Anda di halaman 1dari 2

Anda melihat ibu Anda sekarang berada di depan Anda.

Ternyata tangan itu adalah tangan ibu yang memanggil Anda.

Sekarang Anda lihat sosok ibu yang seringkali dengan sengaja dan tanpa sengaja Anda marahi dan Anda
bentak itu sekarang berada di depan Anda.

Anda lihat wajahnya semakin tua karena memikirkan kesalahan yang kita lakukan setiap hari.

Anda lihat wajahnya yang semakin tua karena memikirkan anaknya yang nakal dan tidak pernah
menurut kepadanya.

Anda lihat kerut wajahnya yang semakin tua karena mungkin beliau sekarang sedang sakit namun tidak
dia ceritakan kepadamu karena takut akan mengganggu sekolahmu.

Anda lihat wajahnya yang semakin tua dan rambutnya semakin memutih karena mungkin dia menderita
penyakit kronis yang dia tidak ceritakan kepadamu karena dia takut mengganggu pelajaranmu di
sekolah.

Kemudian saat ini engkau melihat ibumu tersenyum kepadamu, senyumnya terlihat begitu indah,
kemudian ibumu mengecup keningmu seperti saat engkau sakit pada saat masih kecil dulu.

Kemudian ibumu mengusap kepalamu sebagaimana dia mengusap kepalamu ketika dia menghiburmu
saat engkau sedih waktu engkau masih TK dan SD dulu.

Kemudian rasakan saat ini ibumu sedang memelukmu, memberikan, dan mengalirkan energi cinta dan
kasih sayangnya kepadamu.

Ibu kemudian mengecup keningmu, pipi kanan dan kirimu, sebagaimana yang biasa dilakukan ketika dia
mengantar engkau berangkat sekolah waktu engkau kecil dulu.

Kemudian ibu berbisik di telingamu, berbicara dengan suaranya yang lembut, Hai anakku yang Ibu cintai
maafkan kalau Ibu sudah mengganggu waktu santaimu, nak; Ibu ingin mengatakan sesuatu kepadamu,
nak :

maafkan kesalahan Ibu selama ini ya nak,

maafkan kalau ibu sering kali menyuruhmu untuk rajin ibadah,

Maafkan kalau ibu sering menyuruhmu belajar padahal engkau sedang asyik menonton televisi atau
bermain,

Maafkan kalau ibu sering menyuruhmu untuk berbakti kepada ibu dan ayahmu nak,

Sebetulnya Ibu tidak minta apa-apa nak, Ibu cuma minta doakan Ibu 1 menit saja dalam doamu,
Mungkin tadi sebelum engkau berangkat engkau masih bisa bercanda tawa dengan ibu, engkau Masih
sempat mencium tangan ibu, engkau Masih sempat mengucap salam kepada ibu, namun Ibu tidak
pernah tahu apa yang akan terjadi setelah ini nak; Ibu tidak tahu apakah saat kau pulang nanti, kau
masih bisa melihat dan bertemu dengan ibu lagi atau tidak, mungkin ketika engkau berjalan pulang dari
kegiatanmu hari ini nak, dan engkau sampai di depan rumahmu kau melihat bendera kuning sudah
terpasang di depan rumahmu, mau melihat tetangga sekitar sudah banyak, engkau ingin sekali bertemu
dengan sosok wanita yang selalu menyayangimu, wanita yang selalu mencintaimu, rela berkorban untuk
kebahagiaanmu, namun dimana ibu sekarang?

Ibu yang biasanya engkau sia-siakan, ibu yang rela mengorbankan nyawanya demi bisa melahirkanmu ke
dunia ini, namun engkau seringkali berani membentak-bentaknya dengan kata kasar kata kasar karena
masalah sepele, bahkan sesekali beliau meminta tolong engkau menolak, engkau bener-bener telah
menyia-nyiakan pengorbanan ibumu.

Saat engkau tidak bisa lagi melihat senyumnya, tidak bisa lagi mendengar suaranya, saat tidak bisa lagi
bercanda tawa dengan ibumu, mari jawab dalam hati : "Masihkah engkau ingin menyakiti hati ibumu?
Masihkah engkau ingin membuat ibumu menangis karena tingkah burukmu?"

Mungkin saat ini engkau sedang bahagia, engkau sedang bergembira bersama dengan teman-temanmu,
namun pernahkah engkau berpikir apakah orang tuamu juga sedang bahagia?

Mungkin saat ini engkau sedang bisa makan enak, bisa tidur nyenyak, namun tahukah engkau mungkin
di sana orang tuamu sedang menahan lapar karena belum makan demi mencukupi semua
permintaanmu?

Ya Tuhan, izinkan aku untuk meminta maaf kepada baba mama.

Ya Tuhan maafkan dosa anakmu ini yang belum berbakti kepada orang tua.

Maafkan juga orang tua saya, sayangilah baba mama saya seperti mereka menyayangiku.

Anda mungkin juga menyukai