Anda di halaman 1dari 7

CONTOH PUISI BARU

1. Balada Orang-orang Tercinta


Karya: W.S. Rendra

Kita bergantian menghirup asam


Batuk dan lemas terceruk
Marah dan terbaret-baret
Cinta membuat kita bertahan
dengan secuil redup harapan

Kita berjalan terseok-seok


Mengira lelah akan hilang
di ujung terowongan yang terang
Namun cinta tidak membawa kita
memahami satu sama lain

2. Balada Pembungkus Tempe

Fermentasi asa
Mengharap sempurna
Bentuk utuh nan konyol
Rasa, karsa tempe

Pembungkus yang berjasa


Penuh kisah bertulis duka lara
Dibuang tanpa dibaca

Pembungkus tempe
Bukan plastik tapi kertas usang tak terpakai
Masihkah ada yang membelai sebelum membuangnya?

3. Senja di Pelabuhan Kecil

Ini kali tidak ada yang mencari cinta


di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut,
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang


menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah, air tidur, hilang ombak.
4. PAGI

jangan biarkan sekuntum bunga itu


layu sebelum matahari membelainya
dengan menggemakan semburat jingga
ultra dalam irama nuansa cinta-semesta

lihatlah bagaimana alam begitu perkasa


memainkan peran-Nya
dalam rindu-dendam yang terbungkus
kasih sayang memberi semburat
makna seribu pesona
5. DALAM DOA KU

pada suatu hari nanti


di hamparan sajadah
ragaku terkapar jiwaku melayang
suaraku kian senyap menggema
dzikir yang bersitahankan
rasa gejolak yang entah batasnya
namun aku terfakur dalam kemasyukan
cinta yang tak’kan pernah selesai
dengan kalimat AAMIIN
6. Doa
Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani
Ampunilah kami
Ampunilah
Amiin

Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakan asmaMu bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisanMu
Ampunilah kami
Ampunilah
Amiin
7. Generasi Sekarang
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa

Menciptakan kemegahan baru


Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia

8. Puisi untuk Guru


Engkau bagaikan cahaya
Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukkan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sungguh mulia tugasmu guru
Tugas yang sangat besar
Guru engkau adalah pahlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Guru ingin kuucapkan
Terima kasih atas jasamu
9. Kini Sunyi
Tenggelam pada sunyi di buai hangat
Menatap angin dan terpejamkan gelap
Menitip rindu pada ufuk yg memerah
Cerita pada pinus di hutan kenangan

Padahal baru beberapa tahun saja


Juntai menjuntai kenangan itu menguap
Ketika semua membuncahkan rasa
Ya, itu masa lalu
10. Aku bertanya
Aku bertanya...
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,

sementara ketidakadilan terjadi


di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.
11. Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
12. Ada burung dua, jantan dan betina
Hinggap didahan
Ada daun dua,tidak jantan tidak betina
Gugur didahan
13. Kelam dalam gelap
Tanpa sinar bulan yang gemerlap
Menunggu cinta yang tak pernah kunjung datang
Duduk sendiri dibawah sebuah kegelapan
Pernah aku berfikir
Dimana, dan kapankah kau datang disini
14. Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
15. GEMBALA
Perasaan siapa ta’kan nyala (a)
Melihat anak berelagu dendang (b)
Seorang s aja di tengah padang (b)
Tiada berbaju buka kepala (a)

Beginilah nasib anak gembala (a)


Berteduh di bawah kayu nan rindang (b)
Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)
Pulang ke rumah di senja kala (a)

Contoh piusi lama

1. PANTUN
Bapak tani menanam tebu
Pembeli datang bertanya harga
Wahai ananda hormati Ibu
Karena Ibu jalan ke surga

2. KARMINA
Dahulu ketan, sekarang ketupat(a)
Dahulu preman, sekarang ustat(a)

3. GURINDAM
Kurang pikir kurang siasat (a)
Pasti dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Ibarat rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak akan menjadi kurus ( c )

4. Ibu
Ibu engkau pelita dihidupku
Engkau tak pernah lelah menunggu kehadiranku
Dengan segala beban dan keringat yang membasahi wajahmu
Tiada engkau merasakan pilu

Langkah kecilmu yang selalu engkau tempuh


Walaupun begitu berat terasa di tubuhmu
Engkau terus memperjuangkanku di dalam kandunganmu
Tanpa merasa lelah yang engkau tunjukan diwajamu

Terimakasihku pada mu ibu


Engkau telah menunjukan surga untukku
Surga yang hanya ada di telapak kakimu
Dan doa yang engkau haturkan selalu untukku

4. Untukmu
Entah bagaima aku harus membalas
Semua yang kuberi takkan mungkin bisa mengganti kasihmu
Ketulusanmu bak awan putih disiang yang cerah
Namun bedanya kasih tulus mu tak hanya terlihat
Tapi terasa bahkan membekas

Satu hal yang paling aku risaukan


Saat ku tak dapat membalas ketulusan kasihmu padaku
Seberapa keras aku mencoba berusaha
Kau terlalu jauh tuk ku balas dengan belaian dan depakan kasih

5. Sosok berhati malaikat


Ibu.. Ayah..
Terimakasih atas semua pengorbananmu
Darimu, aku belajar banyak hal
Sosok yang begitu tegar dan sabar
Dalam menghadapi lika-liku kehidupan

Hatimu bagaikan malaikat


Kasih sayangmu tak terbatas waktu
Dalam setiap doa mu
Kau tak pernah sedikitpun melupakan kami
Bahkan disaat semua tertidur lelap
Kau bermunajat pada sang ilahi
Agar putra-putrimu menjadi insan islami

6. Untuk mu
Entah bagaimana aku harus membalas
Semua yang kuberi takkan mungkin bisa mengganti kasihmu
Ketulusanmu bak awan putih di siang yang cerah
Namun bedanya kasih tulus mu tak hanya terlihat
Tapi terasa bahkan membekas

Satu hal yang paling aku risaukan


Saat ku tak dapat membalas ketulusan kasihmu padaku
Seberapa keras aku mencoba berusaha
Kau terlalu jauh tuk ku balas dengan belaian dan depakan kasih

7. Penuh peluh
Tak peduli seberapapun lelahku
Yang terfikirkan hanyalah kekosongan didapurku
Apa yang harus kuberi untuk mereke?
Sedang aku bersusah payah mencarinya
Keringat dan terik tak lagi asing menyengat
Terus menyusuri kerasnya kota
Kuberikan tenagaku untuk sesuap nasi

Menjaga mereka agar tetap tumbuh


Selayaknya mereka tumbuh
Aku mencintai mereka
Sebagai anugerah yang harus ku jaga

Yang selalu kubebaskan


Berseri dibawah teriknya mentari

8. Untuk ibu
Kuputuskan tuk pergi semata mengejar mimpi
Kau ku tinggalkan
Matamu ku tahu tak ada kerelaan melepaskan
Jika aku menangis, ibu
Kau alasan ingatan sesungguhnya
Menampung rindu
Tawamu adalah kantung air mata

9. Mata air cinta

Ibu..
Memelukmu adalah kenyamananku
Melukis senyummu adalah keinginanku
Mencintaimu sudah tentu kewajibanku

Namun terkadang
Melawanmu menjadi kebiasaanku
Bahkan ku menyiakanmu dan
Melupakanmu sebagai seorang ibu
Tanpa kusadari begitu teririsnya hatimu

10. Cuma ibu yang tahu


Saat ibu baru saja memejamkan mata
Pecahlah tangisan sikecil dengan nyaringnya
Dalam keadaan mengantuk, anak pun harus
Di gendong sepenuh cinta

Bagaimana rasanya? Cuma ibu yang tahu


Rasanya.. Saat lapar melanda, terbayang makanan
Enak diatas meja
Ketika suapan pertama, anak pup di celana
Bagaimana rasanya?
Cuma ibu yang tahu rasanya

11. Surat Cinta untuk Emak


Mak, tuhan menamparku, PLAK
Itu untuk aku yang terjebak, BRAK
Aku jatuh, Mak

Aku menagais, aku meringis


Di pangkuanmu, Mak
Aku mengaduh, ampun
Di pelukmu, Mak

12. Harapan yang Tiada Akhir


Kita melangkah kaki secara bersamaan
Berjalan ditengah angin yang berhembus
Melewati lika liku persimpangan
Tanpa kenal lelah dan hanya ada senyuman

Diri ini pulang dengan penuh kebahagiaan


Walaaupun hanya sejenak memandang
Ku usap kepalamu dengan kelembutan
Agar engkau tahu yang ku inginkan
Hanyalah selalu dan selalu membuatmu tertawa riang

13. Sahabat jauh


Saat kupejamkan mata
Kuteringat akan kenangan indah bersamamu
Senyummu..
Suaramu..
Dan semua tentang mu..

Saat kulihat senyummu


Bagai air jernih yang menyegarkan jiwaku
Saat kudengar suaramu

14. Sahabat surga


Rinduku mengental
Lalu aroma hujan menambah kepekatannya
Dingin menyusup dengan malu
Bermandikan purnama dan basuhan wudhu

Langkah kaki menjadi saksi


Menuju ridho sang ilahi
Hembusan angin menyayat hati
Teringat seorang sahabat yang telah pergi

Bila sahabat menjadi penguat jiwa


Hanya dengan doa cinta ini menyapa
Dalam setiap nafas baitan doa
Penuh harap kelak kan berkumpul kembali di istananya

15. Sahabat
Sahabat..
Ada hari dimana kebersamaan tercipta
Ukiran tentang liku liku hidup bersama

Sahabat..
Tawa yang terkikis kecewa
Berat perjuangan
Arti dari kekompakan
Banyak kisah yang terjalin dan terbingkai

Sahabat..
Masih dan tak habis habis
Dunia diwarnai fenomena
Seperti daur kepompong
Menjadi kupu-kupu

Anda mungkin juga menyukai