Anda di halaman 1dari 5

Adik – adik……..

Dalam nuansa keheningan pagi.Diantara lirihnya hembusan sang bayu dan kemilau cahaya
bintang…. Adalah jiwa jiwa kita Yang kembali meniti detak waktu, yang telah
terlampaui….Sejenak menjernihkan hati, dalam kepasrahan pada yang Maha Kuasa…..

Adik – adik……..
pada pagi ini di tengah kesendirian kami ingin mengajak adik – adik berpikir jernih, sambil
merenung kembali perjalanan kehidupan ini, sejak adik – adik dapat membedakan antara yang
benar dan yang salah hingga saat ini, renungkan perjalanan kehidupan yang telah adik – adik
lalui, kami yakin adik – adik akan menemui jalan yang terbaik untuk mengenal diri sendiri dan
menjadi pribadi Sejati.

Marilah kita merenung…

Saya ada karena kehendak TUHAN , saya dilahirkan oleh ibu saya, saya dididik agar menjadi
anak yang berguna bagi keluarga, orang tua saya selalu mendidik saya dengan KASIH
SAYANG.

Orang tua mencintai anaknya dengan sepenuh hati. Tak ada yang terlewatkan.

Marilah kita merenung…


Beberapa tahun lalu saat kita dikandung oleh orang tua, betapa bahagia mereka, mengharap
anak yang akan lahir adalah anak yang berbakti dan selalu sayang kepadanya.

Tapi, coba renungkan apakah kita begitu?

Saat melahirkan kita, orang tua kita merasakan sakit yang amat sangat, menangis kesakitan,
antara hidup dan mati.bahkan mungkin jika diberi pilihan oleh TUHAN antara menyelamatkan
nyawanya atau nyawa anaknya, pasti ia akan memilih menyelamatkan anaknya,ibu memberikan
kita ASI waktu bayi, menahan derita menggendong kita seharian.

Tapi apa????apakah kita saat ini cuma melihat beliau dengan penderitaannya, mencaci
makinya, melawannya, mengacuhkannya…

Coba renungkan……..

Sekarang apa balasan kita?????

Saya juga pernah berkata yang tidak baik pada orang tua saya, membentak, kata-kata kasar,
ejekan.hampir semua anak pernah melakukannya..

renungilah sejenak………

Pernahkah kita tahu…

Setiap malam orang tua kita, ibu kita terbangun tengah malam dan meratapi, menangis oleh kata
kata kita yang terlalu menyakitinya????

Sadarkah kita saat kita membentak ibu kita, ternyata mereka sangat sabar, namun di belakang
mereka merasakan perih di hati mereka, tangisan lirih.
Saat kita pergi meninggalkan mereka karena marah… orang tua kita sangatlah sedih.. mereka
akan menyesali diri mereka, baikkah itu?

Coba renungkan anak mana yang mau melihat orang tua mereka menangis?

Mungkin kita tak pernah mau memikirkan kepedihan yang dirasakan oleh ibu kita.

Saat kita marah, saat kita meninggalkan rumah.. ibu kita akan menangis.

Baikkah itu?senangkah kalian?anak mana yang senang membuat orangtua mereka menangis,
membuat orang tua merasa sangat tak berharga hanya karena kata – kata dan kelakuan anak
mereka????

Renungkanlah……………

Mungkin saat ini beliau masih ada, masih sehat. Dan saat ini mungkin kamu sedang menuntut
pendidikan, jauh dari orangtua. yang membuatnya sedih

Cobalah perhatikan, tiap-tiap waktu saat bertemu orang tua kita, perhatikanlah… rambut
mereka makin memutih… kulit mereka makin berkerut… sinar wajahnya makin meredup…
masihkah kalian belum sadar??? Kata kata yang telah kita ucapkan yang kadang membuat
mereka terbangun di tengah malam untuk menangisi kata kata kasar, bentakan itu, namun
mengapa kita tak pernah menyadari. Mengapa kita tak mau minta maaf????

Ingatlah… tak ada yang menjamin bahwa ibu kita akan tetap ada mendampingi kita saat
pulang… mungkin saat kita pulang kita masih bisa menemui ibu kita tersayang.

Tetapi renungkanlah ketika kita pulang kerumah dan yang kita temui didepan rumah sudah
terpasang Janur kuning,mengisyaratkan adanya kematian ketika kita menengok disana adalah
sosok yang telah terbujur kaku, kita tak lagi merasakan kasih sayangnya, yang kita temui
hanyalah tubuh IBU yang sudah diam tak lagi bergerak.

masihkah kita ingin menyakiti hati mereka, membuat mereka menangis karena anaknya yang
selalu membentaknya, meninggalkannya dalam kemarahan??

Mungkin saat ini kita sedang bahagia, jauh dari orang tua kita? Tapi pernahkah kita berpikir,
apakah orang tua saya juga disana bahagia?

Ibu, aku belum bisa membahagiakanmu. Karena anak mu masih dalam pendidikan. Aku
berjanji setelah aku sukses nanti aku akan membahagiakanmu. Jangan lupa doa untukku ibu..

Ibu dan Ayah sama-sama orang tua yang sangat hebat. Kalian tak mengenal lelah dan capek.
Meskipun selalu dalam perjuangan untuk membahagiakan anak-anaknya.

Dalam doa ku selalu menyebut namamu. Doa yang aku ucapkan untukmu tak pernah habis ibu.
Karena aku sayang ibu..
Aku cinta ibu.

Walaupun dirimu tak menganggap aku seorang anak yang kamu lahirkan. Sampai kapan pun
aku selalu menganggap mu seorang ibu yang berhati mulia, yang telah membesarkanku, hingga
aku bisa begini..
Kenyamanan yang diberikan seorang ibu sangat berbeda dengan seorang ayah. Seorang ibu
memberikan dengan kasih sayang penuh perasaan, namun seorang ayah memberikan
kenyamanan dengan tenaga dan jiwa besarnya.. Terimakasih orang tuaku, aku sangat sayang
kalian..

Aku sekarang mulai mengerti setelah semua yang ibu bapak lalui akan aku rasakan. Betapa
hebatnya kalian mampu untuk melewati semua itu, dari hal yang pahit,sedih,kecewa hingga
bahagia melihat anak yang engkau didik tumbuh dewasa dan sangat berbakti padamu..

Ibu..!! Aku mohon, maafkan semua kesalahan yang aku perbuat. Betapa durhakanya aku yang
selalu melawan perkataan mu IBU..

Ibu..!! maafkanlah kata yang telah terucap oleh bibir anakmu, yang terkadang telah menyakiti
perasaan ibu, aku sungguh tidak kuasa untuk melihatmu sedih karena kelakuanku. Maafkan
anakmu ibu..

Aku ingin menjadi sosok ayah, yang selalu kuat dalam menanggung beban untuk
menghidupkan keluarganya. Tak melihat badai, hujan, petir, ombak untuk menafkahi anak dan
istrimu..

Lama sudah aku tak bertemu denganmu ayah. Ayah kangen akan kamu. Yang selalu
membuatku tertawa dengan leluconmu. Aku ingin memelukmu, tapi semua itu tak mungkin
terjadi..

Keinginan ku sederhana, aku hanya ingin melihat ibuku tersenyum setiap paginya aku sudah
merasa bahagia..

Kasih mu tak akan sanggup ku balas ibu. Karena kamu tulus mengasihiku dari masa kecilku
hingga sekarang..

Ooooooo ayah………

Aku hanya memanggilmu ayah, disaat aku kehilangan arah. Aku sadar bahwa kamu melewati
dan memberiku jalan yang benar dan terarah..

Terkadang tanpa sadar kita melupakan begitu saja  sikap, perbuatan  dan perlakuan kita kepada
orang lain atau kepada saudara kita atau mungkin kepada  orang yang berjasa dalam 
melahirkan  kita  di dunia ini yaitu  ibu dan  bapak kita. Terkadang kita memperlakukan  ibu
kita ibarat seorang pembantu yang dengan entengnya tanpa dosa kita menyuruh  beliau untuk
melayani semua kebutuhan, mulai dari mencuci pakaian dan menyiapkan makan. Tanpa kita
sadari kerkadang kita membentak dan marah kepada orang tua kita kalau apa yang mereka
lakukan tidak sesuai dengan harapan kita pada itu adalah dosa besar.

Bapak dan ibu adalah dua sosok yang seharusnya kita muliakan, kita hormati dan kita
perlakukan bak laksana seorang raja dan permaisurinya. Yang kita siap sedia membantu
meringankan  beban hidupnya, meringankan pekerjaannya bukan malah sebaliknya kita
membuat mereka seolah-olah tak berhenti bekerja. Dikala kita masih dikandungan mereka
dengan ikhlas merawat kita, membawa kita kemanapun mereka pergi walupun dengan beban
yang sangat berat. Belum lagi   ketika mau melahirkanpun  seorang ibu berjuang antara hidup
dan mati untuk bisa melahirkan kita ke dunia ini.
Setelah lahir dengan selamat kitapun disambut dengan riang gembira, tanpa merasakan lagi
sakit yang amat sangat. Seolah-olah sakit yang baru saja ia rasakan sudah sembuh dengan
kehadiran kita. Belum lagi kekhawatiran kedua orang tua kita ketika usia kita menginjak
dewasa merekapun dengan susah payah mencarikan uang untuk menyekolahkan kita bila perlu
mencarikan lembaga  pendidikan yang favorit atau yang bisa membuat kehidupan kita  lebih
baik dari kehidupan yang sedang mereka jalani saat ini.

Bahkan untuk seorang anaknya seorang ibu atau ayah rela untuk mengorbankan semua harta
bendanya dikala kita sakit atau  disaat kita membutuhkan  uang  untuk melanjutkan sekolah,
mereka dengan rela menjual harta benda yang mereka miliki, agar anaknya bisa menjadi  sukses
dan berhasil.

Begitu besar pengorbanan orang tua kepada kita tapi balasan bagi mereka  malah sebaliknya. 
Benarlah  apa yang dikatakan   Peribahasa  “ air susu dibalas dengan air tuba”. Ayah dan ibu
kita menyayangi kita sepenuh hati tapi kita menyanginya separoh hati.. Padahal kita bisa
membalas budi kepada orang tua kita.
Mana…!!!! susu yang kita minum yang diberikan oleh ibu kita dengan ikhlas tanpa minta
imbalan sedikitpun..?!
Mana…!!! bubur yang selalu kita makan setiap hari, mana baju yang kita pakai setiap hari,
mana uang sekolah dan   uang  jajan yang kita pakai untuk kesenangan kita dan mana  ….
(masih banyak lagi) yang seandainya bapak ibu kita minta imbalan itu tentu kita tidak bisa
membalasnya walaupun dengan uang banyak sekalipun.
Salah satu bentuk kedurhakaan seorang anak terhadap orang tuanya yang sering dilakukan
adalah dengan berkata-kata kasar. Padahal Ibu selalu melayaninya kebutuhan kita walau
terkadang diluar  kemampuannya dengan  ridha dan ikhlas terhadap anak-anaknya meskipun
mereka dalam keadaan sedang sakit.

Marilah dengan kegiatan pesantren kilat dan bimble camp ini  kita tunjukan kemandirian kita,
perubahan prilaku kita dari kekanak-kanakan, manja dan ketergantungan menuju pada
kedewasaan, bertindak dan bertanggung jawab dan berguna bagi agama bangsa dan negara .
Bagi orang tua, anak merupakan harta yang paling bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Oleh
karena itu, orang tua melakukan berbagai upaya untuk keberhasilan anak-anaknya, apapun yang
dilakukan oleh orang tua pada ujungnya adalah untuk kebahagiaan anak-anaknya. Upaya orang
tua untuk keberhasilan anak, mereka rela berkorban jiwa raganya untuk mencarikan biaya dan
berdoa siang malam untuk keselamatan dan keberhasilan dambaan hatinya. Disinilah kita perlu
memahami perjuangan yang mendalam terhadap pengorbanan orang tua. Dengan jalan
perenungan pada saat dimana orang tua sedang beraktifitas dibawah teriknya matahari, dapat
kita bayangkan “orang tuanya petani pasti disibukkan oleh ladang dan cangkulnya, guru
disibukan oleh murid dan kenakalannya, pegawai pasti disibukkan oleh tugas dan dimarahi
atasannya dan orang tuanya pedagang disibukan oleh barang perniagaan dan untung maupun
kerugianya.

Jerih payah orang tua yang diperoleh dengan kerja keras tersebut dikirimkan untuk keperluan
biaya sekolah, biaya untuk kebutuhan sehari-hari. Bahkan sering sebagian orang tua terpaksa
menjual berbagai harta yang dimilikinya untuk mampu membiayai berbagai kebutuhan anaknya
untuk melanjutkan pendidikan guna meningkatkan kualitas taraf hidupnya.

Sebagian orang tua tidak mengharapkan apapun dari perjuangan yang dilakukannya, tetapi
hanya sebuah kebanggaan baginya karena sudah mampu mendidik anak-anaknya lebih sukses
darinya. Walau sebagaian petani, jika anaknya sudah sarjana dan sukses, tetap menjadi petani
dan pekerja bangunan pun juga seperti itu.
Oleh karena itu, perjuangan orang tua tentu tidak boleh disia-siakan. Orang tua selalu berupaya
untuk mendorong anak-anaknya agar selalu sukses. Selain itu jangan sekedar mencari gelar
jikalau tidak memiliki kualitas, tetapi harus menjadi seorang yang berkualitas. Sebab selain
mampu membahagiakan orang tua juga memberikan manfaat bagi diri sendiri.

Namun, mampukah kita untuk membalas segala pengorbanan yang telah mereka berikan?.

Seandainya jika kita merasa kesal dengan mereka disaat mereka sudah tua yang menjadikan
kelakuannya kembali seperti anak-anak, dan bahkan seandainya orang tua kita tidak berdaya
untuk buang air sehingga kita yang membersihkannya kita mesti harus ingat kesabaran disaat
mereka menghadapi dan merawat kita dengan penuh cinta dan harapan agar kita selamat dan
panjang umur. Oleh karena itu hendaknya kita harus selalu berbakti pada orang tua kita dan
senantiasa mendoakan mereka, agar segala dosa-dosanya yang mungkin pernah diperbuat baik
sengaja ataupun tidak supaya mendapatkan ampunan dari TUHAN.

Anda mungkin juga menyukai