Anda di halaman 1dari 3

Nama : Siti Arfiah

Kelas : XI MIPA 1

“Broken Home”

Semua orang pasti menginginkan kehidupan yang nyaman, harmonis dan juga mendapat kasih
sayang dari orangtua. Namun, mengapa aku tidak pernah bisa memiliki kehidupan itu. Tak pantaskah
aku mendapatkannya? Sesungguhnya, sebuah kasih sayang dari orang tua tak akan bisa tergantikan
dengan apapun. Aku yakin Allah merencanakan semua ini adalah yang terbaik buatku dan juga
keluargaku. Semoga dengan aku menceritakan semuanya bisa membuat perasaan ini jauh lebih baik
dan tak akan ada kesedihan lagi di hari-hari yang akan aku jalani. Perkenalkan namaku adalah
Hanyfah. Aku akan menceritakan pengalamanku yang menyedihkan ini sama kalian semua semoga
ini tidak akan pernah terjadi buat yang membacanya. Aminn

Entah darimana aku harus memulai ini semua, Seorang ibu yang terus bersabar mengadapi sebuah
cobaan yang tidak bisa aku bayangkan membuatku setiap hari harus menangisi keadaan ini. Aku
benci keadaan ini. Aku benci diriku sendiri yang lemah. Aku membenci Ayah yang tak pernah bisa
mengerti perasaan ibu mengapa Ayah harus menuruti permintaan nenek yang membuat keadaan ini
semakin rumit. Mengapa nenenk setega ini memisahkan Ayah dengan Ibu. Aku gak habis fikir semua
yang ada di rumah ini harus menjadi orang yang gak punya perasaan sama sekali. Aku juga
mempunyai seorang kakak, tapi percuma aku punya seorang kakak yang hanya membahagiakan
dirinya sendiri, menjadi leleki yang selalu membuat situasi ini tak akn pernah berakhir dari
pertengkaran. Harusnya kakak tau keluarga kita sedang berantakan tapi masih sempat-sempatnya
kakak memikirkan dirikakak sendiri dibanding adik yang selalu disalahkan di hadapan Ayah. Aku
benci semuanya. Aku tahu ibu memang wanita yang tak sempurna dia mempunyai kekurangan gak
bisa berjalan seperti wanita normal, tapi apakah mereka harus berpisah rumah seperti ini dan ayah
harus meninggalkan ibu dalam keadaan yang tak berdaya ini.

Saat itu, aku dan ibu sedang memasak dan saling bercerita. “ Ibu, maafkan aku jika aku harus lahir
kedunia ini dan membuat keadaan ini tak pernah membaik, aku tau ibu selalu sedih dan terpukul
saat Ayah ingin menceraikan ibu, maafkan aku ibu”? Menangis dan memeluk ibu.

“Nak, kau jangan pernah berbicara seperti itu, Kamu adalah anak ibu yang dianugrahkan dari tuhan
untuk melengkapi keluarga ini. Ayah, munkin bersikap seperti itu karana dia tidak bisa menerima ibu
seperti wanita yang sempurna.” Mencoba terlihat tegar dihadapanku.

“ Ibu, bagiku kau adalah wanita yang sempurna yang pernah ku miliki. Mengapa ayah jahat sama
kita, apakah ayah udah gak sayang lagi sama kita”? terus menangis.

“ Ayah tidak jahat sama kita nak, ayah sayang sama kita.” Kata ibu meyakinkanku. “Lalu mengapa
kalo ayah sayang sama kita, ayah harus memilih berpisah ruamah. Aku benci sama ayah.” Dengan
nada yang keras hingga terdengar ayah saat lewat. “Apa! Kamu membenci ayah, berani-beraninya
kau mengatakan itu pada ayah!”.kata ayah dengan nadak kasar dan marah. “ Ayah, kenapa ayah
tega melakukan semua ini sama ibu.Apa salah ibu ayah sampai ayah membuat ibu menangis, ibu
sangat mencintaimu dan menyayagimu tapi apa balasanmu ibu, kau hanya pada membuatnya sakit
hati dan menangis.” Kataku dengan kesal. “ Ayah melakukan semua ini demi kebaikan kita semua.
Kamu harus tau itu Hany.” Dengan nada menenangkanku.
“ Sudahlah hany ibu tidak apa-apa kalau memang itu yang terbaik buat keluarga kita,ibu tak
keberatan dan kamu Ayah sebaiknya kita memang lebih baik berpisah agar kau lebih tenang dengan
hidupmu.” Sedikit kesal dan terus menangis. Lalu akupun berlari masuk kekamar denan terus
menangis tanpa henti dan berkata “ Aku benci sama ayah”!.

Hingga aku tak mampu menahan beban yang ku hadapi ini. Semakin lama semakin tak mampu
untuk aku hadapi bagaimana mungkin aku harus menerima ibu tinggal bersama kaka dan aku harus
tinggal bersama ayah. Aku ingin keluarga kita utuh seperti dulu lagi manjalani masa-masa yang indah
dengan canda tawa yang tak bisa tergantikan dengan apapun. Saat itu aku mendengar ayah bersama
ibu bertengkar di ruang tamu dan aku berada di kamarku.

“kamu bukanya sebagai ibu mengajari anakntya dengan sopan santun malah membuatnya
membenci ayahnya sendiri, ibu macam apa kamu ini!” dengan nada kasar.

“Harusnya kamu sebagai ayah yang bertanggung jawab di keluarga ini lebih mengutamakan
anakmu dibanding memilih untuk berpisah. Apa kau tak kasian dengan mereka yang setiap hari
mendengar kita berantem seperti ini!”. Menangis tanpa henti. Lalu aku pun sudah takuat lagi
mendengar mereka bertengkar setiap hari akau malu dengan teman-temanku mereka selalu bahagia
yang selalu menyayagi mereka, tapi kenapa aku gak memilikinya, semua ini gak adail. Aku pergi
keluar dan menghentikan pertengkaran ayah dan ibu.

“Berhenti! Apa kalian ini tak malu dengan anakmu yang terus melihat kalian seperti ini. Apa kalian
belum cukup membuatku menangis harus menahan rasa kekecewaan ini,mungkin ayah dan ibu
bahagian denan keadaan ini tapi aku gak sama sekali ayah,ibu. Aku ini anak kalian harusnya kalian
memberikan contoh yang baik kepada anaknya bukanya seperti ini. Tak mengertikah kalian dengan
perasaanku.” Menangis dan sangat kecewa.

“Lihat itu anak kamu. Hany terlalu kecil untuk menerima ini semua apakah kau tega memeisahkan
aku dengannya.” Kata ibu dengan tegas.

“ Aku memang memisahkan kalian. Aku tidak mau mempunyai seorang istri yang lumpuh seperti
kamu! Tidak bisa merawat anak kita dengan baik karena kau tak bisa berjalan. Sebentar lagi aku akan
menceraikanmu dan mencari ibu yang mamapu membuat hany bahagia.” Kata ayah dengan penuh
amarah.

“Diam! Tidak bisakah kalian diam. Semua ini membuatku tersiksa. Ayah, apa ayah tidak mempunyai
perasaan dengan ibu, sehingga kau mampu untuk melupakannya dan memutuskan untuk menikah
lagi. Baiklah ayah ceraikan ibu! Lebih baik ayah menceraikan ibu dari pada ibu menahan sakit hati
yang begitu dalam. Aku benci ayah!”. Menangis dan keluar dari rumah.

“Hany, kau mau kemana nak? Jangan dengarkan ayahmu dia hanya bercanda,kembalilah nak?”
berlari mengejarku.

“ Aku tak mau punya ayah yang gak punya perasaan. Biarkan akau pergi untuk sementara waktu
untuk menenangkan hati ini ibu. Maafkan aku.” Pergi dan terus menangis sepanjang jalan.

kejadian itu, aku menjadi anak yang Broken Home dan terus menjalani kehidupan yang sering kali
aku tak bisa berfikir positif. Setiap hari aku disekolah menjadi anak pendiam, nilai pelajaranku turun
semua kehidupan ku menjadi berantakan. Hingga aku memutuskan untuk pergi jauh dari rumah agar
aku tak mendengar pertengkaran yang membuatku tak tahan untuk tinggal dirumahku sendiri.
Sebenarnya ku tak ingin melakukan ini semua tapi aku tak tahan dengan semua yang aku hadapi aku
menjadi korban dalam pertengkara ibu dan ayah. Ibu maafkan aku melakukan ini aku telah
menjadi anak yang tidak berbakti kepada orangtua, aku berjanji dengan kepergianku ini aku akan
menjadi anak yang baik dan aku akan kembali setelah aku bisa membalas semua jasamu. Akau ingin
membahagiakanmu dan memberikan yang terbaik untuk ibu. Semoga ibu disana baik-baik saja.
Ayah, aku tahu ayah malu dengan keadaan ibu yang tidak bisa berbuat apa-apa, tapi tak seharusnya
kau tega menceraikan ibu dan mencari wanita lain yang jauh lebih sempurna dari ibu. Ayah harus
tahu ibu sangat mencintai ayah seperti aku mencintai ayah. Semoga dengan kepergianku ini kalian
bisa memikirkan hidup kalian masing-masing. Suatu saat nanti aku akan kembali untuk kalian. I Love
you Ded, I love you Mom, Your My Everything……..

Selesai………

Anda mungkin juga menyukai