Anda di halaman 1dari 20

KD. 3.

1 Mendeskripsikan hakikat bangsa & unsur-


unsur terbentuknya negara
Hakikat Bangsa Dan Unsur-Unsur Terbentuknya Negara
1. 1. Hakikat Bangsa

Sebagai makhluk individu, manusia di nbekali dengan potensi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik berupa
pangan, sandang, maupun papan. Didalam memenuhi kebutuhan peribadianya, manusia di wajibkan untuk terus
berusaha agar semua kebutuhan hidupnya terpenuhi. Oleh karena itu, manusia harus meningkatkan,
menggunakan, dan mengendalikan segala potensi yang telah di berikan Tuhan Yang Maha Esa, baik fisik maupun
non fisik.(akal dan hati nurani)

Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualistis artinya sebagai makhluk indifidu, manusia juga
berperan sebai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, manusia merupakan makhluk ciptan tuhan yang terdiri
atas unsure rohani dan jasmani, serta tidak dapat di pisahkan dengan kesatuan juwa dan raga. Manusia di beri
potensi dan kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas
dirinya. Disadari atau tidak setiap manusia senang tiasa berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya untuk
memenuhi hakikat individualitasnya.

Selain makhluk individu, manusia merupakan makhluk sosial. Artinya manusia menurut kodratnya harus hidup
bermasyarakat. Seorang ahli filsafat dari yunani purba, Aristoteles (384-322 SM), mengungkapkan bahwa
manusia adalah zoon politikon (makhluk yang selalu bermasyarakat). Ciri utama makhluk sosial hidup berbudaya.
Dengan kata lain, hidup menggunakan akal budi dalam suatu system nilai yang berlaku dalam kurun waktu
tertentu. Hidup berbudaya meliputi filsafat yang terdiri atas pandangn hidup, politik ilmu, teknologi, ekonomi,
sosial budaya, dan keamanan.

Manusia berperan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang dapat di bedakan melaui hak dan
kewajibanya. Namun, keduanya tidak dapat di pisahkan karena manusia merupakan bagian dari masyarakat.
Hubungan manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dengan keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan. Oleh karna itu, hartat dan martabat setiap individu harus di akui secara penuh untuk mencapai
kebahagiaan bersama.

Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia perlu di beri kebebasan baik kebebasan asasi maupun kebebasan sosial.
Kebebasan asasi adalah ungkapan martabat manusia sebagai makhluk ciptan Tuhan yang mapu melakukan pilihan
pilihanya sendiri serta menentukan sifat dan pendirianya sendiri. Adapun kebebasan sosial adalah kebebasan yang
di lakukan manusia sebagai makhluk sosial dalam mrlakukan hubungannya dengan manusia lain.

Sebagai makhluk sosial, manusia di tuntut untuk mampu bekerja sama dengan orang lain. Sebagai makhluk
individu, manusia di tuntut mampu hidup bermasyarakat dan memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri. Oleh
karma itu, manusia du haruskan untuk bekerja sama, tolong menolong, saling menghormati, dan daling
memberikan kesempatan pada orang lain. Dalam peranan ganda inilah, manusia di tuntut untuk mampu memenuhi
semua kebutuhan hidupnya dan di wajibkan untuk tetap memperhatikan kepentingan-kepentingan orang lain,
dalam memenuhi kebutuhan pribadinya, manusia di wajibkan mau dan mampu mengendalikan dirinya masing-
masing.Banyak kewajiban yang harus di laksanakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, di
antaranya manusia di tuntut untuk melakukan hal-hal, antara lain :

1. Mengenbangkan sikap tenggang rasa, dan saling mencintai antara sesama manusia.
2. Memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.
3. Tidak semena mena terhadap orang lain.
4. Menghor,ati hak-hak orang lain.
5. Tidak boros.
6. Menghargai hasil karya orang lain’

Perilaku-perilaku tersrbut merupakan cerminan pengendalian diri yang harus di laksanakan oleh setiap manusia
dalam memenuhikebutuhan pribadinya. Oleh karma itu, setiap manusia di pacu untuk giat memenuhi kebutuhan
pribadinya dengan tetap memperhatikan hal-hal tersebut. Dengan demikian, setiap manusia hendaknya sadar
bahwa di samping dirinya, masih ada orang lain yang memi;iki hak yang sama sebagai makhluk sosial. Dalam
memenuhi kebutuhan hidup, di harapkan tidak terjadi benturan, bahkan harus dapat saling msengendalikan dir.
Jikamanusia tidak mau dan tidak mampu mengendalikan diri, kehidupan ini akan menjadi kacau dan menciptakan
masyarakat yang anarki.

Bangsa merupakan kesatuan masyarakat yang mempunya cita-cita yang sama dalam kehidupan di dasarkan pad
persamaan ras, sejarah, dan wilayah. Adapun Negara adalah alat dari manusia dan bangsa itu sendiri yang
mempunyai kekuasaan mengatur hubungan manusia di dalamnya.

Manusia merupakan objek dan subjek dari kekuasaan, yaitu sebagai pihak yang memberi perintah dan yang di
perintah. Negara mempunyai sifat-sifat khusus yang melekat pada dirinya, yaitu sebagai berikut :

1. Sifat memaksa

Agar kehidupan berjalan secar tertib dan aman berdasarkan peraturan yang berlaku, Negara mempunyai kekuasaan
untuk melaksanakan peraturan kepada seluruh lapisan masyarakat.

1. Sifat monopoli

Negara mempunyai hak monopoli dalam menerapkan tujuan bersama dari masyarakat.

1. Sifat mencakup semua

Peraturan yang di keluarkan Negara berlaku untuk semua orang yang berada di Negara tersebut tanpa kecuali.

1. 2. Terbentuknya bangsa dan Negara


1. a. Pengertian dan Unsur Terbentuknya Negara
Istilah bangsa (nation) memiliki arti sejumblah orang yang di persatukan karena memiliki persamaan latar
belakang sejarah, cita-cita, dan keinginan untuk bernegara. Menurut Ernest renan, bangsa (nation) adalah
kehendak untuk bersatu dan bernegara, adapun menurut Otto Bauar, Bangsa adalah suatu kesatuan perangai atau
karakter yang timbul karena perasaan senasib .

Berdasarkan pengertian tersebut, bangsa pada hakikatnya mempunyai unsure-unsur sebagai berikut.

1)    Sekelompok manusia yang memiliki cita-cita bersama dan mengikat warga Negara menjadi satu kesauan.

2)    Sekelompok manusia yan mempunyai sejarah hidup bersama sehingga tercipta perasaan senasib
sepenanggungan.

3)    Sekelompok manusia yang memiliki adat budaya serta kebiasaan yang sama ssebagai akibat pengalaman hidup
bersama.

4)    Sekelompok manusia yang menempati suatu wilayah tertentu dan merupakan kesatuan wilayah.

5)    Sekelompok manusia yang terorganisasi dalam suatu pemerintahan dan berdaulat sehingga mereka terkait
dalam suatu masyarakat hokum.

Unsur – Unsur Terbentuknya Negara


Yang dimaksud dengan unsur unsur negara adalah bagian-bagian yang menjadikan negara itu ada. Pada
umumnya, unsur unsur terbentuknya negara harus memenuhi unsur berikut ini :

A. Wilayah
Pasal 25A UUD 1945, negara kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan Undang-Undang. Wilayah negara Indonesia
berdasarkan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 27 Desember 1949 yang ditandatangani oleh pemerintah
Indonesia dan pemerintah Belanda, meliputi seluruh daerah bekas jajahan Hindia Belanda. Sedang batas-batasnya
ditentukan dengan perjanjian antarnegara tetangga, baik yang diadakan sebelum maupun sesudah merdeka. Derah
yang merupakan tempat tinggal rakyat dan tempat pemerintah melakukan kegiatan merupakan wilayah negara
dengan batas-batas tertentu. Batas-batas wilayah yang ditempati rakyat Indonesia sebagai berikut ini :
• Wilayah Daratan
Negara satu dengan yang lain sering terjadi perang dikarenakan masalah batas wilayah. Untuk menetapkan wilayah
batas daratan pada umumnya ditentukan berdasarkan perjanjian antarnegara tetangga.
Perbatasan antara 2 negara dapat berupa :
1. Perbatasan alam, seperti sungai, danau, pegunungan atau lembah.
2. Perbatasan buatan, seperti pagar tembok, pagar kawat berduri, tiang-tiang tembok.
3. Perbatasan menurut ilmu pasti, yakni dengan menggunakan garis lintang atau bujur pada peta bumi.
Memasuki wilayah negara bangsa lain tanpa ijin negara yang bersangkutan merupakan pelanggaran wilayah. Untuk
menghindari terjadinya pelanggaran, suatu negara memiliki suatu lembaga keimigrasian.

• Wilayah Lautan
Laut yang merupakan wilayah suatu negara disebut teritorial negara itu. Laut di luar teritorial disebut laut terbuka
atau bebas. Tidak semua negara mempunyai wilayah laut seperti Swiss dan Mongolia. Pada umumnya batas wilayah
laut teritorial 3 mil laut yang diukur dari garis pantai wilayah daratan suatu negara pada saat pantai surut. Untuk
negara Indonesia batas wilayah laut teritorial mulai 21 Maret 1980 dengan batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
adalah selebar 200 mil dihitung dari garis dasar laut wilayah Indonesia.

• Wilayah Udara
Wilayah udara suatu negara ada diatas wilayah daratan dan lautan negara yang bersangkutan. Kekuasaan atas
wilayah udara suatu negara diatur dalam perjanjian Paris tahun 1919.

• Daerah Ekstrateritorial
Berdasarkan hukum internasional, kapal-kapal laut yang berlayar di laut terbuka berbendera suatu negara tertentu
juga merupakan wilayah negara yang bersangkutan. Tempat perwakilan yang disebut ekstrateritorial berarti tempat
itu meskipun berada di wilayah negara lain tetapi dianggap wilayah negara yang diwakili, misalnya kantor kedutaan
besar.
Kedutaan adalah wakil suatu negara di negara lain yang mengurusi masalah politik, orangnya disebut duta.
Konsulat adalah wakil suatu negara di negara lain yang mengurusi masalah ekonomi perdagangan, orangnya
disebut konsuler.

B. Rakyat
Rakyat merupakan unsur terpenting dari negara. Rakyatlah yang pertama-tama berkepentingan supaya organisasi
negara berjalan dengan lancar dan baik serta mampu mewujudkan tujuannya.

Penduduk ialah orang-orang yang bertempat tinggal dan menetap di wilayah suatu negara. Orang-orang yang
berstatus penduduk dan warganegara Indonesia berhak dan berkewajiban untuk ikut serta dalam pembelaan negara
sesuai dengan bidangnya.

Bukan penduduk ialah orang-orang yang berada dalam suatu wilayah negara untuk sementara waktu, misalnya
wisatawan asing yang sedang berlibur di suatu negara lain atau para jemaah haji yang sedang melaksanakan rukun
Islam ke-5 di Mekah.
Orang-orang yang berdasarkan hukum merupakan anggota dari suatu negara disebut warganegara. Sedangkan
orang-orang yang tidak termasuk warganegara disebut orang asing. Pasal 26 UUD 1945 menyatakan tentang
warganegara sebagai berikut ini :

• “yang menjadi warganegara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warganegara”.
• “penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia”.
• “Hal-hal mengenai warga negara dan mengenai penduduk diatur dengan undang-undang”.
Peraturan perundang-undangan yang mengatur kewarganegaraan sampai saat ini ialah Undang-Undang Nomor 62
tahun 1958. jo. UU No. 3 tahun 1976.

C. Pemerintah yang Berdaulat


Unsur konstitutif yang ketiga dari negara ialah pemerintah yang berdaulat. Pemerintah adalah pemegang dan
penentu kebijakan yang berkaitan dengan pembelaan negara. Pemerintah yang berdaulat mempunyai kekuasaan ke
dalam dan ke luar. Kekuasaan ke dalam berarti bahwa kekuasaan pemerintah itu dihormati dan ditaati oleh seluruh
rakyat dalam negara itu. Kekuasaan ke luar berarti bahwa kekuasaan pemerintahan itu dihormati dan diakui oleh
negara-negara lain. Masalah kedaulatan merupakan masalah yang sangat penting dalam suatu negara, karena
kedaulatan merupakan sesuatu yang membedakan antara negara yang satu dengan yang lain. Kedaulatan artinya
kekuasaan tertinggi. Di negara diktaktor, kedaulatan didasarkan atas kekuatan. Di negara-negara demokrasi
kedaulatan didasarkan atas persetujuan.
D. Pengakuan Negara Lain
Selain rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat, masih ada satu unsur lagi bagi negara, yaitu pengakuan dari
negara-negara lain. Pengakuan dari negara-negara lain bukanlah merupakan unsur pembentuk negara, tetapi
sifatnya hanya menerangkan saja tentang adanya negara. Dengan kata lain pengakuan dari negara lain hanya
bersifat deklaratif saja.

Pengakuan negara lain ada dua macam, yaitu :


a. Pengakuan de facto
Adalah pengakuan secara kenyataan, berdasar fakta bahwa negara itu ada.

b. Pengakuan de jure
Adalah pengakuan secara resmi sesuai dangan hukum internasional.

Adanya pengakuan dari negara-negara lain merupakan tanda bahwa negara baru itu telah diterima sebagai anggota
baru dalam pergaulan antarnegara. Walaupun tanpa pengakuan negara lain, suatu negara tetap berdiri asalkan
memenuhi tiga unsur pokok, yaitu:
1. Rakyat yang mendiami wilayah negara.
2. Wilayah negara dengan batas-batas tertentu.
3. Pemerintah yang berdaulat.
Ketiga unsur tersebut diatas disebut juga unsur konstitutif sedang unsur pengakuan negara lain disebut unsur
deklaratif maksudnya agar negara itu dapat mengadakan hubungan internasional harus mendapat pengakuan dari
negara lain.

Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia


Hakekat Bangsa Dan Negara Kesatuan RI
A. MAKNA MANUSIA, MASYARAKAT – BANGSA, DAN NEGARA
1. Manusia

Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa memiliki kedudukan dan martabat yang paling tinggi
diantar makhluk lain ciptaan-Nya. Manusia diberikan akal dan pikiran sehingga dalam kondisi
tertentu mampu memenuhi hasrat dan kebutuhan hidupnya. Kemudian, setiap manusia dilahirkan
dalam keadaan merdeka dan mempunyai hak serta martabat yang sama.
Manusia berasal dari bahasa sansekerta, yaitu manu. Artinya berpikir dan berakal budi. Dalam
sejarahhomo berarti manusia.
Manusia didalam pergaulan hidupnya ditakdirkan sebagai makhluk sosial. Aristoteles (384-322
SM), salah seorang filsuf yunani mengatakan bahwa manusia itu makhluk yang bergaul,
bermasyarakat.
2. Masyarakat – Bangsa

Masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama. Mereka hidup bersama
dalam berbagai hubungan antara individu yang berbeda – beda tingkatannya.

Kehidupan bersama itu dapat berbentuk desa, kota, daerah, dan Negara. Pada umumnya ada tiga
macam golongan masyarakat, yaitu sebagai berikut :

a)      Golongan yang berdasarkan hubungan kekeluargaan, perkumpulan keluarga, suami-istri


(gemeinschaft)
b)      Golongan yang berdasarkan hubungan kepentingan / pekerjaan, perkumpulan ekonomi,
koperasi, serikat kerja, perkumpulan social, perkumpulan kesenian, dan olahraga (gezelschaft).
c)       Golongan yang berdasarkan hubunugan tujuan / pandangan hidup atau ideology, partai politik,
perkumpulan agama, bangsa, dan Negara.

Bangsa adalah sekelompok manusia / orang yang memiliki hal – hal berikut.

a)      cita-cita bersama yang mengikat dan menjadi satu kesatuan


b)      perasaan senasib sepenanggungan

c)       karakter yang sama

d)      adat istiadat / budaya yang sama

e)      satu kesatan wilayah

f)       teroganisir dalam satu wilayah hukum

3. Negara

Istilah Negara merupakan terjemahan dari de staat (belanda), the state (inggris), I’etat


(prancis), statum(latin), lo stato (Italia), dan der staat (jerman).
Menurut bahasa sansekerta, nagari atau Negara, berarti kota, sedangkan menurut bahasa suku-suku
di Indonesia sering disebut negeri atau Negara, yaitu tempat tinggal.

Menurut kamus umum bhasa Indonesia Negara adalah persekutuan bangsa yang hidup dalam suatu
wilayah dengan batas-batas tertentu yang diperintah dan diurus oleh suatu badan pemerintha
dengan teratur.

Negara dalam arti sempit sama dengan pemerintahan dalam arti luas (lembaga legislative, eksekutif,
yudikatif) yang merupakan alat untuk mencapai kepentingan bersama, sedangkan Negara dalam arti
luas adalah kesatuan social yang mengatur, memimpin, dan mengkoordinasi masyarakat supaya
dapat hidup wajar dan berkembang terus. Dalam mengemban tugasnya, Negara memliki aparatur
Negara dengan wewenangnya

B. TERBENTUKNYA BANGSA
Pengertian bangsa yang dikemukakan secara unik oleh Ben Anderson, dapat ditelaah lebih lanjut
mngenai proses dan unsur-unsur pembentuknya. Menurut pengamatan Ben Anderson, ilmuwan
politik dari universitas cornel, bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan dalam
wilayah yang jelas batsnya dan berdaulat. Mengapa dikatakan sebagai komunitas polotik yang
dibayangkan? Karena suatu bangsa yang paling kecil sekalipun, setiap individunya tidak kenal satu
sama lain. Begitupula dengn bangsa yang besar sekalipun, yang jumlah anggota atau penduduknya
hingga ratusan jiwa, mempunyai batas wilayah yang relatif jelas. Kekuasaan dan wewenang suatu
bangsa atas suatu wilayah yang berdaulat, merupakan dibawah wewenang kenegaraan atau Negara
yang mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan bangsa tersebut.
1. Faktor Pembentukan Bangsa Menurut Dasar Identitas

1.
A. Primordial, yaitu ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa,
daerah, bahasa, dan adat istiadat.
B. Sakral, kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat menimbulkan ideologi
dokttriner yang kuat dalam suatu masyarakat, sehingga keterkaitannya dapat membentuk
bangsa negara.
C. Tokoh, tokoh yang kharismatik bagi masyarakat akan menjadi panutan untuk
mewujudkan misi-misi bangsa.
D. Sejarah, sejarah dan pengalaman masa lalu seperti penderitaan akibat penjajahan akan
melahirkan solidaritas (senasib dan sepenanggungan).
E. Bhinneka Tunggal Ika, yaitu faktor kesadaran antaranggota masyarakat mengenai
pentingnya persatuan dan berbagai perbedaan.
F. Perkembangan Ekonomi, perkembangan ekonomi yang terspesialisasi sesuai
kebutuhan masyarakat akan meningkatkan mutu dan variasi kebutuhan masyarakat yang lain.
G. Kelembagaan, Lembaga-lembaga pemerintahan dan politik mempertemukan berbagai
kepentingan di kalangan masyarakat.
2. Faktor Pembentuk Bangsa Menurut Segi Organisasi

1.
A. Negara sebagai Organisasi Kekuasaan
B. Negara sebagai Organisasi Politik
C. Negara Ditinjau dari Segi Organisasi Kesusilaan
D. Negara Ditinjau dari Segi Integritas antara Pemerintah dan Rakyat
C. TERBENTUKNYA NEGARA
1. Unsur-Unsur Negara

Menurut para ahli Negara, antara lain Oppenheim dan Lauterpacht, tiga unsure pokok tersebut


adalah sebagai berikut:
1.
A. rakyat atau masyarakat
B. wilayah / daerah, meliputi udara, darat, dan perairan (perairan bukan merupakan
syarat mutlak).
C. Pemerintah yang berdaulat
Rakyat

Rakyat adalah semua orang yang berdiam di dalam Negara suatu Negara atau menjadi penghuni
Negara. Rakyat merupakan unsur terpenting dari Negara.

Pengelompokan Rakyat

•        Penduduk dan bukan penduduk (berdasarkan hubungannya dengan wilayah dan
Negara).Penduduk adalah mereka yang bertempat tinggal tetap atau berdomosili tetap di dalam
wilayah Negara (menetap). Bukan Penduduk adalah mereka yang berada didalam wilayah Negara,
tetapi tidak bermaksud bertempat tinggal di Negara itu. Termasuk kedalam golongan bukan
penduduk antara lain wisata asing yang sedang melakukan perjalanan wisata didalam wilayah.
•        Warga Negara dan bukan warga Negara (berdasarkan hubungannya dengan pemerintah
Negara).Warga Negara adalah mereka yang berdasarkan hukum merupakan anggota dari Negara
(menurut undang-undang diakui sebagai warga Negara). Bukan warga Negara (orang asing) adalah
mereka yang mengakui Negara lain sebagai negaranya.
Wilayah

Pembatasan wilayah suatu Negara sangat pentings sekali karena menyangkut pelaksanaan
kedaulatan suatu Negara dalam segala bentuk seprti hal-hal berikut :

•        berkuasa penuh terhadap kekayaan yang ada dildalamnya

•        berkuasa mengusir orang-orang yang bukan warga negaranya dalam wilayah tersebut bila tidak
izin dari Negara itu.

Pembagian Wilayah

1. Daratan
Pembatasan  antara Negara dapat berupa hal-hal berikut.

1.
A. Batas alam. Misalnya sungai, danau, pegunungan, atau lembah.
B. Batas buatan, misalnya Pagar tembok, pagar kawat berduri.
C. Batas menurut geofisika, misalnya  lintang utara / selatan , bujur timur / barat.
1. Lautan
Wilayah laut suatu Negara ialah semua perairan, lautanh, dan sungai yang berada dalam batas-batas
Negara (laut territorial). Penentuan batas laut harus berpedoman kepada hukum laut internasional.

Masalah laut menjadi masalh internasional karena ada dua konsepsi kalautan yang bertentangan,
yaitu sebagai berikut.

Masalah Kelautan

•       Res Nullius, yaitu lautan dapat dimilkki oleh Negara karena tidak ada yang memlikinya.
•       Res Kommunis, yaitu laut merupakan milik bersama masyarakat dunia. Oleh karena itu, tidak
dapat dimilkki oleh Negara mana pun.
Sekarang masalah kelautan telah memperoleh kepastian hukum melalui “Konferensi Hukum Laut
Internasional III”, 10 Desember 1982 yang diselenggarakan oleh PBB di Montego Bay, Jamaica, yang
ditandatangani 119 negara peserta. Konferensi tersebut menghasilkan batas-batas wilayah
kenegaraan, yaitu :

1. Laut Teritorial, setiap negara memiliki kedaulatan atas laut teritorial selebar 12 mil laut yang
diukur berdasarkan garis lurus yang ditarik dari garis dasar (base line) garis pantai ke arah laut
bebas.
2. Zona Bersebelahan, dalam daerah ini negara pantai (costal state) dapat mengambil tindakan
bagi pihak-pihak yang melanggar ketentuan-ketentuan berdasarkan undang-undang bea-cukain,
fiskal, imigrasi, dan ketertiban negara yang bersangkutan.
3. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dalam wilayah ini, negara pantai menggali kekayaan alam
yang ada dan menangkap para nelayan asing yang kedapatan sedang melakukan penangkapan
ikan.
4. Landas Benua, dalam wilayah ZEE ini, negara pantai boleh mengadakan eksploitasi dan
eksplorasi kekayaan alam dengan persyaratan harus membagikan keuntungan dengan
masyarakat internasional.
1. Udara
Batas wilayah udara menjadi masalah, karena terdapat beberapa aliran pemikiran yang
dikelompokkan atas dua bagian, yaitu :

1. Aliran Udara Bebas


Aliran ini dilengkapi oleh tiga macam pendapatan, yaitu :

1.
A.
i. Kebebasan ruang udara tanpa batas.
ii. Kebebasan ruang udara yang dilengkapi oleh hak khusus dari negara kolong.
iii. Kebebasan ruang udara dilengkapi zona teritorial dari negra kolong untuk dapat
dilaksanakan.
1. Aliran Kedaulatan atas Udara di Atas Wilayah Negaranya
Aliran ini membagi diri ke dalam tiga pendapat, yaitu:

1.
A.
i. Negara kolong berdaulat penuh dalam ketinggian tertentu.
ii. Negara kolong berdaulat penuh dibatasi oleh navigasi asing.
iii. Negara kolong berdaulat penuh tanpa batas.
1. Wilayah Ekstrateritorial
Berdasarkan ketentuan hukum internasional, yang termasuk wilayah ekstrateritorial adalah wilayah
di mana kapal-kapal laut yang berbendera negara tertentu sedang berlayar di lautan bebas, pesawat-
pesawat terbang yang sedang mengangkasa di atas lautan bebas di bawah identitas negara tertentu
dan tempat atau gedung perwakilan diplomatik suatu negara tertentu.
Pemerintahan yang Berkedaulatan

Pemerintahan yang berdaulat memiliki arti sebagai berikut :

1. Dalam arti luas, merupakan gabungan antara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
2. Dalam arti sempit, hanya mencakup lembaga eksekutif.
2. Kedaulatan

Istilah kedaulatan merupakan terjemahan dari superanus (Latin), sovereignty (Inggris), sovranus


(Italia), souverainete (Perancis) yang berarti kekuasaan tertinggi.
Beberapa teori kedaulatan, yaitu :

1. Teori Kedaulatan Tuhan


2. Teori Kedaulatan Raja
3. Asal Mula Terjadinya Negara

1. Terjadinya Negara secara Primer


2. Terjadinya Negara secara Sekunder
3. Terjadinya Negara Berdasarkan Fakta Sejarah
4. Terjadinya Negara Berdasarkan Pendekatan Toritis
Thomas Hobbes

Hobos menggambarkan keadaan manusia sebagai serigala bagi sesamanya (homo homini lupus)
sebelum adanya negara (state of nature).
John Locke

John Locke (29 Agustus 1632 – 28 Oktober 1704) adalah filsuf dari Inggris dengan pandangan
empirisme. Ia sering disebut sebagai tokoh yang memberikan titik terang dalam perkembangan
psikologi. Teori yang sangat penting darinya adalah tentang gejala kejiwaan adalah bahwa jiwa itu
pada saat mula-mula seseorang dilahirkan masih bersih bagaikan sebuah “tabula rasa”
Montesquieu

Charles-Louis de Secondat, Baron de La Brède et de Montesquieu (18 Januari 1689 – 10


Februari 1755), atau lebih dikenal dengan Montesquieu, adalah pemikir politik Perancis yang hidup
pada Era Pencerahan (Inggris : Enlightenment). Ia terkenal dengan teorinya mengenai pemisahan
kekuasaan yang banyak disadur pada diskusi-diskusi mengenai pemerintahan dan diterapkan pada
banyak konstitusi di seluruh dunia. Ia memegang peranan penting dalam mempopulerkan istilah
“feodalisme” dan “Kekaisaran Bizantium”
Jean Jacques Rousseau

Jean Jacques Rousseau (Geneva, 28 Juni 1712 – Ermenonville, 2 July 1778) adalah seorang tokoh
filosofi besar, penulis and komposer pada abad pencerahan. Pemikiran filosofinya mempengaruhi
revolusi Perancis, perkembangan politika modern dan dasar pemikiran edukasi. Karya novelnya,
Emile, atau On Education yang dinilai merupakan karyanya yang terpenting adalah tulisan kunci
pada pokok pendidikan kewarganegaraan yang seutuhnya. Julie, ou la nouvelle Héloïse, novel
sentimental tulisannya adalah karya penting yang mendorong pengembangan era pre-romanticism
dan romanticism di bidang tulisan fiksi.

D. HAKIKAT NEGARA DAN BENTUK-BENTUK KENEGARAN


1. Negara Kesatuan (Unitarusme)

Negara kesatuan suatu Negara yang mereka dan berdaulat, hanya ada satu pemerintah (pusat) yang
mengatur seluruh daerah. Bentuk negara kesatuan sebagai berikut :
1. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, yaitu segala sesuatu dalam negara itu langsung
diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan daerah-daerah tinggal melaksanakannya.
2. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, yaitu pelimpahan kesempatan dan kekuasaan
kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi daerah0 disebut pula daerah
swatantra.
2. Negara Serikat (Federal)

Negara serikat (federasi) adalah suatu Negara yang merupakan gabungan dari beberapa Negara
bagian dari Negara serikat itu. Artinya, suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta berdiri
sendiri kemudian menggabungkan diri dalam suatu negara serikat sehingga menjadi negara bagian
yang melepaskan sebagian kekuasaannya kepada negara serikat itu.

3. Bentuk Kenegaraan Lainnya

Bentuk kenegaraan lainnya di dunia di antaranya sebagai berikut :

1. Negara Dominion
Negara dominion adalah suatu negara yang tadinya daerah jajahan Inggris yang telah merdeka dan
berdaulat, termasuk menguru politik ke dalam dan ke luar negeri.

1. Negara Protektorat
Negara protektorat adalah suatu negara yang berada di bawah lindungan (to protect = melindungi)
negra pelindung (suzeren), biasanya soal hubungan luar negeri dan pertahanan.

1. Negara Uni
Negara uni adalah dua atau lebih negara yang mesing-masing merdeka dan berdaulat tetapi
mempunyai satu kepala negara yang sama.

1. Uni Riil, yaitu apabila negara-negara itu memiliki alat kelengkapan dan mengurus
kepentingan bersama sesuai kesepakatan yang telah ditentukan lebih dahulu.
2. Uni Personil, yaitu apabila hanya kepala negara saja yang sama, sedangkan kepentingan dan
alat kelengkapannya berbeda.
3. Uni Sui Generis, yaitu bentuk lain dari uni riil dan uni personil.
1. Mandat dan Trust
Bentuk negara-negara mandat dan trust diatur dan diawasi oleh Dewan Perwakilan PBB. Negara
bekas jajahan yang kalah perang dalam Perang Dunia II, kemudian diatur oleh pemerintah perwalian
dengan pengawasan komisi Mandat PBB disebut negara Mandat. Sedangkan negara-negara yang
pemerintahannya diawasi Dewan Perwakilan PBB disebut negara Trust.

E. PENGERTIAN, TUJUAN DAN FUNGSI NKRI


1. Pengertian NKRI

Menurut UUD 1945 pasal 1 ayat 1, Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk
republik. Selanjutnya, Negara Indonesia dikenal dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

Berdasarkan paham integralistik, setiap unsur merasa berkewajiban untuk menciptakan


keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan bersama. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

1. Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.


2. Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat dan merupakan persatuan
masyarakat yang organis.
3. Perhimpunan bangsa merupakan hal terpenting dalam kehidupan bersama.
4. Negara tidak memihak atau menjamin kepentingan golongan atau perseorangan.
5. Negara tidak menganggap kepentingan seseorangan sebagai pusat.
1. Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan.
Berdasarkan rangkaian terjadinya negara RI, dapat disimpulkan bahwa pengertian Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk negara yang terdiri dari banyak wilayah / kepulauan yang
tersebar dengan keanekaragaman adat, suku, budaya, dan keyakinan yang memiliki tujuan dasar
menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu adil dan makmur dengan pemerintahan yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta mewujudkan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dn melaksanakan ketertiban dunia.

2. Tujuan NKRI

Tujuan Negara republic Indonesia tercantum didalam undang-undang dasar Negara Indonesia, yaitu
pada pembukaan UUD 1945 yang berbunyi ‘untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruuh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.. denga
berdasarkan kepada ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusiaan yanga dil dan beradab; persatuan
Indonesia; dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratuan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia”

Tujuan Negara menurut beberapa ajaran ahli kenegaraan :

1. Ajaran Plato, negara bertujan untuk mewujudkan kesusilaan manusia, sebagai perseorangan
(individu) dan sebagai makhluk sosial.
2. Negara kekuasaan, menurut Machiavelli dan Shan Yang. Negara bertujuan untuk memperluas
kekuasaan semata-mata. Rakyat harus rela berkorban untuk mencapai kejayaan negara.
3. Ajaran Teokratis (kedaulatan Tuhan) tujuan negara adalah mencapai penghidupan dan
kehidupan yang aman dan tenteran dengan taat kepada dan di bawah pimpinan Tuhan.
4. Ajaran Negara Polis, negara bertujuan mengatur semata-mata  keamanan dan ketertiban
dalam negara.
5. Ajaran Negara Hukum, negara bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum memuat
hukum yang berlaku di negara itu.
6. Negara Kesejahteraan (welfare state = social service state), tujuan negara adalah mewujudkan
kesejahteraan umum.
3. Fungsi NKRI

Beberapa fungsi mutlak dari setiap negara adalah :

1. Melaksanakan penertiban (law and order)


2. Mengusahakan Kesejahteraan dan Kemakmuran Rakyat
3. Pertahanan
4. Menegakkan Keadilan
Berdasarkan pemikiran para ahli kenegaraan, tugas-tugas pemerintah dalam mengurus rumah
tangga juga memiliki fungi reguler dan fungsi agent of development.

1. Fungsi Reguler
Dalam hal ini, pemerintah menjalankan fungsinya dengan pelaksanaan tugas yang mempunyai akibat
langsung ang dirasakan oleh seluruh masyarakat.

1. Negara sebagai political state, yaitu pemeliharaan ketenangan dan ketertiban, serta
pertahanan dan keamanan.
2. Negara sebagai diplomatik, yaitu menjalankan kerukunan dan persahabatan dengan negara-
negara lain terutama negara tetangga.
3. Negara sebagai sumber hukum, yaitu pemerintah harus bertindak adil terhadap warga
negaranya melindungi hak/harta benda setiap warganya dari gangguan anggota masyarakat lain.
4. Negara sebagai adminitratif, pada hakikatnya fungsi ini menitikberatkan pada kekuatan di
tangan rakyat, pemerintah hanya menerima pendelegasian yang diberikan rakyat melalui wakil-
wakilnya di MPR dan DPR.
1. Fungsi Agent of Development
Fungsi ini antara lain meliputi sebagai berikut :

1. Sebagai Stabilisator
Pemerintah wajib melaksanakan fungsi stabilisator seperti hal-hal berikut ini.

•       Stabilitas Politik

•       Stabilisasi Ekonomi

•       Stabilisasi Sosial Budaya

1. Sebagai inovator
Menciptakan ide-ide baru terutama yang berhubungan dengan pembangunan. Dalam ketetapan MPR
RI Nomor IV/MPR/1999 disebutkan mengenai hal-hal pelimpahan tugas dan wewenang kepada
presiden untuk melaksanakan tugas-tugas pembangunan.

F. SEMANGAT KEBANGSAAN
Untuk menerapkan semangat kebangsaan kepada generasi muda, diperlukan prinsip-prinsip
patriotisme dan nasionalisme.

Nasionalisme

Nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran
keanggotaan / warga negara yang secara potensial bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan
mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsanya.

1. Nasionalisme dalam arti sempit


Nasionalisme dapat diartikan sebagai perasaan cinta terhadap bangsanya secara berlebih-lebihan
sehingga memandang rendah bangsa dan suku bangsa lainnya.

Nasionalisme dalam arti sempit sering disebut jingoisme atau chauvinisme.


1. Nasionalisme dalam arti luas
Nasionalisme dalam pengertian inu dapat diartikan sebagai perasaan cinta dan bangga terhadap
tanah air dan bangsanya, tanpa memandang bangsa lain lebih rendah dari bangsa dan negaranya.

Patriotisme

Patriotisme adalah semangat dan jiwa yang dimiliki oleh seseorang untuk berkorban / rela berkorban
demi nama suatu bangsa atau negara.

Keteladanan dapat diberikan di berbagai lingkungan kehidupan, seperti di lingkungan kehiduan


keluarga, masyarakat, sekolah, instansi pemerintah ataupun swasta.

SIKAP YANG SESUAI DENGAN NASIONALISME DAN PATRIOTISME


—  MENJAGA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA.

—  SETIA MEMAKAI PRODUKSI DALAM NEGERI.


—  RELA BERKORBAN DEMI BANGSA DAN NEGARA.

—  BANGGA SEBAGAI BANGSA DAN BERNEGARA INDONESIA.

—  MENDAHULUKAN KEPENTINGAN NEGARA DAN BANGSA DIATAS KEPENTINGAN PRIBADI

—  MENJAGA NAMA BAIK BANGSA DAN NEGARA.

—  BERPRESTASI DALAM BERBAGAI BIDANG UNTUK MENGHARUMKAN NAMA BANGSA DAN


NEGARA.

—  SETIA KEPADA BANGSA DAN NEGARA TERUTAMA DALAM MENGHADAPI MASUKNYA


DAMPAK NEGATIF GLOBALISASI KE INDONESIA .

SIKAP YANG TIDAK SESUAI DENGAN NASIONALISME DAN PATRIOTISME  :


—  EGOISME :
Sikap mementingkan diri sendiri.

—  EKSTRIMISME :
Sikap keras mempertahankan pendirian dgn menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
pribadi.

—  TERORISME :
tindakan sistematis yang bertujuan menciptakan kepanikan, keresahan dan suasana tidak aman
dalam masyarakat.

—  PRIMORDIALISME
sikap mementingkan daerah, suku, agama ,ras ,antar golongan sendiri .

—  SEPARATISME :
Sikap yang ingin memisahkan diri dari NKRI

—  PROVINSIONALISME :
Sikap yang hanya mementingkan propinsinya sendiri dan tidak mempedulikan kepentingan propinsi
lain.
Pengertian Pemerintah yang Berdaulat Ke Dalam dan Keluar
Suatu negara terbentuk sebagai akibat dari adanya hubungan antar manusia yang menyadari bahwa kebutuhannya tidak dapat

terpenuhi jika hidup secara sendiri-sendiri. Adapun menurut George Jellinek, yang dijuluki sebagai Bapak Negara, menyatakan

bahwa negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang telah berdiam di suatu wilayah tertentu.

Secara garis besar, negara adalah suatu wilayah yang kekuasaannya (politik, militer, ekonomi, sosial dan budaya) diatur oleh

pemerintahan yang berada di wilayah tersebut. Selain itu juga menjelaskan tentang pengertian tentang pemerintahan yang

sering dikaitkan dengan ke dalam dan juga pada bagian luar

Arti Pemerintah Yang Berdaulat

Setiap negara pasti mempunyai pemerintahan yang bersifat berdaulat, lalu apa sih arti berdaulat sendiri dalam pemerintahan

agar menjamin suatu negara yang sempurna? Berikut arti pemerintah dengan berdaulat agar membentuknya suatu negara

tersebut:

 Pemerintah yang berdaulat merupakan suatu unsur dari pembentukan suatu negara, pemerintah yang mempunyai kekuasaan
berdaulat adalah pemerintah yang mempunyai kekuasaan yang penuh.
 Pemerintah berdaulat mempunyai kekuasaan yang penuh, terhadap suatu wilayah dan mempunyai rakyat yang baik didalam
maupun diluar.
 Pemerintah yang mempunyai arti khusus dalam arti sempit dan juga dalam arti luas, dalam arti sempit pemerintah sebagai
kepala negara.
 Dalam arti luas pemerintah menjelaskan bahwa gabungan dari perlengkapan negara dalam suatu lembaga negara, seperti
eksekutif, yudikatif, dan legistatif.
 Pemerintahan yang mempunyai sistem yang berdaulat yang berarti pemerintah yang mampu mengatur sendiri dan tidak ikut
campur kepada wilayah negara lainnya.

Sifat Pemerintah Sebagai Yang Berdaulat

Syarat mutlak keberadaan suatu negara yaitu pemerintahan yang berkuasa atas seluruh wilayah serta rakyatnya. Dengan

demikian, pemerintahan lain atau negara lain tidak bisa berkuasa di wilayah dan atas rakyat negara tersebut. Kekuasaan yang

seperti itu kemudian disebut kedaulatan (sovereignty). Kedaulatan suatu negara memiliki tiga sifat, yaitu:

1.  Asli, tidak berdasarkan kekuasaan lain.


2. Tertinggi, tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi di atasnya.
3. Tidak dapat dibagi-bagi, baik ke dalam maupun keluar, negara itu berdaulat sepenuhnya.

Ada pula empat sifat kedaulatan menurut Jean Bodin, yaitu:

1. Asli, kekuasaan yang dimiliki tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi
2. Permanen, kekuasaan yang dimiliki tetap ada selama negara itu berdiri, walaupun pemegang kedaulatan berganti-ganti
3. Tunggal, kekuasaan yang dimiliki merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi dalam negara yang tidak dibagi-bagi kepada
badan lain
4. Tidak terbatas, kekuasaan yang dimiliki tidak dibatasi oleh kekuasaan lain.

Negara Indonesia yang mempunyai yang berdaulat dan mempunyai bentuk kedaulatan negara yang masing-masing yaitu

mempunyai pemerintahan yang berdaulat yang berdasarkan ke dalam ataupun juga melibatkan dalam keluar. Bila ada
kekuasaan lain yang membatasinya, maka kekuasaan tertinggi yang dimilikinya akan lenyap. Pemerintah berdaulat yang juga

didasarkan atau dihubungkan oleh Tuhan, rakyat dan bangsa itu sendiri.

Pemerintah Yang Berdaulat Berdasarkan Kedalam dan Keluar

Pemerintahan yang berdaulat berarti pemerintahan yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang berlaku

terhadap seluruh wilayah dan rakyat negara tersebut. Meski begitu, kekuasaan yang dimiliki oleh suatu negara akan terbatas

pada wilayah negara tersebut atau bisa juga dikatakan bahwa dalam kedaulatan suatu negara terbatas pada kedaulatan negara

lain.

Pemerintah dapat dibedakan dalam arti luas dan arti sempit. Pemerintah dalam arti luas merupakan keseluruhan alat

perlengkapan negara yang memegang kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Sedangkan pemerintah

dalam arti sempit merupakan keseluruhan alat perlengkapan Negara (lembaga negara) yang hanya melaksanakan fungsi

pemerintahan, seperti lembaga eksekutif (presiden dan para menteri) yang menjalankan undang-undang sesuai dengan yang

telah dibuat oleh lembaga legislatif.

Pemerintahan Berdaulat Berdasarkan Kedalam

Kedaulatan yang berdasarkan ke dalam adalah pemerintah yang mempunyai suatu kekuasaan yang dilakukan untuk mengatur

negara, dan dilalui dengan lembaga negara, juga alat perlengkapan negara apabila sering dibutuhkan. Tujuan pemerintah yang

berdaulat berdasarkan ke dalam yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945:

 Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.


 Memajukan kesejahteraan umum.
 Mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Ikut serta dalam perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, abadi, dan keadilan sosial.

Makna dari pemerintahan berdaulat berdasarkan ke dalam adalah supaya negara berhak mengatur semua kepentingan rakyat

dengan melalui bantuan dari berbagai lembaga negara dan juga dengan perlengkapannya.

Pemerintahan Berdaulat Berdasarkan Keluar

Pemerintah yang berdaulat memiliki kekuasaan ke dalam dan ke luar, yang maknanya adalah:

 Kedaulatan ke dalam, berarti pemerintah memiliki kewenangan tertinggi dalam mengatur dan menjalankan organsisasi
negara sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
 Kedaulatan ke luar, berarti pemerintah berkuasa bebas, tidak terikat dan tidak tunduk kepada kekuasaan lain.
Pemerintah juga harus menghormati kekuasaan negara lain dengan tidak mencampuri urusan dalam negerinya.

Pemerintahan berdaulat yang melakukan hubungan kerja sama lainnya dengan beberapa suatu negara supaya menjadi

kepentingan bagi suatu kepentingan negara tersebut.

Tujuan dari pemerintah berdaulat berdasarkan keluar yang sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945:

 Ikut serta dalam perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, abadi, dan keadilan sosial.
 Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain. Yang
terdapat pasal 11 ayat (1).
 Presiden mengangkat duta dan konsul yang terdapat pasal 13 ayat (1) dalam isi Undang-Undang Dasar 1945.

Hal penting yang perlu diingat adalah bahwa pemerintah yang sedang berkuasa harus diakui oleh rakyatnya. Pada hakikatnya,

pemerintah adalah pembawa aspirasi rakyat dengan begitu pemerintah mampu berdiri dengan stabil. Begitu juga pengakuan

dari luar seringkali didasarkan pada kestabilan dan kefektifan dari pemerintah suatu negara. Oleh sebab itu di awal – awal suatu

negara merdeka, pengakuan terhadap suatu negara mulanya bersifat sementara hingga saat negara itu sudah mempunyai

pemerintah yang stabil dan efektif.

Itulah beberapa sedikit penjelasan dari pengertian pemerintahan yang berdaulat yang berdasarkan ke dalam ataupun keluar.

Dengan menjelaskan tentang pemerintahan yang berdaulat dalam dapat kita simpulkan bahwa negara Indonesia mempunyai

banyak kekuasaan di negara. Juga Indonesia mampu mengatur seluruh rakyat Indonesia dengan menjalankan ketertiban dunia

secara damai.

 PENGAKUAN DARI NEGARA LAIN


Pembahasan Masyarakat internasional merupakan masyarakat yang dinamis. Dimana ia berubah dari waktu ke waktu.
Ada negara yang baru lahir maupun negara yang takluk dan dikuasai negara lain. Pemerintah yang baru lahir,
pemerintah yang lama tergu ling. Lahirnya pemerintah/atau negara tersebut ada yang melalui cara ± cara kekerasan
ada pula yang melalui jalan damai. Perubahan ± perubahan yang terjadi terhadap negara seperti itu membuat anggota
masyarakat internasional dihadapkan kepada dua pilihan. Pilihan tersebut adalah menolak atau menerima. Lahirnya
sebuah negara baru tidak lepas dari pengamatan masyarakat internasional, karena kelahiran sebuah negara baru mau
tidak mau harus berhubungan dengan negara lain. Sebuah negara tidak dapat lahir begitu saja, negara tersebut harus
memenuhi syarat ± syarat yang telah ada sejak lama dalam Hukum Internasional yang diakui oleh pergaulan
internasional, syarat tersebut terdapat dalam NRQYHQVL SDVDO ¥Montevideo¥WDKXQ Syarat tersebut antara lain :
harus ada rakyat (a permanent population), harus ada wilayah (a defined territory), harus ada pemerintahan (a
government), mempunyai kapasitas untuk berhubungan dengan negara lain (a capacity to enter into relations with
other states), dan syarat ± syarat lainnya. Mengenai harus adanya wilayah, suatu negara karena keadaan tertentu
dapat tetap diakui sebagai negara, meskipun negara tersebut tidak memiliki wilayah tetap. Contohnya adalah
Palestina, setelah sebagian wilayah negeri ini diambil Israel praktis negeri ini tidak mempunyai wilayah sama sekali.
Namun demikian negara±negara lain masih menganggapnya sebagai negara, menerima kantor perwakilan Palestina di
negaranya, atau ikut serta dalam konfrensi ± konfrensi atau perjanjian internasional. Unsur atau syarat mengenai
harus ada pemerintahan seperti diatas akan ada pertanyaan pertama mengenai kapankah suatu pemerintah menjadi
sebuah negara. Jawaban atas pertanyaan tersebut terdapat dalam kasus negara Finlandia yang lahir pada tahun 1917.
Pada mulanya, Finlandia adalah bagian dari kerajaan Rusia hingga pecahnya revolusi Rusia. Pada waktu pemerintah
Rusia mengeluarkan manifesto poilitik yang memberikan hak kepada rakyatnya untuk menentukan nasibnya sendiri,
Diet , perlemen Finlandia, menyatakan kemerdekaannya pada 4 desember 1917. Proklamasi ini tidak ditentang
pemerintah Soviet, namun didalam negeri Finlandia sendiri terdapat kelompok oposisi, termasuk sekelompok
angkatan daratnya, kelompok ini tetap menyokong pemerintah Soviet dan meolak keras pemerintah Finlandia sebagai
negara yang lepas dari Rusia. Karena keadaan ini terdapat pertumpahan darah tak terhindarkan (Adolf, 1993). Namun
demikian pemerintah Finlandia tetap bertahan dengan dukungan dari angkatan darat Uni Soviet. Komisi Ahli Hukum
Internasional (the International Committee of Jurists) yang menangani masalah ini menyatakan bahwa pemerintah
Findlandia menjadi suatu negara bukan pada waktu organisasi politik menjadi stabil di wilayahnya. Pemerintah
Finlandia menjadi suatu negara pada waktu perang atau konflik di negara itu telah berakhir (setelah pasukan lain
mundur dari Finlandia) (Adolf, 1993). Lahirnya sebuah negara baru di dunia ini, sebenarnya tidak lepas dari
pengamatan PBB. Sesudah tahun 1945 terdapat banyak negara±negara baru setelah membebaskan diri dari kekuasaan
kolonial, selama waktu tersebut 140 negara baru telah lahir dan semuanya menjadi anggota PBB. Syarat ± syarat
negara yang dapat diakui oleh PBB hanya bahwa negara baru tersebut harus cinta damai (peace loving), menerima
kewajiban yang terdapat di dalam piagam, mampu dan bersedia melaksanakan kewajiban dan ditetapkan oleh Majelis
Umum atas rekomendasi Dewan Keamanan PBB. Peran ± peran PBB dalam pembentukan sebuah negara baru dapat
dilihat dalam beberapa cara, antara lain : Sistem Perwalian Internasional, Misi Perdamaian PBB (Peace Keeping
Operations), Pengawasan Pemilihan Umum (Electoral Assistan-ce), Pengawasan Administrasi Pemerintahan (An
Interim Administrator).
 FUNGSI PENGAKUAN
Fungsi Pengakuan Menurut J.B. Moore makna pengakuan adalah sebagai suatu jaminan yang diberikan kepada
suatu negara baru bahwa negara tersebut diterima sebagai anggota masyarakat internasional (Adolf, 1993). Dari
definisi di atas maka dapat diartikan fungsi pengakuan ini yaitu, untuk memberikan tempat yang sepantasnya
kepada suatu negara atau pemerintah baru sebagai anggota masyarakat internasional. Dalam literatur ± literatur
hukum terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pengakuan ini adalah sebagai suatu keharusan atau sebagai
suatu kewajiban hukum. Hal ini berawal dari doktrin Luterpacht dan Chen yang menyatakan bahwa pengakuan ini
merupakan suatu keharusan agar suatu negara dapat lahir. Menurut Lauterpacht, karena suatu negara tidak dapat
ada sebagai subyek hukum tanpa adanya pengakuan ini, maka hukum internasional membebankan kewajiban
kepada negara ± negara yang telah ada untuk memberikan pengakuannya. Agar negara baru itu ada (Adolf, 1993).
Dengan hal yang nada yang sama, namun berbeda redaksinya, Chen berpendapat bahwa karena negara baru itu
ada dan mempunyai hak, maka ada suatu kewajiban bagi negara±negara lain untuk mengakuinya agar hak negara
tersebut berlaku (Adolf, 1993).
Teori ± teori Tentang Pengakuan Dalam literatur±literatur hukum internasional terdapat dua teori yang terkenal
tentang pengakuan, yaitu : 1. Teori Konstitutif Dalam teori konstitutif ini dikemukakan bahwa di mata hukum
internasional, suatu negara lahir jika negara tersebut telah diakui oleh negara lainnya. Hal ini mengartikan bahwa
hanya dengan pengakuanlah suatu negara baru itu dapat diterima sebagai anggota masyarakat internasional dan
dapat memperoleh status sebagai subjek hukum internasional. Pendukung utama teori ini adalah Lauterpacht yang
menyatakan bahwa a state is, and becomes, an international person through recognition only and exclusively
(Mauna, 2003). Selanjutnya ditegaskannya pula bahwa statehood alone does not imply membership of the family
of nations (Mauna, 2003). Untuk menguatkan sifat hukum dari perbuatan pengakuan, ia juga menegaskan bahwa
recognition is a quasi judicial duty dan bukan merupakan an act of arbitrary discreation or a political concession
(Mauna, 2003). Ada dua alasan yang melatarbelakangi teori ini. Pertama, jika kata sepakat yang menjadi dasar
berlakunya hukum internasional, maka tidak ada negara atau pemerintah yang diperlakukan sebagai subjek hukum
internasional tanpa adanya kesepakatan dari negara yang ada terlebih dahulu. Alasan kedua, yaitu bahwa suatu
negara atau pemerintah yang tidak diakui tidak mempunyai status hukum sepanjang negara atau pemerintah itu
berhubungan dengan negara ± negara yang tidak mengakui (Adolf, 1993). 2. Teori Deklaratif Dalam teori ini
pengakuan tidak menciptakan suatu negara karena lahirnya suatu negara, karena suatu negara lahir atau ada
berdasarkan situasi ± situasi/fakta murni. Kemampuan tersebut secara hukum ditentukan oleh usaha ± usahanya
serta keadaan±keadaan yang nyata dan tidak perlu menunggu untuk dapat diakui oleh negara lain. Suatu negara
ketika lahir langsung menjadi anggota masyarakat internasional dan pengakuan hanya merupakan pengukuhan dari
kelahiran tersebut, maka menurut teori ini pengakuan tidak menciptakan suatu negara, dan pengakuan bukan
merupakan syarat lahirnya suatu negara baru. Dalam perkembangan di lingkungan hukum internasional
kecenderungan praktek negara±negara lebih mengarah kepada teori deklaratif. Contohnya adalah penolakan
pengakuan oleh negara negara Barat sampai tahun 1973 atas pembentukan Republik Demokrasi Jerman yang
dianggap merupakan pelanggaran Uni Soviet terhadap kewajiban ± kewajiban yang tercantum dalam perjanjian
±perjanjian yang telah dibuat dengan negara ± negara sekutu sesudah perang (Mauna, 2003). Ini adalah contoh dari
pelaksanaan teori konstitutif yang sekarang ini tidak lagi dipakai dalam praktek negara ± negara. Salah satu ciri
pokok yang sebagaimana diketahui dalam hubungan internasional sesudah tahun 1945 adalah munculnya negara ±
negara baru setelah membebaskan diri dari penjajahan colonial. Berkaitan dengan hal itu hukum internasional tidak
melarang gerakan kemerdekaan nasional untuk lepas dari penjajahan.
Meskipun kecenderungan praktek dalam hukum internasional lebih mengarah kepada teori deklaratif, namun
bukan berarti teori konstitutif sepenuhnya salah. Kedua teori ini mempunyai alasan masing ± masing yang benar
dan dalam beberapa keadaan keduanya pun benar.
Suatu negara atau pemerintah tidak akan mendapatkan status dari negara lain kecuali negara tersebut diakui oleh
negara yang bersangkutan (teori konstitutif). Namun bukan berarti bahwa negara tersebut tidak ada (teori
deklaratif). Maka, jika dilihat dari hal tersebut, negara tetap ada meskipun tidak diakui. Negara tersebut hanya
dapat mengadakan hubungan dengan negara yang mengakuinya. Pada waktu rezim komunis Cina berkuasa, negara
Cina ini tetap ada meskipun Amerika Serikat tidak mengakuinya, tetapi negara Cina tidak dapat melakukan
hubungan dengan Amerika Serikat sampai Amerika Serikat memberikan pengakuannya (Adolf, 1993). Dari uraian di
atas dapat dikatakan bahwa muncul atau lahirnya suatu negara adalah suatu peristiwa yang tidak langsung
mempunyai ikatan dengan hukum internasional. Pengakuan yang diberikan kepada negara yang baru lahir tersebut
hanya bersifat politik, atau seperti pengukuhan terhadap statusnya di lingkungan anggota masyarakat internasional
dengan segala hak dan kewajiban yang dimiliki sesuai dengan hukum internasional.
 BENTUK-BENTUK PENGAKUAN
1. Pengakuan secara Kolektif Pengakuan suatu negara dalam kategori ini dapat berupa dua bentuk. Bentuk
yang pertama adalah deklarasi bersama oleh sekelompok negara. Contohnya adalah pengakuan negara ±
negara Eropa secara koletif/bersama ± sama pada tahun 1992 terhadap ketiga negara yang berasal dari
pecahan Yugoslavia yakni Bosnia dan Herzegovina , Kroasia, dan Slovenia (Mauna, 2003). Bentuk kedua yaitu
pengakuan yang diberikan melalui penerimaan suatu negara baru untuk menjadi bagian/peserta ke dalam
suatu perjanjian multilateral. Contohnya seperti perjanjian damai. Pengakuan kolektif ini dalam kaitannya
dengan pengakuan negara baru mempunyai peranan sebagai bukti pengakuan terhadap adanya negara
baru.
Pengakuan kolektif berkaitan dengan masuknya suatu negara ke dalam suatu organisasi internasional
terkadang menimbulkan masalah yang cukup penting bagi negara yang bersangkutan. Penyebab hal ini
adalah karena masuknya negara tersebut ke dalam pengakuan terhadapnya bukan diberikan oleh organisasi
internasional melainkan oleh para anggotanya. Pengakuan kepada negara baru diberikan oleh sekelompok
negara yang bergabung dalam organisasi tersebut. Sudah tentu dengan diberikannya pengakuan kolektif ini
akan mempunyai dampak yang cukup berpengaruh terhadap hubungan negara baru tersebut dengan
negara ± negara anggota organisasi internasionall tersebut.
2. Pengakuan secara Terang ± terangan dan Individual Pengakuan seperti ini berasal dari pemerintah atau
badan yang berwenang di bidang hubungan luar negeri, ada beberapa cara seperti :
a. Nota Diplomatik, Suatu Pernyataan atau Telegram. Pada umumnya suatu negara mengakui
negara lain secara individual yang hanya melibatkan negara itu saja. Pengakuan individual ini
mempunyai arti diplomatik tersendiri bila diberikan oleh suatu negara kepada negara bekas
jajahannya atau kepada negara yang sebelumnya bagian dari negara yang memberikan
pengakuan (Mauna, 2003). Misal pernyataan negara Republik Indonesia terhadap kemerdekaan
Timor Leste dimana sebelumnya Timor Leste adalah salah satu bagian dari NKRI.
b. Suatu Perjanjian Internasional, beberapa contohnya adalah : 1. Pengakuan Prancis terhadap
Laos tanggal 19 Juli 1949 dan Kamboja 18 November 1949. 2. Pengakuan Jepang terhadap Korea
tanggal 8 September 1951 melalui pasal 12 Peace Treaty. 3. Pengakuan timbal ± balik Italia ±
Vatikan melalui pasal 26 Treaty of Latran 14 Februari 1929 (Mauna,2003:68-69).
3. Pengakuan secara Diam ± Diam Pengakuan ini terjadi jika suatu negara mengadakan hubungan dengan
pemerintah atau negara baru dengan mengirimkan seorang wakil diplomatik, mengadakan pembicaraan
dengan pejabat resmi atau kepala negara setempat. Namun dalam keadaan ini harus ada indikasi atau
tindakan nyata untuk mengakui pemerintah atau negara yang baru. Seperti yang terjadi pada hubungan
Amerika Serikat dan Cina. Walaupun Amerika Serikat secara resmi tidak mengakui RRC, tetapi semenjak
tahun 1955 negara tersebut telah mengadakan perundingan ± perundingan tingkat duta besar di Jenewa,
Warsawa, Prancis, dan yang diikuti dengan pembukaan kantor ± kantor penghubung di kedua negar akhir
Mei 1973 (Mauna, 2003). Dapatlah dikatakan bahwa perundingan ± perundingan dan pembukaan kantor
penghubung tersebut ditambah dengan kunjungan resmi Presiden Nixon ke Peking tahun 1971 merupakan
pengakuan secara timbal±balik secara diam±diam walaupun tidak adanya pengakuan secara resmi. Dalam
hubungan internasional, hubungan antar dua negara atau perundingan±perundingan tingkat duta besar tidak
mungkin dapat terjadi jika antara negara satu dengan yang lain tidak saling mengakui keberadaan masing ±
masing walaupun secara diam ± diam. Kunjungan PM Israel Shimon Peres ke Maroko tanggal 21 Juli 1986 dan
pembicaraan ± pembicaraan yang dilakukannya dengan Raja Hasan II untuk mencari penyelesaian Timur
Tengah dapatlah dianggap sebagai pengakuan se-cara diam ± diam antara kedua negara (Mauna, 2003).
Contoh lainnya adalah Vatikan yang sering mengadakan hubungan dengan Israel pada tingkat duta besar
walaupun kedua negara ini tidak mem-punyai hubungan diplomatik, dan pada akhirnya Vatikan secara resmi
mengakui Israel pada tanggal 30 Desember 1993.

4. Pengakuan Terpisah

Pengakuan terpisah ini juga dapat diberikan kepada suatau negara baru. Kata “terpisah” ini digunakan apabila
pengakuan itu diberikan kepada suatu negara baru, namun tidak kepada pemerintahnya, atau sebaliknya pengakuan
diberikan kepada suatu pemerintah yang baru yang berkuasa, tetapi pengakuan tidak diberikan kepada negaranya
(Tasrif, 1966).

5. Pengakuan Mutlak Suatu pengakuan yang telah diberikan kepada suatu negara baru tidak dapat ditarik kembali.
Institut Hukum Internasional dalam suatu Resolusi yang disahkannya pada 1936 menyatakan bahwa pengakuan
de jure suatu negara tidak dapat ditarik kembali (Tasrif, 1966). Moore meny atakan bahwa pengakuan sebagai
suatu asas umum bersifat mutlak dan tidak dapat ditarik kembali (absolute and irrevocable) (Tasrif, 1966). Hal
ini dapat dikatakan sebagai konsekuensi dari pengakuan de jure. Namun pengakuan secara de facto yang telah
diberikan, dalam keadaan tertentu pengakuan ini dapat ditarik kembali (Malcolm, 1986). Penyebab hal ini
karena biasanya pengakuan de facto diberikan kepada negara, sebagai hasil dari penilaiannya yang bersifat
temporer atau sementara dan hati± hati terhadap lahirnya suatu negara baru. Hal seperti ini dilakukan untuk
mengahadapi suatu situasi dimana pemerintah yang diakui secara de facto tersebut kehilangan kekuasaan,
karena hal ini maka alasan untuk memberikan pengakuan menjadi hilang. Oleh karena itu pengakuan yang telah
diberikan dapat ditarik kembali bagi negara yang memberi pengakuan (Adolf, 1993).
Pada waktu pertama kali Indonesia menyatakan kemerdekaanya, Belanda tidak mengakuinya, tetapi ketika
Indonesia berhasil mempertahankan kemerdekaan setelah dilalui oleh aksi ± aksi militer, Belanda tidak langsung
memberikan pengakuan de jure, tetapi hanya pengakuan de facto. Tindakan ini dilakukan karena Belanda masih
berharap situasi di dalam negeri Indonesia dapat berubah dan Belanda dapat kembali berkuasa. Dalam praktek
hukum internasional, penarikan suatu pengakuan jarang terjadi atau ditemui, namun hal ini mempunyai
kemungkinan untuk terjadi. Tahun 1936 Inggris mengakui secara de facto penaklukan Italia atas Ethiopia dan
kemudian diikuti pengakuan de jure di tahun 1938, namun Inggris menarik pengakuannya ini di tahun 1940
menyusul terjadinya pergolakan senjata di negeri Ethiopia yang diduduki itu (Malcolm, 1986).
6. Pengakuan Bersyarat suatu pengakuan yang diberikan kepada suatu negara baru yang disertai dengan syarat ±
syarat tertentu untuk dilaksanakan oleh negara baru tersebut sebagai imbangan pengakuan (Tasrif, 1966).
Menurut Hall, pengakuan ini ada dua macam, yakni pertama, pengakuan dengan syarat± syarat yang harus
dipenuhi sebelum pengakuan diberikan. Kedua, pengakuan dengan syarat± syarat yang harus dilakukan
kemudian sesudah pengakuan diberikan. Dalam hal yang pertama, pengakuan tidak perlu dilakukan apabila
syarat ± syarat yang telah disetujui tidak dilakukan atau dilaksanakan. Dalam hal yang kedua, tidak
dipenuhinya syarat ± syarat pengakuan yang telah disetujui untuk dilaksanakan maka hal ini member alasan
kepada negara yang memberikan pengakuan untuk melaksanakan penataan syarat ± syarat tersebut melalui
pemutusan hubungan diplomatik atau bahkan dengan mengadakan intervensi.
Pengakuan bersyarat ini diberikan sebagai pengikat dan sebagai suatu cara tekanan politik kepada suatu
negara baru. Contoh dari pengakuan ini adalah, ditandatanganinya perjanjian Litvinov tahun 1933,
perjanjian ini berisi pengakuan Amerika Serikat terhadap pemerintah Soviet. Dalam perjanjian tersebut
diisyaratkan agar Uni Soviet membayar seluruh tuntutan keuangan Amerika Serikat dan bahwa Uni Soviet
tidak akan melakukan tindakan ± tindakan yang dapat mengganggu keamanan dalam negeri Amerika Serikat
(Adolf, 1993).
Pada tahun 1878 Bulgaria, Montenegro, Serbia, dan Rumania diakui oleh sekelompok negara± negara Eropa
dengan syarat bahwa negara± negara ini tidak akan melarang warga negaranya menganut agamanya.
Contoh lain adalah pengakuan Amerika Serikat dan Inggris terhadap Pemerintahan sementara Cekoslovakia
dan Polandia, dimana dalam pengakuan tersebut tercantum didalamnya persyaratan agar kedua negara ini
mengadakan pemilihan umum yang bebas sesudah pendudukan yang dilakukan Jerman atas kedua negara
ini berakhir (Adolf, 1993).
Sehubungan dengan persyaratan± persyaratan ini pula, Mahkamah Agung Amerika Serikat, dalam kasus U.S
vs pink mengatakan bahwa recognition is not always absolute, it is sometimes conditional. Pengakuan
bersyarat ini tidak berakibat hukum apapun juga, hal ini disebabkan karena pengakuan yang demikian
merupakan tindakan sepihak saja, dan dilatarbelakangi oleh maksud ± maksud politik (Adolf, 1993).
Dalam hukum internasional dikenal dua macam bentuk pemerintah baru, yaitu pengakuan pemerintah de
jure dan de facto.

Pengakuan Pemerintah Baru


1. Silakan Cari di Via Internet

Anda mungkin juga menyukai