Anda di halaman 1dari 4

Kisah Yang Akan Datang

Aku tidak tahu sekarang sudah jam berapa, tapi rasanya mataku sudah mulai perih.
Aku mengambil handphone dan ternyata sudah pukul 01.00 dini hari. Ah... ternyata sudah 3
jam sejak aku menyelesaikan tugas matematika terakhirku dan berakhir melamun
memandangi malam yang sebentar lagi sudah harus pergi. Besok adalah hari minggu dan aku
tentu tidak mempunyai kewajiban untuk datang ke sekolah. Tuh kan aku lupa lagi untuk
menyebutkan namaku. Perkenalkan aku Joya Aurora kalian bisa memanggilku Joya. Aku
seorang siswi kelas XII di salah satu sekolah negeri. Aku hanya siswi biasa saja yang
lumayan pintar tanpa prestasi, sungguh monoton tapi aku menikmatinya kok.

Sekarang aku sedang tidur terlentang sambil memandangi langit- langit kamar.
Lampu kamar sudah aku matikan jadi tidak ada yang tahu jika aku belum tidur. Kegiatan ini
sudah aku lakukan selama satu minggu terakhir. Tidak, aku tidak overthinking aku hanya
sedang bimbang tentang aku kedepannya. Sangat sulit ketika kamu tidak mempunyai teman
diskusi dan aku sedang merasakannya. Teman- teman ku bilang aku hidup seperti tidak
mempunyai beban, aku melakukan hal yang aku mau tanpa harus berfikir risikonya. Tapi yah
tidak ada kehidupan yang benar- benar seperti itu. Terlalu lama dalam posisi ini, tiba- tiba
aku merasa seakan tersedot dalam lubang hitam nan gelap.

Kegelapan ini terasa sangat pekat. Kegelapan ini membuat rasa sepi semakin
menguasai diriku. Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, yang aku mau hanya kembali.
Aku ingin berteriak tapi kenapa suaraku tidak keluar? Sebenarnya aku ada dimana? Kenapa
kaki ku seakan kaku? Tolonglah aku ingin berlari keluar dan pergi dari sini. Semakin lama
disini membuatku sesak dan seakan semua emosi negatif sedang mengekangku. Iya disini
sangat sesak sampai akhirnya aku merasa sangat lemas, mungkin aku akan pingsan.

Pagi ini aku terbangun dengan tidak biasa. Aku memandangi sekelilingku dan benar semua
terasa asing. Ini bukan kamarku dan aku merasa ini bukan tempatku. Aku memutuskan untuk
bangun dan tanpa sengaja aku melihat cermin. Aku merasa ada yang asing dan berakhir
mengamati diriku sendiri.

“Ah benar ini masih wajahku tapi kenapa aku terlihat samar? Atau cermin ini yang tidak
berkualitas?”

Ceklek
Suara pintu yang terbukan mengalihkan atensiku dari cermin. Disana aku melihat
perempuan sedang berjalan lesu menuju sebuah meja yang aku duga pasti meja belajar. Dia
terlihat lelah karena gesturnya terlihat sangat jelas. Aku masih mengamatinya dan mulai
mendekat. Dia menoleh menghadapku, aku tersenyum lebar dan melambai. Tapi ada yang
aneh. Ah mungkin hanya perasaanku saja, aku terus melambai bahkan memanggilnya.

“Dia menatapku bukan? Tapi kenapa tidak menanggapi panggilanku? Apa dia benar-benar
melihatku? Tidak mungkin dia tidak melihatku.” Gumamku tanpa sadar dan terus mengamati
mata perempuan itu. Aku mengikuti arah pandangannya dan berbalik, “Oh ternyata dia
melihat cermin.” Aku mengangguk kecil.

“Tapi itu artinya dia tidak melihatku? Mana mungkin dia tidak melihatku?”

“Aku masih manusia bukan?”

“Apa aku arwah?”

“Apa aku bergentayangan?”

“Kenapa aku bergentayangan disini? Kenapa?”

Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Kenapa dan kenapa memenuhi
otakku sekarang hingga tanpa sadar aku melamun lagi. Aku sangat terkejut ketika melihat
perempuan itu sudah berdiri disampingku dan mengamati dirinya sendiri di cermin. Aku pun
mulai memperhatikannya, dia terlihat kurus dan kantong matanya juga sangat hitam. Ah
setelah aku perhatikan dia mirip denganku atau dia memang aku? Dia terlihat seperti aku
hanya saja versi lebih dewasa. Aku terus mengamati dan mengikutinya.

“Huh!!” Dia menghela napas dengan kasar ketika mulai membaca buku atau mungkin
mengerjakan tugas?

“Dasar - Dasar Ilmu Kedokteran? Apa aku dimasa depan akan mengambil jurusan
kedokteran?” Aku mengernyit bingung ketika membaca salah satu judul buku tebal itu.

Aku yang tidak tahu ini pun memutuskan diam memperhatian ‘dia’ yang aku yakini adalah
diriku dimasa depan. Entah kenapa gerak – geriknya malah semakin memicu rasa
penasaranku. Tanpa sadar malam sudah datang bahkan sudah mulai memasuki tengah malam
dan ‘dia’ bahkan belum bergerak sama sekali dari tempatnya.
“Apa punggungnya tidak lelah? Atau aku dimasa depan akan seperti itu?” Tanyaku entah
kepada siapa.

“Eh dia mau kemana? Tempat tidurnya bukan disana.” Aku berseru kecil ketika melihatnya
mengampiri jendela yang berlawanan dengan kasur. Aku melihat dia melamun disana sambil
duduk memeluk lututnya sediri, dia terlihat sangat lelah dan eum.. tertekan? Wajahnya
terlihat seperti memiliki banyak beban. Matanya kosong seperti tanpa emosi, tetapi entah
mengapa perasaanku menjadi campur aduk seakan aku merasakan emosi terpendamnya.

Dia menangis! Aku bisa melihat bahunya yang bergetar dari belakang. Aku berjalan
mendekat dan isakannya semakin keras. Dia menangis sambil menyembunyikan kepalanya di
litapan tangan. Dia meracau tidak jelas dan tangisannya semakin keras.

“Apakah dia lelah karena tugasnya? Kenapa dia menangis sampai seperti itu? Dia akan sesak
nanti.” Ucapku pelan.

Dan ya benar saja nafasnya tersenggal setelah menangis selama setengah jam, “Aku
tidak seharusnya disini. Ini bukan keinginanku. Dokter bukan impianku. Kenapa Mama dan
Papa tidak mau mengerti? Aku tidak bisa terus disini. Aku sudah mencoba menikmatinya tapi
ini bukan tempatku. Arghh kenapa rasanya sangat sulit.”Ucapnya dengan terbata.

Deg

Jantungku berdetak sangat cepat. Kepala juga ikut berputar, aku jatuh terduduk
disampingnya, “Kenapa sama? Mama dan Papa juga menekanku untuk masuk kedokteran.
Apa dia benar aku dimasa depan? Apa aku akan terlihat sangat menyedihkan? Arghh sakit
sekali.” Ucapku sambil memegangi kepalaku. Sesak ini rasanya sama ketika terakhir kali dan
kenapa sangat pusing? Kepalaku semakin berputar dan rasanya ingin meledak saja. Aku
merasakannya lagi. Aku masih sangat ingat, rasa yang sama ketika aku tersedot malam itu
dan sekarang lagi? Semuanya menjadi gelap.

“Huh...Huh.” Aku bangun dengan nafas tersenggal. Aku mengerjap pelan dan melihat
sekeliling. Ini adalah kamarku! Aku kembali? Aku benar – benar kembali. Lalu yang tadi itu
apa? Terlalu nyata untuk disebut mimpi dan terlalu tidak mungkin untuk sebuah kehidupan
nyata.

“Apa aku benar – benar mengalami perjalanan waktu dan melihatku diriku sendiri dimasa
depan? Apa itu nyata? Perasaan itu sangat nyata. Apa maksudnya itu?”
Aku bangun dan menuju cermin. Hari belum pagi, masih ada beberapa jam untuk
matahari terbit. Aku mengamati diriku sendiri, bahkan wajahku sangat berkeringat. Aku
menyentuh mata dan pipiku lalu menujukku diriku sendiri di cermin.

“Benar ini adalah aku. Dan dia.. juga diriku. Aku melihatnya, bahkan aku merasakan
kesedihannya.”

“Haruskan aku terus berjuang? Apa aku tidak boleh menyerah? Yah sepertinya begitu. Tidak
ada salahnya bukan jika berbicara lagi pada Mama Papa tentang keinginanku untuk jurusan
kuliah? Aku tidak mau terjebak dalam sesuatu yang tidak aku suka seperti ‘dia’. Iya aku
harus mencoba.”

“Bu Ira benar, tidak ada salahnya mencoba berdiskusi lagi. Toh ini juga masa depanku dan
aku yang menjalani. Sekarang aku harus mencari penguat agar Mama dan Papa mau
mendukung keputusanku.” Aku berseru dengan penuh tekad.

Benar, kali ini aku akan memperjuangkannya lagi. Aku yang tahu tentang apa yang
aku mau dan apa yang benar – benar ingin aku lakukan. Mama dan Papa bahkan tidak pernah
melihat bagaimana usahaku dalam belajar. Aku yang tahu dimana batasku, jadi tidak salah
bukan jika aku memperjuangkan mimpiku?

Anda mungkin juga menyukai