Hidupku tidak mudah, entah apa karena aku terlalu mendramatisir atau
memang inilah faktanya, aku anak tunggal dari sepasang orang tua yang aneh, aneh
dalam artian yang sesungguhnya, bukan karena aku mengada-ada, bagaimanapun
juga mereka adalah orang tuaku. Seharusnya mungkin aku tidak mengatai mereka
aneh, tapi aku tak menemukan kata lain untuk menggambarkannya, aku tak tak
terlalu pintar dalam mendeskrpsikan sesuatu.
Orang tuaku adalah makhluk cantik tampan secara fisik tapi tidak secara
perilaku, seperti yang kukatakan papaku adalah seorang hermaphrodite, karena ia
mengencani seorang desainer kondang kemayu yang ‘cantik’, aku tak tau apa
rahasianya tapi kecantikannya melebihi kecantikan seorang wanita. Sementara
mamaku tak jauh beda dai ayahku, dia seorang tante girang tanpa moral yang
memacari brondong, setiap hari dia selalu menghabiskan waktu dengan gigolo
brengsek bernama Ariyan, yang sialnya adalah cowok yang paling diinginkan oleh
cewek-cewek seantero sekolah, seandainya si makhluk sempurna Rhegia tau
kecantikan dan rayuannya dkalahkan oleh seorang tante genit seusia ibunya, aku
yakin dia akan . . . mungkin mencari silet dan mengiris nadinya, yeah mungkin di
toilet sekolah, oh tapi kuharap itu tidak terjadi, aku taak ingin berbagi “ruang
favoritku”, tempat makan siangku dengan hantunya, semasa hidupnya, dia sudah
sejahat iblis dan aku tak sanggup membayangkan bila ia mati kelak.
Namaku Aphrodite, itu adalah nama yang diambil dari nama dewi dalam
mitologi Yunani, dia adalah dewi cinta, dewi kecantikan yang tentu saja sangat
rupawan, tapi demi Tuhan aku jauh dari apa yang dimaksud dengan cantik itu, tapi
sebenarnya aku bukanlah si buruk rupa, hanya saja, oke, semua orang bisa saja jadi
cantik kalo mereka mau, yeah dengan perawatan kecantikan yang membuat
pengusaha kosmetik jadi multijutawan, tapi aku tak mau repot-repot melenyapkan
koloni jerawat di wajahku, atau memakai entah apa untuk memperindah rambutku
yang setipis dan sewarna bulu jagung, juga menghubungi ahli tulang untuk
memperbaiki tulang punggungku yang sedikit bermasalah yang membuat tubuh
jangkung kurusku agak bongkok dan memberiku kesan, aku si raksasa kikuk. Dan
ini membuat tante-tanteku yang centil dan genit putus asa hingga terpaksa
melenyapkan khayalan tolol mereka, bahwa keponakan mereka tersayang takkan
pernah bisa menjerat pria-pria kaya tampan, dan hidupnya akan happy
ending seperti Cindrella dan Prince Charming
***.
“Odit, apa yang kamu inginkan?” tanya mama dengan kesabaran yang
kuberi nilai sempurna, dia tak pernah terlihat sesabar ini.
“Kamu menyindir mama? itu sama sekali tak pantas, aku mamamu,
berhentilah men seperyalahkanku, papamu tak jauh lebih baik. . .”suaranya serak
dan sepertinya dia tak yakin dengan kata-katanya.
“Yeah aku tau ma, baiklah, aku minta maaf yang sebesar-besarnya, tapi…
asal mama tau, kalian. . .membuatku sedikit lebih beruntung dari orang gila, aku
sendiri heran ma. . .kenapa. . .aku. . . .setidaknya, yeah sedikit sakit jiwa, oke,
sekarang aku harus pergi.” Aku meninggalkan makan malamku, dan mama, aku
harus menghindarinya karena aku sudah tak mampu lagi menahan air mataku,
menahan tangis adalah hal tersulit buatku, karena aku bukanlah orang yang bisa
menagis di depan orang lain, kerapuhanku cuma aku yang harus tau, aku tidak suka
mempublikasikan kesedihanku dengan menangis histeris, walaupun menyimpan
kesedihan membuatku sesak.
Ditangga aku bertemu dengan papa, dia terlihat seperti orang yang sama
sekali tidak pantas dihormati, selayaknya seorang ayah, aku merasa mual melihat
wajah innocent-tampannya, seandainya dia tau apa yang sudah aku ketahui
tentang affair menjijikannya, apa dia akan tetap menempelkan topeng munafik
tanpa rasa bersalahnya?
“Schat? Ada apa?” dia menatapku dengan tatapan bak malaikat dan
tangannya membelai rambutku, ingin sekali kutepis tangannya dan berteriak
“berhentilah berpura-pura menjadi ayah yang sempurna! Demi Tuhan aku
menyesal menjadi putrimu!” untunglah aku masih bisa menahan diriku, sekarang
aku hanya tak ingin menyulut perang, dan aku tak berusaha untuk menjawab
pertanyaan tak pentingnya, aku berlari meninggalkannya yang seolah membiarkan
putrid menjadi pemberontak yang bisa dimaafkan.
Selama ini mereka adalah aktor dan aktris hebat, untung saja mereka tidak
ditemukan oleh pencari bakat dari Hollywood, kalau tidak mungkin mereka akan
mengalahkan kemampuanacting Al Pacino dan Julia Robert, mungkin saja aku
akan mengidolakan mereka dan tak peduli akan keanehan mereka, mungkin aku
akan melupakan dia seorang gay, seperti aku melupakan ke-gay-an Sir Elton
Jhon, atau seperti melupakan bahwa Demi Moore adalah pecinta ‘daun muda’,
perlu dicatat!disini aku tidak mengatakan bahwa Ashton Kutcher adalah seorang
gigolo. Mungkin ini masalah trend dan aku terlalu kuno untuk menerima pengaruh
zaman, aku tidak mengerti!aku muak!aku mau mati! Tak ada yang peduli tentang
perasaanku! Aku bosan jadi tolol! Dan sekarang kalian semua boleh
menertawakanku!
***
Aku memutuskan naik kea tap rumah, tempat favoritku, sekarang aku
merasa sedikit bersalah karena selama lima bulan ini aku tak menginjakkan kaki
disini karena aku terlalu sibuk untuk menjadi detektif dadakan untuk menyelidiki
misteri di belakang punggung orang tuaku. Sumpah aku merindukan tempat ini,
tempat yang membuat aku merasa berkuasa, aku lebih tinggi dari orang-orang, aku
lebih bebas, aku merasa lebih kuat, inilah tempat ternyaman di dunia, dan aku juga
merindukan malam-malam saat aku menjadi orang tolol yang mencoba
menghitung bintang, jangankan menghitung bintang, aku bahkan kesulitan
menghitung bila jumlahnya melebihi jari-jariku, aku memang payah! Ingin sekali
aku telentang dan merasakan punggungku menyentuh atap yang terasa hangat dan
juga dingin pada saat yang sama, membiarkannya menyatu dengan diriku, lalu aku
akan memanjakan mataku untuk menatap lekat-lekat manik-manik cantik yang
menggantung sempurna di langit, menyanyikan twinkle-twinkle little stars sekeras-
kerasnya dengan suaraku yang serak.
Tapi alangkah terkejutnya aku ketika aku melihat punggung seorang cowok
membelakangiku, dan di sekitarnya asap rokok mengepul, dia membuat polusi di
area pribadiku.
“Apa kabar Odit? Tidak terlalu baik kurasa” dia menjawab pertanyaannya
sendiri, tapi jawaban itu sudah mewakili apa yang ingin kukatakan. “Aku juga
tidak terlalu baik, bahkan aku tidak pernah dalam keadaan baik, tapi keajaiban
membuatku bertahan hidup. Kita sama sayang, kita hanya orang-orang yang
bertahan hidup, tapi aku tau, kamu sangat sibuk belakangan ini, sebenarnya aku
ingin membantu.”
“Kamu membacaku seakan aku buku yang terbuka, kurasa kamu bahkan
lebih tau tentang aku, dibanding diriku sendiri” aku tak tau apa yang keluar dari
mulutku, kata-kata itu keluar begitu saja tanpa sempat diolah terlebih dahulu oleh
otakku.
“Kita satu”
“Kamu cenayang?”
“Kamu misterius”
“Sebuah cerita yang ditulis di atas lembar-lembar kertas putih dan entah
akhirnya seperti apa, entah dramatis seperti Romeo-Juliet, atau happy ending
kayak Cinderella dan Prince Charming.”
“Aku terlalu idiot untuk memahami kata-katamu, otakku terlalu sulit diajak
bekerja sama bila menyangkut hal-hal berat, aku payah!kamu tau, kan?”
“Aku..tentu saja tau, sangat tau, kamu ingin kisahmu seperti apa?”
“Entahlah, aku suka yang sederhana, , punya ibu yang menyayangiku, walau
kadang-kadang dia cerewet bila aku sedikit nakal, punya ayah . . .dia boleh sedikit
galak tapi dia sangat saying dan peduli padaku, aku tidah punya nama yang aneh,
Aphrodite?itu nama dewi kecantikan, dan aku jauh dari yang dimaksud dengan
cantik, aku rasa aku punya wajah seperti kucing. . .”
“Kurasa Cathy nama yang cocok untukmu, kamu bilang kamu mirip
kucing,tidak, kurasa itu terlalu berlebihan, oke Odit. . .lanjutkanlah”
“Hmmmm. . .aku ingin punya otak yang lebih besar, bukannya otak
seukuran kacang polong kisut, aku mau jadi sedikit lebih menarik, setidaknya
orang-orang tidak akan muntah kalau aku makan bersama mereka, dan aku
menjadi anak manis yang akan disukai banyak orang, aku punya teman, selama ini
aku tidak punya siapapun, siapapun yang bisa disebut teman. Rasanya. ...”aku
menghela nafas panjang mencoba mengkhayalkannya “rasanya. . .aku ingin
terbangun di pagi hari dengan aroma coklat hangat dan roti madu dari dapur, ibuku
akan membangunkanku dengan aroma kehangatan, cinta, dan kasih sayangnya,
sedangkan ayahku setiap pagi akan mengomeli isi Koran yang semakin tak karuan
tapi dia akan selalu menyambutku dengan ciuman selamat paginya yang
menyenangkan. Bukankah aku menginginkan hal yang sangat sederhana? Tapi
mengapa hal itu sangat sulit?”
“Sebenarnya. . .kita akan menjadi seperti apa yang kita inginkan. . .lihat!
bintang jatuh, ucapkanlah keinginanmu Odit”
Dan cahaya berkilauan warna-warni yang sangat indah menerpaku, sensasi
unik, aneh, dan ajaib masuk ke dalam tubuhku, menembus kulitku, aku melayang
dan merasa isi otakku ditarik keluar dari dalam kepalaku, dan jiwaku terasa
diperas, hingga apa yang membebani terasa hilang begitu saja, aku ringan, dan
bersih, bebas, serta luar biasa bahagia. Inikah rasanya mengistirahatkan otak dan
meliburkan jiwa???semuanya terasa menyenangkan, aku sangat
menikmatinya. . ..hingga akhirnya aroma coklat hangat dan roti madu
membangunkanku. . .