Anda di halaman 1dari 6

13 Oktober 2011, tak terasa hari ini tepat 1 tahunnya kepergian kakak ku yang sangat aku

cintai, dia pergi meninggalkan kami semua untuk selama-lamanya. Satu tahun tanpa kehadiran
kakak di tengah keluarga ku, membuat aku begitu merindukan sosoknya yang
ceria,lucu,perhatian,dan cerewet. Setiap malam aku dan ibu merasa kesepian, tanpa kakak ku
di tengah-tengah kami.

“Danu, kenapa kamu ada di sini, ? sampai-sampai ibu memanggilpun kau tak mendengar.”

“, eh ayah(dengan sedkit terkejud), maaf ayah, danu hanya merindukan kakak,”

“hmmm, nak, bukan hanya kamu yang merindukan kakak mu, ayah pun sangat merindukan
kakak mu. Kita hanya bisa mendo’akan kakak mu nak.”

“iya, ayah benar kita hanya bisa mendo’akan kakak, yah, ada yang ingin danu sampaikan
kepada ayah, ini ada kaitanya dengan kak fany ayah.”

“apa danu, cepat katakan pada ayah.”

“ Ini yah, diary kak fany yang kemarin danu temukan di dalam lemari kak fany, di dalam diary ini
kak fany masih sempat menulis kisah hidupnya sebelum ia meninggal. Dan ayah harus
membacanya.

(Sang ayah dengan wajah heran menggambil diary dari tangan danu dan membaca diary
tersebut)

Sabtu pagi nan dingin, langit hari ini tampak mendung. Pagi ini hujan turun sangat deras,
hingga rongga hidung ku pun terasa beku, dingin pagi ni begitu menusuk hingga ke tulang
berulang ku. Hujan ini membuat aku bertambah merasa kesepian,bagaimana tidak, jika aku
hanya sendiri di ruangan yang baunya mungkin siapa pun tidak suka. Di ruangan ini semuanya
serba putih, hordeng jendela, sprei tempat tidur, bahkan cat temboknya juga berwarna putih.
Aku pasien dari ruang kamar nomor 29, yang terbaring lemas karna terserang penyakit kangker
hati stadium akhir, penyakit ini mengendap di tubuhku sejak aku berumur 14 tahun, namun saat
itu aku tak pernah menyadari bahwa aku mengidap penyakit yang separah ini. Saat ini aku
berumur 17 tahun, tepatnya hari ini aku berulang tahun yang ke 17 biasa di sebut-sebut “Sweet
Seventeen” , namun apalah arti sweet seventen bila hidup ku mungkin tak akan bertahan lama,
dan terpenting adalah kehidupan keluaraga ku yang tak kunjung berubah. Ayah ku menikah
lagi ketika aku berumur 5 tahun, sejak saat itu lah keluarga ku mulai sedikit renggang dan tak
harmonis lagi, ayah dan ibu ku sering bertengkar, yah saat itu aku belum mengerti apa-apa,
walaupun ayah ku menikah lagi, ayah tidak ingin menceraikan ibu ku yang berkali-kali meminta
untuk bercerai. Pada waktu itu aku pun masih merasakan hangatnya kasih sayang dari
seorang ayah, apa pun yang aku mau, ayah selalu menuruti keinginan ku itu, bahkan ayah
lebih sering menghabiskan waktu luang di rumah, dari pada di rumah istri keduanya tepatnya
ibu tiri ku. Tahun demi tahun pun berlalu sedikit demi sedikit perubahan pun mulai terasa di
sela-sela kehidupan keluarga ku, ayah mulai jarang pulang ke rumah, saat itu ibu ku masih
mengandung adik ku. Ntah apa penyebab yang membuat ayah ku mulai berubah, mungkin
karena mulai tak betah, atau mungkin ada penyebab lain yang tak ku ketahui hingga saat ini.
Hingga sampai akhirnya lahir lah adik laki-laki ku, saat itu aku masih duduk di bangku sekolah
dasar tepatnya kelas 2 SD. Ketika adik ku lahir ayah ku pun tak ada di sana untuk menemeni
ibu ku, hany ada kakek, dan beberapa kerabat-kerabat dari keluarga kun entah lah mungkin
ayah sedang sibuk dengan pekerjaannya. Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan pun berganti
begitu pun dengan tahun, masih kuingat kejadian yang satu ini ketika aku berusia 12 tahun,
dan adik ku berusia 5 tahun ayah tak kunjung pulang ke rumah selama lima hari, sehingga ibu
tak tau harus memberi makan apa aku dan adik ku, hingga aku, adik ku, dan ibu ku, hanya
makan nasi putih, hal ini bukan karena keterbasan ekonomi ayah ku, namun karna ayah tak
memberikan ibu hasil jerih payahnya. Dan pada saat umur yang sama itulah, aku tahu bahwa
ayah juga memiliki dua orang anak dari istri keduannya itu, dan ternyata aku memiliki dua
orang adik tiri, yang usianya tak jauh berbeda dari usia adik ku Danu. Sungguh kenangan itu
sangat lah menyakitkan bila ku ingat, namun bagaimanapun ayah adalah orang tua ku, ia tetap
lah menjadi ayah yang sangat aku cintai, walau berkali-kali ayah menyakiti perasaan ibu.
Walau sempat ayah meninggalkanku adikku, dan ibuku, tapi aku tak pernah bisa meninggalkan
ayah. Di balik tidak keperdulian ayah pada aku, adik ku, dan ibu ku, aku besyukur memiliki
seorang ibu yang amat berjiwa ksatria, berhati emas, dan berperasaan lembut. Tak hanya itu
ibu selalu membimbing aku, dan adik ku untuk menjadi anak yang pintar, jujur dan berbudi
baik, naseehat ibu yang selalu ia katakan pada aku dan adik ku, yang sampai saat ini masih ku
ingat dan selalu akan ku ingat, adalah ” nak, walaupun ayah tak perbah mengjarkan apa yang
seharusnya di ajarian seorang ayah kepada anaknya, ingatlah bahwa ibu selalu ada untuk
membimbing kalian,dan ingatlah sekali pun suatu saat ayah tak akan pernah pulang kalian
tetap lah anak ayah, dan selalu menjadi anak ayah.” Nasehat itulah yang membuat aku, dan
adik ku tak pernah membenci ayah dan tak ingin menyusahkan ibu,ibu tak pernah mengajarkan
aku dan adik untuk membenci ayah, sekalipun ayah pernah tak pulang selama beberapa bulan,
dan tak pulang satu bulan penuh ketika dan yang paling menyedihkan ketika bulan ramadan,
ayah tak pernah pulang untuk berbuka puasa bersama dan sahur bersama di rumah, adiku
danu selalu bertanya”Ibu kenapa ayah tak pulang untuk berbuka bersama?”, berkali-kali ibu
meneteskan air mata ketika danu bertanaya seperti itu, hingga malam akhir bulan puasa, ayah
pun tak ada untuk berkumpul di rumah, suara kumandang takbir kemenangan membuataku
menangis dan selalu mengelu kepada tuhan, mengapa keluargakiu ini begitu tak bahagia,
berkali-kali aku berdo’a agar ayah dapat mendengarkan keluh kesah ku, tangisan ibuku,dan
penderitaan aku serta ibu dan adikku dan juga sejuta rindu yang membelengu dalam hatiku.
Sesungguhnya ketika aku kecil, aku merasa cukup mendapatkan kasih sayang seorang ayah,
dan bahkan benar-benar cukup. Tapi perasaan itu berbeda dengan perasaan adiku Danu,
sejak ia lahir, hingga ia perlahan tumbuh dewasa, ia jarang bertemu ayah, dan mendapat kasih
sayang ayah.Hingga akhirnya aku jatuh sakit dan di rawat di rumah sakit untuk pertama
kalinya, kala itu usia ku masih 13 tahun di mana aku duduk di kelas 1 SMP, ini pertama kalinya
aku masuk rumah sakit dan di rawat selama 3 hari, dan saat itu ayah selalu ada untuk menjaga
ku di rumah sakit. Senang melihat ayah menemaniku dan rela tak berkerja hanya untuk
menjaga ku, namun apakah ayah harus pulang ketika aku atau adik ku sakit saja. Dokter bilang
aku hanya mengalami demam biasa, hingga aku berumur 14 tahun, aku mulai sering
mengalami mimisan, hal ini tak pernah ku katakan pada ibu karna tak ingin membuatnya
khawatir. Beberapa bulan kemudian, aku mimisan lagi untuk yang kesekian kali, namun kali ini
mimisan ku sangat banyak hingga membuat ibu tau, bahwa aku mungkin sedang sakit, ibu
langsung membawa ku ke rumah sakit untuk di periksa tentang sakit yang ku alami. Saat itu ku
lihat ibu berbincang-bincang dengan dokter dalam keadaan sangat serius, namun aku tak tau
penyakit apa yang aku derita ini. Sesampainya di rumah ku tanyakan pada ibu tentang penyakit
yang ku derita, dan ibu menjawab aku hanya kelelahan, awalnya aku percaya dengan apa
yang ibu katakan, namun perlahan-lahan kepercayaanku hilang ketika ibu selalu membawa ku
ke rumah sakit setiap satu bulan sekali untuk di periksa.tentu aku curiga dengan penyakit yang
ku derita pastilah penyakit yang amat cukup parah sehingga aku harus di periksa setiap satu
bulan sekali. Akhirnya esok hari ku putuskan untuk menemui dokter yang setiap satu bulan
sekali memeriksaku, ternyata aku mengidap penyakit kanker hati stadium 2 dan dokter
memfonis aku hanya dapat bertahan hidup selam beberapa tahun saja. Hal ini sungguh
mengejutkan ku,dan benar-benar menghancurkan hidupku. Aku begitu benar-benar tak bisa
menerima penyakit ini, aku merasa tak ingin hidup lagi dengan semua keadaan ini, ayah tak
kunjung pulang, dan aku terserang penyakit kanker hati, bukan kah ini sangat tak adil sejak
saat itu lah aku memilih untuk menjauh dari teman-temanku di sekolah maupun di rumah. Aku
tak ingin di antara mereka ada yang tahu tentang penyakit ku ini. Ingin rasanya aku mengeluh
di hadapan ibu tentang penyakitku ini namun karna rasa sayangku pada ibu , aku tak ingin
bersedih di depan wajahnya yang penuh dengan kerutan itu.Semangat ibu selama di tinggal
ayah membuat itulah aku belajar untuk tak mengeluh pada siapa pun. Selama satu tahun aku
selalu rutin periksa ke dokter, namun kesehatan terus menurun sedangkan tabungan ibu di
Bank perlahan mulai habis, adik ku bersekolah di bangku sekolah dasar, dan aku pun masih
bersekolah di bangku SMP.Penyakit ini perlahan mulai menggerogoti tubuhku, setiap malam
aku selalu merasakan sakitnya, dan hampir setiap hari darah selalu keluar dari hidungku,dan
terkdang dari mulutku, selama bertahun-tahun ini aku menahan semua penyakit ini, hingga
saat ini, ketika aku beranjak menjadi seorang gadis remaja,menggunakan seragam abu-abu
dengan bangganya, di sini aku menemukan suasana baru, teman-teman baru, dan sebuah
rasa yang baru pertama kali aku rasakan. Dan rasa ini jugalah yang menjadi salah satu
penyemangat hidupku untuk bertahan. Aku menyukai seorang pria yang bernama Vicky,dia
adalah teman sekelasku yanng sifatnya cukup pendiam, dia jarang berbicara dengan orang
lain, dia senang membaca buku dan mendengarkan musik, aku sering memperhatikannya dari
jarak dekat maupun jarak jauh, bahkan aku sering mengikutinya secara diam-diam. Awalnya
rasa ini hanya sekedar suka, namun perlahan aku menyadari bahwa ini adalah cinta,namun
karna penyakit yang ku derita ini aku merasa takut untuk berteman dan berbicara pada orang
lain. Aku takut bila mereka tahu aku mengalami penyakit kanker mereka semua tak ingin
mendekatiku lagi, termaksut vicky, aku tak ingin ia tahu bahwa aku seoarang gadis yang
penyakitan, karna itu aku tak berani untuk menedekati vicky atau mengajaknya bicara,
jangankan mengajaknya bicara, menyapaya pun aku tak punya keberanian. Aku ingin menjadi
sosok wanita yang sempurna di hadapanya, berpura-pura menjadi gadis yang sehat, karna
yang aku tahu vicky menyukai gadis cantik dan feminim, karna hal itu aku coba untuk
mengubah diriku, mulai dari penampilan ku, aku yang awalnya menggunakan kaca mata. Kini
tak ku gunakan, aku yang awalnya tak pernah menggunakan make up mecoba untuk
menggunakan make up tipis seperti gadis-gadis lainnya,ku kira hal ini akan membuat vicky
tertarik pada ku, ku langkahkan kaki utnuk masuk perlahan ke dalam kelas, ketika aku masuk
semua orang menatap ku heran, yaa tentu karena perubahan yang kulakukan, temam-teman
perempuan di kelasku semua menyapaku dengan ramah berbeda dengan hari-hari
sebelumnya, teman laki-laki di kelas ku pun, memuji-muji penampilanku yang baru, namun
tidak dengan vicky, ia tetap diam dengan sifatnya yang seperti biasa, bahkan dia tidak
memperhatikanku sama sekali.hingga saat istrahat, di dalam kelas hanya ada aku dan vicky,
aku memilih di dalam kelas karna aku merasa bahwa penyakitku sepertinya akan kambuh,
perlahan aku merasakan tubuhku lemas, mataku kunang-kunang dan ada sesuatu yang
mengalir di hidungku. Saat ku sadari aku telah terbaring di atas ranjang, yang sepertinya
ranjang UKS sekolah ku, ku lihat di hadapanku ada sosok laki-laki, ternyata dia vicky, aku
hanya diam sambil menatapnya dengan bingung, dan kali ini pertama kalinya vicky menyapaku

“ fan, kamu baik-baik saja kan.? Kamu sakit apa,?”

Itulah kalimat pertama yang ia lontarkan dari bibirnya yang merah mempesona. Ku tatapi
wajahynya yang seakan penuh tanda tanya tentang sakit yang ku derita, serta rasa khawatir
yang tersembunyi dalam raut wajahnya. Rasa bimbang berkecamuk dalam benakku, aku tak
tahu, apa yang harus katakan, akankah ku ceritakan semua padanya ?. dan akhirnya ku
putuskan untuk menceritakan semua tentang penyakit yang ku derita. Ku fikir setelah ke
ceritakan semuanya vicky akan pergi dari ruangan ini, ternyata aku salah, ia justru memksaku
untuk izin pulang ke rumah dan ia akan mengantarku pulang ke rumah. Dan kuputuskan untuk
menerima tawarannya,kambuhnya sakit ku hari ini, entah mengapa ku anggap berkah dari
tuhan, karna ia membuat aku dan vicky yang awalnya tak pernah saling menyapa, jadi
berbincang-bincang cukup lama dan bahkan aku bisa pulang bersama vicky. Sejak vicky hadir
dalam hidupku, entah mengapa masalah-masalah yang terjadi sejak aku kecil hingga saat ini
sejenak hilang, beban hidup akan penyakitku ini tak lagi menjadi beban pikranku sehari-hari.
Keesokan harinya aku berpenampilan seperti dahulu bagaimana aku yang sebenarnya, culun
dan sulit bergaul, hal ini tentu saja membuat seisi manusia-manusia di sekolah heran dan
penuh tanda tanya, tdk ku hiraukan tatapan mata yang memandangiku dan ocehan-ocehan
yang ku dengar menyebut-nyebut namaku.hingga di kelas, ku letakan tasku di atas meja dan
duduk sambil membaca buku seperti biasanya, ku tolehkan sejenak kepalaku ke arah belakang
di mana vicky duduk, dia tetap seperti biasa membaca buku sambil mendengarkan musik, dan
tak menghiraukan orang-orang di sekitarnya. Pagi itu ku beranikan diriku untuk menyapanya,
aku berjalan perlahan mendekatinya dan menepuk bahunya;
“Vicky, terimakasih untuk pertolongan mu kemarin, aku lupa mengucapkan terima kasih
padamu kemarin.”

“hmmm,iya.. sama-sama fany, itu hanya pertolongan kecil.”(dengan tersemyum).

Itu adalah percakapan kedua antara aku dan vicky yang sampai saat ininpun masih ku ingat.

Dan setelah ia menjawab sapaanku, ia bertanya, mengapa aku mengubah penampilanku


kemarin, perntanyaannya itu membuat aku sedikit heran, ternyata ia memperhatikan aku, dan
kali ini aku merasa kebimbangan yang sama ketika ia bertanya tentang penyakitku, namun kali
ini aku memilih diam dan hanya memberikan senyuman tipis padanya, dan ia berkata lagi

“jujur, aku tak suka penampilanmu yang kemarin, aku lebih suka kamu seperti hari ini dan yang
lalu-lalu, aku suka kamu yang apa adanya. Pernyataannya itu mebiuat aku bungkam. Dan
kemudian pergi darinya,ingin aku katakan, bahwa aku sangat menyukainya, namun aku
bukanlah gadis yang pantas untuk mengatakan hal istimewa pada dia laki-laki yang cukup
sempurna. Hari itu adalah hari yang sangat berkesan untukku, namun sesampai di rumah, ibu
mengatakan bahwa kami akan pindah ke sebuah daerah di mana daerah itu baik untuk
kesehatanku, dan ayah pun telah mengetahui hal ini, dan menyetujui keinginan ibu. Betapa
hancurnya harapanku untuk lebih mendekatkan diri kepada vicky, laki-laki yang pertama kali
aku cintai, dan aku harus meninggalkan semuanya, dam beradaptasi di tempat baru, yang
bagaiman keadaannya aku sama sekali tak tahu. Namun hal baiknya kali ini ayah akan tinggal
bersama kami di tempat yang baru, dan meninggalkan keluarga keduannya. Hal ini membuat
aku sedikit merasa bahagia dan mengalah untuk menuruti keinginan ibu wakau pun aku tak
dapat bertemu vicky lagi.

Rabu 21 Juli 2010

Sudah dua bulan aku dan keluarga ku tinggal di sini, daerahnya sepi, sejuk, dan bebas dari
keramaian, namun Tetap ada yang hilang sejak aku tak pernah lagi melihat wajah vicky, rasa
rindu ini membelngguku, mengurungku dalam kesuraman cinta. Sebenarnya sekolahku di
daerah ini berbeda dengan sekolahku yang kemarin, di sini anaknya ramah tak seperti
sekolahku yang kemrain. Bulan demi bulan berlalu penyakitku mulai sering kambuh, dan aku
pun tak lagi rutin ke dokter karna keterbatasan ekonomi. Ayahku kembali sering bertengkar
dengan ibu, membuat setiap hari aku merasa seperti di dalam neraka. Hingga akhirnya ayah
kembali meninggalkan kami, ini kesekian kalinya ayah pergi, membuat aku bertambah tak ingin
hidup lagi, semangat hidupku seakan hilang di telan bumi.berbulan-bulan ayah tak pulang,
penyakitku mulai bertmbah parah, dan aku terus menahanya hingga aku harus di rawat di
rumah sakit sampai hari ini, hari di mana tepat umurku berusia 17 tahun. Ayah tak tahu bahwa
aku sedang di rawat rumah sakit, dan aku sangat merindukannya dan ingin bertemu
dengannya.
Ayah, di kala kecil engkau gengam jemari-jemari kecilku, kau buat aku merasa menjadi anak
yang paling berarti, di kala engkau peluk aku dengan rangkulan hangatmu, kau buat aku tak
berani untuk meneteskan air mata, dan kala engkau kecup pipiku yang lembut, kau buat aku
merasa menjadi anak yang paling beruntung sedunia. Tapi ayah mengapa aku beranjak
dewasa kau tak lagi mengenggam jemariku, tak lagi memelukku dan tak lagi mencium pipiku.
Mengpa ayah ? ayah tak tahu kalau siang dan malam aku merindukanmu dan selalu berdo’a
agar kau ada di sampingku, ayah dengarlah di kala kau tak lagi dapat melihatku, maka kau tak
perlu menyesali kesalahanmu, karna kau tetap ayah yang ku banggakan, dan satu
permohonanku yang sejak dulu ingin ku katakan, pulanglah ayah, ibu dan adik merindukanmu.

“ayah, jangan menangis. Hapuslah air mata ayah. kasihan kak fany yang telah tenang di sana”

“ ibu. Danu maafkan ayah nak, maafkan ayah yang telah membuat kalian menderita.”

“ayah, kami tidak pernah membenci ayah, dan aku telah memafkan ayah. Yang ayah harus
tahu kak fany sangat menyayangi ayah.”

“Danu ayah ingin ke makam kakak mu, ayah rindu kakakmu dan ayah ingin menghapus semua
kesalahan-kesalahan yang ayah perbuat padamu dan ibu.” Maafkan ayah Fany.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai