Anda di halaman 1dari 2

Impian

Kala senja itu, cucuran keringat mengalir deras pada diri seorang remaja. Yang selalu mengayuh
sepeda demi mencapai tujuannya. Seorang remaja dengan semangat juang tinggi. Yang selalu bermimpi
menggapai cita yang murni. Ya, ialah Hanur namanya. Ia terlahir dari keluarga yang miskin. Ia bukan
seorang remaja yang memiliki atak cemerlang, ia selalu menjauh dari pandangan guru. Dan ia sering
sekali mendapatkan nilai jelek. Ya, memang seseorang di dunia ini tidak ada yang sempurna, pada setiap
insan pasti mempunyai bakat masing-masing yang sudah di anugerahkan Tuhan kepadanya.

Terlihat dari sudut desa Gede itu, sebuah gubuk kecil rumah tempat tinggal Hanur bersama
keluarganya. Rumah yang jauh dari kata kemewahan, namun sederhana sekali. Kecintaannya pada
mesin tak pernah padam, mungkin itu warisan dari ayahnya yang kini sudah tiada. Pada usianya 8 tahun,
ia sudah mengayuh sepeda sepanjang 10 mil hanya untuk melihat pesawat terbang. Ketika umurnya 12
tahun ia mampu menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Namun dalam benaknya,
ia tak pernah ingin menjadi usahawan otomotif. Disaat umurnya mencapai 15 tahun, ia memutuskan
untuk berhenti sekolah. Dan selanjutnya ia merantau ke kota Jakarta untuk mencari pekerjaan
sebagaimana bakat yang ia milikinya. Tak lama kemudian, ia mendapati pekerjaan itu. Ia bekerja sebagai
karyawan di bengkel yang bernama Repair Company milik bos nya Tauka Ucha. Karena kegigihan dan
keterampilan yang dimiliki Hanur, bosnya sangat senang dengan cara kerjanya. Ia teliti dan cekatan,
setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun
bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan.

Di usia Hanur yang menginjak 21 tahun, Tauka Ucha membuka cabang bengkelnya yang
didirikan di pusat kota Bandung. Bengkel tersebut dipercayakan kepada Hanur. Prestasi pekerjaan Hanur
tetap membaik walaupun jauh dari pandangan bosnya. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh
bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu,
jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh, Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu,
jari-jari mobil terbuat dari Kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk
menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor
ke seluruh dunia. Di usia 30 tahun, Hanur menandatangani patennya yang pertama. Bisa dibilang bahwa
pada usia 30 tahun ia sudah mencapai kesuksesan yang diingininya sejak kecil itu. Ia merasa pada saat
itu ia sudah mampu untuk membuka bengkel sendiri, akhirnya ia melepaskan diri dari bosnya. la mulai
berfikir, kira-kira produk apa yang kiranya akan laris di pasaran? Inovasinya tertuju pada Ring Pinston. Ta
dan para karyawannya pun memulai hal itu, setelah beberapa hari ia mengajukannya kepada
perusahaan otomotif ternama yang membuka cabangnya di Indonesia yaitu Honda. Sayangnya,
karyanya itu ditolak oleh Honda, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur,
dan tidak laku dijual. la ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan
dirinya keluar dari bengkel Tauka Ucha
Karena kegagalan itu. Hanur jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih
kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi
mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah
pulang kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan yang baru diperoleh.
Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. "Saya
merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele
tentang hukum makanan dan pengaruhnya." Kepada Rektomya, ia jelaskan maksudnya kubah bukan
mencari jasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Honda memberikan kontrak,
sehingga Hanur berniat mendirikan pabrik. Sayangnya, pabriknya terbakar dua kali. Namun, Hanur tidak
patah semangat. la bergegas kembali untuk mendirikan pabriknya. Tanpa diduga, gempa bumi meletus
menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Honda. Setelah itu.
Hanur mencoba beberapa usaha lain. Namun semuanya gagal. Untuk membeli makanan bagi
keluarganya saja ia sangat kesulitan. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda.
Siapa sangka, sepeda motor cikal bakal lahirnya mobil Hanur - itu diminati oleh para tetangga. Mereka
berbondong-bondong memesan sehingga Hanur kehabisan stok. Disinilah, Hanur kembali mendirikan
pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya.

Kala senja itu, cucuran keringat mengalir deras pada diri seorang remaja. Yang selalu mengayuh
sepeda demi mencapai tujuannya. Seorang remaja dengan semangat juang tinggi. Yang selalu bermimpi
menggapai cita yang murni. Ya, ialah Hanur namanya. Ia terlahir dari keluarga yang miskin. Ia bukan
seorang remaja yang memiliki otak cemerlang, ia selalu menjauh dari pandangan guru. Dan ia sering
sekali mendapatkan nilai jelek. Ya, memang seseorang di dunia ini tidak ada yang sempurna, pada setiap
insan pasti mempunyai hakat masing-masing yang sudah di anugerahkan Tuhan kepadanya.

Karya : Ulfa Miulan Sinjai

Anda mungkin juga menyukai