membawa bola lari masuk ke gawang Oh, sepak bola siapa gerangan engkau mencipta Keberadaanmu membawa angin segar dunia Semangat didalammu membawakan kobaran gelora Oh, sepak bola apa dikata engkau tiada dunia sepi!, sunyi !, suram ! bak kota mati yang ditinggal pergi Sajak Untuk Tidur Hai kawan waktu sudah beranjak malam Ayo kita tidur, mata sudah mulai sayu Sang mata sudah berbisik berkata pejamkan aku, aku mau tidur teman ! Bersiaplah untuk berlomba esok hari Pak guru sudah menanti Ilmu baru pun akan di dapati Selamat tidur kawan, pejam, pejamlah sang mata. Besok kita akan bertempur Sepertiga Akhir Malam Kubuka pintu depan rumah Kusaksikan langit begitu berkilauan Dihiasi gugusan bintang Hati pun nampak senang Sungguh udara dan pikiran begitu lengang Di sepertiga akhir malam Kulawan dan kukalahkan udara dingin Air wudlu pun menembus membasahi kulitku Dalam sujudku kupanjatan doa kehadiratMu Jadikanlah bangsa ini, Bangsa yang aman ,tenteram dan sejahtera Bangsa yang menghidupkan akhir sepertiga malam itu
Taman Surga Saat tatapan mata memandang lepas Wujud ciptaanNya di dunia Berdegup hati ini berkata, Sungguh mempesona tak ada duanya Ku bayangkan dan kuresapi siapa gerangan Membuat sama sedemikian rupa Hati semakin berdegup seraya menangis teringat dan terngiang, seperti apa taman surga berada Meratap dan menangis kembali hati ini Mengingat janji Tuhan Hanyalah mereka manusia pilihan Yang jauh dari perbuatan nista dan angkara murka Yang akan menjadikan mereka penghuni taman surga kekal selamanya Oh, Tuhan walau seribu jalan berliku Berikanlah petunjukMu pada langkah kaki ini Agar hambaMu termasuk ke dalam golongannya Mentari Hai mentari pagi Hari ini kau datang tampak cerah sekali Engkau datang tiap hari Untuk sumber energi pribumi Semua orang berlari pagi Untuk menyehatkan diri Tanpa kau, hai mentari Di seluruh bumi ini Akan mati tiada lagi Indah Nian Desaku Kulihat sawah membentang Warna hijau bagai permata alam Ku coba telusuri jalan Akankah tetap begitu ? Kuingin tetap begini Terlihat apa adanya Kuingin tetap begitu Terlihat kenyataannya
Mentari mulai tenggelam Danakupun tetap disini Menikmati alam yang ada Anugrah dari yang kuasa Oh..alam desaku aman dan damai Oh..alam desaku lestarikanlah
Istana Langit Memandang ke angkasa lepas biru,putih bahkan abu-abu warnamu menampakkan Tak terbayang jika manusia berpijak di atasnya Apa yang akan dirasa, senang, gembira pasti bahagia disana. Memang manusia tak berhak tinggal Apalagi tidur di istana langit Hanya Tuhan sang pencipta alam Yang menguasai jagad raya, Yang bersemayam didalamnya Untuk mengatur kehidupan ini sampai kiamat nanti tiba Dialah Batu Besar, kecil,hitam dan putih engkau menampakkan Orang akan memukulmu bila kau membangkang Dan kau dilempar ,bila orang itu kesal Sungguh malang keberadaanmu Hanya tukang batu yang mengerti kamu.
Aku ingin sehat Badan kurus kering kerontang tak nafsu makan Bagaikan bunga-bunga kering yang beterbangan Pagi hari yang indah Harus bangun tanpa gundah Tinggalkan kelana Memutar badan berolahraga Minum dan makan membahana Menggapai tubuh sehat maha sempurna
Puisi Dari Bunda Bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku Tapi semakin lama kuamati Seyuman bunda adalah puisi Tatapan bunda adalah puisi Teguran bunda adalah puisi Belaian dan doanya adalah puisi cinta Yang disampaikan padaku Tak putus putus Tak putus putus Bahkan bila kutidur Tuhanku Aku Mengadu Aku kecil di kala dulu berada Tak satupun tahu hasrat yang kusimpan Di saat waktu terus berputar Di kala usia bertambah angka Tuhan bolehkah aku bicara padamu ? Sekarang aku sudah besar Detik demi detik kulewati bersamaMu Senang dan sedih kulalui dengan mengenalMu Tuhan aku punya hasrat HambaMu punya timbunan cita cita Wujudkanlah di kala aku besar nanti Tuhan, ku percaya engkaulah pengatur jagad raya penentu segala takdir ini
Alamku Surgaku Zamrud khatulistiwa, kau adalah surga Fenomena alam Indonesia begitu menawan Orang Arab sering berkata oh Indonesia, ini adalah surga dunia, tempat tak ada dua di dunia Namun mengapa alam surgaku mulai hilang mulai terkikis oleh hingar bingarnya dunia dan juga kejamnya nafsu manusia Oh Tuhan janganlah kau ambil alam surgaku dan sadarkanlah kami untuk membelainya dengan penuh kasih sayang Alam Mengapa engkau tak tersenyum cerah Manusia, hewan, tumbuhan menantimu setiap nafas Alam, janganlah marah janganlah engkau bosan Engkau tempat berpijak semua makhluk. Alam janganlah kau enggan bersahabat dengan semua makhluk terutama manusia di dunia Kalau memang manusia berbuat dosa tunjukkanlah yang terbaik ya Allah. Mohon ampun segala dosa. Bencana gempa di mana-mana Membuat manusia harus ingat kepadaMu Rumah Impian Rumahku Sawah hijau terbentang luas Gunung-gunung menjulang tinggi Yang selalu menemaniku di kala pagi Rumahku .. Sungai nan jernih sungguh mempesona Padang rumput penuh canda ria bocah-bocah gembala yang selalu membuatku terpesona Namun.. Kemanakah rumahku itu ?
Hilang dalam waktu sekejab Berganti dengan pabrik-pabrik penuh asap Oh. Apa ini hanya impian ? Walaupun ini hanya impian aku tetap akan terpesona Ayo Membaca Sesobek kertas telah diberikan Seuntai tulisan juga berada di dalamnya Duhai anak yang malang Kenapa engkau diam saja ? Kenapa kertas itu hanya kau simpan ? Sungguh banyak harapan terpendam Ilmu maha luas telah tertuliskan Namun sayang kau malas membaca Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang Sungguh dunia telah berkata, Kau ingin tahu isiku ? Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ? Malang beribu malang kau malas membaca Duhai anak yang malang Bangkitlah sekarang Wawasan luas telah menantimu Lawanlah jiwa kotormu itu Tuk mencapai impianmu Air Hujan Engkau turun secara perlahan lahan Butiranmu bisa kecil dan juga besar Suaramu begitu nyaring merasuk telinga Kadangkala engkau adalah teman manusia Teman di kala duka,teman di kala suka Permatamu bisa menyegarkan tanaman Tapi bisamu dapat menggegerkan dunia Di saat manusia rakus terhadap hutan Hutan dijadikan gundul, bak Pak Ogah berkepala botak Saat itu engkau turun sesukamu dan tahu rasa manusia saat itu
Terima Kasih Ayah Kau yang sempat kulupakan yang sempat terabaikan Tak pernah ku memikirkanmu Bukan maksud hati mengutamakan Ibu Memang Ibu telah mengandungku, telah menimangku hingga aku besar Namun tetap engkau yang berjasa seperti Ibu. Tiada engkau aku tidak bersekolah tak bisa membeli makanan adik pun tak bisa beli mainan Oh, Ayah jasamu sungguh besar sama seperti Ibu yang telah mengasihiku Satu kata sekali lagi terima kasih ayah tetaplah semangat bekerja, ku menyayangimu. Sampah Begitu menggunung aku melihat kau berada Baumu menyengat begitu terasa Muntah, dan muntah aku melihatmu Kenapa kondisimu bisa seperti itu ? Memang engkau tidak salah Memang engkaulah yang benar Engkau bisa dioalah, engkau bisa dirubah Engkau memiliki potensi terpendam Wujudmu memang sampah dan manusialah yang salah Kau sering di lempar begitu saja Tanpa dipikirkan, tanpa dihiraukan Karena manusia senang bertindak tanpa otak
Nikmatnya berzakat Menumpuk sudah uang tabunganku Tak hilang punah semua usahaku Setelah berlama-lama kukumpulkan Kini saatnya sebagian aku zakatkan Tidak merasa hilang uangku dimasukkan Dalam kotak kecil yang begitu lusuh Lusuh dalam penglihatan manusia Namun tidak disisi Tuhan Yang Kuasa Untukmu Guru Bangsa Guru. Engakulah pengajar kami Engkau ajarkan ilmumu untuk kami Tiada bosan bosan engkau mengajar Dengan penuh kesabaran Guru .. Engkau mengajar dengan ikhlas Engkaulah pendidik putra putri bangsa Jasamu kepada kami sungguh besar Hingga aku menjadi pandai dan pintar Guruku Terima kasih guruku Kau telah memberiku pendidikan Sungguh senangnya aku Mendapat ilmu karena pendidikanmu Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa Aku ingin sepertimu Walau kau keras kepadaku Aku tau kau sangat sayang padaku Terima kasih guruku tercinta Suara Adzan Bila telah terdengar suaranya Mengumandang mencubit telinga Orang pun berbondong Mengambil wudlu membasuh tangan Dan merelakan kewajiban suci Menghadap ilahi mempasrahkan diri Mencari harapan untuk mengumpulkan pahala Berharap hasil di negeri kahirat
Meraih Taqwa Menjalankan mengerjakan Mengamalkan mengikhlaskan Semua dan segala kewajiban Apakah sulit ? Di sisiNya kita kan dekat Sedekat tali yang mengikat sepatu Dan hanyalah taqwa di hati Yang kan mendekatkan Sedekat tali sepatu di pangkuanNya