Anda di halaman 1dari 7

Celotehan Pena

Dalam puing-puing dedaunan.


Terbawa lamunan nan jauh ke sukma , menebar harum dalam setiap makna.
Jauh ku arungi arti dari sebuah perjumpaan, dalam butiran do’a.
Mencoba untuk bangkit dan terus melangkah tuk mencarinya-sebuah perjumpaan.
Denyut nadi tak bisa berhenti.
Berhenti dalam goresan dan peluh rasa ingin tahu.
Dari sebuah titik menjelma lah menjadi garis yang berlalu-lalang.
Itulah seumpamanya.
Berawal dari sebuah perjumpaan yang berkembang menjadi kebersamaan,
Yap…lebih tepatnya sebuah keakraban.
Lajur kehidupan memang ditakdirkan untuk berputar, begitu pula alur cerita ini-
perjumpaan.
Sekian Lama tinggal di bukit suka.
Kini aku terjatuh, jatuh ke dalam lembah duka yang penuh kesakitan.
Dari rasa sakit aku mencoba tepis rasa yang tak bersahabat itu-duka dan sakit.
Tertatih, tapi bukan seras pedih
Selayaknya mentari yang selalu menyinari, aku masih terus berfikir.
Akankah sebuah perjumpaan akan menemui sebuah perpisahan?
Suara hati mengerutkan fikiranku untuk terus berlalu membawa angan.
Malam berlalu…
Angin pun ikut terbawa oleh suasana hatiku , angin bagaikan bahagi aku.
Tatkala suara petir membentak jantungku menghentikan serasa denyut nadi ini,petir
bagaikan dukaku.
Hingga petir menurunkan titahnya pada hujan yang turun, hujan bagaikan tangisanku.
Bagian dari suasana hatiku.
Hujan berhenti…Tahukah kau bintang…?
Tersadar akan ini, tak perlu terluka dalam nestapa, bahagiaku dengan manja.
Aku merasa cukup dengan semua itu-perjumpaan dan keakraban.
Walau manakala kata “perpisahan” mengglegar di telingaku, aku mencoba tuk tetap
tersenyum walau dalam paksaan.
Namun…Kini ku menyadari…
Di dunia ini…
Sebuah perjumpaan sangatlah mustahil tuk tetap abadi,
Begitu pula sebaliknya…
Sebuah perpisahan juga sangat mustahil tuk tetap abadi.
Awal adalah akhir Dan akhir adalah awal.
Semua yang berawal adalah akhir Dan semua yang berakhir adalah awal
Maafkan Sahabat
Nafas ini tersengal menjerit
Diredam sedih dekap kerinduan
Tak peduli khalayak ramai
Perpisahan selalu menjadi bingkai perih
menghitung waktu ketika kita tak lagi bertemu
Sesering dulu saat kita berseragam abu-abu
Tak ada canda menertawai sang guru
Tak ada tawa menggunjing pemuda
Wahai sahabat perjuangan
Disini kita kan selalu ingat
Ada sahabat yang menuntun kita
Menuju kedewasaan
Diantara kemarahan kita
ada kedewasaan yang tersirat
Diantara kebersamaan kita
Ada kasih Tuhan yang tersurat
Maaf atas lisan yang tak bertuan
Maaf atas sikap yang tak berkelakuan
Maaf atas fikir yang tek tertentukan
Kita tetap dalam naungan persahabatan
Kini Tibanya Kita Berpisah

Wahai kawan-kawanku …
Kini tibanya kita akan berpisah dari sekolah
Tiada lagi tawa kita yang menghiasi suasana
Bermain dan belajar bersama mengukir cita
Kita berbagi bersama dalam suka dan duka
Sekarang jarak akan memisahkan raga kita
Tiada lagi seragam merah putih yang terpakai rapi
Semua akan berubah menjadi kebanggaan negeri
Merajut cita-cita bangsa untuk menata masa depan

Kawan …
Hari ini kita akan berpisah dari tempat yang penuh sejarah ini
Kita memulai langkah baru lagi di pelosok negeri
Dengan berbekal ilmu dari masa Sekolah Dasar ini
Akan kita curahkan pada dunia yang penuh berisi

Kawan …
Sungguh sedih terngiang dalam ingatan kata berpisah
Tiada lagi tegur dan sapa di tempat yang indah ini
Tempat menggali ilmu sampai kita banyak mengetahui materi
Dari mulai coretan tak berbentuk hingga kini pandai mengukir bentuk
Semua perjalanan ini akan tersimpan dalam buku kenangan
Berisi kenakalan kita dan tangisan jail dari kawan
Indah tersimpan dalam lembar-lembar berisi cerita jenaka
Akan terabaikan dalam naungan awan biru yang mengusik pilu
Selamat jalan kawanku
Tetesan keringat jerih payahmu…
Jemari-jemarinya luluh lantakan meja…
Diajarkannya berdo’a dan bernyanyi…
Alun-alun semilir indahkan kedamaian cinta…
Menegakkan badan menghargai jasanya…
Menuruti langkahnya jejak pun ada…
Jiwanya memberikan pengorbanannya…

Tinta-tinta bocor tumpahkan darahnya…


Lembaran pun tersobek-sobek singgasana…
Suaranya menggemakan dunianya…
Gertakan langkahnya dan detakan jantungnya…

Kuhaturkan terima kasih kepadanya…


Wahai guruku…jiwaku…
Tanpamu aku tak akan bisa terbang hingga ke langit
Permata indah, indahkan cinta…
Gemerlap dari matamu selalu senyumkan hatiku…

Terima kasih guruku…


Kesan: Pengalaman saya bersekolah di sini sangat menyenangkan. Teman-
teman sangat menyenangkan, kantinnya enak, dan ruang kelasnya enak.
Pesan: Semoga ke depannya sekolah dapat lebih memperhatikan semua
kegiatan ekstrakurikuler dan menambah fasilitas untuk kegiatan ekstrakurikuler.

Kesan: Sekolah selalu memberikan yang terbaik pada siswa. Guru-gurunya baik
dan selalu memberikan penjelasan yang mudah dipahami, serta ramah pada
siswa. Teman-teman seangkatan juga kompak dan menyenangkan.
Pesan: Semoga sekolah dapat lebih memperhatikan kebersihan lingkungan
sekolah dan menambah jumlah tong sampah di kelas, sehingga tidak ada siswa
yang membuang sampah sembarangan.

Kesan: Pembinaan ekstrakurikuler sangat bagus, perpustakaan nyaman untuk


belajar, pengalaman yang didapatkan di sekolah ini sangat berharga.
Pesan: Semoga kita semua dapat selalu kompak setelah lulus MI. Semoga
makin banyak adik kelas yang aktif dalam kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler.
Kesan: 6 tahun bersekolah di sini sangat menyenangkan. Para guru juga ramah
dan asyik untuk diajak berdiskusi.
Pesan: Semoga dapat mengurangi senioritas untuk angkatan baru, serta semakin
kompak antar angkatan.

Kesan: Semua kegiatan di sekolah ini menambah pengalaman. Teman-teman


sekelas asyik, gurunya asyik, dan lingkungan kelasnya sangat nyaman.
Pesan: Semoga fasilitas sekolah dapat diperbaiki. Buku-buku di perpustakaan
lebih banyak ditambah dengan buku bacaan ringan.
"Guru ujung adalah tombak generasi tunas bangsa, guru yang pertama
mengukir akan dijadikan apa generasi muda ini."
"Guru bak pelita penerang dalam gulita. Jasamu tiada tara."
"Guruku Tersayang. Guru tercinta. Tanpamu apa jadinya aku."
"Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru, namamu akan selalu hidup
dalam sanubariku."
"Setiap hari ku dibimbingnya. Agar tumbuhlah bakatku. Kan kuingat
selalu nasihat guruku. Terima kasihku ucapkan."
"Terima kasih telah mengajar dari hati, bukan hanya dari buku."
"Segala sesuatu yang kau beri, telah menjadi cikal pemikiranku sejak hari
ini"
"Seorang guru itu adalah orang yang menginspirasi bahwa selalu ada
bebatuan di jalan yang menghadang dan bagaimana memanfaatkan
batu tersebut. Dan itu adalah kau"
"Terima kasih telah memberiku pertanyaan yang benar daripada hanya
jawaban yang benar."
"Terima kasih, kau telah mengairi gurun dalam kepalaku dan
menumbuhkan cinta dalam hatiku."

Anda mungkin juga menyukai