Anda di halaman 1dari 47

Kata Pengantar

Alhamdulillah. Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT, pemilik alam
semesta beserta isinya yang memiliki segala ilmu dan maha sempurna, yang telah memberikan
nikmat kesehatan, sehingga penulis dapat berkesempatan atas berkat rahmat, taufiq dan
hidayahnya penulis dapat menyelesaikan anugerah luar biasa ini yaitu sebuah buku yang
berjudul KKR (Kisah, Kasih, Rasa).

Terima kasih kepada penerbit Guepedia.com yang telah memberikan kesempatan untuk
menerbitkan buku antologi Puisi yang pertama kali dalam hidup penulis.

Terima kasih yang sebesarnya penulis ucapkan untuk kedua orang tua yang senantiasa
mendoakan dan mendukung penuh serta terima kasih kepada kakak penulis.

Dan terima kasih untuk para sahabat penulis yang memberikan dukungan dan
menginspirasi penulis sehingga dapat menyelesaikan buku ini. Terkhusus penulis ucapakan
untuk dukungan terbaik yang juga memiliki minat sama dalam hal sastra yaitu sahabat
sekaligus adik buat penulis Syafitri Ayuni. Dan teman – teman lainnya yang memberikan
gambaran Kisah, Kasih, Rasa sehingga terbentuklah sebuah Antologi Puisi KKR

Buku ini merupakan hasil coretan penulis dikala menghadapi segala bentuk kehidupan
baik itu manis atau pahitnya hidup yang dituangkan dalam berbagai kalimat puitis sederhana
namun penuh makna. Semoga Antologi puisi ini dapat menginspirasi para pembaca dan
menjadikan semangat untuk kita menjalani sekian cerita dalam kehidupan. Semoga dapat
diambil hikmah bahwa setiap hal yang terjadi dalam hidup, bagaimana bentuk kehidupan itu
haruslah ditempuh dengan sabar dan iklas.

Mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan jika terdapat dalam buku ini, semoga
untuk waktu yang selanjutnya dapat diperbaik dan lebih baik lagi. Semoga banyak diminati oleh
banyak orang dan bermanfaat untuk siapa saja yang membacanya terkhsusus buat para pejuang
sastra. Semangat! Jazakallah khairan

Putri Anggraini
Tentang Penulis

Putri Anggraini, lahir di Medan pada tanggal 23 April 1997, putri kedua dari dua bersaudara.
Saat ini tengah menjalani perkuliahan tingkat semester tujuh di Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara (Medan) Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Prodi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah. Dan sebentar lagi Insya Allah akan menyelesaikan studi akhir.

Ini adalah pengalaman pertama penulis dalam membuat karya sehingga berhasil terbit
menjadi suatu buku, Alhamdulillah. Sebelumnya penulis sudah menyukai hal yang berbaur
dengan satra sejak penulis SMA baik itu puisi, cerpen, serta karya sastra lainnya. Penulis hobby
membuat coretan coretan jikalau kebosanan melanda maka hasil coretan tersebut dikumpulkan
sehingga menjadi sebuah buku. Dalam kegiatan sehari – hari penulis cukup sering mengikuti
lomba atau event menulis baik secara langsung maupun online. Dan pernah menjuarai salah
satu lomba Puisi bertemakan Hari Ibu dalam sebuah organisasi islam masyarakat (Remaja
Mesjid).

Apa yang saya capai tidaklah seberapa, saya masih seorang penulis pemula yang belajar
untuk mengembangkan minat atau hobby saya dan banyak belajar dari orang – orang hebat.
Pengalaman menulis ini saya peroleh dari sahabat yang memiliki minat sama, mereka yang
menjadi motivator. Penulis sangat berharap agar semua tulisan dapat bermanfat bagi semua
pembaca dan mengambil sisi positif serta dapat mengispirasi untuk terus menghasilkan karay –
karya terbaiknya.
SINOPSIS

KKR (Kisah, Kasih, Rasa) adalah sebuah buku yang berisikan kumpulan berbagai puisi
dengan rangkaian kata - kata sederhana namun penuh makna. Buku ini menceritakan segala
sesuatu yang tak mampu dijelaskan secara langsung hanya dapat diungkapkan melalui puisi ini
baik tentang kesedihan, kekecewaan, kebahagiaan dan rasa yang melanda hati serta jiwa raga.
Buku ini hadir untuk kalian yang pernah atau tengah merasakan bentuk kehidupan. Banyak
diantara kita tidak sampai berbuat, tidak mampu menyampaikannya pada mereka yang telah
melukai ataupun mereka yang telah membawa kebahagiaan dalam kehidupanmu baik perihal
kehidupan pribadi, keluarga, persahabatan, percintaan, agama, negeri, pendidikan, alam dan
berbagai hal lainnya.

Untuk kalian yang pernah atau tengah patah, kecewa, sedih, terluka, marah maupun
bahagia maka segalanya dituangkan disini dalam sebuah buku Kisah, Kasih, Rasa yang menyatu
lembut dengan hati serta jiwa kalian yang empunya cerita. Penulis persembahkan buku ini
untuk semua orang yang mengalami Kisah, Kasih, Rasa seperti yang penulis juga alami ya
tentunya. Penulis harap setiap kata yang dirangkai menjadi beberapa kalimat puitis tersebut
dapat menyentuh hati kalian sehingga terhanyut dalam balutan Kisah Kasih Rasa. Pembaca
dapat merasakannya sampai ke lubuk hatik hati terdalamnya tidak hanya untuk mereka yang
dilanda tapi juga seluruhnya merasakan kesedihan maupun kebahagian. Semoga KKR dapat
mewakili perasaan setiap orang yang membacanya untuk dijadikan teman saat kesepian.
Pagi di Bulan April

Secangkir kopi pagi ini

Wanginya menenangkan seluruh ruang

Manisnya memabukkan tubuh yang lelah

Aku tersadar ditemani senandung alunan musik khas

Menyentuh hingga memutar memori yang tersimpan selama

berabad lamanya

Teringat jelas dalam pandangan 23 tahun silam

Dimana raga menyapa tanah subur itu

Mata terbuka menatap dunia cerah

Ceria senyuman terpancar dalam wajah ayah ibu

Betapa bahagianya diriku kini telah tumbuh

Bersama april pagi ini

Kutatap wajah yang dulu masih memerah dalam pangkuan

Sekejab tak lagi menangis ingin dimanja

Sungguh anugerah luar biasa

Pagi dibulan april kala itu


Lembaran Cinta dan Impian

Ibu, engkau adalah muara kasih sayang bagiku

Engkau yang mengandung melahirkanku penuh derita

membesarkan, menjaga, mengajariku tanpa lelah

Suka duka kau lewati demi anakmu.

Ibu, cintamu bagaikan air yang mengalir

Kasihmu bak lentera putih yang menerangi relung jiwaku

Pelukmu menghangatkan seluruh hidupku

Kehadiranmu sangat berarti di setiap hembus nafasku

Jasa-jasamu tak terkalahkan oleh apapun

Terik matahari membasahimu

Jerih payah dan pengorbananmu terlalu dalam untukku

Aku ingin sekuat hatimu, ibu

Mungkin hanya kata maaf yang dapat terucap,

Ibu, ibu, ibu maafkanlah anakmu

Sudah berapa banyak? mungkin beribu-ribu bahkan berjuta-juta

Tangisan berderaian yang membanjiri pipimu

Ucapanku yang telah melukai hatimu

Perbuatanku yang menyakitimu

Bagaimana aku harus membalasnya?

Apa yang harus kuberikan untukmu ibu?

Tak kumiliki sesuatu berharga

Hanya ini yang dapat kusampaikan

Untaian kata yang tak bernilai dengan,


selembar kertas kusam yang tak berharga

dibandingkan segala yang telah engkau beri selama hidupku

Ibu, takkan kubiarkan segores penapun menyentuh kulitmu

Masa tua yang engkau jalani nantinya tak akan kusia - siakan

Akhir bahagia akan engkau dapatkan

Bersamaku ibu, sepenuh jiwaku selalu ada untukmu

Maafkanlah diriku ini, segalanya kan kuberikan

Medan, 22 Desember 2013


Titip Doa Buat Ayah

Ada yang dibalas singkat

Ada yang dibalas hangat

Ada pula yang tidak bisa menyampaikan

Ini tentang dia yang tak pernah lelah

Mencari kemana tanpa henti

Terik matahari menusuk kulit

Keringat mnegucur deras disekujur tubuh

Tak peduli benturan menerpa

Namun dirinya tak jua kalah

Menahan segala upaya

Demi meredam tangis putra putrinya

Kini segenggam rindu ingin disampaikan

Meski tiada lagi bahu untuk bersandar

Ayah tetaplah pahlawan

Titip doa dimanapun ayah berada

Semoga tenangmu mejadi teman dalam hidup kami.


Cerita Dibalik Hujan

Hujan…

Bersama rintikanmu engkau berbisik menyentuh hati

Temani sepi yang mengusik jiwa

Menaburkan ombak kenangan dalam genangan

Hujan…

Hadirmu mengguyurkan kesejukan, melepaskan kerinduanku tentangnya

Menghapus duka dan luka hati yang menusuk pilu

Gemericikmu menyisakan makna yang tak terperi

Tiap tetesmu membawaku menari dalam anganku, menatap khayal dirinya

Ini tentang hujan yang selalu kunantikan

Dengannya aku bisa melihat senyuman

Dengannya melepas kerinduan

Mengisahkan cerita, melukiskan kebahagian

Dalam bulirnya menyentuh tanah

Kutitipkan segenggam rindu

Dalam rinainya menerpa wajah

Kupanjat doa dalam harapku

Semoga senyummu selalu merekah

Bersama tetesan hujan…


Kenangan Di Rumah Tua

Disini, dirumah tua

Berbalut kayu berlapis sepi

Tiang tiang semakin rapuh

Dimakan usia yang tlah lalu

Tampak jendela tertutup rapat

Dengan pintu mulai roboh

Dedaunan merayap hingga keatap

Debu menghiasi seluruh penjuru

Rumah itu sudah tak lagi berwarna

Buram, meninggalkan jejak kenagan

Disanalah kami berbagi keluh kesah

Menahan perihnya duka

Melemparkan canda tawa

Menjalani serumputan kisah

Sejak mata belum terbuka

Sampai dewasa rumah tua itu adalah cinta


Jeritan Hati

Senja itu langit hitam kelam

Terpaku sendiri ku menyaksikan dunia yang kejam

dan kehidupan yang pahit ini

Tak ada seorangpun disampingku

Hanya sekumpulan kertas yang menemani

Berkali - kali bibir ini bertanya

“Apakah aku tidak ada artinya lagi bagi kalian?”

Tapi apa yang aku dapat hanya hinaan dan cemohoan

Tergores luka perih menusuk hati

Ingin rasanya hati ini menjerit

Tetapi apalah daya

Mulut hanya diam membisu

Oh Tuhan…

Masihkah ada lagi cobaan yang lebih perih,

yang engkau berikan kepadaku?

Tak sanggup aku menahan segalanya

Hanya deraian air mata mengalir membanjiri pipi ini


Anugerah – Mu

Sebuah keindahan terpancar pada sudut ruang

Kala ku menyaksikan dengan mata telanjang

Hijau pepohonan meneduhkan hati ini

Kokok penegaknya berdiri tanpa ragu

Senandung burung berkicauan mesra ditelinga

Angin berbisik merdu menggetarkan jiwa

Kulirik hamparan sawah terbentang luas

Asri bila dipandang sembari tersenyum sumringah

Alam tengah berbahagia

Melahirkan segala bentuk keindahan

Diujung sana air mengalir tenang

Birunya menghadirkan kenyamanan

Gunung – gunung tinggi menjulang

Menggapai awan yang menghiasi langit

Sungguh anugerah luar biasa membuatku terpesona

Akan indahnya keagungan Tuhan

Teruslah bersemi sepanjang masa ciptaan Sang Kuasa


Temu Pertama

Berawal dari sebuah gambar

Dengan senyuman terpancar nyata

Hitam manis dibajunya

Merah jambu warna jilbabnya

Ini kali pertama

Kita membentuk sebuah kisah

Kisah asing yang masih terasa

Meski tak banyak mengenal

Hanya temu pada tatap muka

Kita begitu dekat terlihat

Namun jauh kala itu

Lalu, waktu membawa kita

yang dulu hanya gambaran

Kini menyisakan rindu

Rindu yang selalu bertemu

Dan temu yang telah bersatu

Dalam sebuh kisah kasih

Aku menyayangimu
Mentariku

Sedikit kasih tercurah

Namun, banyak kasih engkau beri

Tak peduli sekejam apa dunia menerpa

Engkau tetap setia dan tulus setulus jiwa

Titip doa, sampaikan rindu

Semoga engkau selalu bersinar

Sebagai penerang dalam hati dan sanubari

Seperti pagi, pagi kemarin

Disini engkau masih tetap bersinar

Selalu bersinar seperti mentari

Ada senyum dibalik sinarmu

Cerah menebar kehangatan

Ada kekuatan dibalik cahayamu

Terang penerang jiwa

Tiada yang mampu gantikan dirimu

Wahai mentariku

SELAMAT HARI IBU – 22 Desember, 2019


Sebait Rasa

Kutulis sepucuk kenangan rindu

Yang mengalir dalam genangan syahdu

Gerimis malam sepi menyapa

Masih jelas dalam ingatan

Meski rasa kini menjadi lara

Tak mungkin lagi ada cerita

Yang mencipta luka lebih nyata

Kini semua telah sirna

Tanpa cahaya yang mungkin,

Akan kembali menyapa

Sudah lah kupasrahkan saja

Karena semua takkan kembali sama


Cinta hanya sekali

Kekasih

Kuberikan kisah

Kau hempaskan rasa

Kuberikan cinta, namun

Kau tenggelam dalam rasa

Apa yang kuharap tak sama

dengan yang kau pinta

Ketahuilah kasih

Cintaku hanya sekali

Tak akan berganti meski kini

jiwaku karam rinduku hilang sekejab mata

Pengorbananku kau anggap

hanya igauan semata

Ketulusanku kalah bersama impian belaka

Mungkin aku yang bersalah atau kutak pernah tanya

Hanya berharap rasa yang kini telah patah

Sungguh kasih

Lebih baik berpisah

Daripada terus bersama

Terpenjara dalam cinta


Sampai Waktu

Dengan malam, yang sunyi

Dikursi tua itu aku duduk

Sekumpulan kertas buram

Lentera kuning yang tak mampu menerangi

Bintang malam menyapa dalam kehampaan

Letih sudah aku menunggu

Bersama waktu yang berganti

Disana sosok itu yang selalu kuharapkan

Namun tak jua ada harapan

Lelah, lelah sudah tak terasa lagi

Mereka yang selalu menemani sepiku

Air mata telah terkuras tak menyisa

Hingga waktunya, sampai angin menggoreskan janji yang terlupa


Sirna

Untuk jiwa yang patah

Untuk segala yang pernah ada

Sudahlah cukup sampai disini

Karena juga tiada guna bila dipaksa

Bahwa ku tak pernah berarti

Aku telah kalah dengan segala rasa

Rasa yang membawaku padamu

Tenggelam atas penantian

Hanyut terlalu dalam

Pupus harapan diujung jalan

Aku tak bisa berkata apa

Banyak hal berat untuk dijelaskan

Beberapa sulit dimengerti

Sungguh ku terpuruk mengartikan kisah ini

Kini semua telah sirna

sirna menjelma dalam kegelapan


Ruang Rindu

Tersandar dalam lamunan

Seketika aku rindu

Rindu pada jarak yang tengah memisahkan kita

Rindu langkah yang selalu menelusuri sepinya hati

Rindu senyuman yang mewarnai wajahnya

Rindu gelak tawa yang mampu memecah heningnya jiwa

Rindu hangat pelukan saat kesedihan

Rindu cerita yang kini terbalut dalam kenangan

Masih banyak rindu yang ingin kusampaikan

Namun enggan terucap

Meski begitu, kusimpan rinduku

Pada ruang – ruang kerinduan

Yang tersusun rapi dalam memori nan abadi


Promise (for matebest)

Hari ini, langit abu – abu

Mentari tak bersinar

Tapi kuyakin dirimu

selalu bersinar untukku

Menerangi jiwaku dengan cahayamu

Menebar kehangatan penuh senyuman

Candamu menyentuh hati yang sendu

Tawamu adalah semangat setiap gundahku

Meski dunia tak lagi berpihak padaku

Dan saat hariku mulai kelam

Tenggelam oleh angan

Terhempas dan karam

Namun kutau kau tetap

Disini setia bersamaku

Berjanjilah wahai sahabat

Suatu saat nanti,

meski sekejab dunia kita hilang

Dirimu takkan pernah using

Peganglah jemariku erat

Dalam kebahagian maupun kedukaan


Surat Terakhir

Sebelum aku pergi

Kutulis pelan tentang perasaan

Awal dan Akhir hanyalah tentang penggalan isi hati

Ketika setia adalah sebahagian rasa

Dan cinta hanya sebatas asa

Berjalan tanpa ikatan restu Bunda

Wahai Terunaku

Kuatkan hatimu kala membaca surat ini

Kusampaikan sepenggal haru

Dengan hati hancur, kunyatakan jua

Bahwa tali cintaku putus sudah

Bukan salahmu kita berpisah

Dan bukan pula kutak sudi

Namun patuhilah dua insane berharga

nan bermakna yang kau puja

Bila air mata dapat kutuliskan

Tiada kupakai tinta untuk kau baca

Di surat terakhir
Rakyatku, Pilu

Ketika sebuah lembaran memberitakan

Kecaman penuh ancaman menghadang

Layar kacapun ikut menerjang

Bagaimana bisa hari ini ama seperti kala itu

Kala dimana sejarah silam

Akan terulang kembali, mungkin

Katanya, habis gelap terbitlah terang

Tapi itu hanya angan

Semua tinggal igauan

Mereka kunci rapat kita untuk maju

Menutup pintu yang kini kelabu

Mengubur impian penuh

Terbelenggu dipeluk nestapa

Merana dalam sengsara

Terpenjara dalam derita

Apa yang bisa kau katakan sang pejuang?

Jika diammu masih membisu

Tak ada waktu untuk menunggu

Rakyatmu semakin pilu menggerutu


Cinta itu buta

Aku ingin bertanya, apa yang kau harapkan dari cinta?

Bagaimana kau begitu memujanya tanpa henti?

Sementara cinta tak pernah melirik mu

Sementara ada cinta yang lebih darimu

Bahkan cinta tak pernah berkorban dalam hidupmu

Kau tak pernah sadar semua itu

Kau terlena dalam rayuan maut penuh derita

Derita yang mengantar luka menuju ketidakpastian

Sampai kapan kau bertahan dalam gelombang dusta

Ini bukan cinta, percayakah kau?

Apalah cinta jika hanya membawa sengsara

Apalah cinta jika ia tak pernah merasa

Percayalah sayang sekali lagi

Cinta itu buta, dia lupa tak dapat merasa


Ijinkanlah Walau Sekejab

Jika aku tidak dapat memilikimu,

biarkan aku hanya melihat senyum diwajahmu

Jika aku bukan yang kau tunggu, tunggulah hadirku disetiap mimpimu

Jika kau tak mampu memberikan kasih, tetaplah menatapku dalam sendu

Jika setiamu bukan milikku, maka biarlah aku memujamu

Ijinkan aku walau sekejab menunggumu

Merasakan sentuhan kasihmu

Memelukmu dalam mimpi indahku

Memilikimu dalam angan panjangku

Mengharapkan setiamu meski hanya bayangan dalam pelupuk mata

Ijinkan aku walau sekejab mencintaimu

Walau sekejab menantimu kembali padaku


Putih Abu - Abu

Ada suatu masa

Kala itu penuh cerita

Canda, tawa, haru dan tangis

Menyatu menjadi indah

Memberi warna disetiap gambar yang tercipta

Mereka adalah cinta

Dari suku, bangsa yang berbeda

Berbaur menjadi satu nuansa

Hitam putih warna kita menjelma

Banyak sekali hal nyata kita bina

Mulai dari belajar melukis dunia

Bermain dan bersenang gurau

Mengisi waktu agar tak terbuang percuma

Suka duka merajut asmara

Bercerita bersama mengadu rasa

Kufikir ini adalah momen yang kudamba

Selalu terasa meski tlah berpisah

Lihatlah saat masa itu sudah berlalu

Semua cerita tinggal kisah

Diabadikan dalam potret kenangan

Yang selalu mengusik ingatan

Sungguh indah untuk dipandang

Kini kita sudah tak lagi bersama

Aku, kau dan kita harus berjalan sendiri

Mengukir satu demi satu harapan


Hanya doa yang dapat dipanjatkan

Agar selalu ada kesempatan

Karena cerita takkan pernah usang

Meski dimakan waktu silih berganti


Sembilu

Dinginnya angin malam ini membasuh tubuhku

Kiranya dapat tenangkan hati yang kau tinggalkan

Namun entah kurasakan begitu dalam

Semakin peri luka yang kau teteskan

Tak dapat kubayangkan sebelum ini

Hanya selalu ku teguhkan hati dan perasaan

Untuk tetap bersama dalam kepercayaan

Ingat sewaktu dulu kau ucapkan

Dan lalu kau ciptakan momen setinggi langit

Kau berikan harapan seluas samudera

Tapi mengapa kau campakkan?

Kau hancurkan segala impian

Saat kutanyakan

Tutur katamu begitu kejam bak sembilu

Merobek pedihnya sampai bila kurasakan

Air mata menetes perihnya sembilu yang kau tusuk

Aku tak mengerti apa yang kau inginkan

Kemana cintamu telah luruh

Sudah tak dapat kugapaikan


Curahan hati

Sebelumnya aku tak pernah tau

Seberapa besar tulusnya dirimu

Engkau yang senantiasa kubangga

Engkau yang senantiasa kusayang

Namun sekelib mata kau berpaling

Kemana arah langkahmu berpijak

Kemana janji –janjimu menapak

Pada siapakah kau berbalas kasih

Selama ini engkau yang kuharap

Engkau bagaikan bintang penerang malam

Yang senantiasa memberi cahaya

Namun kini dirimu telah berubah

Ternyata meskipun dirimu bersinar terang disana

Masih ada bintang lainnya yang engkau harapkan


Februariku

Disini aku duduk bersama senja

Menatap merah merona pesonamu

Kuukir senyum manis paling indah

Sembari bersenandung ria penuh tawa

Kupejamkan mata dan kurasakan

Semilir angin berbisik ditelinga

Sejuknya menusuk hingga ke sukma

Membawaku jauh berkelana

Menuju angan khayal tentangnya

Teringat sosok yang membuatku terpana

Tak usah kusebut siapa namanya

Karena tanpa bertanya aku sudah merasa

Dia yang sederhana penuh cerita

Senyumannya memberi kehangatan

Tatapannya meluluhkan keheningan

Candanya menyihir segala kegundahan

Tawanya merebahkan kegelisahan

Menghiasi hariku dengan keindahan

Cahayanya begitu terang

Tapi dia bukan matahari

Bukan juga bulan atau bintang

Apalagi pelangi yang hadir hanya kala hujan reda

Tidak, bukan mereka semua

Dia adalah februariku

Cukup manis untuk diucapkan


Dia, iya dia yang menjadi alasan

Untuk selalu bertahan dalam setiap keresahan

Menemani kala kehampaan menghampiri

Dialah februariku
Goresan Kehidupan

Sampai kapan srasa sakit ini akan pergi?

Sampai kapan luka ini terus bertahan dalam diri?

Dulu, tak pernah ada kesedihan

Hidup berjalan sesuai arah kemana tujuan

Tangis terdengar hanya ketika menginginkan pelukan

Bermain bersama teman dengan riang

Berlarian hingga lupa waktu pulang

Menangis kala terjatuh tanpa malu

Tapi tak pernah pilu, esok ulang kembali

Tertawa menegak kebebasan

Sudahlah lupakan masa itu

Kini, bahagiaku telah hilang

Tiada lagi senyuman terpapar dibibir

Pahit dimakan kesakitan

Beban menghantui pikiran

Jalan yang dituju putar haluan

Inilah hidup senyatanya aku rasakan

Kelam merambat perlahan

Aku namakan ini gorekan kehidupan


Bintang Malam

Bintang malam datanglah kepadaku

Bawa aku menuju singgasanamu

Beri aku keindahan cahayamu

Hiasi hatiku dengan sinarmu

Sebagaimana dirimu menghiasa langit malam

Bintang malam dimanakah dirimu?

Aku sungguh merindukan dirimu

Malam ini langit begitu cerah

Namun sunyi tanpa engkau disana

Bintang malam mengapa kau tak datang

Sudah lama hati menanti

Mengharap untuk engkau singgahi

Bintang malam datanglah kepadaku

Akan kuceritakan sejuta cerita

Untuk diungkapkan bersama

Namun, tiada hadirmu dikeheningan malam ini


Sahabat sejati

Tanpa sengaja kita bertemu

Pada awal putih abu – abu

Duduk berdampingan tanpa kata

Saling diam mengulum senyum malu – malu

Seiring berjalannya waktu

Satu persatu menyapa halus

Merajut kata menjadi kalimat penuh

Lambat laun mencipta tawa

Menyusun jarak semakin dekat

Nyata dalam balutan kisah

Berbeda kita tak pernah pecah

Selalu ada canda setiap amarah

Berbagi resah bertukar cerita

Kini, meski tak lagi saling merangkul

Namun tali itu akan tetap kokoh

Disana, kalian sahabat sejati


Semangat Ibu Guruku

Lihat dengan senyum ikhlas

Dia datang menelusuri jalan berliku

Untuk tiba menghadap murid yang ia tunggu

Menyapa hangat tanpa ragu

Dia yang seperti bunga berembun sejuk

Memberikan sesuatu tanpa pamrih

Dengan wajah berseri

Dia datang membawa segudang ilmu

Dia adalah guruku

Yang semangat tidak pernah letih

Mengajari tanpa henti

Kokok berdiri tidak peduli diri sendiri

Kadang dia lupa akan waktu

Demi mendidik anak negeri sepenuh hati

Masa depan kami adalah utama baginya

Semangatmu tidak pernah luntur

Meski dirimu habis dimakan usia


Salam Kemerdekaan

Salam, wahai Indonesia

Tanah air bangsa nan semenandung raya

Negeri pusaka yang indah

Salam pejuang hebat bela Negara

Sejati kuat dengan tetesan darah

Kobarkan api jiwa menerpa

Tak hirau panas membara, hujan menerpa

Seberapa lawan menghadang, tangkaskan pedang

Sampai darah penghabisan

Telah kita lalui bersama

Negeri tercinta berdiri

Kokoh dengan tiang penegak

Kibarkan merah putih semangat jiwa pemuda pemudi bangsa

Garuda didada, pancasila dihati

Salam Merdeka

Bangkitlah kau sang penerus

Satukan hati, satukan jiwa

Tegakkan keadilan, padamkan kejahatan

Tuk setitik harapan menuju kenyataan

Medan, 17 Agustus 2017


Ayah, dengarkanlah

Ayah, dengarkanlah

Aku ingin bercerita

Tentang pahitnya dunia

Saat ini tanpamu

Dulu kita selalu tertawa

Bermain melukis bahagia

Bagai pelangi yang berwarna

Tak pernah ada sendu

Tapi mengapa ayah

Sejak kepergian semua musnah

Aku rapuh tanpamu ayah

Tawa berganti pilu

Tiada lagi bingkai kedamaian

Yang senantiasa engkau suguhkan

Ayah, dengarkanlah

Aku ingin bernyanyi

Sebuah lagu sederhana

Agar hati terasa lega

Walau hanya sementara

Kutau ini takkan mungkin mampu

Mengganti dirimu seperti dahulu

Ayah, dengarkanlah

Aku ingin meminta

Hadirlah dalam mimpi kita


Semesta Membenci Kita

Semesta dahulu bersahabat

Menampakkan keindahan

Memberikan kesejukan

Membawa aroma keindahan

Seketika semesta berubah

Karena ulah para penjajah

Merampas paksa tanpa iba

Mereka berdaulat penuh atas semesta

Seolah semua dia yang mencipta

Pepohonan yang tumbuh merimbun

Kini tlah patah terbelah

Bangunan – bangunan menghancurkan singgasana

Rumah bagi semesta dalam peraduannya

Tidak hanya itu saja!

Mereka membabat segala habitat

Membiarkan hewan terlonta dan punah

Tanah kini kering keronta

Sungguh kejam wahai manusia

Hatinya dibutakan oleh dunia fana

Tak ada lagi tempat menghibur menikmati senja

Karena semesta membenci kita


Tuhan

Tuhan

Temukan aku ketika hilang

Kala tak seorang pun mencari

Bahkan tak seorang pun mengingat

Aku merebah pada apa yang patah

Bergejolak hati tak karuan menyiksa

Betapa bodohnya diriku

Melupakan segala arah

Ada yg bersujud mencarimu

Ada pula yg merayap kesana kemari

Padahal engkau sedekat pejam

Selekat gumam

Tak jua dapat kugapai

Tuhan

Adakah waktu untuk meminta

Dari jiwa yang masih tersisa

Untuk memohon padamu

Berserah diri yg lemah

Dari apa yg telah usai

Tuhan jangan angkat kepalaku lebih dulu

Sebelum doa doa itu sampai

Agar tidak ada dosa hingga menutup mata


Sahabat Surga

Seperti pelangi yg hadir kala redanya hujan

Dia yg menghapus kesedihan dalam penantian

Mewarnai hati yang terperih

Saling mengisi, menghiasi dunia penuh arti

Tapi tidak sekedar sebatas mimpi

Dialah sahabat yang senantiasa memberi

Memberi kenyamanan serta kebahagian

Membawa menuju kebaikan untuk bersama

Melangkah menggapai surga-Nya sang Ilahi

Bukan hanya tertawa di dunia sementara

Mencari kesenangan semata

Namun bergandengan tangan saling teguh pendirian

Agar kelak dapat dipertemukan


Teman dalam hati

Masih bercerita perihal putih abu abu

Begini kisahnya

Dalam keramaian aku terpana pada sosok

Lelaki berseragam putih, hitam manis kulitnya

Tampak ia tengah mengibarkan bendera

Dengan gagah nan elok rupanya

Terbesit dalam jiwa

Untuk ingin tahu siapa namanya

Ternyata dia adalah seorang pengibar bendera

Tidak banyak mendengar cerita darinya

Namun senyumnya mampu mengalihkan dunia

Pandangan mata mengarah padanya

Pesonanya menggetarkan sanubari

Setiap hari mengulik kisah tentangnya

Ternyata dia sudah ada yang punya

Dari sini aku tak mampu mengatakan

Aku sadar untuk menarik segala keinginan

Biarlah kini dirinya menjadi sebatas teman

Teman dalam hati


Indahnya cinta

Cinta adalah sebuah perasaan yang menghantarkan kekaguman

Cinta memberikan senyuman yang terlukis dibibir

Membawa terbang menuju langit nan jauh

Melukis angan khayal tentangmu disana

Bersemi hati sepanjang hari

Rasa rindu bersemayam dikalbu

Membangkitkan getaran syahdu padamu

Melayang aku setiap kau ucap syair cinta

Terhanyut dalam mimpi tentangmu

Inikah yang dinamakan cinta?

Cinta yang berpetualang sejak kala

Selalu merasa terpana saat berada dekatnya

Bahagianya bagai berada di singgasana

Oh indahnya cinta
Damai Bersama-Mu

Aku termenung dibawah mentari

Menikmati indahnya alam ini

Sejuknya kurasakan damai hatiku

Terhanyut akan kasih-Mu

Sabda-Mu bagai air mengalir

Basahi panasnya hatiku

Terangi seluruh jalanku

Berikan ketentraman jiwa dan ragaku

Jangan biarkan semuanya berlalu

Biarlah damai ini tetap tinggal

Hanya padamu Tuhan

Tempatku berteduh

Dari segala kepalsuan dunia

Akan kutempuh semua perjalanan

Agar senantiasa berada dekatmu

Dan kurasakan lembutnya kasih-Mu


Ampunilah

Tahun ini begitu mencekam

Bencana kian datang silih berganti

Melululantakkan keadaan

Menghancurkan segala yang nyata

Terkubur istana sedemikian rupa

Tenggelam digulung ombak dalam tunggangan

Semua kemegahan dunia hilang seketika

Dihapus duka dalam sengsara

Sungguh malang nasib mereka

Ada yang tanpa dosa

Tak tahu apa apa

Mereka terima semua dengan pasrah

Akibat ulah manusia serakah

Tuhan maafkanlah kami

Tersadar bahwa ini adalah peringatan

Hukuman atas segala keangkuhan

Semua adalah milikmu kan kembali padamu

Ampuni kami Tuhan


Arti Guru Buatku

Guru bagiku adalah pelita penerang jiwa

Dia memberikan cahaya saat berada dikegelapan

Dia membawaku keluar dari kejauhan sulit kugapai

Guru menuntunku dalam kelemahan

Dengan senyumanmu yang tidak pernah pudar itu

Engkau datang memberi harapan untuk masa depan

Lalu mewujudkan harapan itu agar tersampaikan

Guru dengan semangat pejuang

Memberikan segala ilmu yang dia punya

Mulai kecil hingga besar

Mengajariku tanpa batas

Dengan hebatnya dia berdiri tanpa lelah

Mengajarkan arti yang sesungguhnya

Bahwa pendidikan haruslah digenggam

Agar kelak tidak tertindas oleh dunia

Aku ingin seperti dirimu

Kesabaranmu mengalahkan apapun

Meskipun harus bersusah payah

Namun dirimu tak jua kalah

Demi mendidik kami sang penerus bangsa


Pendidikan Itu Penting

Betapa pentingnya sekolah bagi manusia?

Ada yang menganggap masa bodoh

Ada yang hanya sekedar hadir dan acuh

Ada yang tersenyum getir memandangnya

Ada pula yang hadir penuh semangat

Wahai manusia coba renungkan!

Bagaimana jikalau hidup tanpa pendidikan

Manusia akan kaku menghadapi tantangan zaman

Ditindas, dipaksa tak lagi dipandang bermakna

Siapa nanti akan mampu melawan persaingan?

Jika insan tak punya ilmu dan moral

Ketahuilah sesungguhnya

Pendidikan adalah kunci masa depan

Jalan lurus menuju kebebasan

Menyatukan setiap perbedaan

Memberikan arti penting kehidupan

Mengusir kebodohan tanpa kekerasan


Ayo Belajar

Belajar tegar agar pintar

Menggapai mimpi dimasa depan

Perbaiki diri tiada henti

Agar hidup menjadi mumpuni

Belajar keras agar kuat

Menghadapi ombak kebodohan

Melawan penjajahan yang datang

Menghapus duka sejarah silam

Belajar giat dengan semangat

Mengejar ilmu hingga akhir hayat

Agar kelak mendapat nikmat

Membawa hidup dalam kedamaian

Ayo pemuda pemudi !

Bangkit dan bergeraklah

Tidak ada waktu lagi

Kesempatan hanya sekali

Saatnya mnegubur rasa malas dalam diri


Kepergianmu

Pagi dibulan februari

Seseorang memberi kabar paling perih

Tentang kepergianmu pagi ini

Hati bagai teriris pedih mendengarnya

Mengapa secepat ini?

Bukankah kemarin kau masih tersenyum lirih

Menemaniku saat dingin menyapa hati

Melantunkan lagu favorite pengusir sepi

Kau tidak berkata apa saat itu

Yang kutau setia adalah janjimu

Tapi pagi ini bagai petir menyambar

Rasanya aku luruh tak berdaya

Bagaimana bisa melepas kepergianmu

Sedangkan aku masih menganggapmu ada

Untuk bersama mewujudkan janji kita


Segalanya Tentang Ibu

Pernah seseorang bercerita

Tentang sosok yang paling setia

Yang memberi kasih secara nyata

Anda mungkin juga menyukai