mandi Hasrat pun tak terbendung Membawa maksud untuk mengepung Berbagai ilmu yang menggunung Ke sekolah daku berangkat Tak lupa tas aku angkat Pena hitam pun ikut mangkat Dan kugoreskan dengan singkat Daku ingin dapat cepat Tidak mau dengan lambat Pena hitam mengubah nasib dengan makrifat.
Taman Surga Saat tatapan mata memandang lepas Wujud ciptaanNya di dunia Berdegup hati ini berkata, Sungguh mempesona tak ada duanya Ku bayangkan dan kuresapi siapa gerangan Membuat sama sedemikian rupa Hati semakin berdegup seraya menangis teringat dan terngiang, seperti apa taman surga berada Meratap dan menangis kembali hati ini Mengingat janji Tuhan Hanyalah mereka manusia pilihan Yang jauh dari perbuatan nista dan angkara murka Yang akan menjadikan mereka penghuni taman surga kekal selamanya Oh, Tuhan walau seribu jalan berliku Berikanlah petunjukMu pada langkah kaki ini Agar hambaMu termasuk ke dalam golongannya
4. Sepertiga Akhir Malam Kubuka pintu depan rumah Kusaksikan langit begitu berkilauan Dihiasi gugusan bintang Hati pun nampak senang Sungguh udara dan pikiran begitu lengang Di sepertiga akhir malam
Sajak Untuk Tidur Hai kawan waktu sudah beranjak malam Ayo kita tidur, mata sudah mulai sayu Sang mata sudah berbisik berkata pejamkan aku, aku mau tidur teman ! Bersiaplah untuk berlomba esok hari Pak guru sudah menanti Ilmu baru pun akan di dapati Selamat tidur kawan, pejam, pejamlah sang mata. Besok kita akan bertempur
Kulawan dan kukalahkan udara dingin Air wudlu pun menembus membasahi kulitku Dalam sujudku kupanjatan doa kehadiratMu Jadikanlah bangsa ini, Bangsa yang aman ,tenteram dan sejahtera Bangsa yang menghidupkan akhir sepertiga malam itu
Mentari Hai mentari pagi Hari ini kau datang tampak cerah sekali Engkau datang tiap hari Untuk sumber energi pribumi Semua orang berlari pagi Untuk menyehatkan diri Tanpa kau, hai mentari Di seluruh bumi ini Akan mati tiada lagi
Berguru Pada Semut Hitam, merah berjalan merayap Menyelinap mencari celah Mencari makan. Hitam dan merah tak pernah gerah Menjunjung makanan bersama sama Membawa masuk ke istana raja. Berpesta bersama dalam semangat yang tetap mempesona.
Pengemis-Pengemis Kecil Ditengah persimpangan warna warni Di banyak kerumunan besi berasap Tersaksikan tangan tangan kecil menengadah Meminta belas kasihan pada sang raja jalanan Bertalu talu berada di bawah mentari Menahan hausnya rintihan hati Mengharap ada yang memberi Tak pernah lusuh walau dilakukan setiap hari Sungguh, membenakan hati dirimu itu terlukiskan Namun siapa gerangan bisa berbuat Tukmembalikkan telapak tangan tentang keberadaanmu itu berada
Indah Nian Desaku Kulihat sawah membentang Warna hijau bagai permata alam Ku coba telusuri jalan Akankah tetap begitu ? Kuingin tetap begini Terlihat apa adanya Kuingin tetap begitu Terlihat kenyataannya Mentari mulai tenggelam Danakupun tetap disini Menikmati alam yang ada Anugrah dari yang kuasa Oh..alam desaku aman dan damai Oh..alam desaku lestarikanlah
9. Berteman Dengan Gempa Seribu jalan di bumiku itu telah merekah Laut pun juga ikut tumpah Manusia Indonesia menggeliat Menggeliat ke angkasa dan ke dalam bumi Rumahpun ambil bagian tuk beterbangan Bagaikan burung yang mengangkasa di udara lepas Nuansa jauhari bumi Indonesia pun menghilang ditelan kejamnya keuatan alam Apa yang akan kau tangisi ? Bila memang begitu adanya Apakah bubur itu bisa kau jadikan nasi ? Tidak !, Sang Khalik memang sudah menakdirkan semua harus terjadi agar kita bertaulan, dan tidak berseteru dengan Sang Gempa. 11. Istana Langit Memandang ke angkasa lepas biru,putih bahkan abu-abu warnamu menampakkan Tak terbayang jika manusia berpijak di atasnya Apa yang akan dirasa, senang, gembira pasti bahagia disana.
Memang manusia tak berhak tinggal Apalagi tidur di istana langit Hanya Tuhan sang pencipta alam Yang menguasai jagad raya, Yang bersemayam didalamnya Untuk mengatur kehidupan ini sampai kiamat nanti tiba 12. Andaikan Boleh Meminta Teringat pesan ibu di hari minggu saat bus aku tunggu Dik, jika ayah pulang kamu ingin apa ? Aku tidak menjawab, diam Dik, kamu mau apa ? Aku masih diam, tak menjawab Dan ibu pun bosan bertanya Saat duduk di atas bus tua yang pengap Aku tetap tak menjawab Aku hanya bicara pada ibu aku ingin belaian kasih sayang ayah dan ibu sampai matahari terbit dari barat 13. Dialah Batu Besar, kecil,hitam dan putih engkau menampakkan Orang akan memukulmu bila kau membangkang
Dan kau dilempar ,bila orang itu kesal Sungguh malang keberadaanmu Hanya tukang batu yang mengerti kamu. 14. Sinar Mentari Pukul Sepuluh Pagi Pukul sepuluh pagi aku berdiri berjalan dan lalu berlari, di bawah sinar mentari. Panasnya menusuk kulitku, dan menyilaukan mataku, namun tenang menembus hatiku. Ingin ku utarakan semua biar dunia tahu, aku bangga sebagai makhlukNya! Terima kasih,Tuhan Kau masih biarkan aku terbangun hari ini Kau masih ijinkan hidungku bernafas hari ini Kau masih memberikanku hidup hari ini Sehingga aku masih dapat menikmati karuniaMu yang terindah dalam permata yang terus bersinar 15. Aku ingin sehat Badan kurus kering kerontang tak nafsu makan Bagaikan bunga-bunga kering yang beterbangan Pagi hari yang indah Harus bangun tanpa gundah Tinggalkan kelana Memutar badan berolahraga Minum dan makan membahana Menggapai tubuh sehat maha sempurna
16. Puzzle Ajaib Di tempat teduh nan rindang bersama teman ku belajar Bila ku bosan dan lelah Puzzle ajaib ku mainkan Memutar otak ke kiri dan ke kanan Meski pusing namun asyik dan pintar ku dapatkan Puzzle ajaib teman baik ku Selalu setia menemaniku Dalam langkah langkah kecilku Menggapai impian yang masih saja termangukan 17. Mendera Sakit Dua bersaudara laki laki semua Meratap kepedihan di tengah perjalanan usia Tak menahu kenapa tidak terjadi pada semua Menahan keluh setiap saat Karena hidup bersemayam menyatu dengan mala yang tak kunjung sirna Dia mengerti bahkan memahami Tuhan adalah adil dan tak akan menyirnakan harapan di batas sisa umurnya yang terus berjalan Keinginan satu yang terus merayap di tubuhnya Dia tak ingin terlalu lama
berseteru dengan mala itu Bahkan tetap meminta mohon syafaatNya tuk menjulangkan citanya di atas sisa umur yang terberi 18. Irama Nusantara Meliuk, membentang, dan menggejola Perihalmu menampilkan Pabila satu, pabila dua, pabila tiga Itu pastilah berbeda Sedikit orang yang memperlihatkan Apalagi mengerti perihalmu beda itu Tak sedikit darah yang ditumpahkan ataupun harta dikobarkan Tuk menebus gejolak iramamu itu Memang hanya satu yang dapat meredam ,meluluh, bahkan menyirnakan Pabila persatuan tertancapkan di irama nusantaramu 19. Lurus Tajam Berkelok-kelok itu pasti ada yang ke kiri dan ke kanan Namun bila lurus takkan pernah menemuimu baik kiri maupun kanan itulah hendaknya ditempuh Singkat, cepat, dan ringan, Lakukanlah bila ingin menemui-Nya 20. Puisi Dari Bunda Bunda hanya sedikit mengarang puisi untukku Tapi semakin lama kuamati
Seyuman bunda adalah puisi Tatapan bunda adalah puisi Teguran bunda adalah puisi Belaian dan doanya adalah puisi cinta Yang disampaikan padaku Tak putus putus Tak putus putus Bahkan bila kutidur 21. Tuhanku Aku Mengadu Aku kecil di kala dulu berada Tak satupun tahu hasrat yang kusimpan Di saat waktu terus berputar Di kala usia bertambah angka Tuhan bolehkah aku bicara padamu ? Sekarang aku sudah besar Detik demi detik kulewati bersamaMu Senang dan sedih kulalui dengan mengenalMu Tuhan aku punya hasrat HambaMu punya timbunan cita cita Wujudkanlah di kala aku besar nanti Tuhan, ku percaya engkaulah pengatur jagad raya penentu segala takdir ini 22. Mujizat Di Atas Doa Segudang harapan manusia tersimpan dalam kata kata Terpanjatkan bersama untaian suara yang berisi harapan tuk kehidupan Untukmu para siswa Indonesia, untaian harapanmu tersimpan dalam doa. Terus dan teruslah berdoa mendekatlah kepada sang pencipta Kuasa ada bersamaNya Tak perlu kau resah pabila harapan tidak terwujudkan
Janganlah berputus asa dan tetap berdoa karena doa adalah mujizatNya 23. Alamku Surgaku Zamrud khatulistiwa, kau adalah surga Fenomena alam Indonesia begitu menawan Orang Arab sering berkata oh Indonesia, ini adalah surga dunia, tempat tak ada dua di dunia Namun mengapa alam surgaku mulai hilang mulai terkikis oleh hingar bingarnya dunia dan juga kejamnya nafsu manusia Oh Tuhan janganlah kau ambil alam surgaku dan sadarkanlah kami untuk membelainya dengan penuh kasih sayang 24. Alam Mengapa engkau tak tersenyum cerah Manusia, hewan, tumbuhan menantimu setiap nafas Alam, janganlah marah janganlah engkau bosan Engkau tempat berpijak semua makhluk. Alam janganlah kau enggan bersahabat dengan semua makhluk terutama manusia di dunia Kalau memang manusia berbuat dosa tunjukkanlah yang terbaik ya Allah. Mohon ampun segala dosa. Bencana gempa di mana-mana Membuat manusia harus ingat kepadaMu
25. Kemerdekaan Indonesia Aku bisa tertawa Aku bisa bergaya Aku bisa berpesta Aku bisa tamasya
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua Kini kewajibanku sebagai anak bangsa Belajar tekun untuk membangun bangsa Agar nanti menjadi negara yang kaya raya Aku ingin.
26. Kekeringan
Debu-debu beterbangan
Orang orang pun kebingungan Pohon besar di hutan sudah jarang Air hujan pun menghilang Terjadilah kemarau panjang Di sana sini mencari air
27. Rumah Impian Rumahku Sawah hijau terbentang luas Gunung-gunung menjulang tinggi Yang selalu menemaniku di kala pagi Rumahku ..
bocah-bocah gembala
Kemanakah rumahku itu ? Hilang dalam waktu sekejab Berganti dengan pabrik-pabrik penuh asap Oh. Apa ini hanya impian ? Walaupun ini hanya impian aku tetap akan terpesona
28. Cahaya Dunia Di tengah kegelapan yang gulita Di antara orang-orang yang merambat mencari pegangan Di tengah orang tak tahu arah tujuan Di antara gulung-gulung ombak samudra yang siap menenggelamkan.
dan kini jadilah terang benderang Kini semua orang jadi tahu mengapa, untuk apa, dan dari mana hidup ini terjadi Semua orang akhirnya hanya bersujud di hadapan Illahi yang telah menciptakan langit dan bumi
begitu mencemaskan Kami tahu kami begitu durhaka Tak pernah berbakti kepadamu Kerusakan, perpecahan, pertikaian ,banyak kami lakukan
Seindah taman surga Di malam itu kau tidak tidur Kau hidup penuhi pesona langit Terangi hamparan bumi Keindahan dan kekuatanmu Begitu sempurna menawan hati Mencerahkan duka setiap insan
Masa masa di mana semua orang tak punya kebebasan Hari Hari di kala semua tercengkal oleh aturan kejam Wahai bangsa penjajah dimana hati nuranimu? Apakah engkau tidak mempunyai mata hati ? Dimana sebenarya rasa kemanusiaanmu berada ?
Manusia kau perlakukan seperti binatang Kau pekerjakan paksa orang orang tak berdosa
Reliefmu begitu melegenda Oh, nenek moyangku sungguh kekuatanmu maha hebat waktu itu Kau torehkan tanpa pamrih usahamu Kau bangun peninggalan sejarah itu untuk keindahan dunia Kini kusaksikan hasil keikhlasanmu itu ada di depanku
Kenapa kertas itu hanya kau simpan ? Sungguh banyak harapan terpendam Ilmu maha luas telah tertuliskan Namun sayang kau malas membaca
Malang beribu malang kau malas membaca Duhai anak yang malang Bangkitlah sekarang
Wawasan luas telah menantimu Lawanlah jiwa kotormu itu Tuk mencapai impianmu
Sungguh berat beban hidup ini Bapak presiden kenapa sekolah ini mahal ? Kenapa banyak rakyat miskin tak bisa bersekolah Kenapa sembako dan BBM merangkak naik Sungguh pilu hati ini melihatnya
Rekatkan barisan , ambilah jalan yang terbaik Berilah kemudahan bagi siswa siswi Indonesia Berilah kelapangan bagi rakyat rakyat miskin
Datang menemani sang mentari bangun Aku lihat di seberang ufuk timur Bersama dinginnya tetesan embun Sinar pelangi melingkar merangkul menyinari bumi
tersandangkan di tanahmu
memang dipertahankan
Sinarnya sungguh menggugah Oh, Bintang daku ingin seperti dikau Menjadi pelita terang di kala gelap Membuat penyejuk hati untuk setiap insan
Suaramu begitu nyaring merasuk telinga Kadangkala engkau adalah teman manusia Teman di kala duka,teman di kala suka Permatamu bisa menyegarkan tanaman Tapi bisamu dapat menggegerkan dunia
Namun tetap engkau yang berjasa seperti Ibu. Tiada engkau aku tidak bersekolah tak bisa membeli makanan adik pun tak bisa beli mainan
ku menyayangimu.
Proklamasi tidak akan menggema Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu menorehkan barisan berapi api Perjuangan itu menjalar hingga sekarang Kobaran nasionalismemu
Pesona keindahan alam begitu terbentang Barisan bukit bukit nampak begitu indah
Namun kulihat kini dimana keberadaanmu ? Kenapa engkau semakin tiada Hutan hutan banyak yang digunduli Laut laut banyak yang tercemar Kawasan persapan banyak dijadikan perumahan Apakah memang bumi Indonesia telah rusak ?
Kapal layar merangkak mengikuti arus Banyak orang berada di dalamnya Begitu banyak bawaan di angkutnya Layarmu telah dibentangkan Anginpun siap menerpa membawamu pergi
Perbaharuilah kapalmu
46. Polusi
Banyak pula orang menerbangkan sampah kesana kemari Mau jadi apa dunia ini sekarang Semua sudah tak da yang mengerti Semua sudah tak da yang mau peduli Dunia serasa sudah tak punya arti
47. Harimauku
48. Sampah
Kenapa kondisimu bisa seperti itu ? Memang engkau tidak salah Memang engkaulah yang benar Engkau bisa dioalah, engkau bisa dirubah Engkau memiliki potensi terpendam
Merpati sayapmu menari merajut awan Merpati sayapmu putih suci menawan
Waktu terus mengalir bagai bengawan Merpati teruslah menari, teruslah kawan Mengapa matamu sayu Pelan kedipmu terhuyung huyung Samudera hidup masih merayu Merpati teruslah, teruslah mendayung Masihlah berwarna sang pelangi Masih ada merah masih ada jingga Masihlah kau harum mewangi Masihlah aku padamu bangga Hari esok sedang menunggu Hilangkan gundah, buang gerah Merpati bentangkan tawamu Usir gelisah dari jiwamu Jangan biarkan angin membawamu Tunjukkan pada semua wibawamu
Menikmati indahnya awan angkasa Apakah kau mengerti dulu kau adalah ulat Dengan segala keganasanmu Kau makan daun daun muda kesayangan pak tani,
Di dalam kurungan hijau yang tergulung- gulung Ketika waktu tiba kau rubah dirimu jadi makhluk maha sempurna Berpenampilan molek dan menawan Membawa bahagia bagi siapa saja yang melihatnya 51. Menyesal Bertahun tahun sudah dunia bersamaku Bermacam macam kealfaan di sandangku
Semua tak terduga berjalan begitu saja Aku telah melakukan banyak khilaf Hanya kepadaMu lah aku kembalikan Hanya kepadaMu lah semuanya aku pasrahkan Ampun, ampun, dan ampunilah dosaku Ku menyesal !
oleh orang yang tak peduli Pohon jati jasamu sungguh besar Kau mengurangi pemanasan global Pohon jati jasamu tak kulupakan 53. Sekiranya Bukan Kalau
Semua hidup dalam tekanan Wanita wanita tak boleh bersekolah Wanita wanita tak diberi kebebasan Wanita- wanita dikurung di dalam rumah Ibarat katak berada dalam tempurung
Seolah menandakan wanita Indonesia tak mampu bangkit Adalah sebuah keberanian melawan arus Melakukan secara diam diam Merombak total pemikiran wanita Indonesia Menuai hasil dimasa sekarang, terima kasih Kartiniku !
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Pagi pun telah menghampiri kembali Begitu banyak manusia tak tahu Mengapa hari terus berganti Pagi berganti siang, siang berganti malam dan malam berganti pagi
Gundah, resah,senang
Pagi ini, hari ini, telah dikalahkan oleh siang dan malam
Jika dunia kami yang dulu kosong tak pernah kau isi Mungkin hanya ada warna hampa, gelap tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana Tapi kini dunia kami penuh warna Dengan goresan garis-garis, juga kata Yang dulu hanya jadi mimpi Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan Tentang mana warna yang indah Tentang garis yang harus dilukis Juga tentang kata yang harus dibaca Terimakasih guruku dari hatiku Untuk semua pejuang pendidikan Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin Hanya ucapan terakhir dari mulutku Di hari pendidikan nasional ini Gempitakanlah selalu jiwamu wahai pejuang pendidikan Indonesia
58. Angin
Domba domba itu pun tetap tak mengerti Hanya suara mbek..mbek.mbek
ku sabar menunggu
segar dan hijau rumput Bunyi seruling gembala nyaring gembira lupalah haus dan lapar dalam gurau dan kelakar
Dendang gembala
petani bersiap hendak ke sawah. Padi yang hijau siap untuk dipanen petani bersuka ria beramai ramai memotong padi
begitu beningnya
Ibu,
kala aku beranjak dewasa, kala aku membutuhkan tempat bertanya, kenapa Ibu pergi?
Ibu, ibu tahu tidak kalau aku sedih? ibu tahu tidak kalau aku takut? tapi kenapa Ibu pergi?
Ibu, bicara dong, kenapa cuma diam saja? memang beban ini cuma milikku saja?
Ibu, kalau memang begitu adanya, doakan aku supaya kuat, doakan aku supaya bijak dan tidak terinjak-injak
Sirnalah harapan
dan harapkan
yang membacanya
Siapa berani mendaki gunung itu ? Siapa berani melewati bebatuan terjal di jalanan menanjak itu ? Siapa berani menerjang ombak yang ada di laut itu ? dan siapa berani melawan kesemuanya itu Tahukah kawan, hanya dia sang pemberani
Yang memiliki jiwa ksatria yang mampu mengalahkannya Dan apakah kau termasuk ke dalam anggota di dalamnya Hanya dirimu yang mampu menjawabnya 69. Sumpah pemuda Wahai para pemuda pendahulu..
Mengeringkerontangkan tenggorokan
kemampuanmu.
77. Indah Senyuman Burung Kaka tua tertawa ha.ha.ha.. Begitu juga kambing tertawa hihihi
aturan hati
Dan semua adalah demi berteman dengan hawa nafsu Jika memang kami dosa.
Betapa ku mencintaimu
85. Awan
86. Pahlawan
Oh, pahlawan
89. Gunungku
Gunungku
Merah bungaku
Hijau daunmu
Coklat batangmu
Membakari hutan-hutan
Kehidupan dulu
Ku ingin sepertimu
Itulah wujudmu
Bersama kawan-kawanmu
93. Indonesiaku
Di atas pantaiku
Itulah Indonesiaku
94. Lagu
Untukmu sahabatku
Di atas panggungmu
Menyanyikan lagu
Di dalam mulutku
Berepuklah tangan
Menusuk telinga
Dan apakah hanya itu yang akan kau dapatkan Tidak ..tepuklah sekali lagi
Keberanian berjalan
Keuletan berlaku
Kepatutan bercermin
Langit, bapaknya
Bumi, ibunya
Alam,pekarangannya
Raga,rumahnya
Waktu,menggelindingkannya
Yang merongrong
103. Prinsip
Rebut,
Genggam,
Karena,
Wajahmu imut
Juga menggemaskan
106. Guruku
Derita datang
Bila belumlah termakbulkan Teruslah sekali lagi..sekali lagi. dan sekali lagi
112. Kunang-Kunang
Memberikan pertanyaan
Semua itu
Tiada henti
Dalam kemunduran
Dan ku membahagia
sang mentari
116. Siklus
Masuk ke pekarangan
lalu lalang
Membawakan penumpang
Berpenampilan gagah
121. Rembulan
alam jayawijaya
Menanjak, meliku,mengganjal
Menjalankan mengerjakan
Mengamalkan mengikhlaskan
Apakah sulit ?
Berulang-ulang,berkesinambung
Menawarkan kesegaran
126. Bangunlah
Wahai.bangsaku
Berjuanglah !
Bangsa indonesia
128. Caturku
Bergelora sakit
Berkejora sedih
Telah terkantongi
Marah membentak
Yang menggelora
Tidaklah tertib