Anda di halaman 1dari 21

Sepertiga Malam

Di sepertiga malam,
Rintik hujan membangunkan aku dari lelap
Mataku terbuka
Tiba-tiba, aku rindu bercerita kepada Tuhan
Tuhan,
Lelahku hari ini kembali menghasilkan tangis
Aku ingin bangkit,
Tetapi, realita yang tak sesuai harap kembali menjatuhkanku

Tuhan,
Aku selalu ingin menutup hari dengan tawa
Tetapi, selalu ada kecewa yang mendera
Haruskah aku berpura-pura bahagia?

Di sepertiga malam, aku kembali mengaduh


Tuhanku Maha Mendengar
Aku akan terus berdoa sampai Tuhan memberiku Bahagia

Asa dan Pasrah

Asa,
Setiap kali aku terbangun,
Ada jutaan rencana di kepala
Ya, aku bukanlah si putus asa,
Aku adalah asa yang tak berjeda

Asa,
Bisakah sebuah harap menjadi nyata?
Tuhanku memintaku untuk berdoa
Aku ingin asa tak hanya sebatas harap
Aku ingin asa yang berubah menjadi nyata

Tetapi, setinggi apa pun sebuah asa


Aku wajib berpasrah
Tuhan Maha Tahu
Sementara manusia hanya ahli membuat rencana

Aku tidak akan berhenti berdoa


Tuhan yang murah hati,
Jadikan asaku menjadi nyata
Jika asaku bukan yang terbaik, ajarkan aku untuk pasrah

Tuhan yang Maha Adil,


Aku percaya ketetapanmu adalah yang terbaik

Doa Seorang Kakek

Di sebuah masjid,
Kakek renta itu seperti penghuni utama masjid

Di usia senjanya,
Aku selalu melihat Kakek duduk di saf pertama
Ia selalu khusuk berdoa

Ketika tidak sedang waktu shalat, aku pun melihatnya di sana


Ia membersihkan masjid
Ia mengatur kembali mushaf yang berserakan

Suatu hari, aku duduk tepat di sebelahnya


Dalam doanya yang lirih, aku mendengar ia berucap
“Ya Tuhan, semoga masjid ini tidak hanya diisi oleh orang tua.
Bukakan hidayah pada anak muda untuk lebih dekat kepada-Mu.
Semoga mereka tidak menyesal karena melupakanmu”

Aku melihat keriput di tanganku,


Ya, aku baru sadar aku pun adalah seorang renta.

Kehangatan Doa
Sebagai manusia yang lemah
Aku selalu berlindung dalam doa
Aku yakin, Tuhan akan selalu mengulurkan tangannya kepadaku

Hidupku tak selalu sesuai mauku


Berkali-kali aku tersakiti atas harap yang menguap
Aku tak bisa mencipta realita atas mauku
Tetapi, aku tak pernah berhenti berdoa

Dalam setiap kesuksesan yang aku raih, doa menyelamatkanku


Aku kembali bersyukur atas berkah Tuhan

Dalam setiap kegagalan yang kuterima, doa pun menyelamatkanku


Aku tidak terpuruk, Tuhan sedang mengujiku

Doa selalu menjadi penghangat di saat kehidupan perlahan membeku


Doa pun bisa menjadi pendingin ketika kehidupan memanas

Sebagai makhluk bertuhan,


Doa adalah bentuk kepercayaan utama kepada Sang Pencipta

Pertolongan Tuhan

Aku tersesat
Tak pernah terbayang bahwa dunia begitu gemerlap
Aku tak sadar bahwa aku memilih jalan yang salah
Hingga akhirnya aku tersesat

Di ujung jalan yang sunyi,


Aku tak melihat celah
Aku hanya melihat senyap yang lebat
Aku tak bisa maju, tak bisa juga mundur

Aku hampir putus harap


Gemerlap membawaku ke dalam gelap
Aku menyesal, semuanya terasa sesak

Lalu, di ujung segala penyesalan dan putus asa


Cahaya datang di ujung yang tak terduga
Aku mengikutinya

Kali ini, Tuhan menolongku


Ia menuntunku kembali ke jalan-Nya
Aku mendapat berkah
Pertolongan Tuhan itu nyata

Terima Kasih, Ibu

Ibu,
Dari semua hal yang ada di dunia, aku paling menghormatimu
Cinta kasihmu selalu tulus
Kau selalu memberikan kehangatan dalam setiap hadirmu

Ibu,
Dari semua hal yang ada di dunia, aku paling menyayangimu
Mungkin, sebesar apa pun rasa cintaku kepadamu,
Cinta darimu untukku pasti lebih besar
Aku akan terus merawat cinta itu, hingga nanti

Ibu, aku ingin mengucap terima kasih


Kasihmu membuatku hidup
Kasihmu membuatku bisa mencapai titik ini

Tunggu aku, Ibu


Aku akan segera membahagiakanmu

Terima kasih, Ibu


Sekali lagi, aku mencintaimu

Pengorbanan Sang Ayah


Ia sulit ditebak
Tak seperti Ibu, Ia jarang membelaiku dengan hangat
Tak seperti Ibu, Ia jarang menemaniku bermain
Meski begitu, aku mencintainya

Ayah
Waktu yang kuhabiskan bersamamu tak sebanyak ibu
Aku sempat mengira Ayah tak menyayangiku
Ternyata, ayah punya cara yang berbeda untuk menunjukkan cinta

Bentuk cinta dari Ayah adalah tanggung jawab


Ia memastikan aku dan ibu bisa makan
Ia memastikan aku dan ibu bisa hidup nyaman
Ia memastikan semuanya berjalan baik-baik saja

Dari kita bertiga,


Mungkin ayah yang paling tak bahagia
Mungkin ayah yang paling sering merasa kesepian

Terima kasih ayah,


Pengorbananmu sangat besar
Aku tak putus untuk mendoakanmu
Semoga kita selalu bertemu dalam keadaan bahagia

Melukis Ibu

Malam ini bulan purnama


Malam yang cerah menampilkan keindahan bulan yang sempurna
Tak seperti biasa, malam ini begitu hangat dan indah

Terbawa suasana,
Aku merindukan ibu
Aku juga merindukan ayah
Tak seperti dulu, temu tak lagi menjadi rutinitas harian

Aku melukis ibu,


Bukan di atas kanvas
Tetapi, dalam rindu yang segera berujung temu

Di lukisan itu,
Aku tak putus untuk mendoakannya
Semoga Tuhan menjaga ibu
Semoga Tuhan menjaga ayah
Sampai saatnya nanti aku bisa menjaga keduanya dengan usahaku sendiri

Senarai Rindu

Di ujung telepon, aku mendengar suaranya


Ibuku sudah mulai renta
Begitupun ayahku
Aku pun sudah cukup dewasa,
tetapi aku ingin selalu menjadi anak kecil di matanya

Rindu
Melalui sambungan telepon, aku mencoba melepas rindu
Tetapi, sayangnya rindu itu tak berkurang
Justru sebaliknya

Rindu itu sudah menjadi senarai


Senarai yang panjang
Aku ingin segera menghapuskan dengan temu

Ibu,
Ayah,
Tunggu aku sebentar lagi

Selayaknya Keluarga

Selayaknya keluarga,
Hal yang terjadi di antara kita tak selalu tentang cerita bahagia
Aku yang membangkang,
Ibu yang sering marah-marah,
Atau Ayah yang jarang hadir di tengah kita

Selayaknya keluarga,
Kita mungkin bukan keluarga yang layak

Ada ayah, ada ibu, ada aku


Tetapi, kita bertiga jarang bersama

Selayaknya keluarga,
Sekali lagi, kita mungkin bukan keluarga yang layak.
Namun, aku berharap ayah pulang dan ibu bahagia

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Dalam duniaku, Aku tak mengenal Pattimura


Aku hanya mengetahuinya melalui buku sejarah
Aku juga mengetahuinya melalui gambar uang seribuan yang diberikan Ibu kepadaku

Dalam duniaku, Aku tak mengenal Soekarno-Hatta


Aku menghormati keduanya atas perjuangan memerdekakan negara
Tetapi, aku tak mengenalnya secara pribadi

Dalam duniaku, pahlawan sebenarnya adalah Bapak dan Ibu Guru


Nama Bapak dan Ibu Guru mungkin tidak tercatat dalam buku sejarah
Akan tetapi, dalam sejarah hidupku,
Bapak dan Ibu adalah sebenar-benarnya pahlawan

Terima kasih, Bapak dan Ibu Guru


Engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Engkau adalah pahlawan sebenarnya
Teruslah semangat berjuang
Aku selalu menghormatimu

Bunga Bangsa

Jika bangsa diibaratkan sebagai alam


Engkau adalah bunga yang tak pernah layu
Engkau selalu mekar
Engkau selalu menebar harum untuk sekeliling

Wahai Guru,
Engkau ibarat Bunga Bangsa
Tugas besar untuk mendidik generasi ada di pundakmu
Semoga kekuatan tak terkira selalu datang
Sehingga beban berat itu tak lagi terasa berat

Wahai Guru,
Pekerjaanmu sangat mulia
Engkau membimbing siswa menuju masa depan cemerlang
Engkau bunga bangsa yang berada di garda depan untuk memajukan negara
Mari berjuang bersama demi masa depan yang cerah

Setelah Berpisah

Gedung biru memanjang itu telah menemaniku selama ini


Di pagi hingga sore hari
Aku berada di sana
Menimba ilmu dan bermain bersama

Setelah berpisah,
Aku lebih banyak merindu
Padahal, saat masih bersama,
Aku mungkin sering membuat kecewa

Setelah berpisah,
Apa yang dikatakan Bapak dan Ibu Guru tentang dunia benar-benar nyata
“Ini tidak ada apa-apanya, pelajaran dunia lebih kejam.” katamu

Benar,
Di dunia nyata tak ada Bapak dan Ibu Guru yang membimbingku
Terkadang, aku takut tersesat
Tetapi, semua ucapan-ucapan Bapak dan Ibu guru masih terpatri di kepala

Setelah berpisah,
Aku semakin ingin berterima kasih kepada engkau

Terima kasih, Bapak dan Ibu Guru


Bekal pelajaran selama sekolah sangat membantuku untuk bertahan hidup di dunia sebenarnya

Baktiku pada Guru

Guru,
Engkau mengajari kami tanpa lelah
Meski kadang kami tak patuh
Meski kadang kami sering mengecewakan
Engkau selalu ada, mengajari kami

Guru,
Ucapan terima kasih saja mungkin tak cukup
Pengorbananmu sangat besar
Sementara tak banyak yang bisa kami beri untuk membalas

Guru,
Aku berjanji akan menjadi orang yang lebih baik
Maaf, aku belum menjadi murid yang berbakti
Tetapi, aku akan mencoba untuk terus berbakti kepadamu

Terima kasih, guru


Jasamu akan selalu kukenang sepanjang hidup

Meraih Cita dan Asa

Mimpi itu aku mulai dari sekolah


Pada mulanya, aku adalah anak kecil tanpa asa
Tetapi, di sekolah itu, guru mengajakku untuk bermimpi

Aku tak punya banyak pandangan tentang dunia


Aku berawal dari manusia tanpa ilmu
Tetapi, guru mengajariku banyak hal
Ia mengajakku untuk bermimpi, tentang masa depan yang indah

Kini, aku punya banyak mimpi


Ada banyak cita-cita yang ingin kuraih
Hidupku penuh tujuan
Semua itu, berkat engkau, Guru.

Kali ini, aku akan segera bangun dan bergegas


Tak ada hari untuk berdiam diri
Cita-cita itu harus segera kuraih
Untuk membuat Bapak dan Ibu Guru Bangga
Serta orang tua pun bahagia

Selamat Ulang Tahun, Sahabat

Jam dinding berdetak.


Pukul 12 malam
Kalender mulai berpindah
Detik ini adalah hari baru

Aku meraih kotak cahaya di meja


Kurangkai kata-kata untuk memberimu selamat
Ya, ini hari penting untukmu
Sebagai sahabatmu, aku ingin menulis kata yang lebih hangat
Lebih hangat dari sekadar “Selamat ulang tahun”

“Terima kasih telah terlahir ke dunia


Terima kasih telah menjadi orang yang selalu hadir dalam suka dan duka
Aku berharap persahabatan kita tidak pernah berakhir
Selamat ulang tahun
Semoga, semua hal baik selalu datang kepadamu”
Kukirim pesan itu
Esok, kita akan merayakan hari jadimu
Terlelaplah malam ini dengan hati yang bahagia

Persahabatan Ara dan Ari

Ara dan Ari


Sepasang sahabat sejak dini
Ke mana pun selalu selalu bersama tak pernah sendiri
Mereka adalah sahabat sejati

Tapi, hari ini Ara tak menemui Ari


Kemarin, pertengkaran hebat terjadi
Ara pergi
Sementara Ari tetap menunggu di sini

Hari baru berganti


Ara masih tak juga datang
Sementara Ari masih menunggu
“Akankah persabatan mereka kembali?” Pikir ari

Ari tak lagi menunggu


Ia bergegas menemui Ara
Ya, persahabatannya harus diselematkan
Ari pergi, meminta maaf

Ari dan Ara adalah kita


Persahabatan tak hanya tentang hari-hari indah bersama
Ada kalanya pertengkaran terjadi
Jika ingin tetap bersama, ego harus ditekan
Ara dan Ari kembali bersahabat

Mari bersahabat

Pada suatu sore


Kau duduk dengan wajah sendu
Ada bekas air mata di wajahmu
Seberapa besar luka di hatimu?

Saat itu, aku tak mengenalmu


Tetapi, aku menghampirimu
Aku menawarkan diri untuk menjadi sahabat

Mari bersahabat,
Akan kurawat lukamu
Kita akan tertawa bersama

Senja yang Bahagia

Sore itu,
Saat langit keemasan dan burung-burung beterbangan
Kita bersama
Asyik berdebat apakah bumi itu datar atau bulat

Pada senja itu,


Perdebatan itu bukan atas ego
Perdebatan itu adalah kita yang haus ilmu
Mari menjadi hebat ke depannya

Senja yang bahagia


Kita di dalamnya sibuk merajut asa
Semoga mimpi kita menjadi nyata

Sebuah Perjalanan

Kita berputar di atas waktu yang berjalan


Terkadang sepi, terkadang ramai
Tetapi, aku selalu memilikimu
Dan kamu selalu memilikiku
Di perjalanan yang sangat panjang ini
Aku beruntung memilikimu
Saat dunia tak baik kepadaku, kau menghiburku
Saat dunia menjatuhkanku, kau mengulurkan tanganmu

Terima kasih sahabat,


Mari kita terus bergegas ke depan
Mari terus mendukung dalam perjalanan yang panjang

Sketsa Sementa di Kepala

Kulukis senja di tepi pantai


Bersama angin,
Bersama burung-burung yang bertebangan,
Juga ombak yang bergulung-gulung

Kulukis senja di atas gunung


Sebentar lagi, gemerlap cahaya akan muncul dari dua sisi
Langit dengan gemintang
Serta perkotaan dengan jutaan lampu

Kuluki keindahan dunia dalam kepala


Kubuat sketsa yang tak bisa dibaca manusia
Duniaku yang indah,
Akankah ia akan tetap menjadi indah?

Malam yang Penuh Bintang

Sama seperti malam-malam yang sebelumnya,


Malam ini harusnya penuh dengan bintang-bintang
Hari ini sangat cerah, tetapi bintang tak terlihat

Semakin hari, malam semakin temaram


Perkotaan dihiasi jutaan cahaya
Tetapi, langit malam semakin remang-remang
Bias cahaya bumi memancar, mengaburkan cahaya alam

Di suatu malam di desa


Ratusan bintang memenuhi cakrawala
Aku tak pernah lelah melihatnya
Bintang-bintang itu adalah keindahan yang paling nyata

Gemerlap Kota

Semesta tak lagi sepi


Kota-kota beton bermunculan setiap hari
Setiap malam, kota itu memancarkan riuh cahaya

Dunia telah berkembang


Keindahan alam tak hanya pantai dengan senja
Atau gunung dengan pohon yang hijau
Keindahan dunia juga tentang gemerlap kota

Semoga keindahan ini tak membawa luka


Alam dan manusia harus tetap bersama
Saling merawat untuk hidup lebih lama

Senja dan Pantai yang Penuh Cerita

Di sebuah pantai
Ketika matahari mulai berada di ujung cakrawala
Orang-orang mulai berdatangan
Ya, pantai dan senja selalu mengundang kedatangan kita

Senja yang keemasan itu membawa indah yang nyata


Terkadang, ada burung-burung laut yang beterbangan
Kemudian, orang-orang sibuk mengambil gambar
Atau sekedar berpegang tangan dan berpandangan

Dalam kepala kita,


Senja itu selalu penuh dengan berbagai rasa
Ada kenangan bahagia
Ada sepi yang tida-tiba menyeruak
Atau sekadar bahagia yang singkat

Tuhan mencipta senja


Untuk menjadi bagian dari bahagia juga luka
Senja akan selalu menjadi bagian dunia yang paling bermakna

Hutan yang Hijau

Pada hutan yang hijau


Ada ribuan makhluk yang berlindung di dalamnya

Pada hutan yang hijau,


Pohon-pohon menjulang tinggi
Menjadi sumber kehidupan bagi semua yang ada di bumi

Pada hutan yang hijau,


Hewan berlindung dari keganasan manusia
Menjaga kepunahan
Menjaga keseimbangan alam

Pada hutan yang hijau,


Ada manusia yang serakah
Ingin terus menguras dan menguasai manusia

Pada hutan yang hijau,


Mari kita terus jaga kelestariannya

Pada hutan yang hijau,


Di sanalah rumah kita semua

Sepasang Mata yang Indah

Kali itu, kau menatapku dengan penuh rayu


Sepasang mata coklat yang indah
Sejak itu, aku tak pernah lupa akan dirimu

Pada sepasang mata itu,


Aku berusaha mencari banyak cerita tentangmu
Apakah kau sedang bahagia?
Apakah kau sedang penuh luka?
Aku mencari dirimu lewat sepasang mata

Kali ini,
Aku memutuskan untuk bersamamu
Mari bercerita
Mari membuat cerita tentang kita

Seberkas Senyum yang Membekas

Tak kusangka, aku jatuh cinta pada senyum itu


Kita telah lama bersama,
Tetapi, baru kali ini aku menatapmu dengan penuh rasa
Ya, senyummu kali ini membangkirkan rasa

Kau kembali tersenyum,


Sementara aku tersipu
Kau bertanya kepadaku,
“Kenapa wajahmu memerah?”
Aku semakin malu

Saat Jatuh Cinta

Ada merah yang merekah ketika kita bertemu


Kau menyapaku, tetapi aku sibuk menata jantung yang seperti ingin meledak
Kau berbicara denganku, tetapi tiba-tiba aku menjadi bisu
Tahukah kau ada apa denganku?

Aku jatuh cinta,


Bersamamu membuatku bahagia
Tetapi, aku juga tak bisa mengendalikan rasa
Bagimu, aku mungkin terlihat tak seperti biasa

Aku jatuh cinta,


Kepadamu, aku memberikan rasa
Semoga, rasa yang sama tumbuh di hatimu
Lalu kau dan aku akan menjadi kita

Tentang Jarak dan Rindu

Rindu adalah candu


Sejak pertemuan itu, aku terus merindukan pertemuan lagi
Rindu itu semakin menjadi, bahkan setelah kita bertemu

Akan tetapi, semesta belum memihak kita


Bagi sebagian orang, jarak mungkin bukan penghalang
Tetapi, bagi kita, jarak adalah derita
Jarak yang membentang, membuat kita tak lekas bertemu

Malam ini, mari membuat cerita


Lewat rindu yang membuncah dalam dada
Aku akan kembali menulis kisah
Tentang betapa rindu menguasai semuanya

Tentang Aku, Kamu, dan Dia

Setiap hari, aku menatapmu


Kau di sampingku, bercanda dan tertawa denganku
Kau menghampiriku, saat lelah dan risau mengganggu
Tapi, aku hanya tetap aku

Sementara itu,
Kau pun sebenarnya telah bahagia
Bersamanya, kau buat ceritamu sendiri
Kau pun tertawa, menangis, dan bahagia bersamanya

Aku masih tetap aku


Kau bercanda dan tertawa bersamaku
Tetapi aku hanya menangis sendirian

Rasa ini memang milikku


Kau tak perlu tanggung jawab
Hanya satu pintaku,
Tetaplah bahagia

Sajak hati

Padamu cinta ini aku titipkan Sebagai mahkota dalam kedamaian Ragaku siap tuk dipersembahkan Demi

menjagamu wahai idaman Dalam lembaran suci kehidupan Bersama merenung doa penuh kesaksian

Memberi ruang kehidupan Menjadi kekasih dimasa depan Kau akan menjadi pendamping disetiap cerita

Menjadi kesan pada jiwa Bermunajat pada…

Sontak

Setiap hendak menulis sajak


sketsa wajahmu itu selalu saja merebak
udara menjadi sesak penaku henti mendadak
serangkaian kosakata di benakku pun luluh-lantak
setiap itu pula aku tak tahu harus apa selain menunda dan menyaksikan tiap imaji yang tersisa
malihrupa jadi jelaga.

Ilham P. S.

Menyerah

maaf, aku harus menyerah


telah lama kucoba untuk bertahan namun aku semakin terluka
maaf, aku harus menyerah
kuat inginku untuk bertahan namun hati tak bisa lagi menerima

maaf, aku harus menyerah


luka ini sudah terlalu dalam hingga membuat hatiku pecah bergelimang darah

maaf, aku harus menyerah


menghentikan langkah menutup semua lembar kisah mimpi indah sepasang anak manusia
yang bercerita tentang cinta

maaf, aku menyerah….

Doaku Untukmu

Selalu tersebut namamu,


Diantara 7 titik kerendahan diri,
Diatas lembar permadani,
Berangkat semoga sampai langit untuk kembali turun kebumi sebagai karunia.

Sepi

Tersebab,
Tak mungkin bisa bersama,
Maka aku selalu menuliskan syair hati,
Dimana kehidupan dunia bisa diatur sesuai mauku,
Lantas kau dan aku menjadi kita…

Hanya bisa memanggil ingatan untuk mengusir kesunyian,


Tapi ia datang tak pernah sendirian,
Selalu beserta kerinduan.

Terbayang suatu hari tangan kita terkait,


Terlelap bersama dibawah saku langit.

Sepi ini slalu menghantarkanku padamu

Ini Tentangmu

Katamu kau tak pandai berkata-kata,


namun kata-katamu mampu membuatku terbata-bata…

Bagimu kau tak terlalu suka mengungkap rasa,


namun yang kau isyaratkan membuatku tak mungkin lupa…

Menurutmu apa yang kau perbuat bukanlah apa-apa,


namun tanpa kau sadari,
bagiku kau begitu istimewa…

Demikian tentangmu,
dan sungguh! aku bukan sedang memujimu…

Jejak Dalam Udara

Dan lihatlah,

Sekumpulan burung-burung melintas dikotaku


Dilangit senja yang perlahan pekat
ditelan malam Beriringan

mereka terbang pergi dan berlalu


Sedang aku, Menyesap rindu dijejak-jejak yang semakin hilang

Kuingin kau mencintai aku seperti udara,


Meski kasat tapi kau hirup selamanya…

Rasa
Lantas, biarlah sementara begini
Tepatnya kan kubiarkan seperti ini
Mungkin hati ini perlu waktu tuk menghapusnya
Karena sesungguhnya aku telah terbiasa oleh keberadaanmu

Dan sesungguhnya ada rindu yang mulai tertata Karenamupun,


kini aku benar-benar tak sanggup mengelabui rasa

Isyarat Yang Entah

Pada undakan anak tangga kelima


Seorang perindu duduk menatap awan senja
Ia tabah menunggu isyarat yang entah

Tapi kau salah puan…

Jika menganggapku setabah itu


Justru karena tak sanggup menahan rindu
Aku senantiasa mencurahkannya pada aksaraku
Dan sementara di keningnya
Waktu terus melukis kerut perlahan…

Aku dan Hujan

Jalan itu menghitam,


basah oleh hujan.

Namun aku, muram, Kering oleh kerinduan.

Gerimis ini menghapus jejak apapun,


Namun kasihmu tak hilang dalam hitungan tahun.

Lebih dari hancur

Seperti pisau tajam yang menusuk hati


tak pernah bisa dilepas lagi
menusuk sampai nurani
tempat aku bingkai indah namamu

Aku hanyalah serpihan puing yang rapuh


ingin aku ceritakan kehancuran ini
tapi, kau seolah tak peduli
tak mampu kusatukan lagi kepingan hati

Puisi Pendek Tantang Kehidupan

Televisi

Sejak tabung sinar katoda


sihir telah bersentuhan dengan dunia
sinarnya merusakmu, tentu saja
turut mengubah perilakumu

Kini kau menyentuhnya


menggesernya ke kanan dan kiri
seolah kalian berinteraksi,
padahal hanya kau yang terpedaya sinar dan sihirnya

***

Sudut Pandang

Kita lahir dari rahim yang sama


Membuka mata di saat berbeda
Aku menolongnya kau mencacinya
Tapi kau yang jeli dan aku tertipu belaka
Ini hanya masalah sudut pandang
Menganggap kaya berlebihan atau miskin keterlaluan
Mata rahim melihat itu semua seimbang
Kita semua lahir dari rahim yang sama, rahim keadilan

Sebutir Debu

Aku hanya sebutir debu


yang memburamkan kilau
tak pantas berada diatas suci
tak bisa menghindar
saat angin hembuskan aku untukmu,
lalu terbang

Aq hanya kecewa bagai hampa mengharap udara,


atau debu ditengah gersang mengharap hujan
hentikan angin membawaku terbang

Oleh: Florizty Anshori, 13 Februari 2014

Kesabaran

Gubung bambu istana baginya,


Perut yang selalu bernyanyi dalam hidupnya,
Walau pahit telan untuk manis,
Bersyukur kunci agar tak menangis,

Melangkah kaki ini hingga membentuk garis pecahan,


Duri-duri selalu menghadang raga,
Wajah menahan kesakitan,
Menyebut namaNya dalam jiwa,

Hati berkata : “ lahaulawalquwata illabillahil alihiladzim,”

Dalam Bis

langit di kaca jendela


bergoyang terarah
ke mana wajah di kaca jendela
yang dahulu juga
mengecil dalam pesona

sebermula adalah kata


baru perjalanan dari kota ke kota
demikian cepat
kita pun terperanjat
waktu henti ia tiada…

Karya : Sapardi

Dunia Kini

Minggu pagi pun merebak,,,


Bagai daun kering berguguran,,
Tak henti-henti berguguran,,,
Saat semuanya terlena,,,
Semuanya berubah,,
Sekelompok manusia berencana yang merubah,,,
Yang salah jadi seperti biasa,,
Yang aneh jadi seperti wajar,,
Hati-hatilah sayang,,
Itulah dunia kini.

Judulku

Hingga sore ini aku tak tahu judulnya,,


Judul dalam hidup ini,,
Apakah aku seorang yang hebat,,
Ataukah seorang yang biasa saja,,
Atau bahkan seorang pecundang,,
Sungguh membuatku khawatir,,
Lalu bagaimana,,
Apa aku harus merantau,,
Tapi demi apa? Semoga aku segera menemukan jati diriku,,

Kisah Perjuanganku

Sejak awal kumemulai mengenal dunia


Sejak itu juga kumemulai memahami arti hidup
Banyak kisah yang telah aku lewati
Demi mengejar impian

Semua kisah itu tak dapat ku lupakan dari memoryku


Tentang perjuangan kehidupanku untuk meraih impianku
Walau bayak rintangan yang harus di hadapi
Namun bukan itu yang membuatku harus menyerah

Karna kehidupan ini butuh kerja keras dan pengorbanan yang luar biasa
Maka itu tak ada kata menyerah sebelum mencapai impian yang penuh harapan.

Puisi Pendek Tantang Lingkungan

Anak Nakalku

kemana saja kamu hingga kotor mukamu,,


kesayanganku dengan muka yang kotor,,
aku mencarimu sampai ikut kotor,,
dan mencuci semua bajumu,,
aku menemukan permen karet di sepatumu,,
aku tahu itu permen karetmu,,
dan aku tahu kamu bermain di tempat sampah,,
aduuh,,
pusing rasanya,,
melihatmu,,
namun aku tak sanggup tidur tanpamu,,
anakku,,
dan kesayanganku,,

Koran Peradaban

Angin menghela nafasnya,


Seolah beban membawa cuaca,
Pucuk pepohonan menari tarian gila,
Mabuk oleh air haram manusia.
Bumi malas menjaga anak-anak,
Lempeng-lempeng kerak yang selalu berjingkrak,

Manusia kian lihai berdusta,


Lengkap dengan topeng-topeng baja,
Hati bersembunyi entah dimana,
Haha… mungkin takut pada tuannya.

Tiada arah jalan untuk perbaikan,


Segalanya berubah liar dan berantakan.

Apa ini hanya tajuk laris Koran-koran ?,Ataukah memang ujung dari sebuah peradaban.

Tak Puas

Tak Puas…Hutan sudah mulai menguning


Sungai sudah teracun limbah
Ikan-ikan mati tak bersisa
Makhluk binasa tiada pangan
Uang sudah melimpah
Tak terhitung berapa jumlahnya Mataku silau melihat harta
Namun tak tahu apa bunganya

Kekeringan

Kau sendiri yang merusak tanah surgamu


Jangan heran jika tanahmu tak lagi subur
Jangan heran jika lautmu tak lagi indah
Jangan heran jika musim pun tak tentu arah

Kaulah yang merusaknya


Dengan tangan keserakahanmu
Telah kau jadikan alam sebagai pemuas nafsu
Dan kau lupakan anak cucumu
Mereka, keturunan kita
Pun berhak mendapatkan alamnya
Seperti kita mendapatkan alam kita

Drakula dan Kelelawar Berdasi

Kalau saja Bram Stoker orang Indonesia di jaman kini


inspirasi drakula adalah mereka para kelelawar berdasi
menghisap darah sesama
menyedot kering harga diri keluarga

Bagaimanapun juga mereka makhluk nokturnal bertopeng sahaja


penjara tak membuat mereka jera atau menyerah
kelelawar berdasi bukan manusia yang makan nasi
mereka hanya butuh kursi untuk beraksi

Jagalah diriku

ku berjalan tanpa henti


Menelusuri jejak langkah bumi pertiwi
Tak kenal putus asa, dan rasa nyeri
Dalam penderitaanku slama ini

Subur akan tanah dan kekayaannya


Air yang selalu mengalir disetiap waktu dan detiknya
Cintai lingkunganku dan cintai seluruh kekayaanku

WAHAI ANAK BANGSAKU

Puisi karya:sendi

Taman

Taman punya kita berdua


tak lebar luas, kecil saja
satu tak kehilangan lain dalamnya
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
halus lembut dipijak kaki
Bagi kita bukan halangan
Karena
dalam taman punya berdua
kau kembang, aku kumbang
aku kumbang, kau kembang
kecil, penuh surya taman kita
tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia

***

Puisi Pendek Tentang Alam

Sabda Bumi
Belum tampak mendung merenung bumi
Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap Jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu

Bulan tak ingin membawa tertawa manja


Kala waktu enggan berkawan pada hari
Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit

Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini


Hitam memang menang menyerang terang
Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi.

Permainya Desaku

Padi mulai menguning


Mentari menyambut datangya pagi
Ayam berkokok bersahutan
Petani bersiap hendak kesawah

Padi yang hijau


Siap untuk di panen
Petani bersukaria
Beramai-ramai memotong padi

Gemercik air sungai


Begitu beningnya
Bagaikan zamrud Khatulistiwa
Itulah alam desaku yang permai.

Tanah Airku

Angin berdeir di pantai


Burung berkicau dengan merdu
Embun pagi membasahi Rumput-rumput
Itulah tanah airku
Sawah yang menghijau
Gunungnya tinggi menjulang
Rakyat aman dan makmur

Indonesiaku
Tanah tumpah darahku
Jaga dan rawatlah selalu
Di sanalah aku di lahirkan dan di besarkan
Di sanlah aku menutup mata
Ooooh… Tanah airku tercinta
Indonesia jaya.

Senja Yang Indah

Keemasan cahaya di cakrawala


Di ufuk barat saat hari mulai senja..
Terbelalak mata saat memandangnya
Keindahan dari sang maha pencipta..

Sang surya bersiap untuk tenggelam


Menjemput mesra ketenangan malam..
Meneguk cahaya dalam-dalam
Menyempurnakan keindahan malam..

Lembayung indah tampak kekuningan


Gradasi warna bagaikan lukisan..
Di sudut langit yang tipis berawan
Hiasan terbesar sepanjang zaman..

Batu Kelapa
Oleh: Kahlil Gibran

Dua muda bercermin cahaya,


sesaat terik melepas biasnya di perigi
harap. Jengkal waktu merayap malas, bertali
dua perempuan paruh nafas luruh di tepi daun kaca:
merayu sepasang batu kelapa, terpukul nyata.

Keajaiban bagai memikat beliung


rasa dua muda itu, dan gegas melambung
paruh demi sepasang batu kelapa;
memundak gersang terka.

Tak lama batu kelapa menanak


santannya di tempurung berekor bulu.
Mengasah dua muda untuk menilik: adanya
kisah batu di kelapa selepas gelap.

Awan

Oleh: Amalia Arum Wijayanti

Bertebaran di angkasa
Putih, kelabu, dan hitam
Warna – warna menawan
Bergelombang mengombak-ombak
Tebal dan sangat indah
Bahkan sang bagaskara tak terlihat
Pelangi terlihat tak penuh
Karna sang selimut menutupinya

Jauh disana
Menyelimuti jagat raya

Tebal tipis
Beredar dimana-mana

Indah bukan buatan


Ingin rasanya memeluknya
Lembut dan menawan
Indah tak terperikan

Sawah

Oleh: Sanusi Panc

Sawah di bawah emas padu,


Padi melambai,melalai terlukai,
Naik suara salung serunai,
Sejuk di dengar,mendamaikan kalbu.

Sungai bersinar,menyilaukan mata,


Menyamburkan buih warna pelangi,
Anak mandi bersuka hati,
Berkejar-kejaran berseru gempita.

Langit lazuardi bersih sungguh,


Burung elang melayang-layang,
Sebatang kara dalam udara.
Desik berdesik daun buluh,
Di buai angin,dengan sayang
Ayam berkokok sayup udara

Puisi Pendek Tantang Persahabatan

Maaf, Aku Lupa


Maaf teman,
Kau memang bukan penyimak cerita
Kau juga bukan penanggap yang baik
Tapi setidaknya, kau penutup cerita semua ini
Seringkali kau menjadi pusat perhatian di akhir cerita
Dan kau berguna
Tak masalah bukan?
Ternyata kau adalah sahabatku
Aku masih menganggapmu

***

Selamat Jalan Teman

Teman adalah bentuk nyata dari suatu penghargaan


Sedang musuh adalah bentuk semu dari suatu ujian
Dan hal yang paling kutakutkan dari seorang teman adalah,
Ketika aku melihat punggungnya
Dan ia semakin menjauh tak menoleh

Teman Perjuangan

Ayo kawan, apa kau lupa?


Kau pernah berkata padaku
Cerita bukan soal hasil dan tujuan,
Tapi tentang proses dari perjalanan
Dan kau juga berkata,
Perjuangan itu tak ada yang sia-sia,
Dan perjuangan itu tak kan ada habisnya
Jadi, kenapa kau malah tidur di tengah keramaian zaman?

Sahabat di Kala Hujan

Terimakasih teman,
Di tengah orang-orang yang berseragam,
Di tengah awan yang mulai gelap
Dan hujan memenuhi suara yang masuk ke telingaku
Ketakutanku mulai memuncak
Nuraniku menggigil
Tapi kau membawakanku sebuah handuk
Kau adalah pelangi
Walaupun kau datang terlalu awal

Selamat Jalan

Hai, kini aku berada di depanmu


Kau yang berbaring santai di dalam tanah,
Mungkin saat ini roh mu sedang tersenyum puas
Karena aku selalu ingat kata-katamu,
“Aku ingin membuat semua orang di sekelilingku bahagia,
Setelah mereka bahagia,
Maka saatnya aku pergi.
Itulah kesepakatanku dengan Tuhan.”

Tak Kan Terlupa

Aku ingat tawa lepas kita


Aku pun masih ingat amarah kita,
yang saling mengadu dan memberontak
Kita pernah bertegang rasa
Kita juga pernah beradu
Bahkan sempat tak mengenal satu sama lain
Tapi kenapa,
Aku selalu memikirkanmu
Dan kau pun juga mengatakan itu

Di Koridor Sekolah
Apa kabar Kau yang di sana?
Tahukah kamu,
Aku selalu tak percaya dengan semua ini
Setiap pulang sekolah aku selalu di sini
Karena di tempat ini,
Di koridor sekolah kita selalu bersama,
Bermain, dan tertawa
Meskipun ragamu entah ke mana
Dan jiwamu telah melayang
Tapi di pikiran dan hatiku masih ada kau, teman

Ungkapanku Padamu

Engkau sejati yang abadi…


Selalu membawa rindu…
Sahabat selalu ada cinta,
Tapi cinta terkadang tak bersahabat
Tanpa engkau, pelangi akan pudar
Tanpa pelangi, engkau bisa menggantikan
Aku hargai kebersamaan kita
Terjalin selamanya

Bagaikan Sepasang Sandal Jepit

Mungkin kita selalu diinjak-injak,


Atau bahkan kita selalu terlihat kotor
Bahkan kita tak pernah berada di atas
Tapi kita selalu berjalan bersama
Tak ada aku, kau tak guna
Tak ada kau, aku tak guna
Inilah persahabatan kita
Tak peduli dengan apa kata orang tentang kita
Yang terpenting,
Kita bermanfaat bagi mereka

Jalan Tuhan

Ketika yang ku genggam pun akhirnya hilang,


Sudah pasti Tuhan tak berkenan,
Dan ketika yang ada kini datang lantas bertahan,
Sudah pasti Tuhan menginginkan…

Marhaban ya Ramadhan

Bila malam terlalu kelam dan dingin,


Maka fajar adalah Ramadhan yang menjanjikan cahaya dan hangat.

Genggam saja dunia, namun istirahatlah sejenak,


Renungkan sejatinya manusia,
Ingat jalan kembali kelak.

Dari jendela ini kulihat hujan menerpa pepohonan,


Dari kalbu ini kulihat kasih,
Bahagia dan kebenaran.

Marhaban ya Ramadhan

Jalan Hikmah

Seringkali “sendiri” memanggilku untuk kembali menelusuri rasa dalam hati.

Aku adalah bias penuh warna,


Dari serpihan kristal kaca.
Tak perduli bagaimana mencoba menyusunnya,
Tetap saja makin berhamburan tak terhingga.

Kusadar pada awalnya,


Manusia berasal seorang diri,
Apabila di pertengahan merasa sendiri,
Itulah saat menelaah jejak,
Sebagai jalan untuk kembali.

Sampai jua pada rumah sepertiga malam,


Dimana pintu rencana telah ditutup dan pintu hikmah kembali dibuka.

Bidadari Surga

Adalah kamu bunyi bait-baitku,


Kamulah warna syairku,
Ruh semua puisiku,
Piranti inspirasiku,

Kaulah kesadaran limpahan karunia Allah padaku,


Tiupan iman makin kencang menerpa kalbu,
Hadirmu sulut tekad dunia akhiratku,
Bidadari surgaku.

By. Pencilspirit

Kesunyian Ibu

Dahinya adalah jejak sujud yang panjang


Perjalanan waktu membekas di pelupuk matanya
Derai air mata di pipinya telah mengering
Tanpa sisa, tanpa ada yang menduga

Ia memilih jalan sunyi untuk bertanya


Hiruk pikuk untuk tersenyum di beranda derita
Menjerit saat lelap berkuasa
Berdoa bukan untuk dirinya

***

Pemuda Itu

Pemuda itu gontai didepn mimbar,


Seorang diri menghadap Al-Akbar,
Tenggelam dalam dua rakaat,
Berharap kasih pintu taubat.

Kudengar takbir lirihnya gemetar,


Karena hatinya telah bergetar,
Kantung matanya penuh oleh peluh,
Susah payahnya berdiri atas segala keluh.

Tuhan tundukkan lah kerasnya hati,


Khusnul khatimah diakhir nanti…

Akhir Cahaya

Seakan dunia sedang tertawa


tergelitik oleh tingkah manusia
sujud punya makna jumawa
zalim kian lazim dan biasa

Maka bumi berguncang manasuka


setelah adil berdiri, cahayanya mati terlindas dusta
Tepat saat itu terjadi,
hari berhenti lalu menyucikan diri

The principle derived from his life

The principle derived from his life –


tough – and hearty –
immensely sharp like a knife –
with symphaty –

modest – full of mediocrity –


he stooped – and pace –
enclose the versatility –
keep at the base

A life with hopes and wishes –


no ambition –
he keeps his venture in toughness –
for his vision –

Love Substance

love is not a complicated language


are only able to be understood by the gods

love is a condition
where it was very-very capable
to be the reason of my life or death.

Youngest

What do you expect again friend..


When everything is no longer appropriate circumstances..
Ideals that are blocked..
Hope that pressed by stone..
And could only write on silent white paper.

***

A Deep Meaning of Friendship

Friendship is like the two rings that have different shapes


But can be combined with a very strong sense
Friendship is just a word
But it has a deep meaning
We’ll feel it when actually find
A continued friend in a life
Friendship has always been an oasis when we experience sadness
Friendship is always a joy to be complementary
A day without friends is very strange
Months without friends are very painful
True friends will always be missed
Talks will continue to be memorable
Easy to get a rich friend
But hard getting a forever friend
Because a true friend is not for a reason

***

A Never Die Hero

A teacher is a hero
Without a strings attached
They are candles in the dark
We could have an open mind because the strands of a teacher
Our souls can be wide because the advice of a teacher
They are heroes in a world
They are simple and promising calmness
Always be water in the desert
Always be a light in the middle of the night
We all need you
We will not be able to change the world without you
Our kids are poisoned without you
The teacher is a guide
They are a symbol of resurrection
They are a basic for education
Teachers are heroes

Falling in Love

Love is such kind of disaster,


It can make you insane,
scramble for no reason

symptoms of falling in love


are giving without asking
endless sacrifice;

are craving and immolation―


bleeding for a touch,
struggling for a kiss.

For only a single tryst


In a secret place
To fulfill an unshaken desire

But don’t go into so far !


Could you bear such responsibility
and be conscientious?

Anda mungkin juga menyukai