Anda di halaman 1dari 2

Cobalah katakan pada dirimu, cobalah renungkan.

Katakanlah…
Kita ada karena kehendak Allah , Kita dilahirkan oleh ibu Kita, Kita dididik agar menjadi anak yang
berguna bagi keluarga, orang tua Kita selalu mendidik Kita dengan Kasih Sayang.

Orang tua mencintai anaknya dengan sepenuh hati. Tak ada yang terlewatkan.

Marilah kita merenung…


Beberapa tahun lalu saat kita dikandung oleh orang tua, betapa bahagia mereka, mengharap anak
yang akan lahir adalah anak yang berbakti dan selalu Sayang kepadanya.
Tapi coba renungkan, apakah kita begitu?
Saat melahirkan kita, orang tua kita merasakan sakit yang amat sangat, menangis kesakitan, antara
hidup dan mati.bahkan mungkin jika diberi pilihan oleh tuhan antara menyelamatkan nyawanya atau
nyawa bayinya, pastilah ia akan memilih menyelamatkan bayinya, ibu memberikan kita asi waktu
bay, menahan derita menggendong kita seharian.
Tapi apa???? apakah kita saat ini cuma melihat beliau dengan penderitaannya, mencaci makinya,
melawannya, mengacuhkannya…
Coba renungkan…
Sekarang apa balasan kita?????
Kita juga pernah berkata yang tidak baik pada orang tua Kita, membentak, kata-kata kasar, ejekan,
hampir sering sekali kita melakukannya..
RENUNGILAH SEJENAK
Pernahkah kita tahu…
Setiap malam orang tua kita, ibu kita terbangun tengah malam dan menangis di bantalnya,
menangis oleh kata kata kita yang terlalu menyakitinya????
Sadarkah kita saat kita membentak ibu kita, ternyata mereka sangat sabar, namun di belakang
mereka merasakan perih di hati mereka, tangisan lirih.
Saat kita pergi meninggalkan mereka karena marah… orang tua kita sangatlah sedih.. mereka akan
menyesali diri mereka, baikkah itu?
Coba renungkan anak mana yang mau melihat orang tua mereka menangis?
Mungkin kita tak pernah mau memikirkan kepedihan yang dirasa oleh ibu kita.
Saat kita marah, saat kita meninggalkan rumah.. ibu kita akan menangis.
Baikkah itu? senangkah kalian?anak mana yang senang membuat orangtua mereka menangis,
membuat orangtua merasa sangat tak berharga hanya karena kata – kata dan kelakuan anak
mereka????
RENUNGKANLAH!!!!
Mungkin saat ini beliau masih ada, masih sehat. Dan saat ini kamu akan mengikuti ulangan. Dan
kamu mengatakan kepada ayahmu bahwa besok akan ulangan dan biayanya harus segera dilunasi.
Dan lihatlah, dengan senyumannya ayahmu menjawab, “Ya nak, besok ayah akan melunasi biaya
ulanganmu. Tapi kamu harus rajin belajar,” padahal kita sadar, bahwa selama ini kita telah sia-
siakan pengorbanan seorang ayah. Di sekolah kita tak pernah belajar dengan serius, di sekolah kita
hanya bermain-main, tak pernah patuh pada kedua orang tua, dan guru, bahkan kita tak pernah
tahu bahwa untuk ulangan besok pun ayah pergi ke rumah tetangga, mengetuk dari pintu ke pintu,
itu semua untuk apa.. untuk membiayai anaknya yang membangkang, yang tak patuh pada nasehat
ayah, yang selalu mengabaikan sosok seorang ayah.
Hingga suatu malam sebelum ulangan dilaksanakan, kamu sadar, bahwa ayah-lah yang
mengucurkan keringatnya hingga mengalir dari dahinya dan tak ada yang mengusapnya. Dan kau
pun sadar, bahwa kamu tak ingin mengecewakan setiap pengorbanan seorang ayah. Dan kau
belajar semalaman untuk mendapatkan nilai terbaik. Saat kau mengerjakan soal demi soal,
seyumnya, senyum ayah selalu teringat. Bahkan terus terbayang setiap kucuran keringan di dahinya
yang tak sempat kau usap.
Cobalah perhatikan, rambut mereka makin memutih… kulit mereka makin berkerut… sinar wajahnya
makin meredup… masihkah kalian belum sadar??? Kata kata yang telah kita ucapkan yang kadang
membuat mereka terbangun di tengah malam untuk menangisi kata kata kasar, bentakan itu, namun
mengapa kita tak pernah menyadari. Mengapa kita tak mau minta maaf????
Ingatlah… tak ada yang menjamin bahwa ayah dan ibu kita akan tetap ada mendampingi kita hingga
dewasa… mungkin tahun ini saat kita pulang kita masih bisa menemui ibu kita tersayang, meskipun
mereka telah tua, keriput, ubanan,
tetapi rennungkanlah ketika kita pulang dengan membawa prestasi ulangan terbaik, kita berjalan di
depan rumah, dan kita melihat ada bendera kuning terpajang di depan pintu, orang-orang
berkerumun, dan kau bertanya-tanya “Ada apa?” dan kau berlari ke dalam rumah, terlihat hanya ada
ibu yang menangis, menangis tiada henti di depan bungkusan kain kafan, dan ternyata ayah telah
menjadi sosok yang telah terbujur kaku. Kau tak percaya, kau goyang-goyangkan tubuh ayah sambil
berkata, “Ayah, bangun ayah, coba lihatlah ini ayah, aku jadi juara kelas ayah. Ayah harus lihat ini,”
tak terasa air matamu pun membahasi pipi dan kita tak lagi merasakan kasih saying ayah, yang kita
temui hanyalah sebuah nisan…
masihkah kita ingin menyakiti hati mereka, membuat mereka menangis karena anaknya yang selalu
membentaknya, meninggalkannya dalam kemarahan??
Mungkin saat ini kita sedang bahagia, dan mengabaikan setiap nasehat orang tua kita? Tapi
pernahkah kita berpikir, apakah orang tua kita merasa bahagia mempunyai anak seperti kita?
Mungkin saat ini kita makan enak, sekolah enak, tidur enak.. tapi tahukah kalian bahwa orangtua
kalian rela tinggal dirumah kecil, makan tahu tempe seadanya hanya untuk melihat kalian bahagia,
pernahkah?

Anda mungkin juga menyukai