Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dwi Puji Setiawan

Npm : 1702101053

Kelas : 3B

Tugas: PBSI "membuat cerpen"

Namaku dwi puji setiawan, teman temanku sering memanggilku aan. 2017 lalu adalah tahun
dimana untuk pertama kalinya aku masuk kuliah. Hari itu aku merasa senang namun juga sedih, senang
karena aku bisa mengabulkan keinginan dari almarhum ayahku & sedih karena tidak bisa melihat senyum
gembira seorang ayah yang pergi tahun 2011 lalu.

Entah kenapa aku teringat akan kenangan buruk itu, dulu banyak yang berubah dariku,
pergaulanku makin bebas, karena yang aku fikirkan saat itu hanya bagaimana aku bisa melupakan
kepergian ayahku. Beberapa guru dari sekolahku juga sempat mencariku karena aku menghilang 1 bulan
dari sekolah. Mereka memberiku semangat dan dukungan sampai aku lulus, aku mendapat tawaran
beasiswa tuk melanjutkan sekolahku. Tapi aku menolaknya, entah apa uang aku pikirkan saat itu.

Hidup luntang lantung kesana kemari, sudah aku jalani. Kerja serabutan ikut siapa saja yang mau
membawaku. Rasa kangen pada keluarga sering kali membuatku lemah. Tapi aku belum ingin kembali
pada mereka, aku masih ingin memuaskan diri menikmati pilihanku. Sesekali aku menemui kakak ku
tanpa sepengetahuan ibuku.

Tahun ke tahun makin bertambah usiaku, aku mulai berfikir masa depan. Aku perbarui hidupku,
aku kembali pada ibuku, aku ingin membantu ibuku. Aku sudah banyak kehilangan hal-hal yang berarti
dalam hidupku. Aku berharap hidupku akan lebih baik. Dan akhirnya aku mulai kembali menjadi diriku
yang dulu. Meski tidak lengkap tapi aku kembali punya keluarga.

Aku senang dan bersyukur bisa melalui masa-masa pahitku. Akupun mulai menjalani hari-hariku
seperti biasa. Dan di sinilah aku, tinggal di kota yang agak jauh dari kampung halaman & jauh dari
keluarga. Rindu...? Apa itu rindu...? Aku masih belum tahu apa arti sesungguhnya dari kata itu, tetapi
setelah aku kuliah dan tinggal di kota madiun, kata rindu itu selalu ada dan menghampiri ku di kala gelap
& sunyinya malam telah tiba. Rindu akan semua canda dan tawa saat berkumpul bersama mereka
(keluarga kecilku).

Tapi siapa sangka, Tuhan kembali mengujiku dengan musibah yang sama, tepatnya pada tanggal
25 desember 2017, peristiwa itupun terjadi, peristiwa yang mungkin akan selalu ku ingat sampai
kapanpun, yaitu peristiwa saat kakakku pergi meninggalkan aku & ibuku karena sakit ginjal yang di
deritanya 2 bulan belakangan ini.
Sedih, marah, dan kecewa menjadi satu melemahkan semangat hidupku. Bagaimana bisa itu
terjadi? Dan kenapa harus aku? Tuhan belum cukupkah ujian yang harus aku lalui? Kenapa harus dengan
cara ini KAU mengujiku? Mengapa nasibku begitu malang? Tangisanku tak henti-henti menyesali keadaan
ini. Kakak yang ku anggap seperti halnya ayahku, sahabat, bahkan guru yang mengajarkanku nilai nilai
kehidupan, ia selalu membantuku dikala aku susah. Tapi, kini semua itu hanyalah sebuah kenangan
manis yang mungkin akan selalu tersimpan di lubuk hati.

Begitu berat menerima kenyataan ini. Kadang aku berharap ini hanya mimpi. Hari-hariku penuh
kesedihan. Aku hanya bisa berdoa semoga aku diberi kekuatan. Kemudian aku lebih memilih menyendiri
dikamar kost menyembunyikan mataku yang berkaca-kaca. Tetapi salah satu temanku yang sudah seperti
saudaraku yang membuat hari-hariku terasa menyenangkan. Dia bisa membuatku tersenyum lagi dan
dalam hatiku berkata, aku bisa melewati semua ini.

Dan tibalah di akhir tahun, saat itu adalah pertama kalinya aku merayakan tahun baru tanpa
kakakku, dan lagi-lagi semua kenangan itu kembali terbuka, rasa kehilangan pun kembali menghantuiku.
Dan saat menjelang ramadhan, aku dan ibuku pergi berziarah ke makam kakak dan ayah di widodaren
dan lagi-lagi aku teringat akan semua kenangan ku dengan mereka, sosok laki laki yang sangat ku sayangi.
Disana kita berdoa bersama untuk ketenangannya. Setelah berziarah kita pun makan bersama di rumah
dan saling maaf-maafan untuk menyambut bulan puasa.

Keesokan harinya, kami pun berziarah ke kuburan nenekku. Disana kita juga berdoa untuk
nenek. Setelah selesai berziarah, kami juga pergi berziarah ke kuburan adikku. Sehari sebelum bulan
ramadhan, kami menghabiskan waktu kami untuk berziarah ke kuburan keluarga.

Pada malam harinya, aku dan ibuku pergi sholat tarawih ke masjid. Pada saat itu, banyak orang
yang datang ke masjid untuk sholat tarawih. Sehingga , mesjid sangat ramai dan semua orang sangat
senang menyambut bulan ramadhan. Awal puasa, aku merasa sulit bangun pagi untuk sahur. Tapi, mau
tidak mau, aku harus bisa bangun. Karena, aku sudah sangat niat untuk berpuasa. Hari pertama
menjalani puasa terasa sangat berbeda karena kakakku tidak ada di sisiku. Selain itu, hari pertama puasa
juga banyak sekali hal-hal yang membuat aku marah. Tapi, aku selalu mencoba untuk bersabar.

Agar aku merasa tidak jenuh berpuasa, orang tuaku selalu memberi semangat kepadaku dan
mengajak aku untuk melakukan hal-hal yang positif. Aku membantu orangtuaku untuk membuat
makanan untuk buka puasa yang sudah di pesan orang lain. Di samping menjadi seorang guru, pada saat
libur, ibuku berjualan berbagai jenis makanan. Seperti , kue dan lain sebagainya. Setelah selesai
membantu orangtua, aku selalu menyempatkan waktu kosongku. Seperti, mengerjakan pekerjaan rumah
ataupun membaca. Walaupun itu hari libur.

Setelah selesai sholat ashar, seperti biasanya, aku pergi mengaji ke mesjid. Dan Tidak terasa,
hari sudah sore dan sambil menunggu berbuka puasa, aku dan ibuku berkumpul duduk santai dan
menonton tv. Dan ketika waktu berbuka tiba, kita pun berbuka bersama. Setelah selesai berbuka, kita
juga sholat magrib bersama.
Ternyata benar, disetiap musibah pasti ada hikmah yang bisa diambil. Kita harus ikhlas dan
bersabar menghadapinya. Aku bisa belajar banyak hal, banyak pengalaman yang aku dapat dari sana.
Sekarang, meski tinggal aku & ibuku aku akan berusaha membahagiakannya. Kini selain aku kuliah, aku
juga bekerja di toko. Walaupun gajiku terbilang dibawah rata-rata, aku tetap bersyukur masih ada orang
yang mau mempekerjakan aku. Selalu yakin dan berusaha sekuat tenaga, tak ada yang tak mungkin.

Anda mungkin juga menyukai