Anda di halaman 1dari 4

PRAKATA SISWA-KEPALA SEKOLAH

Siswa:

Bapak, Ibu..... saya bersimpuh sepenuh hati, menyampaikan rasa terimakasih untuk setiap jasa yang
telah diberikan, yang sungguh tak ternilai dan tak sanggup kami membalasnya.

Bapak, Ibu...... Jasa Bapak dan Ibu semuanya ibarat samudra tanpa tepi, bagaikan gunung tanpa
lembah, tertanam erat didalam hati, penuh dengan kasih sayang, syarat akan kelembutan, tiada
pernah letih kalian menuntun, membimbing dan mengajari kami, tak sedikitpun semangat kalian
terkikis, meski tingkah laku kami banyak menggoreskan peluh, tapi dengan sabar, dengan tulus
kalian membelai kami, merangkul kami, dengan penuh cinta dan keikhlasan....

Bapak, Ibu...... tiga tahun kita bersama, jelas tak sedikit salah dan khilaf yang kami lakukan, luntur
kalbu tak terbasuh, seluas hati tak bertepi, kami sadar sering menyakiti hati Bapa dan Ibu, kami sadar
sering membuat Bapa dan Ibu marah, kami minta dimaafkan....

Bapak, Ibu..... hari ini kami mohon pamit, untuk melanjutkan langkah kami, mengejar mimpi dan
cita-cita kami. Do’akan kami agar senantiasa mampu mengembangkan ilmu yang telah kalian
berikan, agar kami mampu berguna bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara....

Selamat tinggal Bapa, selamat tinggal Ibu, guru-guru yang kami sayangi, terimakasih, jasa kalian
sungguh tiada tara....

Kepala Sekolah:

Anak-anakku, kesayanganku..... disaksikan terangnya langit hari ini, seputih, sebening dan seterang
bulan empat belas, walaupun tidak diminta, jangan ragu, jangan sungkan, Bapa dan ibu sangat
memaafkan. Anak-anakku, kesayanganku....sampai disini bapa dan ibu mengantar kalian, jangan
berkecil hati, jelas bapa dan ibu merasa kehilangan, tapi do’a bapa dan ibu senantiasa mengiringi
langkah hidup kalian semuanya. Silahkan pergi anak-anaku, tuntutlah ilmu setinggi mungkin, ilmu
yang menguatkan jati diri kalian, jalani kehidupan dengan tegar, sepahit daging sehambar tulang.
Jangan lupa menjaga telinga dan mata, jaga diri, keluarga dan lembaga, silahkan jemput hari yang
akan datang, jangan merasa rendah dan jangan merasa sombong, kuatkan hati dan iman.

Selamat jalan anak-anakku, selamat jalan.....segera timbalah ilmu yang lebih tinggi.....
PRAKATA ANAK-ORANG TUA

Anak:

Ayah, Ibu....Terimalah permintaan maaf anakmu. Sebanyak itu bukti kasih sayangmu kepada kami,
sebanyak itu pula salah dan dosa kami pada ayah dan ibu.
o Pandangan mata yang sinis, penuh kebencian, jika ada satu saja permintaan kami yang tidak
engkau kabulkan.
o Kata-kata yang tajam mengiris hati, untuk membalaskan kekesalan, melampiaskan kedongkolan
kami kepadamu.
o Kami tidak acuhkan permintaan tolongmu, suruhan-suruhanmu, nasihat-nasihatmu.
o Caci maki dan doa-doa keburukan memenuhi dada kami jika ada yang tidak kami senangi darimu.

Inikah balasan untuk derita ibu mengandung dan melahirkan, merawat serta membesarkan. Inikah
balasan untuk ayah yang memberi makan, pakaian dan menyekolahkan.
Andai diri ini tak pernah dilahirkan, mungkin itu lebih baik bagimu.
Ya Allah, balaslah tiap tetes air mata yang jatuh dari pipi ibu dengan permata-permata mulia di
surga-Mu.
Ya Allah, timbanglah tiap tetesan keringat ayah dengan timbangan yang lebih berat dari bumi dan
seluruh isinya.

Ampun ayah, ampun ibu,


Cukupkah air mata penyesalan ini sebagai tebusan dosa dan salah selama ini. Kami bersimpuh di
pangkuanmu, menghinakan diri yang tak berarti. Biarlah kami binasa, hancur berkeping-keping
menjadi debu, jika air mata dan permintaan maaf kami tidak mampu lagi melembutkan hati ayah
dan ibu.

Ayah, ibu,
Ini kami, buah hati yang dulu senantiasa engkau timang, peluk, cium, dengan segenap kasih sayang.
Masihkah bisa kami dapat dan rasakan mata air kasih sayang itu setelah semua salah dan dosa yang
kami lakukan.

Ayah, ibu,
Hari ini penghuni langit, penghuni bumi, jadi saksi.
Ampuni kami ayah.
Ampuni kami ibu.
Ampuni semua salah dan dosa kami.
Terima kasih telah merawat, membesarkan, mendidik kami hingga hari ini. Ibu, relakan air susu yang
telah kami minum. Ayah, relakan nasi yang telah kami makan.
Tetap doakan kami agar menjadi anak yang soleh, berguna, dan bisa merawat dan memberi kasih
sayang jika ayah dan ibu telah tua nanti.

Ayah, Ibu...... terhitung hari ini kami kembali ke pangkuanmu, lepaslah sudah kewajiban guru-guru
kami dalam mengajar dan mendidik kami, dari titik inilah kami mulai melanjutkan langkah kami
kembali untuk mengarungi perjalanan tanpa batas, mengejar mimpi dan cita, menapaki jalan
kehidupan. Jembatanilah kami untuk menggapai segala asa, selalu limpahkan dukungan kalian pada
kami, sebagai pengiring langkah kami menuju gerbang kebahagiaan duania dan akhirat.

Orang Tua:
Anakku,
Buah hati belahan jantung. Obat letih pelerai demam. Sejak kecil engkau ditimang, diayun,
didendangkan.
Sungguh besar harapan ayah dan ibu kalau engkau besar nanti, engkau akan menjadi anak yang
soleh, santun pada orang tua, membawa kemaslahatan di mana pun engkau berada. Kami khawatir
kalau harapan-harapan ini tidak terwujud. Dengan terpaksa, kadang kami marah untuk perbuatan-
perbuatanmu yang tidak baik, yang kurang sopan, malas, dan sebagainya. Semoga kemarahan itu
bisa mengingatkanmu akan kesalahanmu dan kauperbaiki.

Makin besar dirimu, makin kikis harapan-harapan itu. Wajah manis yang dulu senantiasa
menggemaskan itu, berganti dengan wajah cemberut, penuh kesal dan amarah. Bola mata indah
berbinar itu, sekarang tajam mengiris, menantang penuh perlawanan. Kata-kata ayah dan ibu seperti
angin lalu, tidak engkau acuhkan. Apalagi kalau sampai ada permintaanmu yang tidak dikabulkan.
Engkau marah, membanting pintu, tidak menegur, atau lari dari rumah.

Kebanggaan akan buah hati sibiran tulang tak kunjung datang. Malah yang datang surat peringatan
dan surat panggilan dari sekolah berkenaan dengan ulahmu. Alangkah malu ibu pergi ke sekolah
menemui gurumu. Berat, sangat berat terasa langkah-langkah kaki ini. Alangkah letih mengasuh dan
membesarkan, alangkah perih hati oleh pembangkangan, dan alangkah malu ayah ibu oleh ulahmu
yang tidak terpuji. Hanya Allah yang Mahatahu, hanya kepada Allah seluruh harapan digantungkan.
Baiklah Nak. Mungkin dirimu senang jika ayah dan ibu mengakui kesalahan-kesalahan yang kami
lakukan.
o Ibu terlalu nyinyir, cerewet, dan sebagainya
o Ibu marah jika engkau salah, tapi diam saja jika engkau benar atau melakukan kebaikan.
o Ayah ibu kurang perhatian kepadamu, sibuk dengan urusan dan pekerjaan yang tiada habis-
habisnya.
o Ayah/ibu kadang merendahkan dirimu dengan membanding-bandingkan dirimu dengan orang
lain yang menurut kami pantas ditiru.
o Ayah dan ibu lebih mendahulukan kemarahan daripada kelembutan dan kasih sayang dalam
banyak hal ketika menghadapimu.
o Ayah dan ibu belum mampu memberi teladan dalam berbuat kebaikan.

Silakan engkau tambah lagi daftar kesalahan ini sebanyak-banyaknya agar dirimu senang.
Asal dirimu bahagia, ayah dan ibu rela walau harus menyerahkan nyawa. Biarlah kami sakit asal
engkau sehat; biarlah kami kelaparan asal engkau kenyang; biarlah kami kedinginan asal  dirimu
berpakaian. Biarlah kami tanggungkan semua azab dan sengsara dunia fana ini demi
kebahagiaanmu.

Sungguh, ayah ibu ingin punya anak yang soleh. Yang rajin solat, mengaji. rajin belajar menuntut
ilmu. Taat pada orang tua. Kami harap jika telah tua renta nanti, kami akan disayang, dirawat, dan
diperhatikan. Setelah mati, doa-doa anak yang soleh bisa mengurangi beratnya azab kubur, bisa
melapangkan sempitnya kubur.

Selagi ayah dan ibu mampu, dan itu baik bagimu, semua permintaanmu akan ayah ibu kabulkan.
Semua salah dan dosamu pada ayah dan ibu kemarin, sekarang, dan esok sudah kami maafkan.
Semoga engkau sukses dalam menjalani kehidupan mendatang.
Bahagialah hidupmu hingga akhirat kelak.
Ya Allah, sayangi anak-anak kami.
Tuntunlah langkah-langkah mereka.
Teguhkan mereka dalam menghadapi godaan fitnah dunia yang menyesatkan dan menjerumuskan.
Jadikan anak-anak kami anak-anak yang soleh, ya Allah.
Basahkan lidah mereka dengan doa-doa kebaikan untuk ayah dan ibunya.
Kumpulkan kami di jannatun firdaus-Mu kelak.
Amiin.

Anda mungkin juga menyukai