Kini..
Aku hadir bersama kalian
mencari rezeki ilmu dan
pengalaman
mengharapkan ihsan dan belas
kasihan
dengan penuh kasih sayang dan
penghormatan
dari kalian wahai penduduk
tempatan.
Aku pohon kerjasama dari kalian,
kerana kita saling membutuhkan
Akulah guru Akulah musuh dan
Aku juga kawan
Wahal min muwafaqatin Ayyuhal
sang budiman?
Oh Tuhan…..
Pandanglah hamba ini dengan
mata Ihsan
Titipkanlah hamba karuniaan iman
Agar bertambah amalan kebaikan
Daku Menanti keampunanmu
penuh pengharapan
Jeritan Batinku
Disaat kesedihan melabuhkan
diri
diantara khayalan nyata dan
realiti
sepi…
mengalir air mata ini tiada bererti
diruangan hati yang tidak
berpenghuni..
berdiri daku sunyi bersendiri…
Pening..
Peningku bukan kepalang
memikirkan anak bangsa yang
kosong bertelanjang..
Sesat tiada arah tujuan mereka
hilang..
Pening..
Peningku bukan kepalang
Bangsa yang dulu dibanggakan
menjadi bangsat
Bangsa yang dulunya gigih
menjadi letih
Bangsa yang dulunya gagah
menjadi lemah
Bangsanya yang dulunya kuat
berjuang kini kuat membawang
Bangsa yang dulunya ulat buku
kini giat membulu.
Pening.. sungguh aku pening
Dimana silapnya mereka..
Dimana kurangnya mereka..
Atau aku yang salah bicara..
Atau aku yang salah cara..
Anak muda…
Dari dulu aku penasaran
katanya kau kemari ingin
memburu ilmu
Aku datang kau malah kabur
dariku
Lucu sekali dirimu..
Aku harus bagaimana..
Apakah kautahu
Iman dan amal yang kau bina
dahulu
Saban hari memanggil namamu
Bertalu- bertalu bernada pilu
Agar dirimu kembali dipandu..
Saudaraku..
Andai agama ini diinjak- injak
Ibarat badai menghempas ombak
Akan tiada lagi suara anak
Suara Azan merdu dan lunak..
Kini..
Telah tiba masanya
kau tinggalkan duniamu yang
sementara
Demi cintamu pada agama
Agar hidayahNya meresap ke
dalam jiwa..
Karya buat sang Guru
Maafkan aku
kerna telah mencoret luka dalam
hatimu
Terlalu banyak goresan yang
tercipta dari arti mencinta
dari kata- kata bangsat si penyair
buta
sedangkan kau hanya terdiam
bersahaja…
Katakan padaku
Disaat hujan turun dengan
lebatnya
lumpur-lumpur tanah
menyelimutiku
mengotorkan wajah dan tubuhku
Mengapa kau malah melemparkan
kepadaku
keindahan yang tidak pernah aku
rasai selama ini..
Sungguh…
Keindahanmu tidak mampu ku
susun dengan kata- kata hikmat
Meskipun dihimpun seluruh
kalimat-kalimat sastera
Kerendahan ragamu
membuatku terpegun diam
membisu