0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
223 tayangan7 halaman
Naskah ini berisi muhasabah seorang siswa yang mengakui kesalahan dan dosanya kepada Allah, orang tua, dan guru. Siswa mengakui bahwa dia belum bersyukur atas nikmat Allah dan telah banyak berbuat durhaka kepada mereka, seperti menyakiti hati orang tua dan menghancurkan harapan mereka. Dia memohon ampun atas segala kesalahannya.
Naskah ini berisi muhasabah seorang siswa yang mengakui kesalahan dan dosanya kepada Allah, orang tua, dan guru. Siswa mengakui bahwa dia belum bersyukur atas nikmat Allah dan telah banyak berbuat durhaka kepada mereka, seperti menyakiti hati orang tua dan menghancurkan harapan mereka. Dia memohon ampun atas segala kesalahannya.
Naskah ini berisi muhasabah seorang siswa yang mengakui kesalahan dan dosanya kepada Allah, orang tua, dan guru. Siswa mengakui bahwa dia belum bersyukur atas nikmat Allah dan telah banyak berbuat durhaka kepada mereka, seperti menyakiti hati orang tua dan menghancurkan harapan mereka. Dia memohon ampun atas segala kesalahannya.
Tahukah dirimu nak, alangkah banyak hal yang ingin ibu sampaikan, tapi ibu tidak ingin menyampaikannya kepadamu. Biarlah ia terpendam di lubuk hati ibu yang paling dalam. Biarlah ia menjadi sesuatu yang tiada siapa pernah tahu, kecuali Allah Subhanahuwataala. Di antara yang ibu tak ingin engkau tahu adalah segala derita dan kepayahan yang ibu dan ayah rasakan dalam membesarkan dan mendidikmu. Kami tak ingin menyebutnya kepadamu, atau kepada siapa pun. Kalaupun suatu saat kami tak tahan lagi, kami akan mengadu kepada Zat yang telah mempercayakan dirimu kepada kami berdua. Kami minta petunjuk dan kemudahan kepada-Nya untuk kebahagiaanmu. Rasa sayang kami kepadamu terlalu besar melebihi segala kepayahan dalam membesarkan dan mendidikmu. Kasih sayang itulah yang mengobati segala kelelahan, luka hati, dan keputusasaan.
Alangkah berbahagianya kami ketika pertama kali melihatmu. Dirimu adalah karunia terbesar dalam hidup kami. Tak mungkin dirimu dibandingkan dengan kesenangan apa pun dari kesenangan-kesenangan dunia fana ini. tawa dan senyummu mengusir seluruh penat dan keletihan. Binar bola mata kanak-kanakmu yang suci membuat kami terbang ke awan. Seakan kami berada di surga bersama para malaikat dan orang-orang suci yang disayang Allah. Ketika pertama kali engkau memanggil kami dengan panggilan ayah dan bunda, serasa bertambah kekuatan kami beratus kali lipat, sehingga kami yakin bahwa tak akan ada kekuatan apa pun yang bisa mematahkan rasa sayang kami kepadamu, tak akan ada kekuatan dunia ini yang bisa memisahkan kita, tak akan kesulitan apa pun yang bisa mematahkan semangat kami untuk membahagiakanmu.
Apa yang ibu bisa ucapkan hanya doa-doa untuk kebahagiaanmu. Tahukah dirimu apa yang kami inginkan? Yaitu balaslah doa-doa kami dengan doa-doa dalam sujudmu. Doakan kepada Allah agar Ia ampuni ayah dan ibumu ini. Doakan kepada Allah agar dijauhkan kami dari azab neraka. Dalam rentang usia yang panjang ini, alangkah teramat banyak dosa yang telah kami lakukan.
Kami ikhlaskan seluruh yang telah kami berikan, seluruh yang telah kami lakukan kepadamu kalau itu sebuah kebaikan. Dan untuk semua kesalahan yang telah kami lakukan dalam membesarkan dan mendidikmu, maka maafkanlah ayah dan ibu. Kami tahu bahwa alangkah banyak kesalahan kami kepadamu. Kami yang kurang ilmu, ucapan kami yang menyakitkan hati, dan permintaan permintaanmu yang sebagian besar tak mampu kami penuhi. Alangkah banyak kekurangan kami sebagai orang tua. maafkan untuk semua kekurangan itu.
Anakku sayang belahan jiwa,
Surga itulah kebahagiaan yang abadi, kebahagiaan yang sebenarnya. Ibu dan ayah ingin mengajakmu ke sana. Kami ingin kita berkumpul lagi di surga kelak, seperti berkumpulnya kita di dunia ini. itulah tujuan kita. Surga itulah yang akan kita perjuangkan. Ibu ingin tertanam kuat di hatimu keinginan untuk masuk ke surga itu, lalu engkau berjuang dengan perjuangan yang luar biasa besar. Dan jangan lupa Nak, niatkan selalu bahwa kau akan mengajak kami bersamamu di surga kelak. Siapa yang tahu, kalau-kalau ternyata kami adalah ahli neraka. Rasa cinta dari dirimu pada saat itu akan menjadi perisai api neraka. Sungguh kami takut masuk neraka, dan salah satu harapan kami adalah dirimu. Tapi anakku, Alangkah sedih hati ayah dan ibu.. Adakah penghuni surga itu adalah orang-orang yang sering keluar malam, keluyuran tanpa arah dan tujuan. Tidak mungkin wanita-wanita penghuni surga itu adalah wanita- wanita murahan, yang bisa dibawa sembarang lelaki ke sana ke mari, seenaknya. Tidak mungkin wanita penghuni surga adalah wanita yang berpakaian tidak menutup aurat, malah seperti tak berpakaian. Tidak mungkin. Wanita penghuni surga adalah wanita yang hari ini menjaga auratnya; wanita yang hari ini menjaga iman dan harga dirinya; menjaga kesucian dirinya. Wanita calon penghuni surga itu mahal, Nak. Tak ada harga yang pantas. Kalaupun nanti ia menyerahkan dirinya kepada suaminya, itu pun ia lakukan semata karena mencari keridaan Allah subhanahu wataala.
Adakah calon penghuni surga itu melakukan dosa besar bernama zina dengan topeng bernama pacaran. Tidak mungkin. Tidak mungkin surga didapat dalam kemalasan yang terus diperturutkan.
Alangkah pedih hati ayah dan ibu Harapan kami hingga hari ini belum menampak, walau hanya bayangannya. Harapan bahwa dirimu, anakku, akan menjadi anak yang soleh dan soleha. Yang tampak adalah kebalikannya. Kata-kata yang tajam mengiris hati. Pandangan menantang menyurutkan nyali. Adab dan etika yang kering, sekering padang pasir di musim kemarau panjang.
Mana anak-anak mungil manis kami dulu yang kami harapkan akan terus bertambah cintanya kepada ayah ibunya, seiring bertambah usia mereka, dan seiring bertambah tuanya diri kami. Orang tua mendekati masa kanak-kanak. Hati yang perasa, tubuh yang lemah, dan butuh perhatian. Kata cinta itu tak pernah kami dengar, yang ada kata kekesalan dan kemarahan karena tak mampunya kami memenuhi apa yang ia minta. Mana mata yang dahulu bercahaya yang selalu membuat kami rindu. Yang ada sekarang adala mata yang selalu sinis dan selalu menyalahkan. Alangkah buruk diri-diri kami dalam pandanganmu. Alangkah banyak salah dan dosa kami kepada engkau wahai anak, sehingga tidak ada jalan lagi untuk memaafkan kesalahan-kesalahan itu. Mana mulut yang dulu menangis memanggil ayah ibu, walau hanya sejenak perpisahan itu. Yang tinggal mulut yang tiada berhenti memproduksi kata-kata pahit yang meninggalkan jejak di hati. Jejak yang sungguh tidak manis untuk dikenang.
Mana yang dahulu ada, sekarang hilang entah ke mana. Hilang seperti telah hilangnya dirimu dari sisimu dalam banyak waktu-waktu terakhir ini. Dalam waktu-waktu ketika kamilah yang mulai meminta perhatian darimu.
Tapi, jangan khawatir Nak. Cinta kami kepadamu tak pernah hilang atau berkurang. Cinta kami tidak punya logika, sehingga ia bisa dipahami. Kami telah maafkan semua yang salah darimu. Kami tetap penuhi solat kami dengan doa-doa kebahagiaan untukmu. Kami akan terus dan terus .. terus memberikan yang terbaik yang kami bisa.. untukmu.. Anakku kekasih hati Isilah hari-harimu dalam perjuangan tak mengenal lelah dalam menuntut ilmu. Dengan ilmulah engkau akan genggam dunia ini, dengan ilmu pula engkau kan raih akhirat. Selalulah berusaha berbuat kebaikan di manapun dan kapanpun. Jangan meremehkan kebaikan sekecil apa pun, baik yang engkau lakukan, atau yang dilakukan orang lain terhadapmu. Perbaikilah terus akhlakmu. Baiknya akhlak adalah kunci kebahagiaan dunia. Engkau bisa membeli teman yang buruk dengan uangmu yang banyak, tapi tidak dengan teman yang baik. Teman yang baik baru bisa didapat dengan akhlak yang baik.
Surga, sekali lagi, surgalah pelabuhan yang akan kita tuju. Berjuanglah ke sana dengan kapalmu. Lawanlah badai, gelombang, dengan keteguhan niat dan keikhlasan. Jangan lupa, niatkan selalu bahwa engkau akan mengajak ayah dan ibu ke surga bersamamu.
Ya Allah, Rabb Pencipta Langit, bumi, dan Pencipta diri-diri kami Telah Engkau tetapkan dengan ilmu-Mu bahwa kami hidup di dunia ini, kami terima dan kami selalu berusaha bersyukur sebanyak-banyaknya akan karunia itu. Telah Engkau tetapkan dengan takdir dan ketentuan-Mu yang penuh hikmah, anak-anak yang akan menemani kami di dunia ini. Anak-anak yang merupakan amanah yang harus kami pertanggungjawabkan kelak di hadapan-Mu di Hari Perhitungan. Bahwa kami harus mengajari mereka menjadi hamba-hamba-Mu yang tunduk sujud merendahkan diri kepada-Mu saja.
Inilah mereka. Sungguh kami adalah manusia yang lemah dan tiada daya. Sungguh banyak kekurangan dan kesalahan kami dalam membesarkan dan mendidik mereka. Ampunilah dosa dan salah kami, Ya Allah. Berilah kami petunjuk dalam mendidik anak- anak kami menjadi hamba-hamba-Mu yang soleh. Tambahkan hidayah ke hati anak- anak kami sehingga mereka memiliki kekuatan dalam melawan fitnah dosa dan maksiat yang menggila mengitari mengelilingi mereka tiap detik di mana pun mereka berada. Berikan kepada mereka teman-teman yang baik yang senantiasa mengajak mereka kepada kebaikan dan mencegah dari kerusakan.
Beberapa hari lagi mereka akan menghadapi hari-hari yang berat dan menentukan dalam masa belajar mereka di SMA, yaitu hari-hari ujian nasional. Ya Rabburrahman Arrahiim, bukakan pikiran mereka, kuatkan ingatan mereka, mudahkan urusan mereka, dan berikan mereka hasil yang terbaik dari usaha mereka.
Ya Rabb, ilmu-Mu meliputi segala sesuatu, dan tak ada yang kami tahu selain apa yang Engkau berikan kepada kami. Ampunilah kami dan jangan tidak acuhkan kami dan doa- doa kami, walau hanya sejenak. Sesungguhnya hidup kami, mati kami hanya untuk-Mu semata.
Amiin ya robbal alamin.
naskah muhasabah yang dibacakan siswa
Assalamualaikum warohmatullaahi wabarokatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami memberi kami hidup, telah memberi kami makan dan minum. Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami orang tua yang sangat menyayangi kami. Segala puji kepada Robbulalamin yang telah memberi kami guru-guru yang mau berjerih payah mengajar dan mendidik kami untuk masa depan kami yang lebih baik. Terima kasih ya Allah, sungguh nikmat dan karunia-Mu tiada berhingga dan tiada terhitung, hanya saja kami belum mau dan mampu bersyukur. Yang kami kerjakan adalah kedurhakaan kepada-Mu, kepada kedua orang tua kami, kepada bapak ibu guru kami. Kalau ditimbang kedurhakaan itu, sungguh gunung-gunung di muka bumi tak sebanding dengannya. Kalau ditampakkan kedurhakaan itu, niscaya rasa malu kami sudah tak cukup lagi untuk menutupinya.
Apalagi yang belum kami kerjakan. Menyakiti hati ayah dan ibu, mengiris-iris hati mereka dengan luka yang amat perih, membantah suruhan, mematahkan permintaan mereka, menghancurkan harapan mereka, sampai membentak dan mencaci-maki merekawalau hanya dalam hatisemua telah kami lakukan, sebagai balasan dari kerja keras mereka siang malam membesarkan dan mendidik kami. Adakah dosa yang lebih besar daripada kedurhakaan kepada kedua orang tua? kami tidak pernah peduli dengan harapan-harapan ayah dan ibu. Harapan tinggal harapan, dan kami engikuti kehendak hati.
Apalagi yang belum kami kerjakan. Tiada hari tanpa pembangkangan kepada bapak ibu guru. Kami rasa kami telah bayar apa yang bapak ibu guru berikan kepada kami. Tidak cukupkan segenap biaya yang telah kami keluarkan untuk tiap huruf yang mereka ajarkan. Lalu mengapa kami harus dicekcoki lagi dengan segudang peraturan dan seribu satu sopan santun yang mereka sendiri belum tentu mengamalkannya. Kami merasa pembangkangan kami sebagai sesuatu yang wajar. Kami telah dewasa dan cerdas, dan sanggup membantah apa saja yang bapak ibu guru ucapkan. Hanya itu yang kami tahu. Kami tak tak tahu dan tak mau tahu bahwa sebenarnya apa yang bapak ibu guru berikan kepada kami berupa ilmu dan akhlak tak akan pernah terbayar oleh uang sebanyak apa pun. Bapak ibu guru adalah mitra ayah ibu kami dalam menunjukkan kepada kami jalan ke surga, dunia akhirat. Adakah harga yang pantas bagi orang-orang yang mau bersusah payah menunjukkan kepadamu jalan ke surga? Seandainya bapak ibu guru mengukur tiap pengabdiannya dengan uang, maka binasalah kami. Tak ada yang terbaik dari dunia ini yang bisa didapatkan dengan mengukurnya dengan uang. Ukuran terbaik adalah keikhlasan, yang Allah Robbulalaminlah sandarannya. Kami tak tahu dan tak mau tahu akan hal itu.
Andai kami mati hari ini, maka telah cukuplah dosa-dosa kami itu sebagai alasan bagi- Nya untuk memasukkan kami ke neraka-Nya. Neraka adalah tempat yang sangat pantas bagi manusia-manusia keras kepala dan durhaka. Alangkah panasnya neraka itu dengan apinya yang menghitam, penjaganya yang bengis, dan hidangannya yang berupa darah, nanah, air mendidih, dan makanan dari buah berduri yang menghancurkan lambung. Kami tak pernah takut dengan neraka itu hingga hari ini. Kedurhakaan kami sebagai buktinya.
Maafkan kami ayah ibu. Sebutlah seluruh jasa dan kebaikan yang telah engkau lakukan kepada kami, sepenuh langit dan bumi, niscaya kami tidak akan membantahnya. Ibulah yang telah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kami ke dunia ini. ibulah yang telah menyayangi kami dengan kasih sayang yang memenuhi cakrawala dengan salju kesejukan. Ibu mencintai kami seindah musim semi, seindah matahari senja yang berbaring berselimut segara biru. Ayahlah telah memberikan seluruh hidupnya dalam kerja keras untuk masa depan yang lebih baik bagi kami, anak-anaknya. Tak ada, tak akan pernah ada pengganti untuk kasih sayang itu ke mana pun kami mencarinya selama bumi terbentang, di mana pun sampai kapan pun. Dan kami balas semua itu dengan menghancurkan mimpi-mimpi indah ayah ibu akan diri kami. Mimpi melihat kami menjadi anak yang soleh: rajin beribadah kepada Allah dan taat kepada orang tua. andai kami tak pernah ada, mungkin itu lebih baik.
Maafkan kami bapak ibu guru. Sebutlah bapak ibu guru, semua jasamu kepada kami, niscaya kami mengaminkannya dengan tunduk dan khusyuk. Bukankah bapak ibu gurulah yang mengajari kami berbagai ilmu. Ilmu yang dengan susah payah bapak ibu guru dapatkan. Hasil kerja keras yang amat panjang dari kedua orang tua bapak ibu dan diri bapak ibu guru sendiri. Dan hari ini dengan harga murah telah diturunkan kepada kami. Tak ada harga yang pantas untuk sebuah ilmu, bagi mereka yang tahu. Bapak ibu guru menunjukkan kepada kami akhlak yang baik, jalan menempuh masa depan yang lebih baik. Bapak ibu guru bangga melihat kami berhasil, menjadi orang. Alangkah besar bagi bapak ibu arti kebanggaan itu, mengobati segala jerih bertahun-tahun mendidik kami. Kamilah yang berbahagia menikmati hasilnya. Tapi, kami tak menyadarinya. Buktinya, kami tetap keras kepala dan menuding dengan bermacam prasangka.
Maafkan kami semua. Kami anak-anakmu. Allah telah takdirkan, Allah telah tuliskan di Lauhmahfudz bahwa kami adalah anak-anakmu sampai kapanpun. Tetaplah mencintai kami. Tetaplah isi hari-hari ayah ibu, bapak ibu guru, dengan doa-doa kebaikan kepada kami. Doakan kami menjadi hamba Allah yang soleh, doakan kami menjadi anak yang berbakti.
Ya Allah, engkau tahu diri-diri kami, Engkau tahu dosa-dosa dan kesalahan kami, sebanyak bintang-bintang di langit, sebanyak pasir di lautan. Ampunilah diri-diri kami, Ya Allah. Sungguh Engkau Maha Pengampun, ya Gaffar! Ampunilah dosa kedua orang tua kami. Jadikanlah setiap luka hati, tiap tetes keringatnya dalam mendidik dan membesarkan kami sebagai penghapus dosa-dosa mereka. Masukkan ayah dan ibu ke surga-Mu. Jangan pernah ya Allah, walau sejenak, api neraka menyentuh mereka. Ya Allah, jadikan kami anak-anak yang soleh agar doa kami bisa menembus pembatas alam barzakh dan sampai kepada kedua orang tua kami yang berbaring di kuburnya. Ya Allah jadikan kami hamba-hamba-Mu yang soleh, agar esok di hari perhitungan kami bisa membela ayah dan ibu. Kami bisa mengatakan kepada-Mu besok di hari perhitungan, bahwa kedua orang tua kami pantas masuk surga karena telah mendidik kami untuk rukuk dan sujud kepada-Mu. Ya Allah, lapangkan pembaringan ayah dan ibu di kuburnya. Luaskan kuburnya seluas mata memandang. Tampakkan kepada ayah dan ibu tempat beliau di surga kelak.
Ampuni dosa bapak ibu guru. Balaslah pengabdian mereka dengan balasan yang berlipat ganda. Lapangkan dadanya, luaskan rizkinya, bahagiakan keluarganya, dan catatlah tiap huruf yang ia ajarkan kepada kami sebagai pahala.
Ya Rahman, ya Rahim, Ya Malik, Ya Wahhab, Ya Ganiyy, kabulkan doa kami, sesungguhnya Engkau Maha Pengabul doa.
Untukmu yang tak berhenti berduka Untukmu yang berteman air mata Untukmu yang berhati lara Untukmu yang menengadah ke langit dengan doa Untukmu yang jerih dan lelah dalam kerja tiada ujung Untukmu yang dimakan usia, dengan mimpi dan harapan yang belum terkabulkan Untukmu yang terus tengadah dan meminta kepada-Nya, untuk si buah hati agar berbahagia
Untukmu yang mata air kasih sayangnya melebihi jumlah air yang memenuhi segala lautan Untukmu yang menampung duka, lalu menggantinya dengan senyuman Untukmu yang berani memberi hidupnya untuk pengganti bagi diri-diri yang belum tentu berterima kasih Untukmu yang semua pena akan kering untuk menuliskan jasa Untukmu wahai ayah bunda
Untukmu, terimalah pelukan hangat kami di kakimu untuk meminta kerelaan bagi tiap butir nasi yang kami telan tiap tetes air yang kami minum tiap usapan yang menghapus duka
Demi petir yang menggelegar membelah angkasa Demi ombak yang berdebur menghempas pantai Demi hari kiamat yang pasti kan tiba Demi Pencipta Langit dan bumi Jasa ayah dan ibu tak terbalaskan Dengan apa pun, sampai kapan pun
Allah-lah yang bisa membalasnya Dengan surga
Keindahan yang tak terbayangkan untuk jasa yang tak terucapkan