpa bentuk
Raib di telan rasa sakit.

Lelaki di sudut lorong


Makanannya adalah kekecewaan
Minumannya adalah airmata
Dan pujiannya adalah hinaan.

Lelaki di sudut lorong


Tidur di emperan toko
Kerjaannya adalah mengharap, tidak! mengemis
Mengemis sedikit nurani dari mahkluk yang mengaku manusia.

Lelaki di sudut lorong


Dia adalah ayahku
Masa mudanya telah menjadikannya batu
Kerasnya hidup membuat ia tegar.

Anda mungkin juga menyukai