Anda di halaman 1dari 15

PUISI PENDIDIKAN & PAHLAWAN

KUMPULAN PUISI

JUDUL        : BINTANG MASA DEPAN


TEMA           : PENDIDIKAN, PAHLAWAN
PENULIS    : AKHID HERU PRABAWA

1. Pena Hitam
Ayam mencuat kokok di kala pagi
Sang mentari bangun meyejukkan hati
Membawa daku ingin mandi
Hasrat pun tak terbendung
Membawa maksud untuk mengepung
Berbagai ilmu yang menggunung
Ke sekolah daku berangkat
Tak lupa tas aku angkat
Pena hitam pun ikut mangkat
Dan kugoreskan dengan singkat
Daku ingin dapat cepat
Tidak mau dengan lambat
Pena hitam mengubah nasib
dengan makrifat.

2. Kemerdekaan Indonesia
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya raya
Aku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya
3. Bangunlah Ibu Pertiwiku
Kami saksikan suasana luka lara
menerpa Ibu Pertiwi
Kami tak habis pikir
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan
begitu mencemaskan
Kami tahu kami begitu durhaka
Tak pernah berbakti kepadamu
Kerusakan, perpecahan, pertikaian
,banyak kami lakukan
Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta
Selagi engkau masih mau menerima
Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf ,
dan menyaksikan engkau bangun
melawan keruntuhan itu

4. Suara Hati Untuk Bangsa Penjajah


Menangis pedih hati ini teringat
Merintih perih jiwa ini terngiang
Masa masa di mana semua orang tak punya kebebasan
Hari –Hari di kala semua tercengkal oleh aturan kejam
Wahai bangsa penjajah dimana hati nuranimu?
Apakah engkau tidak mempunyai mata hati ?
Dimana sebenarya rasa kemanusiaanmu berada ?
Sungguh kejam kau perbuat waktu itu
Manusia kau perlakukan seperti binatang
Kau pekerjakan paksa orang – orang tak berdosa
Mereka menangis, merintih , dan menahan keluh
Dan kau diam saja lagi senang
Memang,sudah sepantasnyalah engkau binasa dari muka bumi ini
5. Ayo Membaca
Sesobek kertas telah diberikan
Seuntai tulisan juga berada di dalamnya
Duhai anak yang malang
Kenapa engkau diam saja ?
Kenapa kertas itu hanya kau simpan ?
Sungguh banyak harapan terpendam
Ilmu maha luas telah tertuliskan
Namun sayang kau malas membaca
Dunia begitu luas ilmu pun begitu terbentang
Sungguh dunia telah berkata,
Kau ingin tahu isiku ?
Kau ingin mengerti apa tentang dunia ini ?
Malang beribu malang kau malas membaca
Duhai anak yang malang
Bangkitlah sekarang
Wawasan luas telah menantimu
Lawanlah jiwa kotormu itu
Tuk mencapai impianmu

6. Surat Tuk Bapak Presiden


Hari ini Indonesia merintih
Berita demi berita hanyalah berisi kepedihan
Begitu banyak rakyat menderita
Sungguh berat beban hidup ini
Bapak presiden kenapa sekolah ini mahal ?
Kenapa banyak rakyat miskin tak bisa bersekolah
Kenapa sembako dan BBM merangkak naik
Sungguh pilu hati ini melihatnya
Bapak presiden marilah kita gandengkan tangan,
Rekatkan barisan , ambilah jalan yang terbaik
Berilah kemudahan bagi siswa – siswi Indonesia
Berilah kelapangan bagi rakyat – rakyat miskin
Bapak presiden kami kan bersatu,
tapi kuasa ada di tanganmu
7. Manusia Sabang dan Merauke
Ketika menunjuk ujung barat Indonesia
Ketika menunjuk ujung timur Indonesia
Mata ini tak lepas lepasnya membelalak
mengikuti putaran irama yang sedang membiak
Megah memang di sebelah barat
namun lusuh mungkin di sebelah timur
Lurus mungkin disebelah barat
namun keriting tapi di sebelah timur
Apa mau dikata dan siapa mau menyangka
Sabang dan merauke adalah putih dengan hitam
Namun Indonesia adalah abu-abu
Dimana putih telah tumpah dengan hitam

8. Kota Pendidikan
Di tempat ini kami lahir
Di tanah ini kami besar
Sejarah bicara dan kami menyaksikan
Kau tumbuh dengan timbunan pengalaman dan pengetahuan
Dan kini kau wariskan pada kami anak bangsa
Kota budaya, kota etika, kota pendidikan
tersandangkan di tanahmu
Bendera kalimat itu sulit
memang dipertahankan
Kini tersaksikan hanya segelintir saja
yang berkibar di udara
Apa ditanya ?, mengapa ini terjadi dan berbalik nyata ?
Manusia Jogja ada dimana ?

9. Serdadu Proklamasi
Terngiang – ngiang sudah
Puluhan tahun begitu membekas
Semangatmu tertancap kuat hingga sekarang
Tidak pernah terpikirkan
Apa jadinya bila serdadu itu hilang
Proklamasi tidak akan menggema
Serdadu proklamasi tancapan kuat proklamasimu
menorehkan barisan berapi – api
Perjuangan itu menjalar hingga sekarang
Kobaran nasionalismemu
membawa bangsa ini hingga merdeka
Oh, serdadu proklamasi
maafkanlah kami,jika sekarang perjuangan itu
tersendat bagaikan kereta yang macet
10. Untukmu Kartiniku
Masa penjajahan membelenggu bangsa Indonesia
Masa penindasan begitu mencekal rakyat
Tak ada kebebasan pada waktu itu
Tak ada kelapangan di zaman itu
Semua hidup dalam tekanan
Wanita – wanita tak boleh bersekolah
Wanita – wanita tak diberi kebebasan
Wanita- wanita dikurung di dalam rumah
Ibarat katak berada dalam tempurung
Hanya kekhawatiran yang ada pada waktu itu
Hanya kecemasan yang ada pada saat itu
Seolah menandakan wanita Indonesia tak mampu bangkit
Adalah sebuah keberanian melawan arus
Melakukan secara diam – diam
Merombak total pemikiran wanita Indonesia
Menuai hasil dimasa sekarang, terima kasih Kartiniku !

11. Majulah Terus Siswa Indonesia


Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini
Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak ada sesuatu yang tak mungkin bagimu
Bangkitlah melawan arus yang terus mendera
Kuasailah dirimu dengan sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan
Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah masa depan
Masa depan ada di tanganmu
Harapan terpendam ada di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan
12. Pahlawan Pendidikan
Jika dunia kami yang dulu kosong
tak pernah kau isi
Mungkin hanya ada warna hampa, gelap
tak bisa apa-apa, tak bisa kemana-mana
Tapi kini dunia kami penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu hanya jadi mimpi
Kini mulai terlihat bukan lagi mimpi
Itu karena kau yang mengajarkan
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk semua pejuang pendidikan
Dengan pendidikanlah kita bisa memperbaiki bangsa
Dengan pendidikanlah nasib kita bisa dirubah
Apa yang tak mungkin kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitakanlah selalu jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia

13. Menulis Itu Indah


Hai bocah kecil……
Angkatlah pena itu dan
goreskanlah keinginanmu dengan jelas
Tuliskan apa saja yang kau ingin
dan harapkan
Tak usahlah kau takut mengotori kertas itu
Kertas itu nanti memang jadi kotor
Dan kotor di kertas itu
Akan membantu dalam mewujudkan cita-citamu
Apakah kau tidak tahu
Tulisanmu adalah harta bagi siapa saja
yang membacanya
14. Sumpah pemuda
Wahai para pemuda pendahulu…..
Yang telah hidup puluhan tahun berlalu
Yang telah membuat semua bersatu
Mengabadikan lentera nusantaramu
Di kala sekarang telah tiada
Gema janji sumpahmu tetap masih meraung
Meraung keras di seluruh penjuru sudut bangsa ini
28 oktober, karenamu pemuda Indonesia melebur
Menjadi sebuah pedang yang diasah tajam
Dan siap di gunakan untuk mengisi kemerdekaan ini
Terima kasih sumpahmu
28 oktober kan kugemakan slalu sampai nanti
mentari tenggelam di seberang timur

15. Terlambat sekolah
Burung telah bernyanyi di kala pagi
Menyanyikan lagu semangat tuk menanti hari berseri
Dan bedalah manusia dengan burung itu
Di balik selimut manusia bersembunyi
Menyenyakkan diri melupakan kewajiban hati
Aku tidaklah beda masih demikian
Kemalasan telah meracuniku
Hingga aku tak bisa berbuat banyak
Kesekolah tidak bisa datang tepat
Aku kalah dengan seekor burung
Hingga malupun aku dapat

16. Sekolahku Sehat
Sekolahku yang sehat
Betapa ku mencintaimu
Terimakasih kawan kawanku
Yang telah membersihkannya
Akan ku kenang engkau
Sekarang sekolahku indah dan sehat
Betapa aku senang
Ini semua karena keikhlasanmu yang menggema

17. Pahlawan
Oh, pahlawan
Engakulah yang melindungi bangsa
Tiada engkau, tiada kebebasan
Karenamu bangsa bebas dari penjajah
Sekarang tiada engkau lagi
Dan bangsa harus tetap bersatu
Ku akan merindukanmu selalu
Karena namamu tetap harum menyatu di kalbu
18. Untukmu Guru Bangsa
Guru…….
Engakulah pengajar kami
Engkau ajarkan ilmumu untuk kami
Tiada bosan bosan engkau mengajar
Dengan penuh kesabaran
Guru ………..
Engkau mengajar dengan ikhlas
Engkaulah pendidik putra putri bangsa
Jasamu kepada kami sungguh besar
Hingga aku menjadi pandai dan pintar

19. Indonesiaku
Angin berdesir di pantai
Angin berdesir sepoi-sepoi
Burung pun ikut berkicau dengan merdu
Di atas pantaiku
Sawahnya yang hijau terbentang luas
Gunungnya tinggi menjulang
Itulah Indonesiaku
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Di sanalah aku akhir menutup mata

20. Guruku
Terima kasih guruku
Kau telah memberiku pendidikan
Sungguh senangnya aku
Mendapat ilmu karena pendidikanmu
Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Aku ingin sepertimu
Walau kau keras kepadaku
Aku tau kau sangat sayang padaku
Terima 
Pahlawan Kehidupan
Karya : Nur Wachid

Ku lihat kau berbuat


Ku dengar kau berbicara
Ku rasakan kau merasakan
              Mata binar tak khayal menjadi panutan
              Sejuk terasa haluan kata – katamu
              Menjadi sugesti pada diri kami
              Hingga jiwa ini tak sanggup berlari
              Menjauhi jalan hakiki
Lelah dirimu tak kau risaukan
Hiruk pikuk kehidupan mengharu biru
Itu jasa tentang pengabdian
Bukan jasa tentang perekonomian
Semangatmu menjadi penghidupan
Untuk kami menjalani kehidupan
              Jangan pernah kau bosan
              Jadi haluan panutan
              Meski pertiwi dalam kesengsaraan
              Kaulah pelita cahaya kehidupan
Terima kasih untukmu
Sang pahlawan kehidupan
Aku
Karya : Nur Wachid

Aku berdiri ditengah penjuru


Aku besar dengan nama itu
Aku bukan manusia
Aku hanya sebuah kata
              Namaku lambang kecerdasan
              Namaku membunuh kebodohan
              Betapa hebatnya aku ?
              Tak ada yang menandingiku
Sampai ini ku tak merasa hebat
Ini kali ku menangis
Bukan yang pertama
Bukan yang kedua
              Tiada pemakai namaku
              Yang menjadikanku hebat
              Disana – sini kebodohan
              Belum terbunuh olehku
              Tangisan ini penuh pilu
              Belum banyak kecerdasan
              Yang bertaburan
Jadilah pahlawanku anak negeri
Hentikan pilu tangisku
Buatlah aku tersenyum
Merasa bangga akan namaku

Lilin Kegelapan
Karya : Nur Wachid  

Titik air menitik


Berbaris jarum jam berdetik
Tak henti dalam putaran waktu
Menembus masuk roda itu
              Menjadi pilar generasi penerus
              Bermuara menjelma sebagai arus
              Berbaris ditengah tangisan pertiwi
              Tak buat henti langkahkan kaki
              Baktiku hanya tuk negeri ini
              Ku akan jadi lilin ditengah kegelapan
              Melawan segala kemunafikan
              Semangatku bagai pejuang 45’
              Penerus cita – cita pahlawan kita
Wahai sang guruku
Tuntunlah aku menjadi aku
Jasamu tak tampak mata
Berwujud dalam hati sanubari
              Titik air menitik
              Ilmu mu kan ku petik
              Bukan buat negara munafik
Baca Tulis
Karya : Nur Wachid

Senja meradang kerinduan


Goresan pena menyayat kalbu
Tangisanku tak membuat pilu
Hei .. wahai pemimpinku
Pandanglah aku yang kusut ini
Duduk di sekolah ku tak bisa
Bagaimana ku tak bisa bodoh ?
Hiduppun beralas tanah
Tidurpun beratap langit
Ahhh,....
Bosan ku tak dapat membaca
Bingung ku tak dapat menulis
Seandainya ada pemimpin menangis
Pasti ku dapat baca tulis

Do’a dan Harapku


Karya : Nur Wachid

Fajar pagi tampak layuh


Sinarnya tak tampak
Jangan kau melihat itu
Bagiku itu palsu
Ku hanya ingin semangatmu
Bukan ingin egomu
Langkahkan kakimu anak didikku
Cepat dan semakin cepat
Sekali jangan buat lambat
Beribu – ribu kata akan tersendat
Besar sungguh harapku
Pada anak berpacu dengan waktu
Do’a ku selalu iringi langkahmu
Taman Ilmu
Karya : Nur Wachid

Musim kemarau panas berkepanjangan


Musim penghujan hujan berdatangan
Itulah hebatnya dirimu
Panas hujan tetap buat kau berdiri
Kau hanya tumpukan bata merah
Tulang mu hanya dari besi
              Seindah dirimu namamu sama
              Seburuk bentukmu tak kurangi gunamu
              Kaulah taman kehidupan
              Tempat tertanam berjuta ilmu
              Bunga merekah terlahir darimu
              Hiruk pikuk pendidikan tertelan olehmu
              Tanpamu semua tampak bodoh
Alangkah indahnya .....
Jika dirimu berdiri dimana – mana
Tanpa ada beda di desa dan kota
Sayangnya kau bukan manusia
Kakimu tertanam di bumi
Tak dapat jalan kemana – mana

Pejuang Modern

Kamilah pejuang masa kini


Badan kami tidaklah kekar
Bambu runcing tidak digunakan lagi di sini
Dan semboyan ‘Merdeka Atau Mati’ sudah tidak menggema lagi
Kami menggunakan otak
Namun sepertinya otak itu sudah tumpul
Dijejali sesuatu yang bernama ilmu tiada henti
Entah untuk apa ilmu itu nanti
Bolpoin tinta hitam adalah senjata kami
Digunakan untuk mencatat, mencatat, dan mencatat
Namun sepertinya dia sudah bosan
Digores untuk mengukir sesuatu yang sulit dicerna otak
Dan semboyan itu sudah tidak menggema lagi
Bukan karena kemerdekaan telah diraih
Namun karena sudah bosan
Seperti melakukan pekerjaan tak bermanfaat
Kemeja putih dan bawahan abu-abu melekat
Semakin mewakili kehidupan kami yang kelabu
Menanti sesuatu yang tidak pasti
Ada yang bilang, kamilah generasi penerus bangsa
Namun kami tidak merasa dipersiapkan untuk meneruskannya
Nasionalisme kami telah terkikis oleh egoisme sang penguasa

PUISI UNTUK GURU


Karya : Yuli Maulidiawati
Engkau bagaikan cahaya
Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sungguh mulia tugasmu Guru
Tugas yang sangat besar
Guru engkau adalah pahlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Guru ingin ingin kuucapkan
Terimakasih atas semua jasamu              

Pahlkawan Tiada Kenal Lelah


Terbentang dihadapan mata
Ku mulai melihatnya
Tatapan wajah sumringah
Didalam kelas berkaca-kaca

Begitu trampil dalam mengajar


Membimbing tiada lelah
Tiada kenal asa
Walau tanpa tanda jasa

Guru…………………….???
Mereka hanyalah manusia biasa
Tapi megapa dia tiada punyai rasa jenuh
Dalam menyajikan ilmu

Begitu banyak jasa-jasanya


Begitu curah kasih sayang nya
Tapi mengapa slalu saja
Tak pernah dihargai anak didiknya????

Anda mungkin juga menyukai