Anda di halaman 1dari 3

Naga Ajaib yang Murah Hati

Pada zaman dahulu kala, hiduplah kakak beradik yatim piatu yang saling menyayangi. Orang tua
kedua anak ini sudah meninggal sejak mereka masih kecil. Hal inilah yang menyebabkan mereka
hidup sebatang kara. Saat itu adiknya baru bisa berjalan dan sang kakak hidup dalam keadaan
serba kekurangan. Sang kakak mau tak mau harus mencari kayu bakar di hutan untuk
ditukarkan dengan beras agar mereka bisa makan. Hanya pekerjaan itulah yang bisa dilakukan
oleh sang kakak yang rajin.

Setiap hari saat fajar sudah terbit, sang kakak pergi meninggalkan adiknya yang masih tidur
untuk mencari kayu bakar dan buah-buahan di hutan. Sepulang dari mencari kayu bakar di
hutan, adiknya akan terbangun sambil menangis. Ia pun membawa adiknya ke pasar untuk
menukarkan hasil pencariannya di hutan dengan beras dan kebutuhan hidup yang lainnya.

Namun pada suatu hari sang kakak sangat terkejut. Ia pulang dari mencari kayu bakar dan
adiknya sudah tidak ada di tempat tidur. Rumah kecilnya sudah dalam keadaan terbuka dan
adiknya tidak ada di setiap sudutnya. Ia mencari kemana-mana namun hanya menemukan
sehelai kain dari baju yang dipakai sang adik lengkap dengan baluran bercak darah di halaman
belakang rumah. Ia sangat bingung dengan apa yang terjadi. Tak lama kemudian ia mendengar
suara lolongan binatang buas dari belakang rumah.

Ternyata seekor serigala sudah memangsa adik tercintanya. Ia menangis tersedu-sedu dan
menyesal telah meninggalkan adiknya sendiri di rumah tanpa mengunci pintu. Di tengah
tangisannya, dia teringat cerita dari almarhum orang tuanya. Kabarnya ada seekor naga yang
memiliki air mata ajaib hidup di balik gunung hutan tempat ia selalu mencari kayu bakar.

Konon, air mata naga itu dapat menghidupkan kembali adik kesayangannya jika diteteskan di
kain bekas darah si adik. Ia pun lari sekencang-kencangnya dengan membawa sisa kain tersebut
melewati hutan belantara yang berbahaya. Ia sudah bertekad dan tidak peduli dengan bahaya
atau binatang buas yang sangat mengancam nyawanya. Yang ada di pikirannya hanyalah sia-sia
saja jika ia hidup di dunia hanya seorang diri tanpa adik kesayangannya.

Namun saat di tengah perjalanan, ia teringat kembali bahwa naga itu tidak akan mau
mengeluarkan air mata begitu saja. Oleh karena itu, selama perjalanannya melewati hutan ia
terus memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk membuat sang naga mengeluarkan air
matanya tanpa perlu membuat sang naga terluka. Ia tidak mempunyai benda berharga apapun
untuk ditukarkan dengan air mata naga. Bahkan ia juga tidak memiliki senjata untuk melawan
agar naga tersebut terluka lalu menangis mengeluarkan air mata. Walaupun begitu, ia tidak
menghentikan langkah kakinya.

Sesampainya di balik gunung, ia melihat sebuah gua dengan ukuran sangat besar. Ia pun
menduga gua itu adalah tempat persembunyian sang naga. Kini ia pun semakin yakin akan
cerita yang ia dengar dan percaya bahwa naga tersebut benar adanya. Dengan langkah
perlahan, ia masuk ke dalam gua. Dari luar ia sudah seekor naga raksasa sedang tertidur pulas.
Melihat besarnya naga tersebut, ia pun terkejut hingga tanpa sadar mengeluarkan suara yang
membuat naga terbangun.

Naga yang terganggu tidurnya pun marah dan hendak menyerangnya. Saat naga akan
menyerangnya, ia langsung menunduk menangis sambil mengeluarkan helai kain yang masih
terdapat bercak darah milik si adik. Sang naga pun berhenti dan tidak menyerang, lalu
memperhatikan sang kakak. Mengetahui naga berhenti, ia pun langsung mengutarakan
maksudnya mendatangi naga dengan berani. Ia pun berkata, “Aku datang kemari tidak dengan
maksud buruk, wahai naga. Aku hanya sedih. Beberapa minggu yang lalu ayah dan ibuku
meninggal dunia hingga akhirnya harus hidup sebatang kara dengan adik kecil yang baru
berusia 1 tahun. Tapi pagi ini, adik kecil itu sudah dimangsa serigala buas. Itu artinya mulai saat
ini aku harus hidup sendiri. Kalau kau ingin memakanku, aku bersedia asalkan kau mau
menghidupkan kembali adikku.”

Mendengar cerita tersebut, naga hanya diam dan mengeluarkan air mata. Sang kakak pun
menyodorkan kain yang terdapat bekas darah adiknya dengan segera. Tak disangka, darah itu
tiba-tiba berubah menjadi daging dan tergeletak lah tubuh adik kecilnya lengkap dengan suara
tangisannya. Ia pun segera menggendong adiknya dan berkata lagi kepada si naga, “Naga yang
baik, kau sudah mengabulkan permohonanku. Izinkan aku kembali ke rumah untuk menitipkan
adik ke para tetangga, lalu aku akan kembali dan bisa menjadi santapan.”

Sang naga yang merasa iba pun menjawab bahwa ia tidak ingin memakan anak-anak. Ia
menyuruh sang kakak pulang untuk merawat adiknya yang malang itu. Bahkan sang naga pun
memberikan sisik emas sebagai hadian untuk sang kakak. Ia pun sangat senang dan sangat
berterimakasih kepada sang naga. Ia segera pamit pulang dan menggendong adik kecilnya
dengan berlari riang.

Anda mungkin juga menyukai