Anda di halaman 1dari 9

TERIMA KASIH GURU

Terimalah aku yang ingin bersuci


Terimalah baktiku untukmu
Kau guru yang mulia
Dan sungguh sempurna
Mengajarkan kebersamaan
Dan kasih sayang bagi semua

Tak akan berpaling hatiku


Dari teduhnya kasihmu
Kau guru yang mulia
Dan bijaksana
Jalanmu terang bagi dunia

Sungguh besar kasihmu, Ibu


Guru agung maha bijaksana
Kau ajarkan damai bagi dunia
Aku semakin mencintaimu

PUISI IBU GURU


Orang kata guru itu penat
Gaji tak seberapa kerja berlambak
Aku kata guru itu rehat
Mengajar tak seberapa tapi penuh berkat
Kerja sekerat-sekerat pahala penuh sendat
Ilmu yang dicurah tak dapat disekat
Makin dicurah makin mendekat

Orang kata guru itu sungguh bosan


Setiap tahun muka sama setiap bulan
Aku kata guru itu singguh riang
Sekali berkata murid ketawa girang
Bila berjaya murid terus menjulang
Jasa bakti tak pernah hilang

PUISI UNTUK SANG GURU


Engkau bagaikan cahaya
Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia

Engkau adalah setetes embun


Yang menyejukan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sungguh mulia tugasmu Guru
Tugas yang sangat besar

Guru engkau adalah pahlawanku


Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas

Guru jasamu takkan kulupa


Guru ingin ingin kuucapkan

AKU SEORANG GURU


Lihatlah…seharian,
aku telah diminta menjadi seorang aktor,
teman, penemu barang hilang, psikologi,
pengganti orang tua, penasihat,
hakim, pengarah, motivator,
dan pembimbing ruhani murid-muridku..
Meski tersedia peta,
grafik, formula, kata kerja, cerita dan buku.

Aku sebenarnya tidak punya apa-apa untuk diajarkan,


karena murid-muridku sebenarnya hanya mempunyai diri mereka sendiri untuk belajar.

SEKUNTUM BUNGA UNTUK GURU-GURU TERCINTA

Allah ciptakan Matahari……….

Yang tak pernah bosan bersinar……….

Seperti halnya semangat dan kasih sayang mu dalam mendidik kami

Wahai guru ku………

Allah ciptakan bulan untuk menerengi malam….

Seperti halnya engkau bu guru…….

Yang selalu membimbing dan menerangi kami dengan berbagai ilmu….

Allah ciptakan bintang dimalam hari sebagai penghias……

Seperti halnya engkau bu guru……..

Yang selalu menghiasi hari-hari kami dengan begitu indahnya…..

Allah ciptakan bunga yang begitu harum………

Seperti halnya engkau bu guru….

Yang telah memberikan keharuman pada hari-hari kami……

Selama bermain dan belajar disekolah……..

TERIMAKASIH GURU

Guru ……..

Kau lah pembimbing kami…..

Kau lah pengajar kami……..

Kau lah pendidik kami………

Guru ……….

Itu lah julukan mu……..

Yang takpernah bosan…….


Dalam mengajar dan membimbing kami…….

Guru …………

Tanpa diri mu kami akan hancur…….

Tanpa diri mu kami akan sengsara……..

Tanpa diri mu kami akan sesat…….

Guru ………….

Terima kasih…………..

Atas segal jasa-jasa mu……….

senyummu

Terlintas di benakku akan senyum manis mu


Terukir senyummu di khayal ku
seakan engkau berada di depanku

Senyum mu begitu memukau hati


Aku terhanyut dalam senyum manismu
Senyum mu memberiku rasa yang berbeda
Rasa yang membuat hari-hari ku
menjadi bermakna

senyum mu seakan tak terlewatkan


dalam setiap detik waktu yang ku lalui
dalam setiap ingatan yang ku bayangkan
karena engkau adalah senyum terindah ku

Tatapan matamu
Matamu memberikan pancaran cahaya yang indah
Mata mu adalah mata yang paling indah yang pernah ku lihat
Sinar matamu membuat hati ku menjadi tenang

Tatapan mata mu mampu menembus dinding serta relung hatiku


Sorot matamu mampu mengalihkan setiap pandangan ku
Mata mu membuat ku merasakan sesuatu

Sesuatu yang tak dapat ku ungkapkan dengan kata


Hanya dengan selembar kertas dan sebuah tinta hitam
Ku mampu untuk mengungkapkan segala rasa yang ada di dalam hati ku

Ketulusan hati

Sentuhan warna mu berikan keindahan


Sejuta pesona terlihat walau tak pernah terucap
Bagai malam nan elok saat semua terangkai

Di dalam sebuah mimpi


Hingga tiada rasa letih
Ketika ku terbangun dari lelap tidur ku
Seketika pula teringat sebuah senyuman
Yang setia menemani disetiap benak ku
Mesti nanti senja kan mengikis asa ku
Namun tak akan buat ku beralih
Untuk selalu ada bersama
sebuah ketulusan
Di atas ketangguhan hati

Rasa Rindu ku
kau mengajari ku melebur dalam gelap tanpa harus lenyap
merengkuh rasa takut tanpa perlu susut
ku terdiam dan terbangun dari ilusi
namun aku tak memilih untuk pergi

aku merindukan mu
disaat aku merasakan kesepian
aku merindukan mu ketika
aku terbangun dari ilusi ku
aku merindukanmu ketika
aku teringat akan sapa lembut mu

Bintang hati ku

dingin nya malam mencekam jantung ku


hingga tak berdetak karena kau tak ada disisi ku
hati terasa sepi terbalut kabut kedinginan

ku memandang langit
hanya bintang yang tampak
bintang yang selalu menemani ku
disaat hati ini terasa sepi

ketika bulan menghilang tertutup awan


disaat ku membutuhkan pancaran sinarnya
untuk mengurangi dingin yang mencekam
tanpa rasa lelah kau pancarkan cahaya

kau terangi langit dengan cahayamu


kau tunjukan padaku bahwa kau mampu
menerangi malam ku dengan cahayamu

Putus Cinta
Ingin aku menahanmu
Tapi aku tahu aku tak akan bisa menahan jalanmu
Bahkan sekalipun kita terikat
Kita akan selalu berpisah
Karena jalan kita memang berbeda
Jadi kulepas kamu dalam tangisku

Aku tahu
Kamu pun terluka sepertiku
Tapi aku tak bisa bertahan lagi
Meski perasaan ini selalu menjebakku

Kini hanya ada bayanganmu


Bayanganmu yang selalu hadir di depanku
Menghadirkan kenangan suka duka
Kenangan yang tak pernah bisa kuhapus
Seakan terpatri dihatiku

Kadang aku benci mengakuinya


Meski kita berpisah
Hatiku tak bisa lepas darimu
Aku pun benci bertanya dalam hati “apakah kamu juga sama?”
Kini kita baik-baik saja
Tak ada benci

Mungkin kamu pun tak ada rasa lagi


Ada satu hal yang tak berubaH

Puisi 17 Agustus 1945

17 Agustus 1945
Hari Ini Aku berdiri Menghadap sang saka
Hentak beraniku Menyonsong cita ku
Suci jiwaku menggapai harapan ku

Aku Anak Bangsa Indonesia


Suara lantang Menyuarakan
Merdeka Merdeka Merdeka
Majulah Indonesiaku

17 Agustus 1945
Hari ini Hari Kemerdekaan indonesia
Hari Kebangsaan indonesia
Hari Lahirnya Bangsa Indonesia

Semangat Juang Para Pahlawan


Gugur damai di medan Perang
Harum Nama mu di kandung badan
Merdeka Merdeka Merdeka
Jaya lah Indonesia Ku

Puisi Pahlawan – KAU MELEBUR DI SANA

kau melebur di sana


di permulaan musim gerhana
yang terselubung aroma darah
dan tanah yang berembun air mata

kau melebur di sana


kala sang surya mengelupaskan kulit kami
hingga kawanan peluhmu yang siaga
menghalau kepulan debu
yang mengepung dari negeri asing

kau melebur di sana


saat air bah berlarian
memanjati hamparan tanah usang
dengan jeritan malang
serta busung lapar

kau melebur di sana


saat air mata telah mengguruh menjadi telaga
hingga timba yang kau ayunkan
menandaskan kepingan dahaga
yang merintih di setiap gigir luka kami

Pahlawan

Di balik dawai dia berjasa,

Bersembunyi namun terdengar,

Pengantar alunan tanpa terpandang,


Deretan nada tercipta oleh getaran,

Tanpa jasa, beliau mengantar ketentraman di keramaian,

Sekarang, alunan tercipta indah,

Mengalun tenang dan menidurkan,

Menidurkan mereka sehingga terbuai kenikmatan,

Tidak ingat pengantar, lupa akan pembawa kenikmatan,

Nikmat, nikmat, dan nikmat..

Tanpa tahu getir pahit sang pengantar kenikmatan..

Kawan… ingatkah kalian akan pahlawan?

“Untuk Pahlawan Negeriku ”

Untuk negeriku…
Hancur lebir tulang belulangku
Berlumur darah sekujur tubuh
Bermandi keringat penyejuk hati
Kurela demi tanah air negeriku
Sangsaka merah berani
Putih suci
Melambai-lambai ditiup angin
Air mata bercucuran, menganjungkan doa
untuk pahlawan negeri
Berpijak berdebu pasir
Berderai kasih hanya untuk pahlawan jagad raya
Hanya jasamu bisa kulihat
Hanya jasamu bisa kukenang
Tubuhmu hancur hilang entah kemana
Demi darahmu ….
Demi tulangmu ..
Aku perjuangkan negeriku ini, Indonesia.

Semangat Pahlawan

Ku lihat engkau di sana, pahlawan

Tak menyerah patah arang

Tak gentar medan kau lawan

Bersorak-sorai tanda kemenangan

Letih raga kau rasa

Jatuh tanda tak kalah

Di sini ku kan berdoa

Bangkit hadapi menyerang lawan

Tak dengar caci mereka

Berjalan, Tuhan akan berkata

Hamba bersujud berharap


Mentari senyum tanda melawan

Ku lihat engkau di sana, pahlawan

Walau tulang tak lagi menyatu

Tapi jiwa berkata beda

Semangat maju takkan luntur

Kini, mimpi telah usai

Tapi cita takkan berhenti

Perjalanan hidup panjang di sini

Semangat pahlawan kembali

DIPONEGORO

Di masa pembangunan ini


tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api

Di depan sekali tuan menanti


Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU

Ini barisan tak bergenderang-berpalu


Kepercayaan tanda menyerbu.

Sekali berarti
Sudah itu mati.

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api.

Punah di atas menghamba


Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji


Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

PRAJURIT JAGA MALAM

Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?


Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !

KRAWANG-BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi


tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa


Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan


Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan


atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi


Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami


Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat


Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami


yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Mama

Karya: Cahyani Wijayanti

Kehadiranmu sungguh menghangatkanku


Tuntunanmu menyelamatkanku
Meski terkadang keras seperti baja
Namun kau lembut seperti sutra

Mama...
Kesabaranmu lah yang mengubahkanku
Untaian doamu lah yang membersihkan jiwaku
Permohonan terus kau panjatkan ke hadirat Sang Empunya Hidup ini
Menghantarkanku menuju kebahagiaan

Mama...
Kau sangat berarti bagiku
Bahkan kau lebih daripada malaikat tak bersayap
Hatimu selalu memeluk hatiku yang rapuh ini
Terima kasih mama...

Anda mungkin juga menyukai