Hasiyah As-Syifa
1. Catatan Silam
Kata pengantar
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam atas segala limpahan rahmat,nikmat
dan hidayah-Nya pada orang-orang yang beriman.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada suri tauladan umat
manusia; Rosulullah SAW, keluarga, sahabat,dan umatnya yang teguh melaksanamakan
sunnahnya hingga Tuhan mewarisi bumi dan seisinya.
Rasa syukur yang teramat dalam kusulam untuk Allah dan rosul-Nya yang telah
memberikan nikmat bagi saya berupa kesehatan akal,dan fisik.
Hingga saya mampu menyelesaikan permainan pena diatas lembaran kanvas putih.
Yang kini telah hadir dihadapan anda semua. Rasa syukur yang tiada batasnya
kulantunkan, atas segala curahan nikmat dan rahmat-Nya.
Sungguh semuanya bagai guyuran hujan deras bagi petani yang telah putus asa karena
mengalami masa kekeringan yang sangat lama.
Sesungguhnya diantara ribuan derita terdapat kebahagiaan, diantara ribuan
kesusahan disitu terdapat kemudahan.
Hal itu dirasakan oleh saya pribadi, sungguh Allah maha agung dan maha pengasih lagi
maha penyayang. Dengan ridho Allah SWT,dan Rosul-Nya. Serta dukungan dari ibu
dan ayah, serta pihak sekolah SMK.PUTRA BANGSA saya mampu menggoreskan
kepiluan dalam lembaran kanvas-kanvas putih.
Rasa terimakasih saya ucapkan lewat lentukan sajak-sajak ini.
Semoga karya saya bisa bermanfaat bagi khalayak ramai khususnya generasi muslim
pada masa yang akan datang.
Semoga membawa barokah bagi saya dan pembaca sekalian.
Amin, amin yaRobbal alamin….
2 . Catatan Silam
Daftar isi
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Catatan Silam
4. Taubatun Nasuha
5. Senyum itu, syukurku
6. Cerita yang tak usai
7. Semua akan indah pada waktunya
8. Riasan Ungu
3. Catatan Silam
CATATAN SILAM
Ketika dunia seakan tak berpihak padaku, seakan aku tengah dirunjung pilu yang
berkesimpung dalam kesendirianku. Ketika kedinginan setia menghembus memenuhi
ruang kosong hidupku.
Aku sendiri tanpa seorang kekasih, tanpa seorang sahabat yang bisa menyemangatiku.
5 tahun sudah aku melawan farktura dengan iringan tangis yang takbisa kubendung.
Ketika aku menangis dengan rasa yang sangat-sangat merajamku aku tersenyum
ditengah piluku.
Tidak lain dia adalah via, seorang sahabat yang menjadi pelupur dalam tangisku.
Selang beberapa tahun kemudian aku berhasil melawan frakturaku, kini muncul
penyakit baru dalam fisik lemahku.
Penyakit itu tidak hilang dari tubuhku, namun penyakit baru menumpangi tubuh
lemahku ini.
Setika aku duduk dibangku SMK, aku sekarang terlahir sebagai siswi di SMK.PUTRA
BANGSA. Tak ada yang bisa mengerti aku kecuali dua permata itu.
Penyakitku yang sering kali kabuh dalam kesendirianku, selalu menyusahkan orang-
orang terdekatku.
Ustaz Jamal, pak Riadi, pak Viki beliau yang selalu kususahkan saat tubuhku meleleh
dalam ketidak berdayaan.
Sebenarnya aku tak ingin menyusahkan mereka namun apa yang bisa aku lakukan?, aku
tidak kuat merangkul tubuhku sendiri.
4 . Catatan Silam
“Dek yang kuat ya, jangan kalah dengan penyakitmu” ucap mbk Aini padaku.
“Iya mbk, itu pasti terimakasih telah hadir dalam kesendirianku” ucapku lurus.
“Aku yakin dek, kamu pasti bisa melawan semuanya” ia mendukungku dengan tulus.
Ditambah lagi motivasi yang terpetik dari bibir seorang lelaki yang berbeda dari lelaki
lain yang tak lain adalah kak sipul.
“Dek, jangan pernah menyerah dengan penyakitmu itu. Orang yang kamu anggap
sempurna itu juga merasakan apa yang kamu rasakan” ucapnya tulus.
“Iya kak, terimakasih kakak telah hadir memberi warna dalam hidupku. Kakak telah
menjadi penyemangatku” ucapku dengan nada parau.
Entahlah apa yang akan terjadi padaku, jika kisah putih abu-abuku jika Tuhan tak
melahirkan kedua cahaya penerang gelapnya hatiku itu.
Aku merayakan semuanya dengan syukurku, meski mata jalang tak pernah melihat itu.
Diantara banyaknya penyakit yang menyemai dalam tubuhku, Tuhan menyimpan seribu
misteri.
Aku bercita-cita ingin menjadi hafidzah sekaligus perangkai alat elektronik. Banyak hal
yang harus aku lakukan untuk melahirkan yang lebih baik dari mereka, meski kekuatan
fisikku hanya seutas kertas yang mudah terlipat dan sobek.
Nama lengkapku Cindy aulia, aku akrab disapa cindy disekolahku dan juga dirumahku.
Aku telah terlahir dari rahim seoarang ibu asli jawa, dan ayah asli Madura.
Beliau yang selalu mendukung kesuksesanku, hingga aku merajut dunia remaja seperti
sekarang ini.
Ia begitu asing bagiku, namun saat kenaasan menimpaku aku mulai meramu tentang
kisah-kisah luka dan siksa dalam sangkar sastraku.
Awalnya aku bukan seorang gadis yang tumbuh seperti sekarang ini, aku tumbuh
menjadi gadis yang tomboy.
Namun kasih sayang Tuhan telah menjadikan aku sebagai wanita yang sesungguhnya.
Meski fisik ini pernah menjadi tomboy.
5. Catatan Silam
Aku berbincang-bincang dengan ibu dan ayahku, saat itu suasana malam dirumahku
sangat bersahabat.
“Bu, maafkan cindy yang hanya bisa menyusahkan ibu dan ayah” ucapku berderu air
mata.
“Begitupun dengan ayah, ayah tidak pernah merasa disusahkan oleh sifatmu nak”
ucapnya meyakinkan.
“Bu, cindy berpenyakitan. Tidak hanya dirumah cindy menyusahkan ibu dan ayah, tapi
disekolah penyakit cindy sering kambuh dan sering menyusahkan orang-orang yang
cindy sayang” ucapku dengan linangan air mata yang semakin tak dapat ku bendungi.
“Nak, ibu dan ayah sangat menyayangimu. Lebih dari semuanya” ucap ibuku.
“Nak, Siapa yang selalu menemani kesendirianmu disekolah?, bukankah kata kamu
“Kak Sipul, dan Mbk Aini yah. Dua orang itu adalah permata hatiku. Aku tidak tahu
yah, apa yang akan terjadi pada setiap langkahku disekolah jika kedua orang itu tidak
ada dalam hari-hariku, aku sangat mencintai kedua orang itu yah” kataku menurun.
“Bersyukurlah, Nak Tuhan masih melahirkan ia dalam hidupmu” pesan ibu padaku.
“Iya Bu, aku harus merayakan semuanya dengan syukurku meski tak dapat ku
ungkapkan lewat tindakan nyata. Aku harus merayakan semuanya dengan syukurku
meski dalam keterdiamanku” ucapku pada kedua orang tuaku.
Pelukan ayah, dan ibu mendarat pada tubuhku . Aku bersyukur aku dapat merasakan
pelukan hangat dari seorang pahlawan hidupku.
Aku takdapat membayangkan bagaimana jika aku tanpa kedua pahlawan hidupku.
“Nak, hatimu begitu lembut hingga kau tak dapat membendungi Kristal beningmu saat
kau berbicara tentang deretan luka dan deretan kisah yang menyentuh hati” ucap ibuku
tetap dalam pelukanku.
6 . Catatan Silam
“Terimakasih Bu, ibu dan ayah telah hadir memberikan semangat dalam hidupku”
Aku selalu dirunjung sejuta pertanyaan dan sejuta siksa dalam kesendirian.
Aku telah berumur 15tahun, 15tahun ini aku merasakan seribu derita dalam hidupku.
Mulai dari hinaan, fitnaan, dan hujatan semuanya kuterima dalam hidup ini. Tidak
hanya aku yang merasakan semuanya ini.
Tapi juga ibu dan ayahku, seorang pahlawan yang tak sepantasnya dihina hanya karena
kehinaanku.
Aku ikhlas semuanya menghinaku, tapi aku tidak pernah ikhlas dan menerima jika
pahlawanku dihina.
Semuanya berawal ketika operasi pertamaku tepatnya pada hari kamis 2011.
Rasa pengap yang begitu aneh kurasa, rumah sakit adalah tempat terasing bagi anak
singkong sepertiku.
Maklumlah anak singkong sepertiku tidak pernah merasakan terlelap dirumah sakit
meski hanya sekali.
Dari dulu ketika ketukan takdir Tuhan menggoreskan namaku untuk sakit, aku dan
keluargaku hanya mengembalikan tentang sakit itu pada yang maha Tahu.
Dialah yang menciptakan penyakit, jadi hanya seruan istiqfar dan doa yang bisa
dilantunkan lewat hati malam.
Hanya sekarang inilah aku masuk kerumah sakit umum, dan harus menjalankan operasi
yang pertama kalinya.
Aku hanya dapat pasrah dengan kuasa Tuhan yang telah tercatat dalam hidupku.
Ketika aku masuk dalam ruang operasi, betapa banyak orang-orang yang menderita
bahkan ada yang lebih parah dariku.
rasa dingin yang diciptakan oleh petikan bibir AC seakan membekukan seluruh fisikku.
7. Catatan Silam
Ketika obat bius mulai menalar dalam tubuhku,ketika pancaran lampu neon
membutakan mataku untuk melihat saat itu hanya uluran Tuhan yang dapat aku
harapkan. Aku hanya pasrah dengan kuasa Tuhan.
Karena saat itu aku telah mati rasa, aku telah mati akal.
Secara logis aku telah meninggal, namun kasih sayang Tuhan sangat-sangat besar
untukku.
Selang beberapa jam kemudian, kurang lebih 8jam operasi telah berjalan dengan lancar.
Saat itu aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi pada fisikku.
Khayalku seakan telah hilang, atmaku seakan tidak lagi ada dalam tubuhku.
Namun khayal butaku salah, aku masih dapat melihat indahnya dunia meski dengan
terbaring lentang dirumah sakit.
Aku masih dapat merasakan manisnya hidup walau mungkin jauh dari manisnya yang
lain.
Ada kisah luka yang tak pernah bisa kuhapus dalam memoriku, saat tanteku memfitnah
keluargaku sebagai seorang pencuri.
Aku tidak terima dengan semuanya ingin rasanya aku mengaung sekeras-kerasnya.
Namun obat bius yang masih melekat dalam tubuhku melarangku untuk melakukan itu.
Rasa sakit sungguh sangat memukul hati kedua orang tuaku, aku tidak terima dengan
semuanya namun apa yang dapat aku lakukan?, aku hanya menangis dalam pilunya
hatiku.
Saat itu aku bak mayat hidup yang terlentang takbermakna. Ina, dialah tanteku yang
selalu menabur seribu luka dalam keluargaku.
Aku tidak tahu apa yang ia inginkan dari keluargaku, entah karena iri atau yang lainnya
aku juga tidak memahami.
8 . Catatan Silam
“Marwah, kamu kan yang mencuri uang yang aku selipkan dibantalnya cindy?”
tuduhannya sadis.
“Ya Allah in, aku tidak pernah mencuri uangmu itu” ucap ibuku pelan.
“Hallah, alasan paling kamu gak punya uang untuk bayar biaya rumah sakit, sok kaya
sih anaknya dioperasi. Huh..ujung-ujungnya mencuri deh” perkataan itu tak mampu
menghentikan tangis ibu.
“Demi Allah, meskipun aku orang miskin tapi maaf aku tidak pernah mengambil uang
haram” ucap ibuku.
“Ya, elah pura-pura gak tahu lagi. Ni istri kamu mencuri uangku” ucapnya seakan
melahap wajah ayah.
“Tidak yah, ibu tidak melakukan hal itu. Ibu tahu kalau mencuri itu dosa”
“Ina, istriku tidak pernah mengambil uangmu. Mungkin kamu lupa meletakkannya”
ucap ayahku.
“Mana ada maling ngaku penuh tuh penjara, sudahlah capek aku ngomong sama orang
seperti kalian membuang-buang waktu saja”
Kemudian tante ina langsung berpaling meninggalkan aku, ayah, dan ibu.
Kata-katanya yang begitu tajam bagai mata pisau, bahkan lebih tajam bagiku.
Aku tidak bisa bertindak lebih waktu itu, aku hanya pura-pura terlelap karena aku tidak
ingin orang tuaku melihatku dalam keadaan terbangun.
Aku pura-pura tidak mendengar perdebatan hebat yang terjadi pada tante ina dan
keluargaku.
Aku merasa iba ketika ayah dan ibu meneteskan butiran bening dari mata polosnya yang
penuh dengan keindahan.
9. Catatan Silam
Ibu, dan ayah seorang pahlawan yang selalu ada dalam keadaanku yang sangat
mengkhawatirkan ini.
Aku tidak ingin membuat beliau menderita dan terpukul oleh biaya operasiku yang tidak
sedikit ini.
Namun apa yang bisa aku lakukan takdir Tuhan telah menjelma dan menggores dalam
kehidupanku.
Namun aku merayakan semuanya dengan syukurku meski terkadang aku sangat tidak
kuat menahan amarahku.
Namun aku selalu berpedoman pada hadist yang artinya” orang kuat itu bukanlah orang
yang kuat bergulat, tapi orang kuat itu adalah orang yang dapat menahan amarahnya
(Hr.bukhory dan muslim)”
Aku selalu menahan amarahku meski telah memuncak karena aku selalu ingat akan
hadist yang telah tertera jelas dalam kanvas putihku.
Rasa sakit pasca operasi sangat memukul sehari-hariku, namun apa yang dapat aku
lakukan?, aku hanya pasrah dengan kuasa Tuhan.
Waktu seakan takpernah berpihak padaku saat itu, menit seakan sangat lama untuk
mengatupkan pada jam.
Apalagi berpindah pada hari, dua puluh empat jam bagiku terasa satu abad.
Saat itu aku bagai manusia yang terlahir kembali, bagaimana aku tidak mengatakan
seperti itu.
Aku tidak bermaksud untuk menjadi raja, namun saat itu keadaanku benar-benar
darurat.
Saat itu tidak ada tetangga yang peduli akan derita yang menimpa keluargaku.
Aku selalu sendiri dalam tangisku, saat ibu dan ayah memenuhi panggilan suci-Nya.
10 . Catatan Silam
Aku sendiri yang merasakan sejuta siksa, aku tidak tega melihat ibu dan ayahku
menderita.
Aku tahu beliau sangat tersiksa dengan keadaan ini meski beliau tidak pernah
menceritakannya padaku.
Namun aku dapat merasakan semuanya, Dari sorot matanya yang tajam aku merasakan
semuanya.
Ketiaka sepertiga malam telah menyemai memanggil orang-orang yang taat untuk
merajut dedoa.
Ibu dan ayah terbangun, meski rasa lelah berdawai dalam tubuhnya.
“Ya Allah, lindungilah kami dari mara bahaya yang selalu menghiasi keluarga ini.
Hamba tahu yaAllah ini adalah salah satu misteri kasih sayang-MU pada keluarga ini.
Ya Allah kami sayang cindy melebihi apapun yang ada didunia ini.
Berilah ia kesembuhan dan ketabahan dalam menjalani kehidupannya yang amat rumit
bagi anak kecil sepertinya. Ya Allah kami ingin melihat tawanya lagi. Kami ingin
melihat senyumnya lagi yang selalu ia lahirkan dari bibir manisnya. Dan juga berilah
ketabahan bagi kami untuk menjalankan ujian dan rintangan ini, robbana atina fiddun
ya hasanah wafil akhiroti hasanah wakina adza bannar amin” separuh rajutan dedoa
telah ibu luapkan disaat yang lain tengah berkelana dalam dunia mimpinya.
Hatiku tersentak kaget malam itu, karena doa ibu yang terlahir tulus sangat tertuju
untukku.
“Ya Allah muliakanlah kedua orang tuaku disisi-MU, balaslah ia dengan syurga
firdaus-MU, hanya syurga yang dapat membalas jasa manisnya untuk hamba. Hamba
sangat menyayanginya jangan biarkan air matanya menjalar memenuhi pipinya yang
kini mulai keriput karena usia.
Hamba siap yaAllah jikja segala derita beliau Engkau pikulkan pada hamba asal
buatlah hari-harinya tersenyum amin,…” doaku dalam hati setelah mendengar doa tulus
kedua orang tuaku.
Ah, rasanya sakit jika mengupas dayri masa silam yang telah ku jejaki dengan sangat
hati-hati.
Dayri silam itu kini telah kelabu dalam tumpukan buku-buku baru yang telah
kupersembahkan untuk duniaku.
Dayri itu telah terlipat, imajinasiku langsung menjalar ketika lembar demi lembar itu
kujejaki kembali.
Dayri itu sekarang tinggal memori yang selalu ada dalam langkah kesendirianku.
Kini aku telah hidup dikisah putih abu-abu, dimana kisah ini sangat memberikan arti
yang harus aku rayakan dengan bersyukur.
Allah telah memberikan aku 1bintang, dan 1purnama dan tak lain dialah kak sipul dan
mbk aini.
########
Ketika gerimis mulai turun berlarik-larik dari langit seperti sekawanan anak panah yang
dihujamkan kemuka bumi.
Suara adzan mulai terdengar memdamaikan hatiku yang tengah dirunjung pilu.
Selang beberapa menit kemudian aku selesai melaksanakan solat, dalam doaku.
“Tuhan lapangkan dadaku untuk senantiasa ikhlas menjalani kehidupan ini, tuntunlah
jiwaku untuk senantiasa mengharap cinta-MU. yaAllah hamba lemah dan takberdaya
tanpa pertolongan-MU. Tapi hamba tidak akan menampakkan kelemahan hamba pada
12 . Catatan Silam
hamba-MU yang lain, karena hamba tidak ingin dikasihi oleh selain-MU. Teguhkan
imanku untuk senantiasa kuat menjalani kehidupan yang saat ini penuh dengan binar-
binar maksiat, dan juga binar-binar luka robbanaatina fiddunya hasanah wafil akhiroti
hasanah wakina adzabannar aminn…”
Fraktura adalah penyakit yang senantiasa berjejak ditubuh lemahku ini, empat tahun
sudah aku merasakan sakit dalam tubuh lemahku ini.
Banyak hal yang mengajariku arti kehidupan dan kedewasaan, saat fraktura
menyandang dalam hidupku banyak hal yang kutemui tidak hanya sakit saja.
Via dialah seorang gadis yang pertama kali mengatakan aku dalah sahabat terbaik yang
pernah ia kenal dalam hidupnya setelah ia pindah kesekolahku.
Namun tidak lama dari itu kejadiaan naas menimpaku saat aku mengikuti perlombaan.
Fraktura ia dialah yang menyapa fisikku.
Aku menjani perawatan dirumah sakit lebih dari dua minggu aku ketinggalan jauh mata
pelajaranku.
#############
3 bulan bukan waktu yang singkat bagi orang yang sakit, namun tiga bulan adalah
waktu yang sangat singkat bagi yang sehat.
Aku masuk sekolah dengan kedua tongkatku, saat itu aku gemetar untuk berjalan.
Namun dengan adanya tekad yang menggebu dijiwaku akhirnya aku masuk sekolah
meski dengan kedua tongkatku.
Sesampainya disekolah.
“Hahaha…haha…”
Suasana kelas terasa berubah maklumlah beberapa bulan ini aku dirawat dirumah sakit.
“kenapa orang lain yang pertama kali menanyakan keadaanku, sedangkan sahabatku
adalah orang yang pertama kali menghinaku” hatiku berontak.
Namun aku hanya pasrah saja karena aku sadar inilah jihadku.
“Woy lihat keren tidak aku memakai tongkat?” ucapnya pada teman-teman sekelas.
“Hahaha…haha..haha”
“Cindy, apakah kamu tidak sakit hati dengan perlakuan via terhadapmu?” Tanya adel
dengan iba.
“Sebenarnya aku kecewa del, namun aku menyimpannya dalam senyumku ini”
“Cindy, sunguh kamu berjiwa besar mungkin jika aku jadi kamu aku sudah
menangis”
“Adel, biar bagaimanapun inilah jihadku. Dengan adanya goresan takdir ini aku akan
tumbuh menjadi gadis yang tegar dan dewasa”
Bekas operasi dikakiku terasa panas sekali, hingga akhirnya aku dibawa kekantor
sekolahku dengan digendong oleh guruku.
Bapak munaim ia beliaulah yang selalu peduli padaku, bahkan beliaulah yang
mengantarkan aku kerumah jika sudah waktunya pulang sekolah.
14 . Catatan Silam
“Huh…sok sakit. Paling Cuma ekting buat dapat perhatian dari guru dan kita-kita”
ucap via.
Tidak hanya disekolah aku mendapatkan sebuah hinaan yang kejam dirumahpun aku
dipanggil dengan panggilan gadis pincang.
Aku tidak mengapa dikatakan demikian asal ibu dan ayahku jangan dibawa-bawa.
Aku kasihan pada kedua orang tuaku, dia shok dengan kejadian naas yang menimpaku.
Ditambah lagi dengan ocehan-ocehan tanteku.
“Huh, sok kaya cindy diopersi kenapa gak diurut saja sama tukang urut” ucapnya setiap
kali lewat didepan rumahku.
Aku hanya bersabar meski terkadang aku tidak kuasa menahan air mataku.
Aku iba dengan kedua orang tuaku, bukan hanya ocehan itu yang keluar dari bibirnya.
Bahkan ibu dan ayahku difitnah mencuri uangnya saat ia berkunjung kerumah sakit
untuk menjengukku dulu.
Hingga ayah dan ibuku bersumpah didepannya namun ia hanya acuh, aku menangis
sejadi-jadinya saat itu.
Bagaimana aku tidak akan menangis sedangkan kedua orang tuaku menangis tepat
didekatku, meski saat itu aku pura-pura tidur.
“Demi Allah…kami tidak pernah mencuri uang kamu” ucap ibu dengan wajah
pasrahnya.
“Halah, alasan paling sudah dihabisin buat biaya cindy” ucapnya kasar.
“Sudahlah aku capek ngomong sama kalian berdua lebih baik aku pulang saja”
sambil berpaling meninggalkan ibu dan ayahku.
Saat tuduhan kejam dari tante ina sangat tertuju pada ibu dan ayahku, yang sama sekali
tidak mengetahui akan hal itu.
Jujur saat itu aku tidak tidur, hanya saja aku pura-pura tidur, aku iba dengan derita yang
menimpa beliau.
Saat kata-kata itu keluar dari mulut tanteku aku tidak peduli lagi dengan sakitku aku
hanya peduli dengan tangisan ayah dan ibu.
“Ayah, kita memang miskin namun tidak seharusnya kita difitnah mengambil
uang seperti ini” ucap ibu pada ayahku.
“Bu, sudahlah pasrahkan saja semuanya pada sang maha kuasa. Yang pentig kita tidak
mengambil uangnya dan kita sabar dan berdoa untuk kesembuhan cindy” ucap ayahku
menenangkan hati ibu.
“Iya ayah isyaAllah Tuhan akan mengangkat derajat kita jika kita sabar dan
iklas menerima ujian yang kita hadapi ini, ibu yakin ini adalah salah satu bentuk kasih
sayang Tuhan untuk kita”
Kira-kira seperti itulah kata-kata orang tuaku yang masih melekat jelas memenuhi
memoriku.
Namun apa yang harus aku perbuat sedangkan inilah goresan takdir-Nya untukku dan
keluargaku.
Reruntutan doa yang begitu indah kupersembahkan untukmu ayah dan ibuku, sang
pahlawan dalam langkah piluku.
Engkaulah yang menjadikan aku gadis tegar dan mengetahui arti kehidupan.
16 . Catatan Silam
Aku sadar dunia adalah neraka bagiku dan semua umat muslim dan akhiratlah syurga
semua umat muslim.
Tidak ada cara lain untukku kecuali mensyukuri goresan takdirku ini.
Aku tahu skenario Tuhan pasti indah lebih indah dari yang kubayangkan sebelumnya.
Aku yakin semuanya akan indah pada waktunya, hanya saja aku harus sabar menunggu
waktu itu tiba.
Butuh kesabaran yang tidak main-main untuk menunggu waktu itu tiba menyapa
hidupku.
Meski terkadang aku menangis dengan derita ini, namun aku hanya bisa memasrhkan
segalanya pada sang maha cinta.
Dengan ini hamba belajar menjadi jiwa yang lebih dewasa dan lebih mengerti arti
kehidupan yang sesungguhnya.
######
Via, sahabat yang sangat-sangat jahat yang pernah hadir dalam pahitnya hidupku.
Namun aku bersyukur Tuhan telah memberikan seribu kesabaran padaku hingga
akhirnya aku berhasil melangkahi kisah putih dongkerku.
Kini aku telah tumbuh menjadi gadis dengan sejuta ketegaran, kini aku telah memasuki
kisah putih abu-abu.
Yang mana kisah ini sangat menguji imanku, bagaimana aku tidak mengatakan hal itu
sedangkan masa ini sangat banyak binar maksiat yang ada didepan netraku.
17-juni…..
Kini umurku ganjil menjadi lima belas tahun, ulang tahunku yang ke-lima belas tahun
ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya yang pernah aku lalui.
Sungguh diusiaku yang kelima belas tahun aku mendapatkan apa yang selama ini aku
impikan.
Seragam baru, sepatu baru, tas baru semuanya kuterima dari ibuku.
Aku tidak tega meminta seragam baru, tas baru, dan sepatu baru pada ibuku.
Karena aku tahu kehiduapan ekonominya serba pas-pasan aku tahu ibu sangat lelah
mencari uang.
Ia harus memeras keringat disadisnya tamparan matahari, begitu juga dengan ayahku.
Aku hanya memakai yang sudah ada, aku bersyukur aku masih dapat merasan manisnya
pendidikan meski tidak menggunakan seragam baru.
Setidaknya aku harus bisa membanggakan ibu dan ayahku dengan prestasiku.
Karena kau sadar kepandaian tidak harus didapat dengan menggunakan seragam baru,
tas baru, dan sepatu baru.
Saat itu aku bertekad untuk melahirkan lentukan indah dibibir kedua orang tuaku.
Setiap tahun aku tetap gagal, hingga akhirnya kesempatan terakhirku ada saat aku kelas
Sembilan.
Aku mulai memalami pelajaranku dirumah, saat yang lain sedang nyenyak dalam buaian
mimpinya.
Hingga kasih Tuhan benar-benar untukku, diakhir tahun juara 1cipta karya, juara 1 baca
puisi, juara II daur ulang sampah.
Sungguh aku bersyukur saat itu, aku merayakan semuanya dengan syukurku.
Aku sangat bahagia saat orang tuaku naik keatas panggung tepat dibelakangku.
Kupandangi wajahnya yang sudah mulai keriput, senyumnya sangat terlahir begitu saja.
Subhanallah…..
Ingin rasanya aku menangis ditengah keramaian mata yang kerap tertuju padaku.
Sungguh Allah maha penyayang, Dialah yang mengabulkan seluruh tekadku yang
menggebu-gebu.
18 . Catatan Silam
Meski banyak seribu duri dalam mencapai kesuksesan itu, namun sangat-sangat
disayangkan jika aku tidak pernah merayakan semuanya dengan syukurku.
Allah sangat baik padaku diantara sederetan sunyi yang menerpa hidupku, Dia telah
melahirkan sejuta kisah kebahagiaan yang tersirat.
###########
Kini aku telah menjadi gadis yang sekarang harus lebih baik dari hari kemarin.
Cerita putih abu-abu yang tak kan pernah usai menyemai dalam sepinya dunia, seorang
bintang hati yang telah membaluti aku dari tampiasan kebebasan.
Iya, mereka kakak kelasku yang sangat baik. Aku duduk dikelas sepuluh sedangkan
mereka duduk dikelas sebelas.
Aku tidak pernah bergaul bersama siswa dan siswi kelas sepuluh.
Karena pergaulan mereka yang kurang mendidik, aku takut terseret oleh arus maksiat
yang bernar-benar melupakan aku pada Tuhan, pada orang tuaku, pada cita-citaku dan
sebaginya.
Namun ketika kedua orang yang bermahkotakan cinta hadir menyapaku, dunia seakan
berpihak padaku.
Aku tidak ingin menghidupi dunia pacaran itu, karena memang agamaku telah
melarangnya.
Aku takut kejadian yang tidak pernah diundang menyemai dalam agamaku ini.
Keimanan yang mulai menipis, godaan syetan yang semakin menebal karena syahwat
yang dikedepankan.
Kini hidupnya telah hancur, tidak ada titik terang untuk meniti langkah yang penuh
keindahan.
Cita-cita yang selama ini tergores jelas dalam tekadnya semuanya telah hancur.
Ia tidak bisa lagi merangkai serpihan hidupnya yang sudah hancur takterlihat bak abu
yang telah terbawa hembusan angin.
Zina ghairu mukhson, iya zina itu telah ia lalui bersama sang kekasih yang belum halal
disisi-Nya.
Gemintang yang ia harapkan telah meninggi, kehormatannya sebagai wanita tidak lagi
ada.
Lelaki yang telah mempermainkan kesuciannya kini tidak pernah bertanggung jawab.
Sungguh pergaulan yang sangat mengancam generasi penerus bangsa dan agama.
Naudzubillahimin dzalik…..
#######
20 . Catatan Silam
Krining…krining…
Aku terkaget, sontak aku langsung terbangun ketika kutatap layar hpku ternyata itu
mita.
“Cin, aku sekarang mau melahirkan orang tuaku masih tetap berada diluar kota. Bantu
aku cindy aku sudah tidak kuat lagi menahan sakit yang amat dahsyat ini” belum sempat
menjawab salamku ia sudah mengatakan perihal kepentinganya padaku.
“Ya Allah, iya-iya mit aku akan bantu kamu aku akan segera kerumahmu”
“Ah, jika saja ini bukan karena saudara muslimku aku tidak akan mampu dan berani
berjalan ditengah malam yang tidak berpenghuni ini” gumamku dalam hati.
Rasa lelah yang melumuri tubuhku seakan tidak terasa, aku terus melaju dengan
kecepatan tinggi tak peduli seberapa dingin malam menusuk syaraf tubuku ini.
“Ah, tidak bisa kubayangkan jika hal itu terjadi!” hatiku terus mendemo dengan semua
keadaan yang terjadi.
Sesampainya dirumah mita, waktu telah menunjukkan jam 12:45. Aku bergegas dengan
sangat kencang,
“Ya Allah selamatkanlah saudara hamba dan bayinya yang tidak berdosa itu” doaku
mendalam.
Ketika kubuka pintu kamar mita, mataku terbelalak aku takpercaya dengan apa yang
kulihat.
Darah segar yang sangat lancar mengalir memenuhi kamar yang lebar.
Innalillahiwainna ilayhirojiun…..
Namun aku tidak bisa berpikir panjang saat itu, air mataku yang sudah terbengkulai
membasahi pipiku.
Aku telah lunglai, aku tidak kuat lagi melihat mita bergelimangan dengan darah.
“Halo, assalkamualaykum warohmatullahi wabarokatuh. Kak sipul tolong aku kak, aku
butuh kakak saat ini cepat kak” ucapku tergesa-gesa.
“Sudahlah kak, cepat datang kerumah mita sekarang juga aku mohon kak”
“Nut, nut…” belum sempat kumemanggail salam aku telah menutup ponselku.
“Assalamualykumwaroh matullahi wabarokatuh, mbak aini aku mohon mbk bantu aku,
aku sudah lunglai dengan semua ini” ucapku ter isak-isak.
“Mbk ai, tolong kerumah mita sekarang juga aku mohon mbk”
Lima menit berlalu namun kak sipul, dan mbk aini belum datang juga.
“Ah, ya Allah selamatkan saudara hamba dan bayinya ini yaAllah” teriak batinku penuh
iba.
Sepuluh menit sudah aku menunggu mereka, akhirnya mereka datang juga.
22 . Catatan Silam
“Iya kak, tolong selamatkan dia” ucapku dengan deraian air mata yang semakin
terkuras.
Tanpa banyak berpikir panjang kak sipul langsung menggedong mita yang sudah
berlumuran darah.
Mbk aini membangunkan aku yang sudah lunglai tak berdaya melihat keadaan mita
yang seperti hewan disembelih.
“Ayo dek, kita kerumah sakit” ajak mbak aini sambil menarik tanganku.
“Sudahlah jangan kuras air matamu, doakan aja untuk keselamtan mita” ucapnya polos.
Aku langsung bergegas mengikuti langkah kak sipul dan yang telah menggendong mita.
Suasana malam itu terasa tak bersahabat bagiku, malam itu terasa menikamku.
Aku tidak percaya dengan kenyataan yang telah menyemai hidup ini, namun aku tidak
boleh mengingkari ujian Tuhan yang telah nyata hadir dalam kehidupan ini.
Langkahku seakan berat, beberapa langkah telah kulalui bersama kedua kakakku.
Aku berusaha berlari dengan sekuat tenagaku namun kakiku terasa digantungi oleh besi.
TAUBATUN NASUHA
“Dokter…..,dokter, tolong saudara kami!” ucapku panik meski malam itu suasana
rumah sakit telah hening dan pengap.
“Iya silahkan taruh saudara anda disini” suster menyodorkan kursi roda.
“Oh, maaf mbak!. Mbak tunggu diluar ya?” ucapnya padaku saat aku hendak masuk
mengikuti mita.
“Iya, suster baiklah. Tolong lakukan yang terbaik untuk saudara saya” ucapku.
Subhanallah, sudah saatnya aku melaksanakan solat tahajud dan menyulam dedoa dihati
malam ini untuk saudaraku.
“Kak sipul, mbak aini aku pamit dulu ya?” pamitku pada mereka.
“Kak sipul, tunggu disini dulu ya?, setelah aku dan mbk aini selesai sholat, lalu kalian
boleh pergi kemusholla untuk sholat dan kita yang akan menunggu mita.”
“Iya dek, hati-hati ya?, tubuh kamu masih lunglai karena kejadian yang tadi.” Pesan
kak sipul padaku.
Beberapa menit kemudian aku dan mbk aini telah merajut untaian dedoa dihati malam.
24 . Catatan Silam
Setelah itu aku langsung kembali keruang UGD untuk memastikan keadaan mita.
Beberapa langkah telah aku lewati, hingga aku sampai pada ruang UGD.
“Oea kak silahkan kalau kakak mau solat tahajud, biar saya dan mbk aini yang
menunggu mita” ucapku.
“Maaf apakah anda keluarga dari pasien ini?” Tanya lelaki berpakaian putih.
aku berlengak-lengok.
“Ya Allah, apa yang akan hamba katakana pada dokter ini. Sedangkan mita tidak punya
kekasih yang halal disisi-Nya. Ya Allah berilah hamba petunjuk untuk menjawab
pertanyaannya, tidak mungkin hamba mengatakan yang sesungguhnya pada dokter ini”
hatiku berdenyut.
“Ah, maaf dokter!. Suaminya telah bertapak kaki terlebih dahulu” ucapku gugup.
“Oh, seperti itu. Mbak kami mohon maaf yang sebesar-besarnya” ucapnya terbata-bata.
“Ada apa dengan saudara saya mita dokter?, “ tanyaku sambil menggoncangkan tubuh
dokter.
Tapi dalam hatiku aku bersyukur mita masih diberikan kesempatan menghirup segarnya
udara.
“Mari mbk ai kita masuk kekamar mita, kita lihat keadaannya.” Ajakku pada mabk aini.
Kupandangi mita, iya masih terbaring lentang dengan infus yang menjalar memenuhi
urat tubuhnya.
Aku meng iba melihatnya, aku teringat pada masa kelam yang menerpa hidupku. Saat
aku terlentang takberarti saat itu.
“Ya Robbana…, labuhkan sebuah hidayah-Mu pada saudarku. Ya Izzati jangan biarkan
hatinya berpaling dari kasih-MU. Berilah kesabaran baginya dalam meniti hidupnya
yang telah memetang , amin…” doaku dalam hati untuknya.
“Dek, apakah benar suami mita sudah mendahului kita?, selama ini aku tidak pernah
mendengar bahwa mita menikah” Tanya mbak aini penuh heran.
“Anuh, mbak. Anuh “ aku enggan merajut kata serasa lidahku ada gumpalan batu.
“Kamu kenapa dek kok tampak bagai orang bingung gitu?” Tanya mbak aini lagi.
Tiba-tiba…
Tok..,tok, tok…
26 . Catatan Silam
“Bagaimana dengan keadaan mita?” Tanya kak sipul dengan nada khawatir.
“Alhamdulilah ia selamat, namun sayang bayinya tidak tertolong” jawab mbk aini meng
iba.
“Syukurlah kalau begitu, kita harus merayakan semuanya dengan rasa syukur yang
sangat dalam untuk Tuhan. Eh, tunggu dulu tadi aini bilang bahwa bayinya tidak
tertolong. Memangnya mita hamil?, sejak kapan dia menikah?” kali ini kak sipul yang
bertanya dengan penuh heran.
“Astaqfirullahal adzim’’ ucapku dalam hati. Ya Allah apa yang akan aku jawab pada
mereka.
“Hey, ditanya kok malah bengong. Aku yakin kamu menyembunyikan sesuatu dari
kami iya kan dek?” tebak mbk aini.
“Tidak baik menyembunyikan masalah sendiri, lebih baik kita cari jalan masalah itu
bersama” sambung kak sipul.
“Iya, kalian benar sekali itu lebih baik” sambung mbak aini.
Saat itu aku mati akal, tidak ada cara lain bagiku kecuali aku harus berkata jujur pada
mereka.
“Iya kak, aku mohon rahasiakan ini semua pada siapapun” ucapku memohon
“Iya dek, kami akan mengunci mulut akan masalah ini” jawab kak sipul.
“Dek, bagaimana bisa mita melakukan hal itu bukankah selama ini mita selalu diam”
Tanya mbak aini.
“Entahlah mbak, mungkin karena faktor orang tuanya yang sering sibuk dengan
pekerjaannya dan tidak pernah menebar senyum dan kasih sayangnya untuk mita”
“Iya begitulah mbk, kita doakan yan terbaik untuk mita kedepannya”
“Eh, lihat tangan mita mulai bergerak” kata kak sipul dengan nada senang.
“Sudahlah jangan hiraukan itu, yang penting kamu istirahat” aku langsung memotong
pembicaraannya.
Aku tidak tahu apa yang meracuni perasaannya, hingga air matanya tumpah.
“Hem, hem”
Aku terdiam dengan jeda panjang, aku tidak bisa menjelaskan padanya.
Mau tidak mau aku harus bilang sama mita, resiko harus aku ambil saat aku
menjawabnya.
“Tidak mita, aku serius takdir Tuhan telah menggoreskan anakmu untuk bertapak kaki
terlebih dahulu. Kamu yang sabar ya?, ikhlaskan semuanya kembalilah pada jalan yang
Allah ridhoi” pesanku padanya.
“Aku jahat, aku tidak berguna” sambil memutuskan infus dari tangannya.
“Hentikan mit, hentikan perlagakan gila ini” ucapku sambil memeluk tubuhnya.
28 . Catatan Silam
“Iya, kamu harus kuat dengan semua ini, mit kamu pasti bisa melewati semuanya” ucap
kak sipul meyakinkan.
“Iya mit, kami akan selalu ada untuk membentu kamu” jawab kak sipul.
“Tidak!, kalian tidak pantas menganggapku sebagai seorang sahabat. Aku wanita yang
kotor dan najis yang tidak seharusnya kalian jadikan sahabat, lebih baik kalian bunuh
aku. Tidak ada gunanya aku hidup, dosa terbesar telah aku lakukan, aku tidak lagi
berharga !
aku hanya anjing yang menjijikkan” kata mita merendahkan, dan menyesali
perbuatannya.
“Mita, tidak baik kamu mengatakan seperti itu. Diantara kerumitan, Tuhan memberikan
kelonggaran. Diantara kesesatan Tuhan memberikan jalan, diantara derita Tuhan
memberikan sepucuk kebahagiaan.” Kataku padanya berharap ia dapat membuka mata
hati.
“Apa, masihkah kamu menyebut asma Tuhan yang suci dihadapanku yang najis ini?,
adakah pintu maaf yang terbuka untukku?, akankah Tuhan bisa memaaafkan hambanya
yang serakah ini?’’ katanya penuh sesal.
“Cukup mit, berhenti berkata seperti itu. Aku muak mendengar kata-katamu, dengar ya
mit pintu maaf Tuhan selalu terbuka untuk hambanya” kali ini kak sipul yang
menjawab.
“Mit, ada satu cara yang bisa memaafkanmu, tapi tidak bisa menghapus dosa yang telah
tercatat diputihnya catatan sang malaikat” ucapku.
“Taubatun nasuha itu, adalah taubat yang sungguh-sungguh yang dilakukan oleh
seorang hamba dan berjanji tidak akan pernah mengulangi lagi seumur hidupnya.
Apakah kamu bersedia untuk melakukan itu mit?” tanyaku.
“Oh iya, orang tuamu kemana kenapa dia belum hadir disini?” Tanya mbak aini.
“Orang tua aku sibuk dengan bisnisnya diluar kota ai, aku hidup sebatang kara disini
tanpa kasih sayang kedua orang tuaku, mereka hanya peduli dengan masalah dunia tapi
takpernah peduli padaku. Sampai masalah besar yang dapat menurunkan harga diri
keluargaku mereka tidak tahu.
Terpaksa aku tidak memberitahu mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi padaku,
anggap saja semuanya damai” kata mita menjelaskan panjang lebar.
‘’Iya sudahlah mit, kamu yang tegar saja melewati hidup yang penuh lika-liku ini, yang
penting sekarang kamu masih diberikan kesempatan untuk tetap menatap indahnya
dunia. Lakukanlah taubat seperti yang dikatakan dek cindy tadi” kata mbk aini.
“Iya aini, terimakasih. Sipul, aini dan cindy terimakasih ya kalian telah membantuku?”
“Iya sama-sama mit, kamu yang sabar menjalani kehidupanmu ya?” jawab mbak aini.
“Dan juga mulai saaat ini jadilah wanita yang sesungguhnya yang bisa menjadi tiang
untuk agamamu” pesan kak sipul pada mita.
“Mit, sudahlah tenangkan pikiranmu dan perbanyak dzikir pada-Nya. Minta ampunlah
pada-Nya sesungguhnya Ia(Tuhan) maha pengasih lagi maha penyayang” kataku sambil
mengelus bahunya.
“Iya cindy, terimakasih banyak. Meski kita bukan satu kelas tapi kamu selalu
memperdulikan aku” rasa terimakasihnya untukku.
“Iya mit, yang penting kamu harus tetap positif terhadap apa yang akan kamu
langkahkan kedepannya. Pakailah seragam putih abu-abumu lagi saat kamu sudah
sembuh, mulailah dengan melangkah pada yang lebih baik. Anggap saja semuanya
bagai air yang tenang yang tidak pernah tersentuh” kataku untuknya.
30 . Catatan Silam
“Iya sama-sama, setelah kamu selesai nifas segeralah lakukan taubatun nasuha minta
ampunlah pada sang ilahiRobby. Sesungguhnya Ia(Tuhan) maha pengasih lagi maha
penyayang” pesanku lagi.
Aku ingin memulainya dengan hal yang penuh cerita baru, aku bersyukur saudaraku
mita telah selamat dari fitnah.
Aku harus merayakan semuanya dengan rasa syukur yang teramat dalam, kasih Tuhan
telah menjelma dalam pahitnya hidup yang takmenentu.
Karena aku sadar yang membuat hidup bahagia itu adalah rasa syukur.
Aku memulai pagi ini dengan tampiasan dedoa dan rasa syukur, karena aku masih bisa
merasakan manisnya kebersamaan bersama mita, kak sipul, dan mbk aini.
Rasa bahagia yang tidak pernah bisa kuluapkan lewat untaian kata-kataku.
Hari ini hari senin tepatnya hari pelaksanaan upacara bendera, aku berangkat lebih awal
dari hari biasanya.
“Alhamdulilah keadaanku sehat mit, oh iya apakah orang tuamu sudah tahu perihal
pahit
“Tidak cin, aku menyimpan semuanya dari mereka aku muak. Aku tidak mau mereka
tahu aku tidak mau membuat mereka kecewa padaku, cindy aku mohon tolong
rahasiakan semua ini pada siapa saja” ia memohon padaku.
“Halo selamat pagi?” ucap kak sipul ditengah keasyikanku berbicara bersama mita.
“Sejak kapan kamu berdiri disini?’’ kali ini mita yang bertanya.
“Oh iya kak, mana mbk aini tumben dia belum kelihatan?’’ tanyaku .
“Oh, gitu yuk kita masuk kedalam kelas?’’ ajakku pada kak sipul dan mita.
Hari ini aku memulainya dengan senyuman penuh syukur, aku dapat mengambil
pelajaran dari masalah yang baru saja kulangkahi.
Masalah mita telah usai, aku tidak akan melupakan lembaran demi lembaran yang telah
kulewati.
Terasa sangat disayangkan jika aku tidak merayakan semuanya dengan syukurku.
Pagi ini terasa bersahabat, suasana pagi yang sangat indah penuh dengan senyuman sang
mentari.
32 . Catatan Silam
Hembusan sang bayu yang terasa menyapaku dengan lembut.
Aku bersyukur kasih sayang Tuhan selalu terbuka untukku dan orang-orang yang
kusayang.
Ketika waktu menunjuk tepat jam 06:45 menit, upacara bendera dimulai.
Kupandangi siswa dan siswi sangat antusias untuk ikut serta dalam menjunjung tinggi
pustaka yang selama ini diperjuangkan hingga melahirkan seribu pertumpahan darah.
Dikarenakan fisikku yang tidak bisa berlama-lama berdiri, dan juga kepala sekolahku
melarang aku untuk megikuti upacara bendera.
Hanya segerombolan nyamuk dan lalat yang menyapa kesendirianku, ketika aku sendiri
rasa dingin sangat memenuhi ruang kosong hatiku.
Entah apa yang menyebabkan hal itu terjadi aku tidak mengerti dengan semuanya.
Banyak kisah aneh yang menyemai dalam kesendirianku, yang kini tak pernah terjawab
olehku.
Meski seribu kali aku berkontemplasi dalam kesendirian yang penuh dengan jeda
panjang.
Hidup ini terasa unik bagiku, rasa yang seakan hadir lalu pergi begitu saja.
Namun aku hanya bisa berpikir optimis, dan selalu percaya akan rahasia Tuhan yang
tersimpan dibalik kerasnya kesendirianku.
“Cindy, upacaranya sudah selesai kenapa kamu masih termangu disini?” sapa usatadz
jamal membuyarkan lamunanku.
“Iya sama-sama, sana masuk dulu” perintahnya padaku dengan nada lembut.
Ustadz jamal, lelaki itu sangat baik. Seorang lelaki yang selalu merindu wanita penjaga
senja.
Lelaki itu sangat ramah bersama senyumnya yang setiap hari mengambang untuk siswa
dan siswinya.
Tidak lain adalah aku, lelaki itu selalu memeluk mushaf Alquran dalam
keterdiamannya.
Banyak kisah yang penuh haru, tangis, tawa, derita, bahagia, semuanya kurasa saat aku
memasuki kisah putih abu-abu.
Pak riady, seoarang guru TIK yang selalu memperhatikanku saat aku sakit.
Seorang guru yang selalu peduli saat penyakitku kabuh, ia yang menjagaku, sifatnya
yang selalu terbuka untukku dan juga untuk siswa dan siswinya yang lain.
Lika-liku yang penuh dengan sejuta tantangan menyemai dikisah putih abu-abu.
Aku bersyukur kasih sayang Tuhan terpetik untukku, saat aku dirunjung pilu, saat aku
tengah bingung dengan masalah hidup yang teramat sadis.
Tuhan memberikan aku sejuta kebahagiaan yang teramat indah. Bukan hanya ustadz
jamal, dan pak riady.
Pak Vicky dia selaku guru BK , aku sering mencurahkan sedikit luka yang ada dalam
hatiku yang terdalam. Ia juga peduli padaku saat penyakitku kabuh.
Disamping itu ada pak bahul yang sering sharring tentang sempitnya hidup yang tak lagi
seindah masa kecil dulu.
Ia selalu mensuppotku, untuk terus berkarya dan maju pada apa yang kerap menjadi
cita-cita yang membintang dalam jiwaku.
Aku suka bersamanya, sifatnya yang selalu terbuka dan juga bahasanya yang selalu
bermajas, kadang selalu sejalan dengan pemikiranku.
34 . Catatan Silam
Ada juga waka kesiswaan yang selalu memberikan peluang untukku mengikuti event-
event dalam dunia pendidikan yang menyemai dalam usia mudaku yang hanya sekali
ini.
Tidak lain dia adalah pak junaidi yang akrab disapa pak jeje.
Ia yang lucu, dan selalu tersenyum dengan senyumannya yang begitu khas.
Ada lagi seorang guru muda yang selalu berpegang teguh pada prinsipnya, ia tetap
menggenggam sifatnya yang selalu serius dan serius.
Ia yang jarang tersenyum saat mengejar, namun sesungguhnya ia baik, tidak lain ia
adalah pak hasin.
Dan ada juga guru cewek yang juga berperan dalam kehidupanku.
Dan juga ada guruku yang khas dengan marahnya saat muridnya menyelewengkan
perintahnya, ia suka bercanda dan baik namun ia tidak suka diselewengkan, ia juga
akrab denganku ia adalah guru TIK disekolahku.
Dan juga ada yang sering membuat rang-orang tersenyum saat bersamanya karena
suaranya yang khas tidak lain adalah pak Aziz yang menjadi waka kurikulum sekaligus
guru bahasa indonesiaku.
Suaranya yang khas bagai orang yang sedang marah-marah ternyata tidak.
Ia bagai orang yang galak, namun aku salah kaprah dia orang yang baik dan suka
bercanda.
Disamping itu juga ada Bu iim guru kewirausahaan sekaligus guru PPKN dikelasku, ia
adalah guru favoritku yang selalu tersenyum ramah pada siapa yang ia temui.
Apa lagi padaku, ia selalu tersenyum dengan senyumnya yang begitu menyimpan sejuta
cerita.
Aku banyak belajar sejuta hal padanya, ia yang juga asyik di ajak ngobrol dan sharring
membuatku banyak mendapat pengetahuan darinya.
Tentang dunia luar, dunia pendidikan, dunia perkampusan, dan dunia kerja.
Ia selalu mengajarku tentang ketegaran dan keteguhan kala aku terhina dan
tersingkirkan oleh kebencian temanku.
Dan juga ada yang selalu setia memeluk udara pagi yang sepi, ia juga tidak pernah alfa
untuk mencatat hal yang seharusnya ia catat. Tidak lain ia adalah Bu Diana.
Ada juga yang saat ini kurindu dalam setiap mata pelajaran yang dulu ia kecap, ia telah
meninggalkan segenggam kenangan dalam memoriku.
Guru Fisikaku yang kini telah melanjutkan S2 nya, ia memilih untuk berhenti
meraupkan ilmuanya padaku dan teman-teman yang lain.
Tanpa bisa bertemu dengannya dan tidak bisa menebarkan senyum lebarku untuknya.
Dan juga ada yang selalu terdiam dan tersenyum dengan kesabarannya yang sangat-
sangat harus kutiru.
Ia yang kalem dan selalu tersenyum, sifatnya yang sopan dan selalu merunduk.
Tidak lain adalah pak Yusuf, ia begitu telaten dalam memperkenalkan aku pada bahasa
algoritma yang sebelumnya tidak pernah kukenal.
Lembaran baru telah kubuka, lembaran-lembaran silam yang menusukku kini perlahan-
lahan terwarnai oleh hadirnya orang-orang yang selalu menyayangiku.
Sungguh janji Allah sangat nyata kurasakan, hadist-hadist yang telah kubaca sangat-
sangat nyata kebenarannya.
Janji yang terpatri dalam mushaf Alqur’an sangat mendamaikan hatiku yang tengah
dirunjung pilu.
36 . Catatan Silam
Sungguh Allah sangat menyayangiku, dari tumpukan derita dan luka yang menimpali
langkahku kini Tuhan memberikan kebahagiaan yang tersirat dan sungguh nyata dalam
kesendirianku.
Dalam lembaran baru yang kubuka ini akanku coretkan noktah hati yang selalu penuh
dengan rasa syukur dan syukur.
Senyum itu, iya senyum yang membingkai di bibirku adalah dzikir syukurku pada
Tuhan.
Aku tidak boleh mengingkari nikmat Tuhan yang tidak kuasa kuhitung satu persatu.
Aku juga bisa mengambil hikmah dari ujian yang baru saja menyemai pada saudaraku
yaitu mita.
Aku harus bisa menyaring pergaulan yang kini sudah penuh oleh tarian maksiat.
Sungguh aku harus merayakan kasih sayang Tuhan ini dengan dzikir-dzikir senyum dan
rasa syukur yang harus aku luapkan dalam setiap detakan jam yang berdetak.
“Hey, cindy kenapa kamu terdiam disini?” sapa ayu membuyarkan setiap aksara yang
telah kujelajahi selama ini.
“Yah, ditanya malah nanya balik. Hemz ngelamun aja ya dari tadi?” ledek ayu padaku.
“Lagi mikirin siapa sieh?, lagi mikirin kak sipul ya?” ledeknya lagi.
“Ye, enak aja istiqfar yu. Kita masih terlalu muda terlalu garang jika kita menghidupi
dunia itu, lebih baik kita fokus pada pelajaran kita” ucapku tersipu malu.
“Iya sudah ayo kita masuk entar pelajarannya keburu dimulai loeh” ajaknya padaku.
Yaitu lantai tiga, apalagi aku berada dikelas eksekutif (kelas unggulan) yang terdapat
dilantai atas.
Dari ketinggian sekolah ini aku dapat mengambil kesimpulan dan pelajaran, bahwa
hidup yang sukses harus butuh proses untuk sampai pada kesuksesan itu.
Sama dengan orang yang mendaki gunung, jika ia ingin sampai pada puncak ia harus
bersabar dan kuat menghadapi aral yang membentang ditengah-tengah kita.
Sama dengan tangga kesuksean yang harus dipanjat, butuh kesabaran, kesemangatan
dan tekad yang kuat untuk sampai pada tempat itu.
Banyak rintangan yang harus dilewati, banyak rasa haus yang harus dikasih air
kesejukan.
Meski terkadang ada asa yang mengasap saat berjuang namun dirunjung kegagalan.
Banyak orang-orang yang memilih berhenti berjuang hanya karena gagal, padahal
kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda.
Mereka tidak percaya akan kuasa Tuhan, mereka menolak kesempatan emas yang Allah
janjikan.
Terkadang kita terjerat oleh emosi kita untuk sampai pada puncak kesuksesan yang
abadi.
Aku bersyukur Allah meletakkan aku didunia ini lewat perantara ibu dan ayah, aku
bersyukur takdir menyeretku pada sekolah ini.
Disini fasilitas sangat lengkap, dan kasih sayang seorang guru dan kakak kelas yang
tergores untukku.
Meski tidak semua kakak kelas yang suka dengan kehadiranku, ada yang sangat
membenciku.
38 . Catatan Silam
Konon kudengar mereka membenciku karena kedekatanku dengan kak sipul.
Hingga mereka menafsirkan kau dan kak sipul punya hubungan khusus seperti yang
dikatakan anak muda-mudi jaman sekarang yaitu pacaran.
Padahal tidak, aku dan kak sipul layaknya kakak ber adik yang selalu ada disaat saling
membutuhkan.
Kakak kelasku yang sangat akrab dan dekat denganku adalah mbk aini, dan kak sipul.
Mbk aini, tidak hanya dekat denganku tapi juga dengan kedua orang tuaku.
Kak sipul memang ia belum mengenal kedua orang tuaku secara pasti, namun kedua
orang tuaku telah tahu padanya.
Semua kebaikannya yang tertebar untukku telah diketahui oleh kedua orang tuaku, lewat
cerita-cerita yang kusampaikan dikeremangan malam.
Mbk aini sifatnya yang pendiam penuh kelucuan dan kebaiakan yang selalu terpatri
untukku.
Ia selalu menasehatiku saat aku terpuruk dalam jeda panjang yang tidak berpihak
padaku.
Kak sipul, lelaki itu layaknya senja dalam hidupku. Lelaki itu layaknya bianglala dalam
derasnya hujan yang menghujam langkahku, ia selalu mendukungku dan selalu
mendukung kesembuhanku. Sifatnya yang sederhana yang beda dari laki-laki pada
umumnya. Sifatnya yang kalem dan tidak banyak tingkah, membuat aku betah berlama-
lama di sampingnya.
Mereka telah kuanggap sebagai saudaraku sendiri, kedua orang tuaku sangat-sangat
mendukungku bersama mereka.
Kedua orang tuaku sangat menganggap mereka sebagai anaknya sendiri, meski mereka
tidak terlahir dari rahim yang sama denganku.
Kedua orang tuaku yang selalu peduli padaku, pada mbk aini, pada kak sipul.
Ketika aku makan enak sendiri aku selalu kepikiran mereka berdua, apa yang mereka
makan disana?, akankah mereka juga makan atau bahkan sebaliknya.
######
Suara tapakan kaki mulai terdengar dari balik pintu, aku mengenal suara tapakan itu.
Sepertinya ia adalah guru algoritma sekaligus guru web(html) ku yaitu pak yusuf yang
sekarang punya bagian untuk mengajar dikelasku.
“Krining….,krining….,krining…,”
Suara bel berbunyi bertanda pergantian guru sudah tiba, waktu terasa sangat singkat
bagiku.
Ketika aku tengah asyik berkelana bersama pelajaran yang kerap diutarakan pak yusuf.
Ternyata waktu telah selesai.
Pelajaran itu telah kukunyah, dengan penuh nafsu hingga tidakku biarkan pelajan itu
ada yang tertinggal.
“Baiklah saya akhiri dulu pelajaran saya kali ini, assalamualaykum warohmatullahi
wabarokatuh?”
Kupandangi tapakan kakinya semakin menjauh, hingga tidak terlihat lagi bayangannya.
40 . Catatan Silam
##########
Kali ini adalah bagiannya bu titik, aku berharap kali ini ia masuk .
Disamping aku suka dengan pelajarannya kau juga suka dengan caranya mengajar, hari
ini adalah ulangan secara lisan, aku berharap ia masuk dalam keadaan sehat -
wal afiyat.
Banyak yang berdoa agar beliau tidak masuk karena teman-temanku banyak yang males
mengikuti ulangan.
Aku lebih memilih diam dari pada aku harus menasehati mereka agar tidak mendoakan
yang tidak-tidak pada beliau.
Jika aku mengatakan itu, pasti aku dikatan Nyai yang selalu ceramah. Dikatakan sok
alim lah dan sebaginya.
Jika diamku berarti bagi mereka, kenapa kau harus buka mulut?.
Aku tahu dikelasku banyak yang tidak suka denganku, entah karena faktor apa aku juga
tidak mengerti akan noktah yang tercatat dihati mereka.
Karena aku tidak pernah musuh kecuali mahluk Tuhan yang memang harusku musuhi ia
adalah syetan.
Pernah suatu ketika aku disakiti oleh temanku, mungkin memang benar itu salahku.
Suatu ketika temanku bertanya pada pak hasin, sebelum pertanyaan dibuka oleh beliau.
Beliau berpesan” Bertanya tidak harus pada saya, pada siapa yang sekiranya mampu
menjawab. Yang tahu silahkan jawab” pesan beliau.
Lalu ada salah satu temanku bertanya tentang materi yang tidak ia kenal.
Tanpa sengaja aku menjawab pertanyaannya, karena mata pak hasin mengisaratkan
padaku agar aku menjawab.
Sungguh terlalu lalim ia telah membutakan mata hatiku, saat kata-katanya begitu sadis
menamparku ditengah keramaian.
Mata pak hasin hanya mengisaratkan agar aku bersabar dengan perlakuannya.
Beliau berkata pada siswa itu” Kenapa kamu menghentikan jawabannya?, bukankah
saya tadi bilang bahwa yang tahu langsung menjawab. Kenapa kamu menghentikan
jawabannya?” Tanya pak hasin pada siswa itu yang tak lain adalah sofi.
“Saya tidak mau jawaban dari dia pak” ucapnya dengan nada jengkel.
“Tapi dia mampu kok, untuk menjawab” kata pak hasin menambah.
“Mohon maaf pak, saya tidak berhak menjawab pertanyaannya yang tidak tertuju pada
saya.”
Biarlah mereka bertanya pada yang pintar, memang orang bodoh sepertiku tidak
seharusnya ditanyakan.
Namun saat kupandangi kedepan, ternya itu bukan titik melainkan bu elok.
“Anak-anak, kali ini bu titik tidak bisa hadir sebab beliau sakit” tuturnya.
Suara syukur teman-temanku mulai mengusik ketenanganku, suara syukur mereka mulai
mengganjal rasa iba yang terlahir sembari mendengar kabar dari bu elok.
42 . Catatan Silam
“Alhamdulilah bu titik gak masuk, jadi batal deh ulangannya” ucap salah satu siswi
yang duduk dibelakangku dengan nada yang begitu keras.
Aku yang hanya memilih terdiam dalam tusukan luka yang kerap dikatan oleh teman-
temanku.
“Anak-anak sekarang tidak ada pelajaran ya?, kalian isi kekosongan ini dengan hal yang
menurut kalian bermanfaat.” Pesan bu elok sembari berpaling meninggalkan kami.
Suasana kelas yang sangat tidak bersahabat dengan pikiranku membuatku enggan
mengutarakan rasa yang kian menggebu dalam keterdiamanku.
Tidak ada yang namanya teman yang sudi menemani resah hatiku.
Hanya dataran kanvas putih dan setetes tinta hitam yang sudi menemani keluh kesahku.
“Ya Allah berikanlah keselamatan bagi bu titik yang kini dirunjung sejuta siksa disana,
ya Allah berikanlah kedamaian untuknya disana jangan biarkan kesedihan menghiasa
diamnya. Amin ya Allah” doaku dalam sederetan kanvas yang kerap sudi menerima
kekhawatiranku.
Aku rindu canda tawa mbak aini, dan juga canda tawa kak sipul,
“Huh, sampai kapan aku harus mendengar kegaduhan yang terdengar dari belakang
tempat dudukku. Kalau saja Tuhan tidak memberikan sebuah kesabaran untukku
mungkin aku sudah meng obrak-abrik tuntas kelasku yang penuh dengan ocehan-ocehan
yang tidak bersahabat.
Untung saja aku masih tetap berpegang teguh pada hadist yang artinya:” orang kuat itu
bukanlah orang yang kuat bergulat melainkan orang yang dapat menahan amarahnya.”
“Krining…krining”
“Alhamdulilah yaAllah, akhirnya waktu yang kunanti datang juga” syukurku dalam hati.
Aku langsung bergegas menuju kelas XI, untuk menjemput mbak aini dan kak sipul
untuk berbagi cerita yang telah dilangkahi pagi ini.
Selasa 23-september-2015.
Pagi ini aku merasakan sejuta kerinduan untuk bertemu dengan kakak-kakakku yang
sangat aku sayangi.
Pagi ini tepatnya hari libur idul adha, kami berjanji untuk berkunjung kerumahnya kak
roiz.
Serta untuk mensyukuri nikmat berupa hafalan al-qur’an pada laki-laki yang tak lain
adalah kak roiz.
Awalnya aku tidak mengenalnya namun, dengan perantara mbak aini dan kak sipul
waktu berkunjung kerumahnya aku dapat mengenalnya.
Rasa syukur yang mereka syukuri adalah dengan cara menggelar buka puasa bersama.
Cerita kebersamaan dan kebahagiaan ini tidak akan pernah usai menyemai dalam
kesadisan hidup yang menampar hidupku.
Bercanda bersama, bertukar pengalaman. Pelangi itu hadir dalam derasnya hujan yang
mengguyur perasaanku selama ini.
44 . Catatan Silam
Menangkap ikan lele bersama, untuk dibakar barsama untuk acara syukuran yang
dikemas dengan buka puasa bersama.
Sungguh Allah maha pengasih dalam keterdiamanku, Allah selalu bersama dalam
kebersamaan yang menerpa hidupku.
Mbk aini, kak sipul, kak roiz merekalah sumber inspirasiku saat pikiranku memuncah.
Meski aku baru saja mengenal kak roiz, namun sifatnya yang dingin membuatku mudah
ber adaptasi dengan kehidupannya.
Tuhan terimakasih yaAllah Engkau telah memberikan sekotak kenangan yang teramat
indah untukku.
#########
23-september-2015
Rasa bahagia yang begitu tertuju padaku, hari ini cerita tidak pernah usai dalam
keterdiamanku.
Pagi ini aku bersama mbk aini, kak sipul, kak roiz kerumahnya kak sipul.
Seorang lelaki yang teramat aku sayangi, ia telah aku anggap sebagai kekasih dalam
keterdiamanku.
Sampai kututup bola mata ini selamanya, cerita indah ini tidak akan pernah usai
untukku dan juga kakak-kakaku.
Mereka selalu mendamaikan hatiku saat keresahan menyelimuti hatiku yang teramat
sakit.
Aku selalu bersama-Nya dalam detakan hati yang terpukul dalam piluku.
Cerita tentang kebersamaan yang akan selalu membingkai dalam kotak kecil hidupku.
Kenangan indah ini akan selamanya membingkai dalam petikan kehidupanku yang
kelam.
Cerita keindahan ini tidak akan pernah usai ku ingat dalam lembaran hidupku.
Rasa kecewa yang begitu merajam jantungku, rasa sakit yang terjangkit dalam pulung
hati terasa menyakitkan.
Aku terdiam dalam seribu siksa yang teruntukku yang sangat tak bertuan.
Aku selalu terdiam dalam rasa susah yang menggelayut dalam rasaku.
Aku belajar bersabar, aku belajar mengambil hikmah dari derita yang ada.
Tasya, wanita itu selalu bersamaku dimanapun aku berada meniti rasa yang kutujukan
untuk mencintai seseorang karena karena Robku.
Aku tahu semuanya akan indah pada waktunya, walau kini aku selalu dirunjung pilu
yang merajamku.
46 . Catatan Silam
Meski terkadang hati meringkih dengan sejuta siksaku.
Aku yang kini terlahir menjadi gadis dengan cerita siksa, aku yang kini terlahir dengan
cerita pagi yang bisu.
#######
Aku bercita-cita ingin menjadi hafidzah untuk mengangkat derajat orang tuaku disisi-
Nya.
Aku yang selalu bertekad untuk menyalin mushaf suci-Nya dalam hatiku.
Walau selalu saja aku terjungkal dengan sejuta penyakit yang ada.
Aku iri pada kakakku yaitu kak roiz, dia seorang lelaki tapi ia bisa menghafalkan
mushaf-Nya.
Aku ingin tumbuh menjadi gadis yang baik diantara yang terbaik.
Walau kini aku tahu semua itu mengharuskan aku untuk berlayar pada muara yang
penuh dengan hantaman gelombang.
Aku selalu terdiam dengan sejuta harapan-dan harapan yang selalu menjelama dalam
kesendirianku.
#####
Aku ingin melampaui semuanya, meski aku telah terlampau jauh dari mereka.
Kehidupan ekonomi keluargaku yang serba pas-pasan, dan pekerjaan ibuku yang hanya
sebatas penjual kue.
Namun aku bersyukur Allah masih memberikan pekerjaan yang halal dan juga nikmat
berupa kesehatan yang selalu untukku dan keluargaku.
Namun aku tidak pernah bisa melihat senyum pasrah seorang kakek, ia telah
mendahului kita.
Cerita luka yang begitu lalim yang menyemai dalam hidupnya sebelum kasih Tuhan
benar-benar memeluknya.
Senyumnya yang kedengarannya sangat manis, dan kata-katanya yang begitu bijak.
Namun aku tidak tahu wajah aslinya yang penuh dengan tebaran kasih dan sayang untuk
anak-anaknya.
Walau kini aku harus bersabar dalam penantian panjang yang harus kulewati untuk
menunngu waktu itu tiba.
Semuanya akan indah pada waktunya, hanya saja aku harus bersabar menunggu watu itu
tiba.
Aku tahu dalam kesendirian ini Tuhan masih menyimpan sejuta cerita untukku.
Antara senyum dan duka, yang saat ini kurasakan banyak seribu Tanya dan Tanya
dalam keterdiamanku.
48 . Catatan Silam
“Ah, tidak mbak aku hanya terdiam untuk merenungkan apa yang seharusnya aku
renungkan” ucapku berusaha menjelaskan pada mbak aini.
“Mbak ai, aku sadar siapa aku. Aku hanya tumpukan jerami yang tidak penah berarti
dalam hidupnya.
Aku hanya debu yang ter ombang-ambing oleh serpihan angin yang tidak pernah damai
bersamaku.
Banyak orang yang menantinya, banyak bunga yang lebih indah yang
mengharapkannya, aku tidak pantas melabuhkan rasa cinta ini padanya.
Aku tidak ingin mengenal kisah cinta di kisah hidupku yang masih haus akan ilmu.
Usiaku 15 tahun terlalu garang bagiku untukku hidupi dunia itu, aku yakin saat ilmu
terpupuk di jiwaku jodoh,rejeki akan menyapaku” ucapku menjelaskan perihal yang
terngiang dalam hatiku.
“Iya sabar saja dek, mungkin kalau memang ia jodohmu ia akan kembali pada pelukan
hidupku. Pasrahkan semuanya pada sang maha cinta” pesannya mendamaikan hatiku.
“Iya mbak, aku hanya menitip ia lewat doaku pada Robku. Aku hanya menitipkan ia
agar ia senantiasa peka akan rasa yang terlentang dalam sanubariku” ucapku.
“Iya dek kamu yang sabar saja, meski ia menghidupi dunia yang taksepantasnya ia
hidupi bersama wanita itu. Biarlah…
Meski aku tahu kakakku tidak menyukainya, namun peran tasya yang berusaha
menyatukan mereka dalam sebuah ikatan.
Aku dan mbak aini mencarinya karena ia meninggalkan kelasnya, (kata mbak aini).
Aku yang sudah susah payah mencarinya, menghubunginya namun tidak aktif.
Nyatanya kekecewaan yang kudapat saat ia turun dari tangga bersama rika.
Hingga akhirnya aku dan mbak aini memilih pergi meninggalkan dia bersamanya.
Aku memilih untuk berangkat kemasjid, untuk merasakan manisnya sebuah dedoa yang
aku semai dalam sebuah masjid.
Aku sudah mulai tidak mengerti dengan perubahan yang terjadi pada kakakku yang
tidak lain adalah kak sipul.
Perubahannya sudah mulai terlihat saat ia mengenal rika seorang gadis yang selama ini
menharapkan hadirnya sosok kak sipul.
###########
Semuanya penuh dengan teka-teki, tasya wanita itu adalah wanita yang selama ini
menjadi musuh dalam selimut.
Aku tak percaya akan semua yang terjadi pada kak sipul.
Perubahannya membuat aku dan mbak aini sangat tertampar kecewa berat yang
mungkin tak dapat di tafsirkan oleh orang lain.
Tasya wanita dengan tubuh tinggi yang membuat ku sangat menggebu-gebu untuk
melawanannya.
Namun kedua orang tuaku tidak pernah mengajarkan aku tentang dendam dan amarah.
Aku yang selalu teringat pada sosok ayah dan ibu di kala amarah memuncak di ubun-
ubuh kepalaku.
50 . Catatan Silam
Kedua bidadari itu yang selalu memberikan aku materi perihal kehidupan.
Tidak mungkin aku mengingkari nikmatnya ilmu yang telah ibu dan ayah ajarkan
padaku.
Ayah, dan ibu aku tahu mereka memang tidak pernah mengecap bangku pendidikan
sepertiku.
Namun mereka sangat ber tatakramah yang baik, mereka bisa membedakan mana yang
baik untuku dan maan yang buruk.
Hanya saja aku harus bersabar menunggu sapaan sang waktu itu tiba.
Kehidupan yang tidak selamanya lurus, ada saatnya dimana aku di runjung pilu.
Ada saatnya aku merasakan sakit yang seakan hanya aku yang merasakan sakit itu.
Namun aku sadar ujian Tuhan padaku tidak akan permanen, semua akan indah pada
waktunya.
Positif tinking adalah hal yang selalu ku semai dalam langkah hidupku untuk
menyongsong kehidupan yang lebih cemerlang
RIASAN UNGU
Perubahan nyata mulai menyapa hidupku, tak ada lagi yang namanya purnama
dalam hidupku, tak ada lagi yang namanya bintang penerang jalan petangku saat satu
tahun berjalan begitu singkatnya.
Mereka hanya tinggal nama dalam hidupku, sebuah perubahan yang tak pernah
mengganjal hatiku sedari dulu kini telah nyata ku rasa.
Mbak aini, ia telah pergi dari hidupku dan lebih memilih bersama kak roiz, sosok laki-
laki penghafal al-qur’an.
Semua serba terbalik, tasya yang semula sangat membenciku kini ia yang peduli
padaku.
Ia yang memberikan aku semangat hidup untuk terus memperjuangkan hidupku yang
penuh dengan riasan ungu.
Aku tak mengerti sampai saat ini apa yang terjadi pada duniaku.
Dunia yang seakan laksana mimpi, dari semua ini aku sadar bahwa yang baik tak
selamanya menjadi sahabat dan tak selamanya yang buruk menjadi musuh.
Hanya tinggal tasya yang masih setia dan sudi menjabarkan sesalnya padaku.
Tak ada yang bisa aku perbuat pada tasya kecuali seutas senyuman dan rasa syukur atas
perubahannya padaku.
Ia mengatakan bahwa sebenarnya orang yang selama ini ia hancurkan hatinya adalah
motivator terbesar dalam hidupnya.
Aku sangat mensyukuri nikmat Tuhan, meski Tuhan mengambil ke tiga kakak kelasku
yang sudah aku anggap sebagai saudaraku.
Tuhan masih menyayangiku dan memberikan hidayah kepada tasya hingga ia menjadi
bianglala dalam hidupku saat ini.
Kisah hidup yang selamanya membuatku tersenyum, kisah hidup yang tak selamanya
membuatku menangis.
52 . Catatan Silam
Membuatku antusias untuk tetap optimis menjalani hidupku yang sudah penuh dengan
sejuta riasan ungu.
Tak ada lagi yang namanya kebersamaan yang selalu melahirkan tawa, di kala mbak
aini hanya sibuk berduaan dengan kak roiz.
Sedangkan kak sipul hanya sibuk dengan kesibukan hidupnya entah apa itu.
Namun hal itu tak membuatku menyerah, aku yakin Tuhan punya rencana indah dalam
hidupku.
Mitha saat ini telah menemukan kekasih pujaan hatinya, ia telah melepaskan seragam
putih abu-abunyaa.
Ia telah memilih mengenakan baju pengantin yang telah menjadi pilihan hidupnya.
Hanya sejuta doa penuh harapan besar pada Tuhan yang ku persembahkan pada mitha
temanku itu.
Aku berharap hidupnya akan cerah, secerah mentari yang selalu menyinari paginya.
Aku berharap dengan semua ini Tuhan akan melahirkan sejuta keajaiban dalam
hidupku.
Kenangan indah yang telah ku lalui penuh tawa kini semuanya telah berakhir dengan
kisah luka.
Mungkin jika hatiku bukan Tuhan yang menciptakan mungkin ia telah hancur.
Ke tiga orang yang pernah menyapa hidupku kini telah absit entah kemana.
Aku memilih keluar dari zona luka itu, dan aku akan membuat zona nyaman baru
bersama orang-orang yang masih menyayangiku seperti tasya yang semula teramat
membenciku kini sekarang sangat menyayangiku.
mereka yang jauh di sana sangat aku rindukan,mungkinkah mereka juga merindukanku?
Tuhan…
Dayri silam yang berisi sembilu luka dan pahit penuh dengan sejuta hamparan
kenangan. Aku akan menyimpan semua kenangan itu dalam kotak kecil.dan kotak kecil
itu akan aku beri nama kotak kenangan.
Akan aku buka lagi nanti jika semua telah bahagia dan menemukan titik temu hidup
mereka masing-masing. Aku tetap menyayangi mereka, mbak aini, kak sipul dan kak
roiz. Aku tetap menyayangi mereka, tidak terkecuali. Meski aku tahu tahu siapa aku
sekarang di matanya?
Aku hanyalah angin yang menghembus menyapa hidupnya yang tak pernah di berikan
ruang untuk menyapa tubuhnya yang sangat indah. Lantaran aku hanyalah angin topan
bagi mereka.
Tuhan biarkan semua kisah ini menyatu dalam kisah dayri silam ini, jaga mereka dalam
dekapan cinta-MU.
Aku sangat menyayangi mereka, meski aku tak lagi berarti di mata mereka yang sudah
menemukan kehidupan yang baru.
Karena aku tahu Tuhan, sendiri lebih baik dari pada bersama namun melahirkan sejuta
persoalan.
Aku ingin diamku adalah Emas saat ini, aku ingin diamku adalah mutiara saat ini.
54 . Catatan Silam
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Terimakasih kepada Kedua orang tua, Mamah dan Bapak tercinta yang sudah
memberikan kepercayaan 100% serta dorongan dan dukungan hebat dalam
menjalani kehidupan ini. Bapakku Bardi, dan Mamah Marwa.
2. Terimakasih kepada kedua kakak saya yaitu kak Popaye(Rosidi), Dan Kak iCha
(St. Khodijah) yang selalu memberikan doa serta dukungan dan masukan.
3. Terimaakasih juga kepada Om Mubin dan bibik Fatimah sekeluarga yang sudah
membantu memberikan semangat.
4. Terimakasih kepada Mbak puput sekeluarga yang sudah menjadi sahabat sampai
saat ini.
5. Terimakasih kepada bibik poni dan paman halimi sekeluarga.
6. Serta terimakasih kuucapkan kepada semua yang ikut andil dalam proses
panjang ini, kepada panitia Inspira Pustaka dalam pemilihan Brand Ambassador
yang sudah memberikan banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan selama
Bootcamp. Serta semua pihak yang tida bisa saya sebutkan satu persatu.
BIOGRAFI
Kecintaannya terhadap dunia sastra telah melahirkan banyak karya dalam buku-buku
yang berjudul “Dunia berpuisi, Lentera Cinta semusim, Kado Cinta, Shymphoni
kehidupan,Cendra sengkala cinta,Jihad Cinta Menggapai asa bersama sang maha
Ia aktif mengikuti event sastra online dan ofline sejak kelas VII SLTP. Ia alumni SDN.
WARU BARAT V. Mtsnya alumni dari MTS. DARUL ULUM II. Dan saat ini ia
berada dalam naungan SMK. PUTRA BANGSA. Alamat email aktifnya:
aacintasastra17@gmail.com nama fb: Hasiyah As-syifa diambil dari nama penanya.
Kepompong love (novelet +puisi). Rembulan di mata dika (novel). Diary Ayah (novel),
jeritan tulang (kumcer)..
Prestasi : Juara 1 menulis sinopsis dalam rangka hari pers Nasional 2019 , juara 3 Blog
dakwah kreatif Hari santri Nasional 2019. Penulis terbaik tingkat nasional PT. Tzone-
Publisher 2020. Penulis terpilih JSI 2019. Penulis berbakat ZMP 2016 di Jambi, Brand
Ambassador Inspira Pustaka 2020, penulis Novel, Duta Mahasiswa berpretasi Unira
2020. Mahasiswa prestasi aktif Unira 2019. Dll.
56 . Catatan Silam