Anda di halaman 1dari 56

CATATAN SILAM

Hasiyah As-Syifa

1. Catatan Silam
Kata pengantar
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam atas segala limpahan rahmat,nikmat
dan hidayah-Nya pada orang-orang yang beriman.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada suri tauladan umat
manusia; Rosulullah SAW, keluarga, sahabat,dan umatnya yang teguh melaksanamakan
sunnahnya hingga Tuhan mewarisi bumi dan seisinya.
Rasa syukur yang teramat dalam kusulam untuk Allah dan rosul-Nya yang telah
memberikan nikmat bagi saya berupa kesehatan akal,dan fisik.
Hingga saya mampu menyelesaikan permainan pena diatas lembaran kanvas putih.
Yang kini telah hadir dihadapan anda semua. Rasa syukur yang tiada batasnya
kulantunkan, atas segala curahan nikmat dan rahmat-Nya.
Sungguh semuanya bagai guyuran hujan deras bagi petani yang telah putus asa karena
mengalami masa kekeringan yang sangat lama.
Sesungguhnya diantara ribuan derita terdapat kebahagiaan, diantara ribuan
kesusahan disitu terdapat kemudahan.
Hal itu dirasakan oleh saya pribadi, sungguh Allah maha agung dan maha pengasih lagi
maha penyayang. Dengan ridho Allah SWT,dan Rosul-Nya. Serta dukungan dari ibu
dan ayah, serta pihak sekolah SMK.PUTRA BANGSA saya mampu menggoreskan
kepiluan dalam lembaran kanvas-kanvas putih.
Rasa terimakasih saya ucapkan lewat lentukan sajak-sajak ini.
Semoga karya saya bisa bermanfaat bagi khalayak ramai khususnya generasi muslim
pada masa yang akan datang.
Semoga membawa barokah bagi saya dan pembaca sekalian.
Amin, amin yaRobbal alamin….

(Pamekasan, 28 November 2020)

2 . Catatan Silam
Daftar isi

1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Catatan Silam
4. Taubatun Nasuha
5. Senyum itu, syukurku
6. Cerita yang tak usai
7. Semua akan indah pada waktunya
8. Riasan Ungu

3. Catatan Silam
CATATAN SILAM
Ketika dunia seakan tak berpihak padaku, seakan aku tengah dirunjung pilu yang
berkesimpung dalam kesendirianku. Ketika kedinginan setia menghembus memenuhi
ruang kosong hidupku.

Aku sendiri tanpa seorang kekasih, tanpa seorang sahabat yang bisa menyemangatiku.

5 tahun sudah aku melawan farktura dengan iringan tangis yang takbisa kubendung.

Ketika aku menangis dengan rasa yang sangat-sangat merajamku aku tersenyum
ditengah piluku.

Senyumku selalu kusimbolkan sebagai syukurku, orang-orang disekitarku selalu


menganggap, aku adalah seorang gadis yang selalu mencari perhatian guru-guru di
sekolah.

Tidak lain dia adalah via, seorang sahabat yang menjadi pelupur dalam tangisku.

Ia yang memperkenalkan aku pada dunia persahabatan, dan ia juga yang


memperkenalkan aku pada duni penghianantan. Aku berusaha tersenyum meski sakit
itu takbisa kusimpan.

Selang beberapa tahun kemudian aku berhasil melawan frakturaku, kini muncul
penyakit baru dalam fisik lemahku.

Paru-paru basah penyakit itu yang menjadi sahabat penyakit frakturaku.

Penyakit itu tidak hilang dari tubuhku, namun penyakit baru menumpangi tubuh
lemahku ini.

Asma, iya penyakit itu menempel bagai anggrek dalam hidupku.

Kak Ipul, mbk Aini dialah permata hatiku .

Setika aku duduk dibangku SMK, aku sekarang terlahir sebagai siswi di SMK.PUTRA
BANGSA. Tak ada yang bisa mengerti aku kecuali dua permata itu.

Penyakitku yang sering kali kabuh dalam kesendirianku, selalu menyusahkan orang-
orang terdekatku.

Ustaz Jamal, pak Riadi, pak Viki beliau yang selalu kususahkan saat tubuhku meleleh
dalam ketidak berdayaan.

Sebenarnya aku tak ingin menyusahkan mereka namun apa yang bisa aku lakukan?, aku
tidak kuat merangkul tubuhku sendiri.

4 . Catatan Silam
“Dek yang kuat ya, jangan kalah dengan penyakitmu” ucap mbk Aini padaku.

“Iya mbk, itu pasti terimakasih telah hadir dalam kesendirianku” ucapku lurus.

“Aku yakin dek, kamu pasti bisa melawan semuanya” ia mendukungku dengan tulus.

Ditambah lagi motivasi yang terpetik dari bibir seorang lelaki yang berbeda dari lelaki
lain yang tak lain adalah kak sipul.

“Dek, jangan pernah menyerah dengan penyakitmu itu. Orang yang kamu anggap
sempurna itu juga merasakan apa yang kamu rasakan” ucapnya tulus.

“Iya kak, terimakasih kakak telah hadir memberi warna dalam hidupku. Kakak telah
menjadi penyemangatku” ucapku dengan nada parau.

“Kakak yakin, adek pasti bisa” ia meyakinkanku.

Entahlah apa yang akan terjadi padaku, jika kisah putih abu-abuku jika Tuhan tak
melahirkan kedua cahaya penerang gelapnya hatiku itu.

Aku merayakan semuanya dengan syukurku, meski mata jalang tak pernah melihat itu.

Diantara banyaknya penyakit yang menyemai dalam tubuhku, Tuhan menyimpan seribu
misteri.

Aku bercita-cita ingin menjadi hafidzah sekaligus perangkai alat elektronik. Banyak hal
yang harus aku lakukan untuk melahirkan yang lebih baik dari mereka, meski kekuatan
fisikku hanya seutas kertas yang mudah terlipat dan sobek.

Nama lengkapku Cindy aulia, aku akrab disapa cindy disekolahku dan juga dirumahku.

Aku telah terlahir dari rahim seoarang ibu asli jawa, dan ayah asli Madura.

Beliau yang selalu mendukung kesuksesanku, hingga aku merajut dunia remaja seperti
sekarang ini.

Sastra awalnya tak kukenal dalam kehidupanku.

Ia begitu asing bagiku, namun saat kenaasan menimpaku aku mulai meramu tentang
kisah-kisah luka dan siksa dalam sangkar sastraku.

Awalnya aku bukan seorang gadis yang tumbuh seperti sekarang ini, aku tumbuh
menjadi gadis yang tomboy.

Namun kasih sayang Tuhan telah menjadikan aku sebagai wanita yang sesungguhnya.
Meski fisik ini pernah menjadi tomboy.

5. Catatan Silam
Aku berbincang-bincang dengan ibu dan ayahku, saat itu suasana malam dirumahku
sangat bersahabat.

Pembicaraan ini berawal ketika kami selesai melaksanakan panggilan suci-Nya.

“Bu, maafkan cindy yang hanya bisa menyusahkan ibu dan ayah” ucapku berderu air
mata.

“Nak, kamu tidak pernah menyusahkan ibu” ucap Ibuku.

“Begitupun dengan ayah, ayah tidak pernah merasa disusahkan oleh sifatmu nak”
ucapnya meyakinkan.

“Bu, cindy berpenyakitan. Tidak hanya dirumah cindy menyusahkan ibu dan ayah, tapi
disekolah penyakit cindy sering kambuh dan sering menyusahkan orang-orang yang
cindy sayang” ucapku dengan linangan air mata yang semakin tak dapat ku bendungi.

“Nak, ibu dan ayah sangat menyayangimu. Lebih dari semuanya” ucap ibuku.

“Nak, Siapa yang selalu menemani kesendirianmu disekolah?, bukankah kata kamu

Banyak teman-temanmu yang membencimu” Tanya ayahku.

“Kak Sipul, dan Mbk Aini yah. Dua orang itu adalah permata hatiku. Aku tidak tahu
yah, apa yang akan terjadi pada setiap langkahku disekolah jika kedua orang itu tidak
ada dalam hari-hariku, aku sangat mencintai kedua orang itu yah” kataku menurun.

“Bersyukurlah, Nak Tuhan masih melahirkan ia dalam hidupmu” pesan ibu padaku.

“Iya Bu, aku harus merayakan semuanya dengan syukurku meski tak dapat ku
ungkapkan lewat tindakan nyata. Aku harus merayakan semuanya dengan syukurku
meski dalam keterdiamanku” ucapku pada kedua orang tuaku.

Pelukan ayah, dan ibu mendarat pada tubuhku . Aku bersyukur aku dapat merasakan
pelukan hangat dari seorang pahlawan hidupku.

Nada kisah cinta takkuasa ku ungkapkan lewat lentukan kata-kata.

Kristal hangat mendarat memenuhi pipiku.

Aku takdapat membayangkan bagaimana jika aku tanpa kedua pahlawan hidupku.

“Nak, hatimu begitu lembut hingga kau tak dapat membendungi Kristal beningmu saat
kau berbicara tentang deretan luka dan deretan kisah yang menyentuh hati” ucap ibuku
tetap dalam pelukanku.

6 . Catatan Silam
“Terimakasih Bu, ibu dan ayah telah hadir memberikan semangat dalam hidupku”

Aku merasa damai dalam pelukan ibu dan ayah.

Aku selalu dirunjung sejuta pertanyaan dan sejuta siksa dalam kesendirian.

Aku telah berumur 15tahun, 15tahun ini aku merasakan seribu derita dalam hidupku.

Mulai dari hinaan, fitnaan, dan hujatan semuanya kuterima dalam hidup ini. Tidak
hanya aku yang merasakan semuanya ini.

Tapi juga ibu dan ayahku, seorang pahlawan yang tak sepantasnya dihina hanya karena
kehinaanku.

Aku ikhlas semuanya menghinaku, tapi aku tidak pernah ikhlas dan menerima jika
pahlawanku dihina.

Semuanya berawal ketika operasi pertamaku tepatnya pada hari kamis 2011.

Rasa pengap yang begitu aneh kurasa, rumah sakit adalah tempat terasing bagi anak
singkong sepertiku.

Selang infuse yang menjalar memenuhi uratku, serasa meracuniku.

Maklumlah anak singkong sepertiku tidak pernah merasakan terlelap dirumah sakit
meski hanya sekali.

Apalagi sampai masuk rumah sakit umum seperti sekarang ini.

Dari dulu ketika ketukan takdir Tuhan menggoreskan namaku untuk sakit, aku dan
keluargaku hanya mengembalikan tentang sakit itu pada yang maha Tahu.

Dialah yang menciptakan penyakit, jadi hanya seruan istiqfar dan doa yang bisa
dilantunkan lewat hati malam.

Hanya sekarang inilah aku masuk kerumah sakit umum, dan harus menjalankan operasi
yang pertama kalinya.

Meski kedengarannya sangat asing bagiku.

Aku hanya dapat pasrah dengan kuasa Tuhan yang telah tercatat dalam hidupku.

Ketika aku masuk dalam ruang operasi, betapa banyak orang-orang yang menderita
bahkan ada yang lebih parah dariku.

Ruang operasi yang begitu rahasia, dan aneh telah kumasuki.

rasa dingin yang diciptakan oleh petikan bibir AC seakan membekukan seluruh fisikku.

7. Catatan Silam
Ketika obat bius mulai menalar dalam tubuhku,ketika pancaran lampu neon
membutakan mataku untuk melihat saat itu hanya uluran Tuhan yang dapat aku
harapkan. Aku hanya pasrah dengan kuasa Tuhan.

Karena saat itu aku telah mati rasa, aku telah mati akal.

Secara logis aku telah meninggal, namun kasih sayang Tuhan sangat-sangat besar
untukku.

Meski terkadang aku selalu bertanya dengan keadaanku.

Selang beberapa jam kemudian, kurang lebih 8jam operasi telah berjalan dengan lancar.

Saat itu aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada fisikku.

Khayalku seakan telah hilang, atmaku seakan tidak lagi ada dalam tubuhku.

Namun khayal butaku salah, aku masih dapat melihat indahnya dunia meski dengan
terbaring lentang dirumah sakit.

Aku masih dapat merasakan manisnya hidup walau mungkin jauh dari manisnya yang
lain.

Aku menelusuri kehidupan dengan kepincangan, dengan kelunglaianku.

Ada kisah luka yang tak pernah bisa kuhapus dalam memoriku, saat tanteku memfitnah
keluargaku sebagai seorang pencuri.

Aku tidak terima dengan semuanya ingin rasanya aku mengaung sekeras-kerasnya.

Namun obat bius yang masih melekat dalam tubuhku melarangku untuk melakukan itu.

Rasa sakit sungguh sangat memukul hati kedua orang tuaku, aku tidak terima dengan
semuanya namun apa yang dapat aku lakukan?, aku hanya menangis dalam pilunya
hatiku.

Saat itu aku bak mayat hidup yang terlentang takbermakna. Ina, dialah tanteku yang
selalu menabur seribu luka dalam keluargaku.

Aku tidak tahu apa yang ia inginkan dari keluargaku, entah karena iri atau yang lainnya
aku juga tidak memahami.

Namun yang jelas ia selalu membingkai dalam besarnya masalah keluargaku.

Saat operasiku selesai ia mengatakan pada ibu.

8 . Catatan Silam
“Marwah, kamu kan yang mencuri uang yang aku selipkan dibantalnya cindy?”
tuduhannya sadis.

“Ya Allah in, aku tidak pernah mencuri uangmu itu” ucap ibuku pelan.

“Hallah, alasan paling kamu gak punya uang untuk bayar biaya rumah sakit, sok kaya
sih anaknya dioperasi. Huh..ujung-ujungnya mencuri deh” perkataan itu tak mampu
menghentikan tangis ibu.

“Demi Allah, meskipun aku orang miskin tapi maaf aku tidak pernah mengambil uang
haram” ucap ibuku.

“Huh, sok alim sih”

Tiba-tiba ayah datang dari arah ayah barat.

“Ada apa ini kok ribut sekali?” tanyanya penasaran.

“Ya, elah pura-pura gak tahu lagi. Ni istri kamu mencuri uangku” ucapnya seakan
melahap wajah ayah.

“Astaqfirullahhaladzim, benarkah kamu melakukan itu duhai istriku?” Tanya ayahku


pada ibu.

“Tidak yah, ibu tidak melakukan hal itu. Ibu tahu kalau mencuri itu dosa”

“Ya, elah malah sok romantis lagi” ucapnya jengkel.

“Ina, istriku tidak pernah mengambil uangmu. Mungkin kamu lupa meletakkannya”
ucap ayahku.

“Mana ada maling ngaku penuh tuh penjara, sudahlah capek aku ngomong sama orang
seperti kalian membuang-buang waktu saja”

Kemudian tante ina langsung berpaling meninggalkan aku, ayah, dan ibu.

Kata-katanya yang begitu tajam bagai mata pisau, bahkan lebih tajam bagiku.

Aku tidak bisa bertindak lebih waktu itu, aku hanya pura-pura terlelap karena aku tidak
ingin orang tuaku melihatku dalam keadaan terbangun.

Aku pura-pura tidak mendengar perdebatan hebat yang terjadi pada tante ina dan
keluargaku.

Aku merasa iba ketika ayah dan ibu meneteskan butiran bening dari mata polosnya yang
penuh dengan keindahan.

9. Catatan Silam
Ibu, dan ayah seorang pahlawan yang selalu ada dalam keadaanku yang sangat
mengkhawatirkan ini.

Aku tidak ingin membuat beliau menderita dan terpukul oleh biaya operasiku yang tidak
sedikit ini.

Namun apa yang bisa aku lakukan takdir Tuhan telah menjelma dan menggores dalam
kehidupanku.

Namun aku merayakan semuanya dengan syukurku meski terkadang aku sangat tidak
kuat menahan amarahku.

Namun aku selalu berpedoman pada hadist yang artinya” orang kuat itu bukanlah orang
yang kuat bergulat, tapi orang kuat itu adalah orang yang dapat menahan amarahnya
(Hr.bukhory dan muslim)”

Aku selalu menahan amarahku meski telah memuncak karena aku selalu ingat akan
hadist yang telah tertera jelas dalam kanvas putihku.

Rasa sakit pasca operasi sangat memukul sehari-hariku, namun apa yang dapat aku
lakukan?, aku hanya pasrah dengan kuasa Tuhan.

Waktu seakan takpernah berpihak padaku saat itu, menit seakan sangat lama untuk
mengatupkan pada jam.

Apalagi berpindah pada hari, dua puluh empat jam bagiku terasa satu abad.

Saat itu aku bagai manusia yang terlahir kembali, bagaimana aku tidak mengatakan
seperti itu.

Sedangkan ibuku melayaniku layaknya bayi yang baru lahir.

Disuapin, dimandiin, dipakein pempes dan sebagainya.

Aku tidak bermaksud untuk menjadi raja, namun saat itu keadaanku benar-benar
darurat.

Apalagi rasa sakit yang menggores dipahaku.

Saat itu tidak ada tetangga yang peduli akan derita yang menimpa keluargaku.

Hanya ada ocehan-ocehan penyesak dada yang kudengar.

Aku selalu sendiri dalam tangisku, saat ibu dan ayah memenuhi panggilan suci-Nya.

10 . Catatan Silam
Aku sendiri yang merasakan sejuta siksa, aku tidak tega melihat ibu dan ayahku
menderita.

Aku tahu beliau sangat tersiksa dengan keadaan ini meski beliau tidak pernah
menceritakannya padaku.

Namun aku dapat merasakan semuanya, Dari sorot matanya yang tajam aku merasakan
semuanya.

Ketiaka sepertiga malam telah menyemai memanggil orang-orang yang taat untuk
merajut dedoa.

Ibu dan ayah terbangun, meski rasa lelah berdawai dalam tubuhnya.

Solat tahajud cinta pada Robnya telah beliau laksanakan.

“Ya Allah, lindungilah kami dari mara bahaya yang selalu menghiasi keluarga ini.
Hamba tahu yaAllah ini adalah salah satu misteri kasih sayang-MU pada keluarga ini.
Ya Allah kami sayang cindy melebihi apapun yang ada didunia ini.

Berilah ia kesembuhan dan ketabahan dalam menjalani kehidupannya yang amat rumit
bagi anak kecil sepertinya. Ya Allah kami ingin melihat tawanya lagi. Kami ingin
melihat senyumnya lagi yang selalu ia lahirkan dari bibir manisnya. Dan juga berilah
ketabahan bagi kami untuk menjalankan ujian dan rintangan ini, robbana atina fiddun
ya hasanah wafil akhiroti hasanah wakina adza bannar amin” separuh rajutan dedoa
telah ibu luapkan disaat yang lain tengah berkelana dalam dunia mimpinya.

Hatiku tersentak kaget malam itu, karena doa ibu yang terlahir tulus sangat tertuju
untukku.

“Ya Allah muliakanlah kedua orang tuaku disisi-MU, balaslah ia dengan syurga
firdaus-MU, hanya syurga yang dapat membalas jasa manisnya untuk hamba. Hamba
sangat menyayanginya jangan biarkan air matanya menjalar memenuhi pipinya yang
kini mulai keriput karena usia.

Hamba siap yaAllah jikja segala derita beliau Engkau pikulkan pada hamba asal
buatlah hari-harinya tersenyum amin,…” doaku dalam hati setelah mendengar doa tulus
kedua orang tuaku.

Malam itu seakan bersahabat, hembusan angin yang sepoi-sepoi mendamaikan


gundahku.

Aku bersyukur meski keadaanku sangat memprihatinkan.

11. Catatan Silam


Karena tuhan masih memberikanku dua pahlawan dalam kegelapanku.

Ah, rasanya sakit jika mengupas dayri masa silam yang telah ku jejaki dengan sangat
hati-hati.

Dayri silam yang begitu tak bersahabat dengan keinginan hatiku.

Dayri silam itu kini telah kelabu dalam tumpukan buku-buku baru yang telah
kupersembahkan untuk duniaku.

Dayri itu telah terlipat, imajinasiku langsung menjalar ketika lembar demi lembar itu
kujejaki kembali.

Terasa sakit saat aku mencoba menghidupi dayri silamku.

Dayri itu sekarang tinggal memori yang selalu ada dalam langkah kesendirianku.

Aku telah berhasil meniti jalan terjal masa itu.

Kini aku telah hidup dikisah putih abu-abu, dimana kisah ini sangat memberikan arti
yang harus aku rayakan dengan bersyukur.

Allah telah memberikan aku 1bintang, dan 1purnama dan tak lain dialah kak sipul dan
mbk aini.

Ia, mereka berdua kupu-kupu dalam layuku.

Sungguh kasih sayang Tuhan patut kurayakan dengan syukurku.

Meski masa putih dongkerku selalu menguras air mata.

Inilah coretan dayri kisah putih dongkerku.

########

Ketika gerimis mulai turun berlarik-larik dari langit seperti sekawanan anak panah yang
dihujamkan kemuka bumi.

Bau tanah yang diguyur gerimis mulai menyemerbak hidungku.

Suara adzan mulai terdengar memdamaikan hatiku yang tengah dirunjung pilu.

Segera kubergegas mengambil wudlu dan memenuhi panggilan suci-Nya.

Selang beberapa menit kemudian aku selesai melaksanakan solat, dalam doaku.

“Tuhan lapangkan dadaku untuk senantiasa ikhlas menjalani kehidupan ini, tuntunlah
jiwaku untuk senantiasa mengharap cinta-MU. yaAllah hamba lemah dan takberdaya
tanpa pertolongan-MU. Tapi hamba tidak akan menampakkan kelemahan hamba pada

12 . Catatan Silam
hamba-MU yang lain, karena hamba tidak ingin dikasihi oleh selain-MU. Teguhkan
imanku untuk senantiasa kuat menjalani kehidupan yang saat ini penuh dengan binar-
binar maksiat, dan juga binar-binar luka robbanaatina fiddunya hasanah wafil akhiroti
hasanah wakina adzabannar aminn…”

Sederetan doa telah kutancapkan ditengah gerbang kuasa-Nya.

Fraktura adalah penyakit yang senantiasa berjejak ditubuh lemahku ini, empat tahun
sudah aku merasakan sakit dalam tubuh lemahku ini.

Banyak hal yang mengajariku arti kehidupan dan kedewasaan, saat fraktura
menyandang dalam hidupku banyak hal yang kutemui tidak hanya sakit saja.

Namun hinaan yang begitu sakit dari sahabatku sendiri.

Via dialah seorang gadis yang pertama kali mengatakan aku dalah sahabat terbaik yang
pernah ia kenal dalam hidupnya setelah ia pindah kesekolahku.

Namun tidak lama dari itu kejadiaan naas menimpaku saat aku mengikuti perlombaan.
Fraktura ia dialah yang menyapa fisikku.

Aku menjani perawatan dirumah sakit lebih dari dua minggu aku ketinggalan jauh mata
pelajaranku.

Selang beberapa bulan kemudian….

#############

3 bulan bukan waktu yang singkat bagi orang yang sakit, namun tiga bulan adalah
waktu yang sangat singkat bagi yang sehat.

Aku masuk sekolah dengan kedua tongkatku, saat itu aku gemetar untuk berjalan.

Orang tuaku melarangku untuk masuk sekolah.

Namun dengan adanya tekad yang menggebu dijiwaku akhirnya aku masuk sekolah
meski dengan kedua tongkatku.

Saat itu hanya kedua tongkatku yang menemani jalanku.

Sesampainya disekolah.

“Woy,… ada anak cacat tuh masuk sekolah” ucap sahabatku.

“Hahaha…haha…”

13. Catatan Silam


Suara gelak tawa terdengar begitu mengusik telingaku, namun aku hanya tersenyum
dengan perlakuan sahabatku.

Dalam hati ada rasa kecewa dengan perubahan sahabatku.

Suasana kelas terasa berubah maklumlah beberapa bulan ini aku dirawat dirumah sakit.

“Cindy kamu baik-baik saja kan?” ucap adel menyapaku.

“Iya del, aku baik-baik saja” ucapku sambil tersenyum

“kenapa orang lain yang pertama kali menanyakan keadaanku, sedangkan sahabatku
adalah orang yang pertama kali menghinaku” hatiku berontak.

Namun aku hanya pasrah saja karena aku sadar inilah jihadku.

Ketika aku sedang menulis tiba-tiba vino memainkan tongkatku.

“Woy lihat keren tidak aku memakai tongkat?” ucapnya pada teman-teman sekelas.

“Hahaha…haha..haha”

Suara tawa teman-temanku memecah kekelaman dikelas, sebenarnya luka terasa


menyayat hatiku namun aku hanya bisa bertahan dalam keterdiamaku.

“Cindy, apakah kamu tidak sakit hati dengan perlakuan via terhadapmu?” Tanya adel
dengan iba.

“Sebenarnya aku kecewa del, namun aku menyimpannya dalam senyumku ini”

“Cindy, sunguh kamu berjiwa besar mungkin jika aku jadi kamu aku sudah
menangis”

“Adel, biar bagaimanapun inilah jihadku. Dengan adanya goresan takdir ini aku akan
tumbuh menjadi gadis yang tegar dan dewasa”

“Cindy, aku bangga padamu”

“Terimakasih adel,kamu selalu memperdulikan aku “

“Iya cindy, sama-sama kamu yang kuat ya menjalani takdirmu ini”

“Iya del itu pasti”

Bekas operasi dikakiku terasa panas sekali, hingga akhirnya aku dibawa kekantor
sekolahku dengan digendong oleh guruku.

Bapak munaim ia beliaulah yang selalu peduli padaku, bahkan beliaulah yang
mengantarkan aku kerumah jika sudah waktunya pulang sekolah.

14 . Catatan Silam
“Huh…sok sakit. Paling Cuma ekting buat dapat perhatian dari guru dan kita-kita”
ucap via.

“YaAllah haruskan sahabatku sekejam itu. Astaqfirullahhaladzim yaAllah kuatkanlah


hamba dalam menjalani kehidupan yang berlika-liku ini. Hamba tahu ini adalah salah
satu misteri kasih sayang-Mu.”

Gumamku dalam hati.

Tidak hanya disekolah aku mendapatkan sebuah hinaan yang kejam dirumahpun aku
dipanggil dengan panggilan gadis pincang.

Aku tidak mengapa dikatakan demikian asal ibu dan ayahku jangan dibawa-bawa.

Aku kasihan pada kedua orang tuaku, dia shok dengan kejadian naas yang menimpaku.
Ditambah lagi dengan ocehan-ocehan tanteku.

“Huh, sok kaya cindy diopersi kenapa gak diurut saja sama tukang urut” ucapnya setiap
kali lewat didepan rumahku.

Aku hanya bersabar meski terkadang aku tidak kuasa menahan air mataku.

Aku iba dengan kedua orang tuaku, bukan hanya ocehan itu yang keluar dari bibirnya.

Bahkan ibu dan ayahku difitnah mencuri uangnya saat ia berkunjung kerumah sakit
untuk menjengukku dulu.

Hingga ayah dan ibuku bersumpah didepannya namun ia hanya acuh, aku menangis
sejadi-jadinya saat itu.

Bagaimana aku tidak akan menangis sedangkan kedua orang tuaku menangis tepat
didekatku, meski saat itu aku pura-pura tidur.

“Demi Allah…kami tidak pernah mencuri uang kamu” ucap ibu dengan wajah
pasrahnya.

“Halah, alasan paling sudah dihabisin buat biaya cindy” ucapnya kasar.

“DemiAllah kami tidak pernah menyentuh uangnya apalagi mengambilnya”

“Sudahlah aku capek ngomong sama kalian berdua lebih baik aku pulang saja”
sambil berpaling meninggalkan ibu dan ayahku.

“YaAllah kenapa ia datang bukan menambah senyum, kenapa ia datang malah


menambah duka. Masalah tentang cindy saja belum selesai ditambah lagi masalah
uang.” Air mata ibu mulai membasahi wajah pasrahnya.

15. Catatan Silam


Masih tergores jelas dalam lembaran hatiku, perihal luka yang tertanam di hati ibu dan
ayah.

Saat tuduhan kejam dari tante ina sangat tertuju pada ibu dan ayahku, yang sama sekali
tidak mengetahui akan hal itu.

Jujur saat itu aku tidak tidur, hanya saja aku pura-pura tidur, aku iba dengan derita yang
menimpa beliau.

Saat kata-kata itu keluar dari mulut tanteku aku tidak peduli lagi dengan sakitku aku
hanya peduli dengan tangisan ayah dan ibu.

“Ayah, kita memang miskin namun tidak seharusnya kita difitnah mengambil
uang seperti ini” ucap ibu pada ayahku.

“Bu, sudahlah pasrahkan saja semuanya pada sang maha kuasa. Yang pentig kita tidak
mengambil uangnya dan kita sabar dan berdoa untuk kesembuhan cindy” ucap ayahku
menenangkan hati ibu.

“Iya ayah isyaAllah Tuhan akan mengangkat derajat kita jika kita sabar dan
iklas menerima ujian yang kita hadapi ini, ibu yakin ini adalah salah satu bentuk kasih
sayang Tuhan untuk kita”

Kira-kira seperti itulah kata-kata orang tuaku yang masih melekat jelas memenuhi
memoriku.

Namun apa yang harus aku perbuat sedangkan inilah goresan takdir-Nya untukku dan
keluargaku.

Inilah jihad hidupku..

“YaAllah muliakanlah kedua orang tua hamba disisi-MU, balaslah kebaikannya


dengan syurga-MU karena hanya syurga yang pantas membalas jasa tulusnya padaku,
Beliau yang merawat hamba dari kecil hingga besar, yang merawat hamba dari
pertama kali fraktura hingga sembuh seperti sekarang ini meski dengan fisik lemah.
Beliau selalu sabar merawat tubuh lemah hamba ini amin…”

Reruntutan doa yang begitu indah kupersembahkan untukmu ayah dan ibuku, sang
pahlawan dalam langkah piluku.

Engkaulah yang menjadikan aku gadis tegar dan mengetahui arti kehidupan.

16 . Catatan Silam
Aku sadar dunia adalah neraka bagiku dan semua umat muslim dan akhiratlah syurga
semua umat muslim.

Tidak ada cara lain untukku kecuali mensyukuri goresan takdirku ini.

Aku tahu skenario Tuhan pasti indah lebih indah dari yang kubayangkan sebelumnya.

Aku yakin semuanya akan indah pada waktunya, hanya saja aku harus sabar menunggu
waktu itu tiba.

Butuh kesabaran yang tidak main-main untuk menunggu waktu itu tiba menyapa
hidupku.

Meski terkadang aku menangis dengan derita ini, namun aku hanya bisa memasrhkan
segalanya pada sang maha cinta.

Terimakasih Tuhan atas goresan takdir-Mu.

Dengan ini hamba belajar menjadi jiwa yang lebih dewasa dan lebih mengerti arti
kehidupan yang sesungguhnya.

######

Itulah gambaran silam yang masih membingkai dalam sanubariku.

Via, sahabat yang sangat-sangat jahat yang pernah hadir dalam pahitnya hidupku.

Namun aku bersyukur Tuhan telah memberikan seribu kesabaran padaku hingga
akhirnya aku berhasil melangkahi kisah putih dongkerku.

Kini aku telah tumbuh menjadi gadis dengan sejuta ketegaran, kini aku telah memasuki
kisah putih abu-abu.

Yang mana kisah ini sangat menguji imanku, bagaimana aku tidak mengatakan hal itu
sedangkan masa ini sangat banyak binar maksiat yang ada didepan netraku.

17-juni…..

Kini umurku ganjil menjadi lima belas tahun, ulang tahunku yang ke-lima belas tahun
ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang pernah aku lalui.

Sungguh diusiaku yang kelima belas tahun aku mendapatkan apa yang selama ini aku
impikan.

Seragam baru, sepatu baru, tas baru semuanya kuterima dari ibuku.

17. Catatan Silam


Sedari kisah putih dongker hingga usai, aku tidak pernah merasakan indahnya punya
seragam baru.

Sepatu baru, tas baru, semuanya kupakai bekas dari kakakku.

Aku tidak tega meminta seragam baru, tas baru, dan sepatu baru pada ibuku.

Karena aku tahu kehiduapan ekonominya serba pas-pasan aku tahu ibu sangat lelah
mencari uang.

Ia harus memeras keringat disadisnya tamparan matahari, begitu juga dengan ayahku.

Aku hanya memakai yang sudah ada, aku bersyukur aku masih dapat merasan manisnya
pendidikan meski tidak menggunakan seragam baru.

Setidaknya aku harus bisa membanggakan ibu dan ayahku dengan prestasiku.

Karena kau sadar kepandaian tidak harus didapat dengan menggunakan seragam baru,
tas baru, dan sepatu baru.

Saat itu aku bertekad untuk melahirkan lentukan indah dibibir kedua orang tuaku.

Namun apa, aku gagal menjadi number one.

Setiap tahun aku tetap gagal, hingga akhirnya kesempatan terakhirku ada saat aku kelas
Sembilan.

Saat itulah ribuan ilmu mulai kukunyah satu persatu.

Aku mulai memalami pelajaranku dirumah, saat yang lain sedang nyenyak dalam buaian
mimpinya.

Hingga kasih Tuhan benar-benar untukku, diakhir tahun juara 1cipta karya, juara 1 baca
puisi, juara II daur ulang sampah.

Hingga saat prosesi wisuda berlangsung juara umum kusandang.

Sungguh aku bersyukur saat itu, aku merayakan semuanya dengan syukurku.

Aku sangat bahagia saat orang tuaku naik keatas panggung tepat dibelakangku.

Kupandangi wajahnya yang sudah mulai keriput, senyumnya sangat terlahir begitu saja.

Subhanallah…..

Ingin rasanya aku menangis ditengah keramaian mata yang kerap tertuju padaku.

Sungguh Allah maha penyayang, Dialah yang mengabulkan seluruh tekadku yang
menggebu-gebu.

18 . Catatan Silam
Meski banyak seribu duri dalam mencapai kesuksesan itu, namun sangat-sangat
disayangkan jika aku tidak pernah merayakan semuanya dengan syukurku.

Allah sangat baik padaku diantara sederetan sunyi yang menerpa hidupku, Dia telah
melahirkan sejuta kisah kebahagiaan yang tersirat.

Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberikan segenggam cinta dan kebahagiaan


untukku

###########

Kini aku telah menjadi gadis yang sekarang harus lebih baik dari hari kemarin.

Cerita putih abu-abu yang tak kan pernah usai menyemai dalam sepinya dunia, seorang
bintang hati yang telah membaluti aku dari tampiasan kebebasan.

Kak sipul, mbk aini.

Iya, mereka kakak kelasku yang sangat baik. Aku duduk dikelas sepuluh sedangkan
mereka duduk dikelas sebelas.

Aku tidak pernah bergaul bersama siswa dan siswi kelas sepuluh.

Karena pergaulan mereka yang kurang mendidik, aku takut terseret oleh arus maksiat
yang bernar-benar melupakan aku pada Tuhan, pada orang tuaku, pada cita-citaku dan
sebaginya.

Sebenarnya aku tidak punya teman dan sahabat.

Namun ketika kedua orang yang bermahkotakan cinta hadir menyapaku, dunia seakan
berpihak padaku.

Ranting-ranting muda yang berkeruak membobol telingaku seakan menghujam harga


diriku, namun aku tetap berdiri pada komitmen awalku. Aku tetap setia pada prinsip
awalku.

Pacaran, aku tidak pernah menghidupi dunia itu.

Meski sekarang telah menjadi fenomena yang waw, dikalangan pelajar.

Aku tidak ingin menghidupi dunia pacaran itu, karena memang agamaku telah
melarangnya.

19. Catatan Silam


Aku sangat mengkhawatirkan generasi penerus agama yang sekarang hanya status islam
yang disandang.

Tapi kelakuannya tidak mencerminkan pribadi islam, naudzubillahimin dhalik…..

Aku takut kejadian yang tidak pernah diundang menyemai dalam agamaku ini.

Keimanan yang mulai menipis, godaan syetan yang semakin menebal karena syahwat
yang dikedepankan.

Hingga ke khawatiranku mengingatkan aku pada Kejadian naas menimpa saudara


semuslimku, tidak lain ia adalah mita.

Kini hidupnya telah hancur, tidak ada titik terang untuk meniti langkah yang penuh
keindahan.

Tidak ada titik terang untuk menuju pada puncak kesuksesan.

Cita-cita yang selama ini tergores jelas dalam tekadnya semuanya telah hancur.

Ia tidak bisa lagi merangkai serpihan hidupnya yang sudah hancur takterlihat bak abu
yang telah terbawa hembusan angin.

Ia telah melakukan dosa terbesar dalam hidupnya.

Zina ghairu mukhson, iya zina itu telah ia lalui bersama sang kekasih yang belum halal
disisi-Nya.

Pupus sudah harapan yang selama ini ia gantung tinggi,

Gemintang yang ia harapkan telah meninggi, kehormatannya sebagai wanita tidak lagi
ada.

Kini perutnya yang semakin hari semakin membuncit takdapat disembunyikan.

Ia hanya menangis dalam seribu penyesalan, ia hanya bisa menghubungiku lewat


handphone.
ia tidak berani keluar rumah, ia takut keluarganya mengetahuinya.

Lelaki yang telah mempermainkan kesuciannya kini tidak pernah bertanggung jawab.

Sungguh pergaulan yang sangat mengancam generasi penerus bangsa dan agama.

Naudzubillahimin dzalik…..

#######

20 . Catatan Silam
Krining…krining…

Suara handphoneku meandering tepat pada jam 12:00 P.M.

Aku terkaget, sontak aku langsung terbangun ketika kutatap layar hpku ternyata itu
mita.

“Iya, halo assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh?’’ salamku padanya.

“Cin, aku sekarang mau melahirkan orang tuaku masih tetap berada diluar kota. Bantu
aku cindy aku sudah tidak kuat lagi menahan sakit yang amat dahsyat ini” belum sempat
menjawab salamku ia sudah mengatakan perihal kepentinganya padaku.

“Ya Allah, iya-iya mit aku akan bantu kamu aku akan segera kerumahmu”

“Nut,..nut,…” belum sempat kudengar jawaban darinya ia telah menutup


handphonenya.

Aku bergegas meski malam telah larut.

Bau anyir disepanjang lorong meng obrak-abrik habis hidungku.

Aku mual dengan bau yang sangat menusuk syaraf hidungku.

“Ah, jika saja ini bukan karena saudara muslimku aku tidak akan mampu dan berani
berjalan ditengah malam yang tidak berpenghuni ini” gumamku dalam hati.

Rasa lelah yang melumuri tubuhku seakan tidak terasa, aku terus melaju dengan
kecepatan tinggi tak peduli seberapa dingin malam menusuk syaraf tubuku ini.

Aku takut saudaraku dan bayinya tidak tertolong.

“Ah, tidak bisa kubayangkan jika hal itu terjadi!” hatiku terus mendemo dengan semua
keadaan yang terjadi.

Sesampainya dirumah mita, waktu telah menunjukkan jam 12:45. Aku bergegas dengan
sangat kencang,

“Ya Allah selamatkanlah saudara hamba dan bayinya yang tidak berdosa itu” doaku
mendalam.

Ketika kubuka pintu kamar mita, mataku terbelalak aku takpercaya dengan apa yang
kulihat.

Darah segar yang sangat lancar mengalir memenuhi kamar yang lebar.

Innalillahiwainna ilayhirojiun…..

21. Catatan Silam


“Mita, bangun…mit ini aku cindy” teriakku sambil mengelus wajah pasrahnya.

Aku bingung seketika itu, apa yang bisa aku lakukan?.

Hingga akhirnya aku menghubungi kak sipul, serta mbk aini.

Meski sekarang bukan waktunya untuk menghubungi mereka.

Namun aku tidak bisa berpikir panjang saat itu, air mataku yang sudah terbengkulai
membasahi pipiku.

Aku telah lunglai, aku tidak kuat lagi melihat mita bergelimangan dengan darah.

“Halo, assalkamualaykum warohmatullahi wabarokatuh. Kak sipul tolong aku kak, aku
butuh kakak saat ini cepat kak” ucapku tergesa-gesa.

“Waalaykumsalam warohmatullahi wabarokatuh, ada apa dek kenapa kamu panik


begitu?” tanyanya penasaran.

“Sudahlah kak, cepat datang kerumah mita sekarang juga aku mohon kak”

“Nut, nut…” belum sempat kumemanggail salam aku telah menutup ponselku.

Aku langsung mematikan ponselku dan segera menghubungi mbk aini.

“Assalamualykumwaroh matullahi wabarokatuh, mbak aini aku mohon mbk bantu aku,
aku sudah lunglai dengan semua ini” ucapku ter isak-isak.

“Loeh, kamu kenapa dek?”

“Mbk ai, tolong kerumah mita sekarang juga aku mohon mbk”

Aku langsung memtikan ponselku tanpa salam.

Menunggu kedatangan mereka yang seakan satu abad.

Lima menit berlalu namun kak sipul, dan mbk aini belum datang juga.

“Ah, ya Allah selamatkan saudara hamba dan bayinya ini yaAllah” teriak batinku penuh
iba.

Sepuluh menit sudah aku menunggu mereka, akhirnya mereka datang juga.

“tok..,tok, tok” terdengar ketukan pintu dari luar.

“Masuk “ucapku keras.

“Astaqfirullah haladzim, mita?” ucap kak sipul.

22 . Catatan Silam
“Iya kak, tolong selamatkan dia” ucapku dengan deraian air mata yang semakin
terkuras.

Tanpa banyak berpikir panjang kak sipul langsung menggedong mita yang sudah
berlumuran darah.

Mbk aini membangunkan aku yang sudah lunglai tak berdaya melihat keadaan mita
yang seperti hewan disembelih.

“Ayo dek, kita kerumah sakit” ajak mbak aini sambil menarik tanganku.

“Iya mbk” ucapku datar.

“Sudahlah jangan kuras air matamu, doakan aja untuk keselamtan mita” ucapnya polos.

“Iya mbak” ucapku sederhana.

Aku langsung bergegas mengikuti langkah kak sipul dan yang telah menggendong mita.

Suasana malam itu terasa tak bersahabat bagiku, malam itu terasa menikamku.

Aku tidak percaya dengan kenyataan yang telah menyemai hidup ini, namun aku tidak
boleh mengingkari ujian Tuhan yang telah nyata hadir dalam kehidupan ini.

Langkahku seakan berat, beberapa langkah telah kulalui bersama kedua kakakku.

Namun rumah sakit seakan menjauh dari langkah ini.

Aku berusaha berlari dengan sekuat tenagaku namun kakiku terasa digantungi oleh besi.

TAUBATUN NASUHA

23. Catatan Silam


Selang beberapa jam kemudian, akhirnya kami sampai juga kerumah sakit yang terasa
ratusan meter kulalui.

“Dokter…..,dokter, tolong saudara kami!” ucapku panik meski malam itu suasana
rumah sakit telah hening dan pengap.

Sebab penghuni rumah sakit telah merajut cinta di alam anatah-berantah.

“Iya silahkan taruh saudara anda disini” suster menyodorkan kursi roda.

Kami langsung bergegas memasukkan mita keruang UGD.

“Oh, maaf mbak!. Mbak tunggu diluar ya?” ucapnya padaku saat aku hendak masuk
mengikuti mita.

“Iya, suster baiklah. Tolong lakukan yang terbaik untuk saudara saya” ucapku.

“Iya mbk itu pasti”

Kupandangi detakan lonceng ditanganku telah menunjukkan jam 03:00.

Subhanallah, sudah saatnya aku melaksanakan solat tahajud dan menyulam dedoa dihati
malam ini untuk saudaraku.

“Kak sipul, mbak aini aku pamit dulu ya?” pamitku pada mereka.

“Memangnya kamu mau kemana dek?” Tanya kak sipul.

“Aku mau sholat tahajud dulu kak” ucapku enteng.

“Aku ikut bersamamu dek” kata mbk aini menyambung.

“Iya sudah mari mbak” ajakku.

“Kak sipul, tunggu disini dulu ya?, setelah aku dan mbk aini selesai sholat, lalu kalian
boleh pergi kemusholla untuk sholat dan kita yang akan menunggu mita.”

“Iya dek, hati-hati ya?, tubuh kamu masih lunglai karena kejadian yang tadi.” Pesan
kak sipul padaku.

“Iya kakak, terimakasih kita permisi dulu ya. Assalamualaykum warohmatullahi


wabarokatuh”

“Waalaykum salam Warohmatullahi wabarokatuh” jawabnya bersama.

Aku langsung bergegas menuju musholah terdekat bersama mbk aini.

Beberapa menit kemudian aku dan mbk aini telah merajut untaian dedoa dihati malam.

24 . Catatan Silam
Setelah itu aku langsung kembali keruang UGD untuk memastikan keadaan mita.

Beberapa langkah telah aku lewati, hingga aku sampai pada ruang UGD.

“Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh kakak!” panggilku setelah samapai


didepan UGD.

“Waalaykum salam Warohmatullahi wabarokatuh” jawab kak sipul.

“Oea kak silahkan kalau kakak mau solat tahajud, biar saya dan mbk aini yang
menunggu mita” ucapku.

“Iya dek” ucap kak sipul enteng.

“Iya sudah aku berangkat dulu ya?” pamitnya.

“Iya, sudah silahkan” kali ini mbk aini yang menjawab.

“Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh”

“Waalaykum salam warohmatullahi wabarokatuh” jawabku serentak bersama mbak


aini.

Setelah mereka melangkah menelusuri mushola, lalu keluarlah dokter.

“Maaf apakah anda keluarga dari pasien ini?” Tanya lelaki berpakaian putih.

“Iya dokter, kita saudaranya. Bagaimana keadaan pasien didalam?” tanyaku.

“Apakah suaminya ada?” Tanya sang dokter serius.

aku berlengak-lengok.

“Ya Allah, apa yang akan hamba katakana pada dokter ini. Sedangkan mita tidak punya
kekasih yang halal disisi-Nya. Ya Allah berilah hamba petunjuk untuk menjawab
pertanyaannya, tidak mungkin hamba mengatakan yang sesungguhnya pada dokter ini”
hatiku berdenyut.

“Mbak, kenapa diam?” tanyanya membangunkan jedaku.

“Cindy, kenapa kamu diam?” Tanya mbak aini padaku.

“Ah, maaf dokter!. Suaminya telah bertapak kaki terlebih dahulu” ucapku gugup.

“Oh, seperti itu. Mbak kami mohon maaf yang sebesar-besarnya” ucapnya terbata-bata.

“Ada apa dengan saudara saya mita dokter?, “ tanyaku sambil menggoncangkan tubuh
dokter.

25. Catatan Silam


“Mbak sabar dulu, kami mohon maaf ya mbk, bayi dari mbk mita tidak dapat tertolong.
Tapi mbk mita selamat” ucapnya.

“Innalillahiwainna ilayhirojiun, ya Allah” ucapku membantin.

Tapi dalam hatiku aku bersyukur mita masih diberikan kesempatan menghirup segarnya
udara.

“Kalau begitu mbak boleh masuk, saya permisi dulu mbk”

“Iya dokter, silahkan”

“Mari mbk ai kita masuk kekamar mita, kita lihat keadaannya.” Ajakku pada mabk aini.

“Iya dek mari” jawabnya.

Kupandangi mita, iya masih terbaring lentang dengan infus yang menjalar memenuhi
urat tubuhnya.

Aku meng iba melihatnya, aku teringat pada masa kelam yang menerpa hidupku. Saat
aku terlentang takberarti saat itu.

“Ya Robbana…, labuhkan sebuah hidayah-Mu pada saudarku. Ya Izzati jangan biarkan
hatinya berpaling dari kasih-MU. Berilah kesabaran baginya dalam meniti hidupnya
yang telah memetang , amin…” doaku dalam hati untuknya.

“Dek, apakah benar suami mita sudah mendahului kita?, selama ini aku tidak pernah
mendengar bahwa mita menikah” Tanya mbak aini penuh heran.

“Anuh, mbak. Anuh “ aku enggan merajut kata serasa lidahku ada gumpalan batu.

“Kamu kenapa dek kok tampak bagai orang bingung gitu?” Tanya mbak aini lagi.

“Ah, tidak apa-apa kok mbk” ucapku sok enteng.

Tiba-tiba…

Tok..,tok, tok…

Suara ketukan pintu terdengar dari luar pintu.

“Iya masuk” perintah mbk aini dengan nada sedikit keras.

“Assalamualaykum warohmatullahi Wabarokatuh?”

Ternyata itu kak sipul.

“Eh, kakak toh. Waalaykumsalam Warohmatullahi Wabarokatuh” jawabku

26 . Catatan Silam
“Bagaimana dengan keadaan mita?” Tanya kak sipul dengan nada khawatir.

“Alhamdulilah ia selamat, namun sayang bayinya tidak tertolong” jawab mbk aini meng
iba.

“Syukurlah kalau begitu, kita harus merayakan semuanya dengan rasa syukur yang
sangat dalam untuk Tuhan. Eh, tunggu dulu tadi aini bilang bahwa bayinya tidak
tertolong. Memangnya mita hamil?, sejak kapan dia menikah?” kali ini kak sipul yang
bertanya dengan penuh heran.

“Astaqfirullahal adzim’’ ucapku dalam hati. Ya Allah apa yang akan aku jawab pada
mereka.

“Hey, ditanya kok malah bengong. Aku yakin kamu menyembunyikan sesuatu dari
kami iya kan dek?” tebak mbk aini.

“Tidak baik menyembunyikan masalah sendiri, lebih baik kita cari jalan masalah itu
bersama” sambung kak sipul.

“Iya, kalian benar sekali itu lebih baik” sambung mbak aini.

Saat itu aku mati akal, tidak ada cara lain bagiku kecuali aku harus berkata jujur pada
mereka.

“Sebenarnya mita hamil diluar nikah kak”

“Innalillahi wainnailayhi rojiun, benarkah dek?” Tanya kak sipul terkejut.

“Iya kak, aku mohon rahasiakan ini semua pada siapapun” ucapku memohon

“Iya dek, kami akan mengunci mulut akan masalah ini” jawab kak sipul.

“Dek, bagaimana bisa mita melakukan hal itu bukankah selama ini mita selalu diam”
Tanya mbak aini.

“Entahlah mbak, mungkin karena faktor orang tuanya yang sering sibuk dengan
pekerjaannya dan tidak pernah menebar senyum dan kasih sayangnya untuk mita”

“Ya Allah kasihan sekali mita” jawab mbak aini.

“Iya begitulah mbk, kita doakan yan terbaik untuk mita kedepannya”

Kupandangi tangan mita mulai bergerak…

“Eh, lihat tangan mita mulai bergerak” kata kak sipul dengan nada senang.

“Alhamdulilah” syukurku serentak.

27. Catatan Silam


“Mita, kamu tidak apa-apa kan?” tanyaku.

“Hem…, aku dimana?” tanyanya.

“Kamu ada dirumah sakit mit”

“Kenapa aku bisa ada disini bukankah tadi aku….”

“Sudahlah jangan hiraukan itu, yang penting kamu istirahat” aku langsung memotong
pembicaraannya.

Tiba-tiba mita menangis….

Aku tidak tahu apa yang meracuni perasaannya, hingga air matanya tumpah.

“Kamu kenapa mit?” Tanya mbak aini

Namun pertanyaan mbk aini tidak ia repon.

Ia berhenti dengan jeda panjang.

Tiba-tiba lamunannya membuyar dan langsung bertanya.

“Bayiku?, bayiku mana cindy?” tanyanya padaku.

“Hem, hem”

Aku terdiam dengan jeda panjang, aku tidak bisa menjelaskan padanya.

“Kenapa kamu diam cindy?, jawab aku” ia memaksaku.

Mau tidak mau aku harus bilang sama mita, resiko harus aku ambil saat aku
menjawabnya.

“Bayi kamu tidak tertolong mita”

“Apa?, kamu bohong cindy” ucapnya dengan mata melotot.

“Tidak mita, aku serius takdir Tuhan telah menggoreskan anakmu untuk bertapak kaki
terlebih dahulu. Kamu yang sabar ya?, ikhlaskan semuanya kembalilah pada jalan yang
Allah ridhoi” pesanku padanya.

“Aku jahat, aku tidak berguna” sambil memutuskan infus dari tangannya.

“Hentikan mit, hentikan perlagakan gila ini” ucapku sambil memeluk tubuhnya.

Tangisnya tumpah dalam pelukanku.

“Kamu yang sabar ya mit?” ucap mbak aini.

28 . Catatan Silam
“Iya, kamu harus kuat dengan semua ini, mit kamu pasti bisa melewati semuanya” ucap
kak sipul meyakinkan.

“Teman-teman terimakasih atas dukungan kalian, terimakasih kalian telah membantu


aku” kata mita berderai air mata.

“Iya mit, kami akan selalu ada untuk membentu kamu” jawab kak sipul.

“Iya mit, kita kan sahabat” sambung mbak aini.

“Tidak!, kalian tidak pantas menganggapku sebagai seorang sahabat. Aku wanita yang
kotor dan najis yang tidak seharusnya kalian jadikan sahabat, lebih baik kalian bunuh
aku. Tidak ada gunanya aku hidup, dosa terbesar telah aku lakukan, aku tidak lagi
berharga !

aku hanya anjing yang menjijikkan” kata mita merendahkan, dan menyesali
perbuatannya.

“Mita, tidak baik kamu mengatakan seperti itu. Diantara kerumitan, Tuhan memberikan
kelonggaran. Diantara kesesatan Tuhan memberikan jalan, diantara derita Tuhan
memberikan sepucuk kebahagiaan.” Kataku padanya berharap ia dapat membuka mata
hati.

“Apa, masihkah kamu menyebut asma Tuhan yang suci dihadapanku yang najis ini?,
adakah pintu maaf yang terbuka untukku?, akankah Tuhan bisa memaaafkan hambanya
yang serakah ini?’’ katanya penuh sesal.

“Cukup mit, berhenti berkata seperti itu. Aku muak mendengar kata-katamu, dengar ya
mit pintu maaf Tuhan selalu terbuka untuk hambanya” kali ini kak sipul yang
menjawab.

“Mit, ada satu cara yang bisa memaafkanmu, tapi tidak bisa menghapus dosa yang telah
tercatat diputihnya catatan sang malaikat” ucapku.

“Apa itu cin, apapun akan aku lakukan” ucapnya serius.

“Yaitu taubatun nasuha”

“Apa itu cin?” tanyanya penasaran.

“Taubatun nasuha itu, adalah taubat yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh
seorang hamba dan berjanji tidak akan pernah mengulangi lagi seumur hidupnya.
Apakah kamu bersedia untuk melakukan itu mit?” tanyaku.

29. Catatan Silam


“Iya cindy, aku siap melakukan itu terimakasih cindy kamu telah hadir mewarnai
hidupku, aku kan lakukan saran kamu” katanya sambil memelukku.

“Oh iya, orang tuamu kemana kenapa dia belum hadir disini?” Tanya mbak aini.

“Orang tua aku sibuk dengan bisnisnya diluar kota ai, aku hidup sebatang kara disini
tanpa kasih sayang kedua orang tuaku, mereka hanya peduli dengan masalah dunia tapi
takpernah peduli padaku. Sampai masalah besar yang dapat menurunkan harga diri
keluargaku mereka tidak tahu.

Terpaksa aku tidak memberitahu mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi padaku,
anggap saja semuanya damai” kata mita menjelaskan panjang lebar.

‘’Iya sudahlah mit, kamu yang tegar saja melewati hidup yang penuh lika-liku ini, yang
penting sekarang kamu masih diberikan kesempatan untuk tetap menatap indahnya
dunia. Lakukanlah taubat seperti yang dikatakan dek cindy tadi” kata mbk aini.

“Iya aini, terimakasih. Sipul, aini dan cindy terimakasih ya kalian telah membantuku?”

“Iya sama-sama mit, kamu yang sabar menjalani kehidupanmu ya?” jawab mbak aini.

“Iya ai, terimakasih?”

“Dan juga mulai saaat ini jadilah wanita yang sesungguhnya yang bisa menjadi tiang
untuk agamamu” pesan kak sipul pada mita.

“Iya pul, terimakasih banyak atas sarannya?”

“Iya mita sama-sama”

“Mit, sudahlah tenangkan pikiranmu dan perbanyak dzikir pada-Nya. Minta ampunlah
pada-Nya sesungguhnya Ia(Tuhan) maha pengasih lagi maha penyayang” kataku sambil
mengelus bahunya.

“Iya cindy, terimakasih banyak. Meski kita bukan satu kelas tapi kamu selalu
memperdulikan aku” rasa terimakasihnya untukku.

“Iya mit, yang penting kamu harus tetap positif terhadap apa yang akan kamu
langkahkan kedepannya. Pakailah seragam putih abu-abumu lagi saat kamu sudah
sembuh, mulailah dengan melangkah pada yang lebih baik. Anggap saja semuanya
bagai air yang tenang yang tidak pernah tersentuh” kataku untuknya.

“Iya cin, terimakasih atas saran dan dukunganmu”

30 . Catatan Silam
“Iya sama-sama, setelah kamu selesai nifas segeralah lakukan taubatun nasuha minta
ampunlah pada sang ilahiRobby. Sesungguhnya Ia(Tuhan) maha pengasih lagi maha
penyayang” pesanku lagi.

“Iya cin, itu pasti”

SENYUM ITU, SYUKURKU

Lembaran, demi lembaran kisah pahit telah berlalu.

Aku ingin memulainya dengan hal yang penuh cerita baru, aku bersyukur saudaraku
mita telah selamat dari fitnah.

Aku harus merayakan semuanya dengan rasa syukur yang teramat dalam, kasih Tuhan
telah menjelma dalam pahitnya hidup yang takmenentu.

Karena aku sadar yang membuat hidup bahagia itu adalah rasa syukur.

Aku memulai pagi ini dengan tampiasan dedoa dan rasa syukur, karena aku masih bisa
merasakan manisnya kebersamaan bersama mita, kak sipul, dan mbk aini.

Rasa bahagia yang tidak pernah bisa kuluapkan lewat untaian kata-kataku.

Hari ini hari senin tepatnya hari pelaksanaan upacara bendera, aku berangkat lebih awal
dari hari biasanya.

31. Catatan Silam


“Halo, selamat pagi assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh mita?” sapaku pagi
ini didepan pintu gerbang sekolah.

“Waalaykum salam warohmatullahi wabarokatuh, pagi juga cindy” jawab mita.

“Gimana keadaanmu sekarang?” tanyaku.

“Keadaanku baik-baik saja cin, bagaimana dengan keadaanmu?” ia bertanya balik


padaku.

“Alhamdulilah keadaanku sehat mit, oh iya apakah orang tuamu sudah tahu perihal
pahit

Yang terjadi padamu?”

“Tidak cin, aku menyimpan semuanya dari mereka aku muak. Aku tidak mau mereka
tahu aku tidak mau membuat mereka kecewa padaku, cindy aku mohon tolong
rahasiakan semua ini pada siapa saja” ia memohon padaku.

“Iya mita, itu pasti” jawabku sambil tersenyum.

“Halo selamat pagi?” ucap kak sipul ditengah keasyikanku berbicara bersama mita.

“Eh, kamu kak. Pagi juga!” jawabku.

“Sejak kapan kamu berdiri disini?’’ kali ini mita yang bertanya.

“Baru saja aku nyampek” jawab kak sipul.

“Oh iya kak, mana mbk aini tumben dia belum kelihatan?’’ tanyaku .

“Entahlah dek, aku juga tidak tahu” jawabnya simple.

“Oh, gitu yuk kita masuk kedalam kelas?’’ ajakku pada kak sipul dan mita.

“Iya mari kita masuk” jawabnya.

Hari ini aku memulainya dengan senyuman penuh syukur, aku dapat mengambil
pelajaran dari masalah yang baru saja kulangkahi.

Senyuman indah yang membingkai di pipiku adalah syukurku pada Tuhanku.

Masalah mita telah usai, aku tidak akan melupakan lembaran demi lembaran yang telah
kulewati.

Terasa sangat disayangkan jika aku tidak merayakan semuanya dengan syukurku.

Pagi ini terasa bersahabat, suasana pagi yang sangat indah penuh dengan senyuman sang
mentari.

32 . Catatan Silam
Hembusan sang bayu yang terasa menyapaku dengan lembut.

Aku bersyukur kasih sayang Tuhan selalu terbuka untukku dan orang-orang yang
kusayang.

Ketika waktu menunjuk tepat jam 06:45 menit, upacara bendera dimulai.

Kupandangi siswa dan siswi sangat antusias untuk ikut serta dalam menjunjung tinggi
pustaka yang selama ini diperjuangkan hingga melahirkan seribu pertumpahan darah.

Terkecuali aku, aku tidak bisa mengikuti upaca bendera.

Dikarenakan fisikku yang tidak bisa berlama-lama berdiri, dan juga kepala sekolahku
melarang aku untuk megikuti upacara bendera.

Setiap upacara bendera aku terdiam seorang diri didalam kantor.

Hanya segerombolan nyamuk dan lalat yang menyapa kesendirianku, ketika aku sendiri
rasa dingin sangat memenuhi ruang kosong hatiku.

Suasana pagi yang awalnya bersahabat kini menjadi takbersahabat.

Entah apa yang menyebabkan hal itu terjadi aku tidak mengerti dengan semuanya.

Banyak kisah aneh yang menyemai dalam kesendirianku, yang kini tak pernah terjawab
olehku.

Meski seribu kali aku berkontemplasi dalam kesendirian yang penuh dengan jeda
panjang.

Hidup ini terasa unik bagiku, rasa yang seakan hadir lalu pergi begitu saja.

Suasana hati yang tidak pernah tentu selalu menyelimuti kesendirianku.

Namun aku hanya bisa berpikir optimis, dan selalu percaya akan rahasia Tuhan yang
tersimpan dibalik kerasnya kesendirianku.

“Cindy, upacaranya sudah selesai kenapa kamu masih termangu disini?” sapa usatadz
jamal membuyarkan lamunanku.

“Ah, iya!. Terimakasih ustadz” jawabku spontan.

Ternyata upacar a telah selesai tanpa kurasa.

“Iya sama-sama, sana masuk dulu” perintahnya padaku dengan nada lembut.

“Iya ustadz terimakasih, mari saya duluan assalamualaykum warohmatullahi


wabarokatuh” pamitku.

33. Catatan Silam


“Iya, waalaykum salam warohmatullahi wabarokatuh” jawabnya lembut.

Ustadz jamal, lelaki itu sangat baik. Seorang lelaki yang selalu merindu wanita penjaga
senja.

Lelaki itu sangat ramah bersama senyumnya yang setiap hari mengambang untuk siswa
dan siswinya.

Tidak lain adalah aku, lelaki itu selalu memeluk mushaf Alquran dalam
keterdiamannya.

Aku suka ia yang baik, dan selalu tersenyum.

Banyak kisah yang penuh haru, tangis, tawa, derita, bahagia, semuanya kurasa saat aku
memasuki kisah putih abu-abu.

Pak riady, seoarang guru TIK yang selalu memperhatikanku saat aku sakit.

Seorang guru yang selalu peduli saat penyakitku kabuh, ia yang menjagaku, sifatnya
yang selalu terbuka untukku dan juga untuk siswa dan siswinya yang lain.

Guru yang sangat baik sekarang kutemui dikisah abu-abu.

Lika-liku yang penuh dengan sejuta tantangan menyemai dikisah putih abu-abu.

Aku bersyukur kasih sayang Tuhan terpetik untukku, saat aku dirunjung pilu, saat aku
tengah bingung dengan masalah hidup yang teramat sadis.

Tuhan memberikan aku sejuta kebahagiaan yang teramat indah. Bukan hanya ustadz
jamal, dan pak riady.

Pak Vicky dia selaku guru BK , aku sering mencurahkan sedikit luka yang ada dalam
hatiku yang terdalam. Ia juga peduli padaku saat penyakitku kabuh.

Disamping itu ada pak bahul yang sering sharring tentang sempitnya hidup yang tak lagi
seindah masa kecil dulu.

Ia selalu mensuppotku, untuk terus berkarya dan maju pada apa yang kerap menjadi
cita-cita yang membintang dalam jiwaku.

Aku suka bersamanya, sifatnya yang selalu terbuka dan juga bahasanya yang selalu
bermajas, kadang selalu sejalan dengan pemikiranku.

Aku suka pemikirannya yang selalu melangkah penuh dengan kedewasaan.

34 . Catatan Silam
Ada juga waka kesiswaan yang selalu memberikan peluang untukku mengikuti event-
event dalam dunia pendidikan yang menyemai dalam usia mudaku yang hanya sekali
ini.

Tidak lain dia adalah pak junaidi yang akrab disapa pak jeje.

Ia yang lucu, dan selalu tersenyum dengan senyumannya yang begitu khas.

Sifatnya yang pelupa sering membuatku tertawa geli, ia sangat baik.

Ada lagi seorang guru muda yang selalu berpegang teguh pada prinsipnya, ia tetap
menggenggam sifatnya yang selalu serius dan serius.

Ia yang jarang tersenyum saat mengejar, namun sesungguhnya ia baik, tidak lain ia
adalah pak hasin.

Dan ada juga guru cewek yang juga berperan dalam kehidupanku.

Ia yang selalu tersenyum dengan kelembutannya, ia yang selalu membuatku tersenyum


karena sifatnya yang begitu lembut, ia guru bahasa inggrisku ia adalah Bu elok.

Dan juga ada guruku yang khas dengan marahnya saat muridnya menyelewengkan
perintahnya, ia suka bercanda dan baik namun ia tidak suka diselewengkan, ia juga
akrab denganku ia adalah guru TIK disekolahku.

Tidak lain adalah Bu titik.

Dan juga ada yang sering membuat rang-orang tersenyum saat bersamanya karena
suaranya yang khas tidak lain adalah pak Aziz yang menjadi waka kurikulum sekaligus
guru bahasa indonesiaku.

Suaranya yang khas bagai orang yang sedang marah-marah ternyata tidak.

Sebelum aku mengenal lebih jauh, aku takut padanya.

Ia bagai orang yang galak, namun aku salah kaprah dia orang yang baik dan suka
bercanda.

Maklumlah, diamnya seakan menyimpan seribu dendam namun katanya menyimapn


seribu cerita dan tawa.

Disamping itu juga ada Bu iim guru kewirausahaan sekaligus guru PPKN dikelasku, ia
adalah guru favoritku yang selalu tersenyum ramah pada siapa yang ia temui.

Apa lagi padaku, ia selalu tersenyum dengan senyumnya yang begitu menyimpan sejuta
cerita.

35. Catatan Silam


Ia tidak pernah berpaling dari senyumnya meski dalam senyumnya menyimpan sejuta
siksa.

Aku banyak belajar sejuta hal padanya, ia yang juga asyik di ajak ngobrol dan sharring
membuatku banyak mendapat pengetahuan darinya.

Tentang dunia luar, dunia pendidikan, dunia perkampusan, dan dunia kerja.

Ia selalu mengajarku tentang ketegaran dan keteguhan kala aku terhina dan
tersingkirkan oleh kebencian temanku.

Dan juga ada yang selalu setia memeluk udara pagi yang sepi, ia juga tidak pernah alfa
untuk mencatat hal yang seharusnya ia catat. Tidak lain ia adalah Bu Diana.

Ada juga yang saat ini kurindu dalam setiap mata pelajaran yang dulu ia kecap, ia telah
meninggalkan segenggam kenangan dalam memoriku.

Guru Fisikaku yang kini telah melanjutkan S2 nya, ia memilih untuk berhenti
meraupkan ilmuanya padaku dan teman-teman yang lain.

Ia adalah bu Ika, aku rindu keterdiamannya yang menyimpan sejuta keseriusan.

Namun kini hanya tinggal kerinduan yang memebekas dalam dada.

Tanpa bisa bertemu dengannya dan tidak bisa menebarkan senyum lebarku untuknya.

Dan juga ada yang selalu terdiam dan tersenyum dengan kesabarannya yang sangat-
sangat harus kutiru.

Ia yang kalem dan selalu tersenyum, sifatnya yang sopan dan selalu merunduk.

Tidak lain adalah pak Yusuf, ia begitu telaten dalam memperkenalkan aku pada bahasa
algoritma yang sebelumnya tidak pernah kukenal.

Ia begitu telaten menjabarkan kata-kata yang harus kugoreskan dilaptopku untuk


mengetahui kode-kode HTML.

Lembaran baru telah kubuka, lembaran-lembaran silam yang menusukku kini perlahan-
lahan terwarnai oleh hadirnya orang-orang yang selalu menyayangiku.

Sungguh janji Allah sangat nyata kurasakan, hadist-hadist yang telah kubaca sangat-
sangat nyata kebenarannya.

Janji yang terpatri dalam mushaf Alqur’an sangat mendamaikan hatiku yang tengah
dirunjung pilu.

36 . Catatan Silam
Sungguh Allah sangat menyayangiku, dari tumpukan derita dan luka yang menimpali
langkahku kini Tuhan memberikan kebahagiaan yang tersirat dan sungguh nyata dalam
kesendirianku.

Dalam lembaran baru yang kubuka ini akanku coretkan noktah hati yang selalu penuh
dengan rasa syukur dan syukur.

Senyum itu, iya senyum yang membingkai di bibirku adalah dzikir syukurku pada
Tuhan.

Aku tidak boleh mengingkari nikmat Tuhan yang tidak kuasa kuhitung satu persatu.

Aku juga bisa mengambil hikmah dari ujian yang baru saja menyemai pada saudaraku
yaitu mita.

Aku harus bisa menyaring pergaulan yang kini sudah penuh oleh tarian maksiat.

Yang berkesiur bak penari balerina.

Sungguh aku harus merayakan kasih sayang Tuhan ini dengan dzikir-dzikir senyum dan
rasa syukur yang harus aku luapkan dalam setiap detakan jam yang berdetak.

“Hey, cindy kenapa kamu terdiam disini?” sapa ayu membuyarkan setiap aksara yang
telah kujelajahi selama ini.

“Ah, iya ada apa ya?” tanyaku spontan.

“Yah, ditanya malah nanya balik. Hemz ngelamun aja ya dari tadi?” ledek ayu padaku.

“Ye, enak aja” ucapku.

“Lagi mikirin siapa sieh?, lagi mikirin kak sipul ya?” ledeknya lagi.

“Ye, enak aja istiqfar yu. Kita masih terlalu muda terlalu garang jika kita menghidupi
dunia itu, lebih baik kita fokus pada pelajaran kita” ucapku tersipu malu.

“Hemz, iya mama dedeh” ucapnya sambil tertawa geli.

“Huh, kamu ini” ucapku sambil tersenyum.

“Iya sudah ayo kita masuk entar pelajarannya keburu dimulai loeh” ajaknya padaku.

“Iya sudah ayo” ajakku.

Rasa lelah merasuki tubuhku, maklumlah sekolahku sangat tinggi.

Yaitu lantai tiga, apalagi aku berada dikelas eksekutif (kelas unggulan) yang terdapat
dilantai atas.

37. Catatan Silam


Jadi setiap hari aku harus menguras tenaga dan menguras peluh yang menjalar karena
lelah yang harus kudaki untuk sampai pada kelasku.

Dari ketinggian sekolah ini aku dapat mengambil kesimpulan dan pelajaran, bahwa
hidup yang sukses harus butuh proses untuk sampai pada kesuksesan itu.

Sama dengan orang yang mendaki gunung, jika ia ingin sampai pada puncak ia harus
bersabar dan kuat menghadapi aral yang membentang ditengah-tengah kita.

Sama dengan tangga kesuksean yang harus dipanjat, butuh kesabaran, kesemangatan
dan tekad yang kuat untuk sampai pada tempat itu.

Banyak rintangan yang harus dilewati, banyak rasa haus yang harus dikasih air
kesejukan.

Meski terkadang ada asa yang mengasap saat berjuang namun dirunjung kegagalan.

Banyak orang-orang yang memilih berhenti berjuang hanya karena gagal, padahal
kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda.

Mereka tidak percaya akan kuasa Tuhan, mereka menolak kesempatan emas yang Allah
janjikan.

Padahal Allah sayang orang-orang yang selalu bersabar.

Jangan gegabah dalam mengambil keputusan yang ada.

Terkadang kita terjerat oleh emosi kita untuk sampai pada puncak kesuksesan yang
abadi.

“Huft…akhirnya sampai juga kekelasku” ucapku dalam hati.

“Assalamualaykum warohmatullahi wabarokatuh?” ucapku sambil membuka pintu.

“Waalaykumsalam waroh matullahi wabarokatuh” jawab teman-temanku serentak.

Aku langsung duduk di bangku yang telah tersedia.

Aku bersyukur Allah meletakkan aku didunia ini lewat perantara ibu dan ayah, aku
bersyukur takdir menyeretku pada sekolah ini.

Disini fasilitas sangat lengkap, dan kasih sayang seorang guru dan kakak kelas yang
tergores untukku.

Meski tidak semua kakak kelas yang suka dengan kehadiranku, ada yang sangat
membenciku.

38 . Catatan Silam
Konon kudengar mereka membenciku karena kedekatanku dengan kak sipul.

Hingga mereka menafsirkan kau dan kak sipul punya hubungan khusus seperti yang
dikatakan anak muda-mudi jaman sekarang yaitu pacaran.

Padahal tidak, aku dan kak sipul layaknya kakak ber adik yang selalu ada disaat saling
membutuhkan.

Kakak kelasku yang sangat akrab dan dekat denganku adalah mbk aini, dan kak sipul.

Mbk aini, tidak hanya dekat denganku tapi juga dengan kedua orang tuaku.

Kak sipul memang ia belum mengenal kedua orang tuaku secara pasti, namun kedua
orang tuaku telah tahu padanya.

Lewat aksara-aksara yang kulantunkan, lewat foto-fotonya yang tersimpan dilayar


handphoneku dan juga dilaptopku.

Semua kebaikannya yang tertebar untukku telah diketahui oleh kedua orang tuaku, lewat
cerita-cerita yang kusampaikan dikeremangan malam.

Kedua orang tuaku sangat mendukungku bersahabat dengannya, tidak hanya


bersamanya tapi juga bersama mbk aini.

Mbk aini sifatnya yang pendiam penuh kelucuan dan kebaiakan yang selalu terpatri
untukku.

Ia selalu sudi mengajariku pada apa yang takkukenal.

Ia selalu menasehatiku saat aku terpuruk dalam jeda panjang yang tidak berpihak
padaku.

Kak sipul, lelaki itu layaknya senja dalam hidupku. Lelaki itu layaknya bianglala dalam
derasnya hujan yang menghujam langkahku, ia selalu mendukungku dan selalu
mendukung kesembuhanku. Sifatnya yang sederhana yang beda dari laki-laki pada
umumnya. Sifatnya yang kalem dan tidak banyak tingkah, membuat aku betah berlama-
lama di sampingnya.

Mereka telah kuanggap sebagai saudaraku sendiri, kedua orang tuaku sangat-sangat
mendukungku bersama mereka.

Kedua orang tuaku sangat menganggap mereka sebagai anaknya sendiri, meski mereka
tidak terlahir dari rahim yang sama denganku.

Kedua orang tuaku yang selalu peduli padaku, pada mbk aini, pada kak sipul.

39. Catatan Silam


Saat aku tidak sarapan pagi, ibu membungkuskan tiga nasi sekaligus untukku, untuk
mbak aini dan untuk kak sipul.

Lantaran mereka berangkat dari sebuah kursusan terpencil di desaku.

Ketika aku makan enak sendiri aku selalu kepikiran mereka berdua, apa yang mereka
makan disana?, akankah mereka juga makan atau bahkan sebaliknya.

######

Suara tapakan kaki mulai terdengar dari balik pintu, aku mengenal suara tapakan itu.

Sepertinya ia adalah guru algoritma sekaligus guru web(html) ku yaitu pak yusuf yang
sekarang punya bagian untuk mengajar dikelasku.

“Assalamualaykum waroh matullahi wabarokatuh?” panggilnya sebelum memulai


menjabarkan mata pelajarannya.

“Waalaykumsalam warohmatullahi wabarokatuh” jawabku dan teman-teman serentak.

Setelah salam telah dilontarkan, ia langsung menjabarkan aksara-aksara algoritma


pemrograman tingkat dasar.

Selang beberapa jam kemudian…..

“Krining….,krining….,krining…,”

Suara bel berbunyi bertanda pergantian guru sudah tiba, waktu terasa sangat singkat
bagiku.

Ketika aku tengah asyik berkelana bersama pelajaran yang kerap diutarakan pak yusuf.
Ternyata waktu telah selesai.

Pelajaran itu telah kukunyah, dengan penuh nafsu hingga tidakku biarkan pelajan itu
ada yang tertinggal.

“Baiklah saya akhiri dulu pelajaran saya kali ini, assalamualaykum warohmatullahi
wabarokatuh?”

“Waalaykumsalam warohmatullahi wabarokatuh” jawabku dan teman-temanku


serentak.

Ia langsung berpaling meninggalkan kelasku.

Kupandangi tapakan kakinya semakin menjauh, hingga tidak terlihat lagi bayangannya.

40 . Catatan Silam
##########

Jam kedua adalah pelaran operasi system jaringan komputer…

Kali ini adalah bagiannya bu titik, aku berharap kali ini ia masuk .

Karena minggu kemarin ia tidak masuk karena putri kecilnya sakit.

Disamping aku suka dengan pelajarannya kau juga suka dengan caranya mengajar, hari
ini adalah ulangan secara lisan, aku berharap ia masuk dalam keadaan sehat -

wal afiyat.

Suara teman-temanku memecah kelam.

Banyak yang berdoa agar beliau tidak masuk karena teman-temanku banyak yang males
mengikuti ulangan.

Aku lebih memilih diam dari pada aku harus menasehati mereka agar tidak mendoakan
yang tidak-tidak pada beliau.

Jika aku mengatakan itu, pasti aku dikatan Nyai yang selalu ceramah. Dikatakan sok
alim lah dan sebaginya.

Makannya aku lebih memilih diam dari pada melahirkan masalah.

Jika diamku berarti bagi mereka, kenapa kau harus buka mulut?.

Aku tahu dikelasku banyak yang tidak suka denganku, entah karena faktor apa aku juga
tidak mengerti akan noktah yang tercatat dihati mereka.

Namun aku tidak pernah menganggap mereka musuh.

Karena aku tidak pernah musuh kecuali mahluk Tuhan yang memang harusku musuhi ia
adalah syetan.

Pernah suatu ketika aku disakiti oleh temanku, mungkin memang benar itu salahku.

Suatu ketika temanku bertanya pada pak hasin, sebelum pertanyaan dibuka oleh beliau.

Beliau berpesan” Bertanya tidak harus pada saya, pada siapa yang sekiranya mampu
menjawab. Yang tahu silahkan jawab” pesan beliau.

Lalu ada salah satu temanku bertanya tentang materi yang tidak ia kenal.

Tanpa sengaja aku menjawab pertanyaannya, karena mata pak hasin mengisaratkan
padaku agar aku menjawab.

Namun apa yang aku terima?.

41. Catatan Silam


Aku hanya menerima luka yang tidak seharusnya ia luapkan padaku.

Ia berkata “Diam!!, aku tidak bertanya padamu” ia mencegat jawabanku sambil


memukul pundakku. Ia berontak ditengah-tengah jawabanku yang sudah kusaring agar
ketika keluar dari mulutku bisa dengan mudah dipahami.

Namun apa?, ia menghentikan ucapanku dengan nada yang begitu sadis.

Sungguh terlalu lalim ia telah membutakan mata hatiku, saat kata-katanya begitu sadis
menamparku ditengah keramaian.

Mata pak hasin hanya mengisaratkan agar aku bersabar dengan perlakuannya.

Namun aku hanya tersenyum, meski sebenarnya sangat sakit bagiku.

Beliau berkata pada siswa itu” Kenapa kamu menghentikan jawabannya?, bukankah
saya tadi bilang bahwa yang tahu langsung menjawab. Kenapa kamu menghentikan
jawabannya?” Tanya pak hasin pada siswa itu yang tak lain adalah sofi.

“Saya tidak mau jawaban dari dia pak” ucapnya dengan nada jengkel.

“Tapi dia mampu kok, untuk menjawab” kata pak hasin menambah.

“Silahkan cindy, dilanjut jawabanmu” perintahnya padaku.

“Mohon maaf pak, saya tidak berhak menjawab pertanyaannya yang tidak tertuju pada
saya.”

Jawabku dengan penuh kecewa.

Saat itulah aku memilih diam, saat teman-temanku bertanya.

Biarlah mereka bertanya pada yang pintar, memang orang bodoh sepertiku tidak
seharusnya ditanyakan.

“Assalamualaykum warohmatullai wabarokatuh” terdengar suara panggilan salam.

“Waalaykumsalam warohmatullahi wabarokatuh” jawabku berharap itu adalah bu titik.

Namun saat kupandangi kedepan, ternya itu bukan titik melainkan bu elok.

“Anak-anak, kali ini bu titik tidak bisa hadir sebab beliau sakit” tuturnya.

“Innalillahiwainna ilayhi rojiun, ya Allah bu titik.” kataku dalam hati membantin.

Suara syukur teman-temanku mulai mengusik ketenanganku, suara syukur mereka mulai
mengganjal rasa iba yang terlahir sembari mendengar kabar dari bu elok.

42 . Catatan Silam
“Alhamdulilah bu titik gak masuk, jadi batal deh ulangannya” ucap salah satu siswi
yang duduk dibelakangku dengan nada yang begitu keras.

Siswi itu adalah amel.

Ingin rasanya kumenegurnya saat ia mengatakan Alhamdulilah, padahal ucapan untuk


orang yang terkena musibah adalah Innalillahi waiunna ilayhi rojiun.

Namun ia mengatakan syukur.

Perayaan yang seharusnya tidak mereka rayakan dengan syukur.

Aku yang hanya memilih terdiam dalam tusukan luka yang kerap dikatan oleh teman-
temanku.

“Anak-anak sekarang tidak ada pelajaran ya?, kalian isi kekosongan ini dengan hal yang
menurut kalian bermanfaat.” Pesan bu elok sembari berpaling meninggalkan kami.

Suasana kelas yang sangat tidak bersahabat dengan pikiranku membuatku enggan
mengutarakan rasa yang kian menggebu dalam keterdiamanku.

Tidak ada yang namanya teman yang sudi menemani resah hatiku.

Hanya dataran kanvas putih dan setetes tinta hitam yang sudi menemani keluh kesahku.

“Ya Allah berikanlah keselamatan bagi bu titik yang kini dirunjung sejuta siksa disana,
ya Allah berikanlah kedamaian untuknya disana jangan biarkan kesedihan menghiasa
diamnya. Amin ya Allah” doaku dalam sederetan kanvas yang kerap sudi menerima
kekhawatiranku.

Suara kegaduhan mulai terdengar membobol gendang hatiku, membobol gendang


telingaku.

Mengobrak abrik ketenangan dalam kotak kecil hidupku.

Menunggu jam istirahat serasanya bagai menanti-nanti bersuamikan raja.

Aku rindu canda tawa mbak aini, dan juga canda tawa kak sipul,

“Huh, sampai kapan aku harus mendengar kegaduhan yang terdengar dari belakang
tempat dudukku. Kalau saja Tuhan tidak memberikan sebuah kesabaran untukku
mungkin aku sudah meng obrak-abrik tuntas kelasku yang penuh dengan ocehan-ocehan
yang tidak bersahabat.

Untung saja aku masih tetap berpegang teguh pada hadist yang artinya:” orang kuat itu
bukanlah orang yang kuat bergulat melainkan orang yang dapat menahan amarahnya.”

43. Catatan Silam


Hadist itu selali terngiang dalam telingaku mencegahku untuk mengatupkan sebuah
amarah dan emosi yang tinggi” ucap batinku mendemo suasana yang tidak bersahabat
itu.

“Krining…krining”

Suara bel istrirahat kudengar.

“Alhamdulilah yaAllah, akhirnya waktu yang kunanti datang juga” syukurku dalam hati.

Aku langsung bergegas menuju kelas XI, untuk menjemput mbak aini dan kak sipul
untuk berbagi cerita yang telah dilangkahi pagi ini.

CERITA YANG TAK USAI

Selasa 23-september-2015.

Pagi ini aku merasakan sejuta kerinduan untuk bertemu dengan kakak-kakakku yang
sangat aku sayangi.

Pagi ini tepatnya hari libur idul adha, kami berjanji untuk berkunjung kerumahnya kak
roiz.

Seorang kakak kelasku yang menyandang status hafidz qur’an di sekolahku.

Untuk bersilaturrahmi sekaligus merayakan kebersamaan dan kebahagiaan yang Allah


semai dalam kehidupan kami.

Serta untuk mensyukuri nikmat berupa hafalan al-qur’an pada laki-laki yang tak lain
adalah kak roiz.

Awalnya aku tidak mengenalnya namun, dengan perantara mbak aini dan kak sipul
waktu berkunjung kerumahnya aku dapat mengenalnya.

Rasa syukur yang mereka syukuri adalah dengan cara menggelar buka puasa bersama.

Kebetulan saat itu kami dalam keadaan ber puasa sunnah.

Cerita kebersamaan dan kebahagiaan ini tidak akan pernah usai menyemai dalam
kesadisan hidup yang menampar hidupku.

Bercanda bersama, bertukar pengalaman. Pelangi itu hadir dalam derasnya hujan yang
mengguyur perasaanku selama ini.

44 . Catatan Silam
Menangkap ikan lele bersama, untuk dibakar barsama untuk acara syukuran yang
dikemas dengan buka puasa bersama.

Rasa syukur yang begitu mendalam kuluapkan dalam kuasa-Nya.

Sungguh Allah maha pengasih dalam keterdiamanku, Allah selalu bersama dalam
kebersamaan yang menerpa hidupku.

Mbk aini, kak sipul, kak roiz merekalah sumber inspirasiku saat pikiranku memuncah.

Meski aku baru saja mengenal kak roiz, namun sifatnya yang dingin membuatku mudah
ber adaptasi dengan kehidupannya.

Tuhan terimakasih yaAllah Engkau telah memberikan sekotak kenangan yang teramat
indah untukku.

#########

23-september-2015

Rasa yang begitu indah menggelayut dalam kebersamaanku.

Rasa bahagia yang begitu tertuju padaku, hari ini cerita tidak pernah usai dalam
keterdiamanku.

Pagi ini aku bersama mbk aini, kak sipul, kak roiz kerumahnya kak sipul.

Seorang lelaki yang teramat aku sayangi, ia telah aku anggap sebagai kekasih dalam
keterdiamanku.

Aku menyukainya dalam keterdiamanku, aku menyukainya dalam lentukan kuasanya.

Aku telah menitipkan ia pada-Nya.

Cerita kebersamaan yang tidak akan pernah usai dalam kesendirianku.

Sampai kututup bola mata ini selamanya, cerita indah ini tidak akan pernah usai
untukku dan juga kakak-kakaku.

Mereka selalu mendamaikan hatiku saat keresahan menyelimuti hatiku yang teramat
sakit.

Janji Allah yang selalu tertuju padaku.

Aku selalu bersama-Nya dalam detakan hati yang terpukul dalam piluku.

Cerita tentang kebersamaan yang akan selalu membingkai dalam kotak kecil hidupku.

45. Catatan Silam


Terimakasih Tuhan Engkau telah melahirkan mereka dalam kegidupan ini.

Kenangan indah ini akan selamanya membingkai dalam petikan kehidupanku yang
kelam.

Cerita keindahan ini tidak akan pernah usai ku ingat dalam lembaran hidupku.

SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA

Rasa kecewa yang begitu merajam jantungku, rasa sakit yang terjangkit dalam pulung
hati terasa menyakitkan.

Aku terdiam dalam seribu siksa yang teruntukku yang sangat tak bertuan.

Aku selalu terdiam dalam rasa susah yang menggelayut dalam rasaku.

Aku belajar bersabar, aku belajar mengambil hikmah dari derita yang ada.

Tasya, wanita itu selalu bersamaku dimanapun aku berada meniti rasa yang kutujukan
untuk mencintai seseorang karena karena Robku.

Mulai dari mengambil sahabatku, sampai bianglala dalam keterdiamanku.

Namun janji Allah sangat tertuju padaku.

Aku tahu semuanya akan indah pada waktunya, walau kini aku selalu dirunjung pilu
yang merajamku.

Namun aku harus merayakan semuanya dengan syukurku.

46 . Catatan Silam
Meski terkadang hati meringkih dengan sejuta siksaku.

Namun aku harus merayakan semuanya dengan syukurku.

Aku yang kini terlahir menjadi gadis dengan cerita siksa, aku yang kini terlahir dengan
cerita pagi yang bisu.

#######

Aku bercita-cita ingin menjadi hafidzah untuk mengangkat derajat orang tuaku disisi-
Nya.

Walau cita-cita itu tidak semudah membolak-balikkan kedua telapak tangan.

Aku yang selalu bertekad untuk menyalin mushaf suci-Nya dalam hatiku.

Walau selalu saja aku terjungkal dengan sejuta penyakit yang ada.

Aku iri pada kakakku yaitu kak roiz, dia seorang lelaki tapi ia bisa menghafalkan
mushaf-Nya.

Sedangkan aku seorang wanita, masak aku tidak bisa sepertinnya?,

Aku ingin tumbuh menjadi gadis yang baik diantara yang terbaik.

Walau kini aku tahu semua itu mengharuskan aku untuk berlayar pada muara yang
penuh dengan hantaman gelombang.

Aku selalu terdiam dengan sejuta harapan-dan harapan yang selalu menjelama dalam
kesendirianku.

#####

Aku ingin memulainya lebih dari yang aku mampu.

Aku ingin melampaui semuanya, meski aku telah terlampau jauh dari mereka.

Kehidupan ekonomi keluargaku yang serba pas-pasan, dan pekerjaan ibuku yang hanya
sebatas penjual kue.

Dan juga ayahku yang berprofesi sebagai penggali sumur.

Namun aku bersyukur Allah masih memberikan pekerjaan yang halal dan juga nikmat
berupa kesehatan yang selalu untukku dan keluargaku.

47. Catatan Silam


Aku masih punya nenek yang selalu kurindu disana.

Namun aku tidak pernah bisa melihat senyum pasrah seorang kakek, ia telah
mendahului kita.

Ia telah melangkah memenuhi panggilan-Nya terlebih dahulu.

Cerita luka yang begitu lalim yang menyemai dalam hidupnya sebelum kasih Tuhan
benar-benar memeluknya.

Kini aku tidak dapat melihatnya lagi.

Senyumnya yang kedengarannya sangat manis, dan kata-katanya yang begitu bijak.

Namun aku tidak tahu wajah aslinya yang penuh dengan tebaran kasih dan sayang untuk
anak-anaknya.

Aku selalu terdiam dalam ketidak berdayaanku.

Kasih Tuhan selalu menjelma dalam kasih sayangku.

Aku sadar kasih sayang Tuhan akan menjelama untukku.

Dan kebahagiaan itu akan tepat meyapa hidupku.

Semuanya akan indah pada waktunya.

Walau kini aku harus bersabar dalam penantian panjang yang harus kulewati untuk
menunngu waktu itu tiba.

Allah maha besar, Allah maha pengasih .

Cerita lukaku yang selalu kusemai dalam coretan sastraku.

Aku yakin semua itu akan meyimpan banyak cerita untukku.

Semuanya akan indah pada waktunya, hanya saja aku harus bersabar menunggu watu itu
tiba.

Aku tahu dalam kesendirian ini Tuhan masih menyimpan sejuta cerita untukku.

Antara senyum dan duka, yang saat ini kurasakan banyak seribu Tanya dan Tanya
dalam keterdiamanku.

Banyak hal yang harus aku pertanyakan pada sang waktu.

“Huh, terdiam saja pekerjaanmu” ucap mbak aini mengagetkanku.

48 . Catatan Silam
“Ah, tidak mbak aku hanya terdiam untuk merenungkan apa yang seharusnya aku
renungkan” ucapku berusaha menjelaskan pada mbak aini.

“Ciye, mungkin mikirin kak sipulnya tuh” ucapnya meledekku.

“Ye, siapa juga yang mikirin dia?” ucapku tersipu malu.

“Mbak ai, aku sadar siapa aku. Aku hanya tumpukan jerami yang tidak penah berarti
dalam hidupnya.

Aku hanya debu yang ter ombang-ambing oleh serpihan angin yang tidak pernah damai
bersamaku.

Banyak orang yang menantinya, banyak bunga yang lebih indah yang
mengharapkannya, aku tidak pantas melabuhkan rasa cinta ini padanya.

Aku tidak ingin mengenal kisah cinta di kisah hidupku yang masih haus akan ilmu.

Usiaku 15 tahun terlalu garang bagiku untukku hidupi dunia itu, aku yakin saat ilmu
terpupuk di jiwaku jodoh,rejeki akan menyapaku” ucapku menjelaskan perihal yang
terngiang dalam hatiku.

“Iya sabar saja dek, mungkin kalau memang ia jodohmu ia akan kembali pada pelukan
hidupku. Pasrahkan semuanya pada sang maha cinta” pesannya mendamaikan hatiku.

“Iya mbak, aku hanya menitip ia lewat doaku pada Robku. Aku hanya menitipkan ia
agar ia senantiasa peka akan rasa yang terlentang dalam sanubariku” ucapku.

“Iya dek kamu yang sabar saja, meski ia menghidupi dunia yang taksepantasnya ia
hidupi bersama wanita itu. Biarlah…

Buktikan kalau kamu bisa tanpa dia.” Pesannya.

Rika, wanita itu adalah wanita yang mendambakan hadirnya kakakku.

Meski aku tahu kakakku tidak menyukainya, namun peran tasya yang berusaha
menyatukan mereka dalam sebuah ikatan.

Pernah suatu saat aku dirunjung kekecewaan yang sangat dahsyat.

Dimana saat itu tepat pada rapat guru.

Aku dan mbak aini mencarinya karena ia meninggalkan kelasnya, (kata mbak aini).

Aku telah lama mencarinya, aku mondar-mandir mencarinya.

Namun apa yang aku dapat?.

49. Catatan Silam


Aku mendapatkan sebuah kekecewaan bersama mbak aini.

Ternya ia bersama rika, entah dimana ia bersembunyi aku tidak tahu.

Aku yang sudah susah payah mencarinya, menghubunginya namun tidak aktif.

Nyatanya kekecewaan yang kudapat saat ia turun dari tangga bersama rika.

Aku menangis dalam pelukan sang waktu.

Hingga akhirnya aku dan mbak aini memilih pergi meninggalkan dia bersamanya.

Aku memilih untuk berangkat kemasjid, untuk merasakan manisnya sebuah dedoa yang
aku semai dalam sebuah masjid.

Aku sudah mulai tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi pada kakakku yang
tidak lain adalah kak sipul.

Yang semula sifatnya dingin dan sangat perhatian dan mendukungku.

Sekarang ia telah berubah.

Perubahannya sudah mulai terlihat saat ia mengenal rika seorang gadis yang selama ini
menharapkan hadirnya sosok kak sipul.

###########

Tidak ada yang tahu rencana Tuhan.

Semuanya penuh dengan teka-teki, tasya wanita itu adalah wanita yang selama ini
menjadi musuh dalam selimut.

Aku tak percaya akan semua yang terjadi pada kak sipul.

Perubahannya membuat aku dan mbak aini sangat tertampar kecewa berat yang
mungkin tak dapat di tafsirkan oleh orang lain.

Bagaimana bentuk kekecewaan itu.

Tasya wanita dengan tubuh tinggi yang membuat ku sangat menggebu-gebu untuk
melawanannya.

Namun kedua orang tuaku tidak pernah mengajarkan aku tentang dendam dan amarah.

Aku yang selalu teringat pada sosok ayah dan ibu di kala amarah memuncak di ubun-
ubuh kepalaku.

50 . Catatan Silam
Kedua bidadari itu yang selalu memberikan aku materi perihal kehidupan.

Tidak mungkin aku mengingkari nikmatnya ilmu yang telah ibu dan ayah ajarkan
padaku.

Ayah, dan ibu aku tahu mereka memang tidak pernah mengecap bangku pendidikan
sepertiku.

Namun mereka sangat ber tatakramah yang baik, mereka bisa membedakan mana yang
baik untuku dan maan yang buruk.

Aku tahu jungkir balik kehidupan akan senantiasa menyapa hidupku .

Aku tahu semuanya akan indah pada waktunya.

Hanya saja aku harus bersabar menunggu sapaan sang waktu itu tiba.

Kehidupan yang tidak selamanya lurus, ada saatnya dimana aku di runjung pilu.

Ada saatnya aku merasakan sakit yang seakan hanya aku yang merasakan sakit itu.

Namun aku sadar ujian Tuhan padaku tidak akan permanen, semua akan indah pada
waktunya.

Positif tinking adalah hal yang selalu ku semai dalam langkah hidupku untuk
menyongsong kehidupan yang lebih cemerlang

RIASAN UNGU

Satu tahun kemudian…….

Perubahan nyata mulai menyapa hidupku, tak ada lagi yang namanya purnama
dalam hidupku, tak ada lagi yang namanya bintang penerang jalan petangku saat satu
tahun berjalan begitu singkatnya.

Mbak aini, kak sipul, kak roiz….

Mereka hanya tinggal nama dalam hidupku, sebuah perubahan yang tak pernah
mengganjal hatiku sedari dulu kini telah nyata ku rasa.

Mbak aini, ia telah pergi dari hidupku dan lebih memilih bersama kak roiz, sosok laki-
laki penghafal al-qur’an.

51. Catatan Silam


Dan kak sipul dia memilih sendiri dalam hidupnya, aku tak mengerti apa yang menjadi
prinsip hidupnya hingga ke tiga orang yang aku anggap saudara begitu mudahnya
meninggalkan aku dalam ketidak berdayaanku.

Bayangan perpisahan semakin menyapaku, namun perubahan buruk begitu menonjol.

Semua serba terbalik, tasya yang semula sangat membenciku kini ia yang peduli
padaku.

Ia yang memberikan aku semangat hidup untuk terus memperjuangkan hidupku yang
penuh dengan riasan ungu.

Aku tak mengerti sampai saat ini apa yang terjadi pada duniaku.

Dunia yang seakan laksana mimpi, dari semua ini aku sadar bahwa yang baik tak
selamanya menjadi sahabat dan tak selamanya yang buruk menjadi musuh.

Seperti yang terjadi pada hidupku.

Mbak aini, kak sipul, kak roiz…

Mereka telah nyata berpaling dari hidupku.

Hanya tinggal tasya yang masih setia dan sudi menjabarkan sesalnya padaku.

Tak ada yang bisa aku perbuat pada tasya kecuali seutas senyuman dan rasa syukur atas
perubahannya padaku.

Ia meminta maaf padaku, ia menyesali semua salahnya selama ini padaku.

Ia mengatakan bahwa sebenarnya orang yang selama ini ia hancurkan hatinya adalah
motivator terbesar dalam hidupnya.

Aku sangat mensyukuri nikmat Tuhan, meski Tuhan mengambil ke tiga kakak kelasku
yang sudah aku anggap sebagai saudaraku.

Tuhan masih menyayangiku dan memberikan hidayah kepada tasya hingga ia menjadi
bianglala dalam hidupku saat ini.

Sungguh Tuhan sangat menyayangiku…….

Dengan jeda syukur kurayakan semuanya.

Meski kenyataannya hatiku sedang terias bulan ungu.

Kisah hidup yang selamanya membuatku tersenyum, kisah hidup yang tak selamanya
membuatku menangis.

52 . Catatan Silam
Membuatku antusias untuk tetap optimis menjalani hidupku yang sudah penuh dengan
sejuta riasan ungu.

Tak ada lagi yang namanya kebersamaan yang selalu melahirkan tawa, di kala mbak
aini hanya sibuk berduaan dengan kak roiz.

Sedangkan kak sipul hanya sibuk dengan kesibukan hidupnya entah apa itu.

Semuanya telah sirna, laksana jaring laba-laba yang sudah kelabu.

Namun hal itu tak membuatku menyerah, aku yakin Tuhan punya rencana indah dalam
hidupku.

Mitha saat ini telah menemukan kekasih pujaan hatinya, ia telah melepaskan seragam
putih abu-abunyaa.

Ia telah memilih mengenakan baju pengantin yang telah menjadi pilihan hidupnya.

Hanya sejuta doa penuh harapan besar pada Tuhan yang ku persembahkan pada mitha
temanku itu.

Aku berharap hidupnya akan cerah, secerah mentari yang selalu menyinari paginya.

Aku berharap dengan semua ini Tuhan akan melahirkan sejuta keajaiban dalam
hidupku.

Sembilu luka yang masih menggores di hatiku sangatlah sakit.

Kenangan indah yang telah ku lalui penuh tawa kini semuanya telah berakhir dengan
kisah luka.

Aku tak bisa berbuat banyak hal pada hidupku.

Kecuali pada Tuhan aku mencurahkan sembilu luka dalam haiku.

Karena aku tak ingin di kasihani oleh selain-Nya.

Mungkin jika hatiku bukan Tuhan yang menciptakan mungkin ia telah hancur.

Ke tiga orang yang pernah menyapa hidupku kini telah absit entah kemana.

Aku memilih keluar dari zona luka itu, dan aku akan membuat zona nyaman baru
bersama orang-orang yang masih menyayangiku seperti tasya yang semula teramat
membenciku kini sekarang sangat menyayangiku.

Semenjak bersama aku mengetahui arti kebahagiaan yang berunjung dusta.


waktu membentukku menjadi pribadi yang saat ini.

53. Catatan Silam


Tuhan…

Di satu detik dimana aku sangat menginginkan keberadaannya.

mereka yang jauh di sana sangat aku rindukan,mungkinkah mereka juga merindukanku?

Tolong jaga mereka Tuhan, saat aku tak bersamanya.

Aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Mereka yang telah menemani hari-hariku dulu.

Tuhan…

Dayri silam yang berisi sembilu luka dan pahit penuh dengan sejuta hamparan
kenangan. Aku akan menyimpan semua kenangan itu dalam kotak kecil.dan kotak kecil
itu akan aku beri nama kotak kenangan.

Akan aku buka lagi nanti jika semua telah bahagia dan menemukan titik temu hidup
mereka masing-masing. Aku tetap menyayangi mereka, mbak aini, kak sipul dan kak
roiz. Aku tetap menyayangi mereka, tidak terkecuali. Meski aku tahu tahu siapa aku
sekarang di matanya?

Aku bukan siapa-siapa lagi dalam hidupnya,

Aku hanyalah angin yang menghembus menyapa hidupnya yang tak pernah di berikan
ruang untuk menyapa tubuhnya yang sangat indah. Lantaran aku hanyalah angin topan
bagi mereka.

Tuhan biarkan semua kisah ini menyatu dalam kisah dayri silam ini, jaga mereka dalam
dekapan cinta-MU.

Aku sangat menyayangi mereka, meski aku tak lagi berarti di mata mereka yang sudah
menemukan kehidupan yang baru.

Karena aku tahu Tuhan, sendiri lebih baik dari pada bersama namun melahirkan sejuta
persoalan.

Aku ingin diamku adalah Emas saat ini, aku ingin diamku adalah mutiara saat ini.

54 . Catatan Silam
UCAPAN TERIMAKASIH

1. Terimakasih kepada Kedua orang tua, Mamah dan Bapak tercinta yang sudah
memberikan kepercayaan 100% serta dorongan dan dukungan hebat dalam
menjalani kehidupan ini. Bapakku Bardi, dan Mamah Marwa.
2. Terimakasih kepada kedua kakak saya yaitu kak Popaye(Rosidi), Dan Kak iCha
(St. Khodijah) yang selalu memberikan doa serta dukungan dan masukan.
3. Terimaakasih juga kepada Om Mubin dan bibik Fatimah sekeluarga yang sudah
membantu memberikan semangat.
4. Terimakasih kepada Mbak puput sekeluarga yang sudah menjadi sahabat sampai
saat ini.
5. Terimakasih kepada bibik poni dan paman halimi sekeluarga.
6. Serta terimakasih kuucapkan kepada semua yang ikut andil dalam proses
panjang ini, kepada panitia Inspira Pustaka dalam pemilihan Brand Ambassador
yang sudah memberikan banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan selama
Bootcamp. Serta semua pihak yang tida bisa saya sebutkan satu persatu.

BIOGRAFI

Hasiyah As-Syifa adalah nama


pena dari gadis bernama
Hasiyah.

Ia menyukai dunia sastra sejak


kelas 5SD, ia lahir
dipamekasan pada tanggal 17-juni-2000, ia lahir dari seorang ibu asli jawa bernama
Marwa, dan ayah asli Madura bernama Bardi.

Kecintaannya terhadap dunia sastra telah melahirkan banyak karya dalam buku-buku
yang berjudul “Dunia berpuisi, Lentera Cinta semusim, Kado Cinta, Shymphoni
kehidupan,Cendra sengkala cinta,Jihad Cinta Menggapai asa bersama sang maha

55. Catatan Silam


cinta,My life, Aksara untuk Indonesia,Rindu memaksa. Dan Kontributor dalam
beberapa buku lainnhya. Yang tidak bisa disebut satu persatu”

Ia aktif mengikuti event sastra online dan ofline sejak kelas VII SLTP. Ia alumni SDN.
WARU BARAT V. Mtsnya alumni dari MTS. DARUL ULUM II. Dan saat ini ia
berada dalam naungan SMK. PUTRA BANGSA. Alamat email aktifnya:
aacintasastra17@gmail.com nama fb: Hasiyah As-syifa diambil dari nama penanya.

Nomor ponsel pribadinya: 085231549480 saat ini ia menempuh pendidikan di


Universitas Madura.

Ia telah melahirkan beberapa buku solo di antaranya:

Kepompong love (novelet +puisi). Rembulan di mata dika (novel). Diary Ayah (novel),
jeritan tulang (kumcer)..

Ia memiliki Hobby Membaca, menulis, traveling.

Prestasi : Juara 1 menulis sinopsis dalam rangka hari pers Nasional 2019 , juara 3 Blog
dakwah kreatif Hari santri Nasional 2019. Penulis terbaik tingkat nasional PT. Tzone-
Publisher 2020. Penulis terpilih JSI 2019. Penulis berbakat ZMP 2016 di Jambi, Brand
Ambassador Inspira Pustaka 2020, penulis Novel, Duta Mahasiswa berpretasi Unira
2020. Mahasiswa prestasi aktif Unira 2019. Dll.

56 . Catatan Silam

Anda mungkin juga menyukai