Anda di halaman 1dari 3

Maaf, aku menyayangimu bu.

Kini, Tujuh belas tahun sudah berlalu begitu saja, tentu saja dengan banyaknya ceramahmu
dan ke keras kepalaanku. Kau yang berteriak memanggilku dan aku yang malah ikut
membentakmu dengan suara tinggiku.

Ibu, malam ini aku menulis sebuah surat untukmu, tepat dihari semua orang merayakan
kesakitan tiada tara untuk melahirkan manusia tidak berhati ini bu, hari dimana semua orang
berbondong-bondong mengucapkan doa kepada ibunya masing-masing.

Bu, banyak hal yang ingin aku katakan padamu. Banyak hal yang ingin kuadu padamu,
banyak hal yang ingin ku curahkan padamu. Tapi apa aku bisa?. Maaf bu, gengsi ku
membakar niatku bu. Tapi ibu juga harus tau, aku sungguh menyayangimu dan bapak
melebihi diriku sendiri, melebihi apapun didunia ini. Secerewet apapun dirimu, sesering
apapun kau membandingkan aku dengan kakak tertua ku.

Oh ya bu, kau ingat saat-saat dimana kita mencari kayu bakar bersama itu? Lalu aku
membuang kayu bakar itu dan kau mengambilnya dan mewakiliku untuk membawanya.
Padahal dikepalamu ada setumpuk kayu yang begitu berat.

Ibu maafkan aku.

Dosaku begitu banyak, melebihi semua unsur didunia ini. Bahkan aku yakin para malaikat
kebingungan karena pekerjaan mereka harus terhenti karena tidak tau apa yang mereka tulis.
Dan para iblis itu bahkan mendengus kesal karena aku tidak memberikan mereka waktu
meski itu sedikit untuk menaruh pulpen ditangannya.

Maafkan anak bodohmu ini bu, maafkan aku. Ampuni aku. Aku merasa sangat malu saat
menceritakan semuanya kepada tuhan. Aku merasa sangat sakit saat kau masih tetap
tersenyum melihatku bu. Aku.. apa yang harus aku katakan kepada tuhan bu?. Bahkan
mungkin tuhan enggan menatapku. Mungkin beliau menyesal menitipkan aku kepada mahluk
kesayangannya ini.

Bu, derap langkah lelah mu benar-benar membunuhku. Aku.. aku tidak pernah tahan melihat
keletihan yang begitu nampak dimatamu, digurat lelah wajahmu. Aku ingin menyampaikan
banyak hal kepadamu, tentang apa yang aku lakukan disekolah, tentang apa yang aku
rasakan, tentang protesan-protesan anehku. Aku ingin berceloteh banyak denganmu bu. Tapi
sekali lagi semuanya tertahan oleh bentang gengsiku bu.
Aku iri dengan mereka yang begitu dekat dengan ibunya, yang bisa menyampaikan kalimat
sayang dengan mudah. Dan dengan mereka yang dapat membuat bangga ibunya. Aku ingin
seperti mereka bu. Aku ingin bersamamu, menghabiskan waktu dikala senja menyapa. Tapi
bu, aku segan kepadamu, aku begitu menghormatimu disaming egoku yang benar-benar
memalukan.

Ibu,kuatku adalah dirimu, bangkitku adalah bapak. Aku menjaga kalian dicelah kecil
ketidaksadaran kalian. Ibu, aku. Maafkan aku yang lebih memilih menyampaikan semuanya
lewat sikap acuhku.

Ibu, dibalik semua ini, aku menyayangimu. Aku tidak tau kata yang lebih baik dari semua
kata yang sudah terlontar dalam lembar doa yang aku panjatkan untukmu. Aku akan meresapi
semuanya bu, maafkan anakmu ini.

Dosaku mengalahkan apapun, jadi aku tidak merasa keberatan untuk menanggung dosamu
dulu bu, apapun dosa itu. Meski aku tau dosamu pasti berkebalikan denganku. Aku
menyayangi tanpa alasan bu. Kau melebihi apapun didunia ini.

Aku selalu berlutut menyerahkan diri memohon kepada tuhan untuk memaafkan segala dosa
yang mungkin tak kau sadari itu bu, meskipun dosa iu nanti muncul dan tidak dapat dihapus,
aku siap menanggung semuanya bu. Aku tidak masalah dicambuk jika itu bisa membuatu
terlepas dari kesakitan. Biarkan aku saja yang pernah menyakitimu, jangan yang lain. Aku
tidak sanggup membayangkannya.

Ibu, tolong terus sehat. Tadi aku sudah menyiapkan kue untukmu. Aku tau, itu adalah
milikmu. Aku masih memakai uang mu bu. Tapi nanti, aku akan membelikan apapun yang
kau inginkan dengan jerit payahku sendiri. Aku akan memberimu apapun meski diriku harus
mematahkan seluruh tulangku utuk itu. Aku ingin bahagiamu ibu. Sudah cukup
penderitaanmu karena ulahku.

Maafkan aku yang masih membuatmu menangis dalam diam ibu. Maafkan aku, ampuni aku.
Aku selalu mengecewakanmu. Aku selalu membuatmu tersenyum dikala tangis
menyesakkan. Tolong terus sehat ibu bapak. Jaga kesehatan dan terus lah berbahagia. Tunggu
aku sukses dan tolong datang diacara puncak kejayaanku. Aku ingin kalian melihatku
tersenyum didepan banyak orang sebagai orang yang baik.
Ah, banyak hal yang ingin kutulis untukmu. Tapi aku tau semuanya tak dapat kurangkai
dengan kata. Aku akan membuktikan semuanya kepadamu. Tolong jangan menangis terlalu
banyak. Simpan air matamu untuk kebahagiaan nantinya bu. Aku mencintaimu.

Biarkan aku untuk tetap menyampaikan cintaku lewat prilaku ku ditengah lelapmu. Jangan
tidur larut malam. Jangan tidur dibawah terlalu sering. Jangan kelelahan. Jangan sampai kau
sakit lagi bu.

Aku mencintaimu. Terlepas dari semua ke egoisanku. Marahku sayangku bu. Love you.
Saranghae. Te amo. Wo ai ni. Aisiteru. Aku cinta kamu bu. Aku akan selalu
mengucapkannya dengan lantang, meski didalam lubuk hatiku dan doaku bu.

Tertulis,

Anak nakalmu, si bungsu tak berhati.

Anda mungkin juga menyukai