Anda di halaman 1dari 14

Ujung Meja Reot

Tersudut, aku hitam kelam tak dapat sayu pandangan

Memikirkan duniaku, terganti oleh kehadiran kalian

Berusaha jaya tapi merasa tidak pernah dianggap ada

Terpojok, kau yakinkan aku tak pernah berfikir

Betapa membosankan kehidupanku sejak tiupan lilin yang ke lima

Mak bapak tak pernah ingatkan apapun selain tentang bangunan tua ini

Kertas-kertas lecek bergambar merah

Nyalanya menyulut amarah bapak

Kata sayang berubah makian

Sentuhan lembut secepat kilat bermetamorfosa

Meja reot ia bertiang piala dan medali

Dia lemah, tak semegah kesombongan kilau emas dan peraknya

Aku ingin kembali sebelum angka lima

Empat tiga atau dua

Bolehkan aku tetap kecil mak?

Kecil untuk besar, dan bodoh untuk pintar, kata makku

Ahh..

Emak tak pernah salah

Gedung tua aku akan disini lama

Gambar jam dengan semua jarum diangka dua belas


Tekun kubuat mereka di atas meja dan sampul buku-buku berat

Bu Guru, Maaf

Sengaja aku tidak masuk

Menahan lara kau sayat kejam

Jika harga diriku sebatas angka-angka

Nominal tinggi kau tak mampu membeli

Lupakan saja dan jangan anggap aku ada

Sebuah isyarat damai akan aku terima

Mata dibalik dua mata

Kenapa harus memandang aku

Jika baris terakhir menjadi penutup

Usaikan saja kelasku hari itu

Aku tidak ingin lagi datang

Aku senang tidak akan kembali

Taman bermain tak seindah mimpi-mimpi

Bidadari menjadi bertaring dengan kuku panjang

Kasih? ku pikir itu berlebihan

Ku benci banyak mata mengawasi

PR Kemarin Sore

Menari-nari semua meninggalkanku


Sekuat tenaga kutangkap kujadikan menjadi satu

Menata merek menjadi rapi agar kau tak marah besok pagi

Berputar-putar mereka mengubah fantasi indah

Sekuat aku jaga tulisan itu berhamburan melempariku

Sudahlah aku menyerah

Kubawa penuh kasih ke peristirahatan

Ijinkan malam ini aku damai

Meski matahari esok awal petaka berulang

Langkah kakimu membangunkan kemarahan

Berdiri bagai benteng pertahanan tandakan kelemahan

Aku tak bisa dengan batas minimu

Puisi Sahabat

Begitupun kau takkan mampu menembus tentaraku

Saat aku hitam haruskah berpura-pura menjadi putih

Kurikulum menjadi petisi pengakuan kekalahanku

Puisi Pendidikan Oleh Guru

Aktor penting dalam dunia pendidikan adalah guru. Banyak hal yang ingin
mereka sampaikan, beberapa contoh tersiratpada puisi pendidikan dibawah ini
Mana Gaji Kami?

Dalam hati yang terbayang adalah anak-anak dirumah menangis lapar

Gaduh menjadi sunyi penuh duka

Kami berdiri tegar tegak di baris paling depan

Menjadi kami benaung dalam bangunan megah tinggi

Kata mereka betapa beruntungnya ..

Sedang atap kami tak mampu menahan gerimis

Lantai berlubang tua perjuangan

Dan rumah-rumah tanpa ventilasi

Mimpi tetap terajut benang terlepas

Doa mereka kami amini

Berat beban di pundak keropos

Berdiri kokoh dalam jiwa yang doyong terhuyung lemah

Rasa lapar cambuk kesakitan

Tersenyum kami penuh ketabahan

Sudah Lupakan

Janji mari kita buang sama-sama

Suara menggelegar ditengah pesta demokrasi

Katanya kami pengabdi, kelebihan membuat kami menjadi tuan meski tak lama

Pesta yang berakhir, kenangan menjadi hilang


Aku melupakan dan lupakan pula

Kesakitan bukan hanya milik kami, ku tahu

Ribuan kami, beberapa dari anda

Kami pelajari banyak hal untuk kembali mengajarkan

Memahami banyak masalah untuk membuat mereka mengerti

Mengukir pondasi tidak selalu akan terlihat

Seberapapun kami mengerti,sedikitpun tak ada yang dipahami

Tentang sebuah janji, lebih baik kami tuli

Puisi Pendidikan Tentang Masalah


Pendidikan bukanlah bagian dari kehidupan dunia mimpi yang sempurna tanpa
masalah pelik di dalamnya. Banyak problem yang terjadi digambarkan dalam
bentuk puisi untuk menyampaikannya.

Dimana Ekor Dimana Kepala

Lempeng besi

Terpanaskan menerima banyak pukulan

Samurai ku harap akhir pedih ini

Tajam, berkilau terangi Negeri

Babat kebodohan mati tebasan samurai

Percikan api terimalah

Peluh bercucuran air mata tak lagi bisa keluar

Tak ada patokan waktu ku mohon bersabarlah


Kayu bakar sedang dikumpulkan

Perih mari kita bagi rata

Aku tiga kau ambillah tiga

Pengertian aku harap, harapan kosong

Pukulan keras tak hanya di lempeng besi

Memukul satu sisi untuk melukai yang lain

Pertikaian dalam hening bersahut-sahutan

Mana kepala mana ekor

Ekor membelit kepala menggigit

Rantai, Kapan Kau Putus

Satu lingkar

Utuh bersambung

Kuat dan hebat terlihat bersatu

Satu lingkar kuat bersambung

Mari kita lihat ditail penyusun lingkar indah dalam dunia pendidikan kita

Rantai kokoh banyak warna berbeda

Beda warna tak sama nada

Mereka berkoloni menyuarakan nada terdengar sumbang

Bergandengan kuat, ya mereka satu warna

Beradu saing batas tegas diantara berbeda


Dalam dekat tak lagi mereka kuat

Pecah perang putus lah rantai

Pemakaman mari kita siapkan

Lebar liang kuburkan saja dalam kerukunan

Hidup berseteru, mati damai itu mungkin

Jasat hidup berpura-pura solid

Putuslah rantai bubarlah saja

Menunggu waktu liang siaga

Puisi Pendidikan Suara Masyarakat

Harapan yang tinggi masyarakat menjadi tanggung jawab dunia pendidikan.


Mimpi masyarakat itu kadang disampaikan dalam bait-bait puisi pendidikan.
Bahasa puisi yang dalam diharapkan akan mengena dengan pesan yang ingin
disampaikan seperti contoh puisi berikut ini :

Puisi Singkat

Anak Kami

Aku satu ku harap kau tumbuh menjadi seribu

Tanah kering tak dosa memohon subur

Rentetan doa berjajar kuat dan tinggi

Siang malam Tuhan mendengarkan


Lantunan doa merambat menuju langit

Berdaun hijau berakar kuat

Pengharapan indah melihat kau berguna

Siang malam kami memanjatkan

Ribuan kata diawali oleh namamu

Menjadi besarlah keturunan dari kami yang kerdil

Menjadi luas kau yang berasal dari jiwa sempit kami

Mulia tak harus kau berasal dari benih yang terpilih

Hina kami orang tua penuh mimpi

Besok pagi bergegaslah

Tumbuh subur diatas tanah pekuburan orang tuamu

Aku Titipkan

Untuk kalian yang berpendidikan

Pemilik tugas mulia penumbuh tunas-tunas muda

Aku tulang pendek perkulit tua

Berakal kerdil,

Utara dan selatan tak tau aku akan beda

Berjalan merangkak kubawa harapanku

Tubuh besar aku semakin kurus

Tetap kuseret langkah meski kau semakin menjauh


Berat beban mereka anak-anakku

Aku yang bersuara lirih

Ajarkan lagu-lagu kebahagian kumohon

Buatlah mereka menyanyi ceria

Ku ingin mendengar mereka bersenandung meski di batas waktu

Lusuh, aku tidak berseragam

Telanjang kaki, aku bahkan tak miliki sepasang sepatu

Kepada kalian yang berpendidikan

Harta ini aku titipkan

Sebatas mimpi milikku aku percayakan

Anakku, ABCD

Memejamkan mata tak mampu aku tanpa diantar manismu

Mengakhiri hari lelah aku rangkai mimpi kemabali

Aku pastikan kau aktor utamaku nak

Gagah besar kau anak kecilku

Arungi indah bumi tinggalkan aku sendiri

Tak akan aku ikut langkah cepatmu

Aku yang tua tak akan mampu mengimbangi langka kakimu kuat muda

Jelajahilah tiap jengkal pertiwi

Selalu memelukmu akan menutup aliran telaga ilmu


Berjalanlah jauh nak

Akan kurayu Tuhan dengan memohon memberikan penjagaan

ABCD hanya itu yang dapat kuwariskan

Susunlah cerita indah dari abjad yang mampu aku hafalkan

ABCD jangan hanya kau paham itu seperti diriku

Pahlawan Tanpa Lencana

Pagi yang indah deruan angin menerpa wajah


Dingin menyelimuti cara penuh keikhlasan
Renungan cuma untuk sebuah kejayaan
Berfikir cuma untuk sebuah keberhasilan

Tiada lafaz seindah tutur katamu


Tiada penawar seindah senyuman mu
Tiada hari tanpa sebuah bakti
Menabur benih kasih tanpa rasa lelah

Hari demi hari begitu cepat berlalu


Tiada rasa jenuh terpancar di muka mu
Semangat mu tetap berkobar
Memberikan kasih sayang tak ada rasa jemu

Jika engkau bakal melangkah pergi


Ku tau langkahmu penuh pengorbanan
Jika dirimu udah tak ada dirimu kan selamanya di kenang
Kau adalah pahlawan tanpa lencana

Guruku

Suci dan iklas bantuan mu


Dari kita buta menjadi tau
Suci dan ikhlas pengorbanan mu
tiada ternilai jasa baik mu
Engkau laksana lampu di dalam kegelapan
Yang menerangi alam kalbuku
Engkau bagaikan angin
Yang selamanya berbisik tentang kebaikan

Namamu selamanya bergelora


Dalam hatiku
Jasa dan benih yang engkau tanam
Kini udah tumbuh bersemi

Terpujilah engkau wahai guruku pahlawan hidupku

Puisi Chairil Anwar

Guruku Pahlawanku

Andai kata matahari tiada


Dunia bakal beku dan bisu
pelangi tak ada bakal dulu terpancar
kehidupan tak ada bakal dulu terlaksana
Disaat titik ketakutan menghampiri
Terlihat setitik sinar yang kita cari
Yang keluar dari sudut-sudut bibirmu
Dan gerak-gerik tubuhmu
Engkau sinari jalan-jalan kita yang buntu
Yang hampir menjerumuskan jaman sepan kami
Engkau terangi kita bersama lentera ilmu mu
Yang tak ada bakal dulu sirna di terpa angin usia

Guru……..
Engkau pahlawan yang tak dulu mengharapkan balasan
Disaat kita tak mendengarkan mu
Engkau tak dulu mengeluh dan menyerah
Untuk edukatif kami
Darimu kita mengenal banyak hal
Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus di lukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Engkau mengakibatkan hidup kita berarti

Guru……
Tiada kata yang pantas kita ucapkan
Selain terimakasih atas seluruh jasa-jasa mu
Maafkan kita seandainya udah membuatmu kecewa
Jasa-jasa mu bakal kita semat abadi sepanjang hidup kami
Terimakasih guruku, engkau pahlawan ku

Majulah Terus Siswa Indonesia

Dengar, dengar, dengarlah isi tulisan ini


Hanya kepadamu harapan ku sandangkan
Hanya kepadamu cita- cita dipertaruhkan
Tak tersedia sesuatu yang tak barangkali bagimu

Bangkitlah melawan arus yang tetap mendera


Kuasailah dirimu bersama sikap optimis
Paculah laju kudamu sekencang-kencangnya
Lawanlah bebatuan terjal yang mengusik di jalanan

Ingat, Engkau adalah harapan, engkau adalah jaman depan


Masa depan tersedia di tanganmu
Harapan terpendam tersedia di pundakmu
Nasib bangsa engkau yang menentukan

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Pahlawan tanpa tanda jasa


Ialah Guru
Yang edukatif ku
Yang membekali ku ilmu
Dengan tulus dan sabar
Senyummu mengimbuhkan dorongan untuk kami
Menyongsong jaman depan yang lebih baik
Setitik peluhmu

Menandakan sebuah perjuangan yang amat besar


Untuk murid-muridnya
Terima kasih Guru

Perjuanganmu amat artinya bagiku


Tanpamu ku tak bakal mengerti tentang dunia ini
Akan selamanya ku panjatkan doa untukmu
Terimakasih Guruku

Pahlawan Pendidikan

Jika dunia kita yang dulu kosong


tak dulu kau isi
Mungkin cuma tersedia warna hampa, gelap
tak sanggup apa-apa, tak sanggup kemana-mana
Tapi kini dunia kita penuh warna
Dengan goresan garis-garis, juga kata
Yang dulu cuma menjadi mimpi
Kini menjadi keluar bukan kembali mimpi

Itu sebab kau yang mengajarkan


Tentang mana warna yang indah
Tentang garis yang harus dilukis
Juga tentang kata yang harus dibaca
Terimakasih guruku dari hatiku
Untuk seluruh pejuang pendidikan

Dengan pendidikanlah kita sanggup memperbaiki bangsa


Dengan pendidikanlah nasib kita sanggup dirubah
Apa yang tak barangkali kau jadikan mungkin
Hanya ucapan terakhir dari mulutku
Di hari pendidikan nasional ini
Gempitakanlah selamanya jiwamu
wahai pejuang pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai