Anda di halaman 1dari 26

Cerpen Islami : Mentari dibalik Jilbab

Aku
adalah
sangat kolot
Islam. Aku
tahu
biaya
begitu aku

mulai

seorang cewek yang hidup di suatu daerah ang masyarakatnya masih


pemikirannya, dan masih sedikit sekali akan pengetahuan agama
tahu kalao berjilbab wajib hukumnya bagi umat islam, tapi aku tak
bagaimana cara melakukan kewajiban itu, sedangkan keluarga dan
untuk membeli pakaian muslimah sangat tidak mendukung. Meski
selalu berharap suatu hari nanti Allah pasti memberi jalan
kepadaku untuk melaksanakan kewajiban itu.
Setiap saat aku menjalankan sholat, aku harus selalu
mengenakan pakaian jilbab. Bisiku dalam hati kecil, tapi
segera aku sadar hatiku langsung berdetak deg dan
wajahku mulai memerah, matakupun berkaca-kaca. Aku
teringat akan keadaanku yang tidak mungkin untuk
membeli pakaian jilbab.

Orang

tuaku bukanlah orang kaya, tetapi juga bukan orang yang


melarat. Dan sebenarnya mereka mampu untuk membeli pakaian
jilbab itu. Aku memaklumi hal itu karena orang tuaku bukanlah golongan orag santri yang
mengerti tentang masalah agama, dapat digolongkan islamnya itu hanya islam KTP, sehingga
kepentingan berjilbab seringkali mereka anggap sutu hal yang neko-neko.
Tapi aku selalu mencoba untuk bersabar, aku juga sering kali menceritakan keinginanku itu pada
teman-temanku yang sudah berjilbab, tapi tidak juga mendapatkan jalan keluar. Aku anggap ini
adalah cobaan bagiku dan aku harus bersabar.
3 Bulan telah berlalu, Temanku Neza mengatakan kepadaku kalau sekarang ada gerakan 1000
jilbab. Jadi anak-anak yang belum berjilbab akan mendapat bantuan dari anak remas.
Alhamdulillah Ucapku dalam hati.
Lega rasa hatiku mendengar perkataan temanku Neza. Aku tidak begitu merasa malu mengingat
jilbab merupakan kebutuhan, meskipun aku harus mendapatkanya dengan orang lain. Setelah aku
menerima pakaian jilbab dari pihak remas, aku merasa sangat bahagia dan aku kira tak ada lagi
cobaan yang berarti karna aku tinggal memakainya tanpa dipungut biaya sepeserpun. Tapi
kenyataanya tak seindah yang kubayangkan. Ternyata mengenakan jilbab lebih berat cobaanya
daripada mendapatkannya.
Cobaan yang datang dari berbagai pihak. Dari orang tua, kakak, adik, mereka selalu
mencomoohku dengan berbagai kata-kata yang kasar dan kotor. Yang nggak pantas lah, dan
berbagai macam penghinaan yang lain harus kuterima setiap waktu. Aahku juga sering
mengatakan kalau aku bersikeras memakai jilbab, beliau tidak akan menyekolahkan dan tidak
mengurusku lagi. Sementara ibuku yang paling kucintai ternyata berpendapat sama dengan
ayahku.
Dengarkan,, Kamu tidak akan mati meskipun kamu tidak pakai jilbab bentak ibuku

tapi bu....!!!
tidak tapi-tapian, lagipula kalo belum tahu dalilnya tidak usah berpakaian seperti itu. Tidak ada
gunanya....!!! Sela kakakku yang juga sependapat dengan mereka.
Aku kecewa sekali mendengar perkataan mereka, aku hanya bisa menjawab dengan tangisantangisan yang tidak berarti bagi mereka. Seakan-akan aku tak punya siapa-siapa lagi didunia ini.
Air mataku seakan tak pernah berhenti mengalir. Hanya saat sekolah dan mengaji lah hatiku bisa
merasa tenang dan bahagia. Dan hanya satu anak lelaki yang mendukungku untuk memakai
jilbab, namun dia berada jauh dariku. Dengan keadaan yang seperti itu aku tidak tahan lagi
menghadapinya.
sabar...sabar mungkin itu memang cobaan yang harus kamu hadapi Hibur Neza iya... kamu
harus kuat... kamu harus bersabar... karena membawa kebenaran ditengah kedzaliman itu
amatlah mulia Sela salah seorang teman yang selalu setia menemaniku.
Walau sekejam-kejamnya orang tua pasti juga tidak akan membunuh anaknya sendiri tambah
Neza. Semua perkataan itu membuatku tenang dan tentram apabila aku berada di rumah.
apakah orang tuaku termasuk orang yang zalim ? pikirku dalam hati yang selalu bertana-tanya.
Hari demi hari kulalui dengan bersabar meskipun ucapan-ucapan dan kurang baik dari
keluargaku itu selalu membuat nafsu amarahku bangkit. Namun demikian aku selalu mencoba
untuk menghibur diriku sendiri dalam menghadapi semua masalah yang ada.
Satu bulan aku telah berjilbab, aku merasa lega dan bangga pada diriku sendiri karena sejak saat
itu aku mulai mengerti bahwa begitu bervariasinya hidup di dunia ini, penuh dengan tangis,
canda, tawa, dan semuanya. Benar kata seorang pujangga yang menyatakan bahwa dunia ini
terasa seperti panggung sandiwara yang ceritanya mudah sekali untuk berubah

10.000 Rupiah Membuat Anda Mengerti Arti Bersyukur


kisah inpirasi .com ~ Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu
ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah

toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis
yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri
Budiman,"Beri kami sedekah,Bu!"
Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas
berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak
mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian
pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup
itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan,
tolong beri kami tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"
Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak
tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke
sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman
berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian,
karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.
Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke
dalam mesin. Ia tekan langsung tombol
INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian
muncul beberapa digit angka yang membuat
Budiman menyunggingkan senyum kecil
dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah
masuk
ke
dalam
rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam
bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan
ratusan ribu berwarna merah kini sudah
menyesaki dompetnya. Lalu ada satu
lembar uang berwarna merah juga, namun
kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari
dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil
untuk berbagi dengan wanita pengemis yang
tadi
meminta
tambahan
sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun
berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat
penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan!
Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi
kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah,
mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah.
Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman
mengira pengemis tadi hanya akan berucapa terima kasih saja. Namun apa yang diucapakan oleh
pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan . Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar
wanita itu berkata kepada putri kecilnya, Dik Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga !
Deggg !! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap
tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman
membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah
warung tegal untuk makan disana.
Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan
keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun
mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.
Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan
sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"
Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi
tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan
kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah
berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan
dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!
Dia hanya menerima karunia dari Allah SWT sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya
bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di
sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan rupiah kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat
saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa
berucap hamdalah.
Bu, aku malu kepada Allah ! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan
berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga
Allah, apakah dia yang 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukan aku yang menerima
jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah.
Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata
yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur
sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmatMu.

Tentang Sholat:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah

dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Q.S At Taubah 71)

JATUH CINTA
MENDEKATKANKU PADA
Karya Kiki Ramadhan

ALLAH

GubrakAku menabrak sesuatu


dihadapanku membuat semua buku-buku di gengamanku terjatuh. Siapakah
sosok yang ku tabrak ini, mencoba menoleh kearahnya. Nampaknya seorang
pria tinggi, berkulit putih dan berkaca mata.
hati-hati ucapnya melepas senyum dari dua belah bibirnya.
Aku menatap wajahnya dalam-dalam. Bibirku berat untuk berucap seperti
ada sebuah sengatan listrik yang menyambarku, nafasku begitu berat,
jantungku seakan sejenak terhenti.
kamu gag kenapa-kenapa kan ? tanyanya meyadarkan lamunanku.
gag kokbalasku seraya membungkuk memunguti buku-bukuku yang
terjatuh.
Ku lanjutkan langkahku. Teringat sosok pria yang ku tabrak tadi, siapakah gerangan dirinya,
terbayang selalu ingatan senyum manisnya yang begitu menawan. hemmm.. Mungkinkah aku
jatuh cinta ???.

Pagi jakarta,
Aku membuka jendela kamarku. Malam telah berganti pagi, menyisakan embun pagi yang akan
segera hilang tertelan hangatnya mentari. Kicauan burung terdengar mengalun, memberikan
keindahan pagi ini. Sebentar menghampiri laptop, membuka account facebook kemudian
bergegas mandi untuk segera pergi sekolah.
Tiga jarum Jam tanganku sudah menunjuk pukul 06.30 pagi. Setelah menyantap beberapa potong
roti, segera aku melangkah menuju sekolah.
Aku menyusuri lorong sekolah menuju kelas namun sebelumya aku harus melewati
perpustakaan, laboratorium dan ruang guru. Ketika aku melewati ruang guru, aku melihat sosok
pria yang kutabrak kemarin. Nampaknya ia baru saja keluar dari ruang guru.
Hey.. Panggilku menghampirinya.
Assalamualaikum ucapnya berbalik menyapaku.
Walaikumsalam balaskku.
ada apa yah ?
ga kok, kenalkan aku Kheisya Azahra ucapku mengulurkan tangan.
saya, Mohammad Ikhwan jawabnya. Merapatan kedua telapak tangannya di dada.
salam kenal menarik lagi uluran tanganku. Aku mengerti mengapa ia tidak membalas uluran
tanganku karena mungkin aku bukan muhrim baginya.
sudah dulu yah sya, bel masuk sebentar lagi berbunyi putusnya berlalu meninggalkanku.
Hatiku berbunga-bunga, rasanya bahagia bukan kepalang. Aku seperti mendapat sebuah hadiah
terindah karena aku bisa berkenalan dengannya. Hemm.. ini membuatku semakin ingin tahu
siapakah sebenarnya sosok Ikhwan itu.
Duduk bersandar di bangku taman sembari menimati snack yang baru saja kubeli dikantin
bersama sahabatku Mirna. Kebiasaan inilah yang kulakukan menghabiskan jam istirahat. Sejurus
kemudian aku melihat Ikhwan keluar dari kelasnya. Untuk kedua kalinya aku mencoba
menghampirinya.
Mirna, gue kesana dulu sebentar ucapku meninggalkan Mirna.
oke balasnya.
Aku mengikuti langkah Ikhwan . Nampaknya ia menuju mushola yang berada di ujung sekolah
tepat di sebelah ruang osis.
Kheisya, sapa Ratna menghampiriku. mau shalat Dzuhur?
gag, aku gag bawa mukenajawabku. Ratna kenal sama Ikhwan ?
oh ka Ikhwan, dia ketua rohis disini. Memangnya ada apa kamu tanya ka Ikhwan ?
gag kenapa-kenapa kok. Aku boleh masuk rohis gag ?
boleh saja kok, rohis terbuka untuk siapa saja. Kamu datang saja kesini setiap hari minggu jam
sembilan pagi mengenakan pakaian muslimujarnya.
oh begitu yah,. Okeh deh, makasih yah
iyah sama-sama, kamu jadi Shalat gag ? ini pakai mukenaku
gag, lain kali ajahputusku meninggalkan Ratna.
***

Minggu pagi tepat jam sembilan aku datang kesekolah. Semenjak aku mengetahui bahwasanya
ka Ikhwan adalah ketua rohis, kini aku tertarik dengan kegiatan itu.
kheisya sini..panggil Ratna dari dalam mushola ketika melihat kedatanganku. Segera aku
menghamprinya.
sya, pakai kerudungmu pinta Ratna padaku.
aku gag bawa
yasudah ini aku pinjamkan ucapnya mengeluaran kerudung dari dalam tasnya kemudian
memberikannya padaku.
Aku mengenakan kerudung pemberian Ratna. Baru kali ini aku merasakan menggunakan
kerudung lagi setelah lama tidak pernah menggunakan. Terakhir ku ingat saat duduk dibangku
sekolah dasar dulu, itupun hanya setiap hari jumat saja.
Tidak lama aku duduk, ka Ikhwan datang bersama dua orang laki-laki yang tidak aku kenal.
Kemudian mereka duduk bersila diantara kami. Mengetahui kedatangan ka Ikhwan segera Ratna
menghampirinya.
Assalamualaikum Ka Ikhwan sapa Ratna.
Walaikumsalam, ada apa Ratna ? balasnya.
Ada sahabat kita yang baru bergabung, namanya Kheisya Azahra Ratna meperkenalkanku. Jari
jempolnya menunjuk kearahku. Ka Ikhwan hanya menolehkan wajahnya kearahku kemudian
memberikan senyum. Akupun hanya tersenyum seraya mengangguk membalas senyumnya.
Waktu begitu cepat berlalu, Dzuhur telah datang dan Azan telah di kumandangkan. Kami shalat
berjamaah kemudian membaca beberapa ayat Al-Quran, ditutup dengan Dzikir bersama dan
kamipun di pulangkan.
***
Sebulan telah berlalu. Kini aku semakin dekat dengan sosok ka Ikhwan dan bukan hanya itu
semenjak aku bergabung dengan kegiatan rohis kini aku mulai rajin pergi ke mushola, rajin
melakukan ibadah,dan telah memakai pakaian muslim setiap pergi sekolah. Tentunya semua ini
aku lakukan atas dasar rasa sukaku dengan ka Ikhwan. Dialah yang mebuat aku benar-benar
berubah. Semakin hari kini rasa sukaku itu makin memuncak, ingin segera rasanya aku
ungkapkan. Namun apakah ka Ikhwan akan menerima cintaku.
Jam istirahat aku mengahmpiri ka Ikhwan yang sedang asyik duduk di kantin. Kini saatnya aku
ungkapkan semua yang aku rasakan padanya.
Assalamualaikum ka Ikhwan, Kheisya mau ngomong sesuatu sama kakak ucapku membuka
obrolan.
Walaikumsallam, iyah ada apa sya ?
ka Ikhwan sebenarnya kheisya suka sama kakak, semenjak saat pertama aku nabrak kakak dulu.
Dan semua yang kini kheisya lakukkan merupakan cara agar kheisya bisa dekat sama kakak.
Entahlah mungkin Allah tidak akan pernah menerima ibadah Kheisya karena selama ini maksud
dan tujuannya hanya untuk bisa kenal sama kakak dan kakak bisa suka sama Kheisya. Sekarang
aku mau ungkapkan persaan ini sama kakak dan apakah kakak mau menerima cinta Kheisya
jelasku.
kakak gag percaya dengan apa yang kakak dengar, kenapa kamu harus melakukan semua ini
sya balasnya seperti tidak percaya. mohon maaf sya, kakak tidak bisa menerima cintamu

karena kakak sudah memutuskan untuk tidak pacaran dan memfokuskan diri pada ujian nasional
nanti
iyah ka, Kheisya mengerti dan Kheisya juga tahu kalau selama ini Kheisya salah
gag ada yang salah kok sya. Seharusnya kamu bersyukur sama Allah, mungkin inilah caraNya
untuk mendekatkan kamu padaNya. Sekarang, kamu harus terus melanjutkan ibadahmu dan
dasarkan ibadahmu karena Allah
iyah ka, makasih atas semua bimbingannya selama ini. Kakak tidak akan berhentikan
membimbing Kheisya dekat sama Allah ?
Insya Allah tidak selama kamu masih mau belajar. Yuk, sama-sama kita belajar untuk
mendekatkan diri pada Allah
iyah kaputusku mengilangkan rasa kekecewaan.
Rasa itu kini makin lama menghilang. Sekarang aku harus belajar untuk melupakan impian
perasaan itu, belajar untuk jadi jiwa yang tegar, belajar untuk bisa menjadi lebih baik, dan tentu
belajar untuk lebih dekat mencintai Allah.

Bahaya UPLOAD foto diri/wajah (terutama bagi wanita)

Bahaya memajang foto wajah di internet (sosial media)

Wahai para Muslimah, berhati-hatilah, foto2 dirimu di dunia maya dapat menjadi fitnah, fotofotomu juga dapat dicuri oleh orang-orang jahil, lalu digunakan untuk membuat akun-akun palsu
atau situs-situs palsu (banyak akun palsu penghina islam atau penipuan memakai foto profil
wajah wanita yang mereka comot dari orang lain). Fotomu juga bisa diedit oleh orang-orang jahil
sehingga mencemarkan nama baikmu. Foto-fotomu juga bisa dimasukkan ke situs-situs porno,
meskipun aslinya bukan foto porno. Saudariku, foto wajahmu bisa menjadi sumber fitnah dan
godaan bagi lelaki yang bukan mahrammu, Maka janganlah memamerkan wajahmu ataupun
keindahan tubuhmu di FB / sosial media. Wajahmu bukan untuk dipamerkan kepada semua
orang, yang bisa membuat lelaki tergoda, dan bisa membuatmu menjadi sasaran kejahatan dan
rayuan lelaki. Betapa banyak maksiat terjadi diawali dengan tertariknya pria dengan foto wanita,
kemudian sang pria mendekati dan merayu sang wanita. Meletakkan foto tubuh/wajah
perempuan di Social Media adalah membuka pintu fitnah bagi si wanita dan orang yang
menyaksikannya. Betapa sering kita mendengar cerita tentang wanita baik-baik yang jatuh ke
dalam perangkap orang jahat yang tidak takut kepada Allah taala, dan cerita ini dimulai dari foto
yang terpampang di Facebook. Di sisi lain kadang foto wanita yang terpampang di Facebook
dicopy oleh seseorang untuk kemudian dimodifikasi/diedit sedemikian rupa sehingga wajah
wanita baik-baik ternyata ditempelkan di badan wanita yang tidak baik. Meski seorang wanita
berjilbab menutup seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangannya, kemudian ia
memamerkan dirinya di social media maka ini pun tidak bisa menjamin selamatnya orang yang
melihat dari fitnah, sebab wajah wanita memiliki daya tarik yang sangat kuat terhadap laki-laki,
sehingga, meski seluruh badannya tertutup dengan baik akan tetapi jika wajahnya dibuka dan
dipampang di depan pengunjung akun, maka itu bisa menimbulkan fitnah di hati orang yang
memandangnya,

Kisah Anggur Sang Penguasa


Suatu ketika Nuh bin Maryam, penguasa dan qodhi diwilayah Maru di turkmenistan, hendak
menikahkan putrinya yang cantik, cerdas, dan anggun. Maka berdatanganlah para pembesar dan
putra2 bangsawan melamarnya dgn menawarkan mas kawin yang banyak,
Namun sang putri terlihat enggan menerima pinangan-pinangan itu

Hal itu membuah sang Ayah bingung, dan ia


pun tak mau memilihkan calonuntuk
putrinya, karena akan mengecewakan yang
lainnya.
Hingga suatu ketika ia benengok kebun
anggur-nya, yang sejak 2 bulan lalu, dijaga
oleh Mubarok seorang budak dari india.
Nuh berkata "Hai Mubarok, ambilkan aku
setangkai anggur" Lalu mubarok
memberikan anggur tesebut, tapi ketika
dimakan rasanya masam. Lalu Nuh meminta
dipetikkan lagi, ternyata kembali dapat yang
masam.
Nuh bertanya "Subhanallah, sudah 2 bulan
kau tinggal di kebun ini, tapi belum bisa
mengerti juga mana anggur yang manis atau
asam"
Mubarok menjawab "... Hamba belum pernah merasakannya tuan, jadi belum mengerti"
"Kenapa kau tidak mencobanya" tanya Nuh. Mubarok menjawab "Karena tuan hanya menyuruh
hamba mengurusnya, dan tidak menyuruh memakannya, maka hamba tidak akan berkhianat"
Rupanya Mubarok bukan sekedar seorang budak, namun seorang yang ahli ibadah dan taat pada
Allah. Singkat kisah Nuh menjodohkan Mubarok kepada Putrinya, Masya Allah...
Sang putri cantik itu menerima sang budak jadi suaminya, padahal pangeran-pangeran tampan
telah ia tinggalkan. Dan dari mereka lahirlah Abdullah bin Mubarok seorang Ulama Besar
dikalangan Tabiin.
Hikmah:
..Memilih suami/istri itu utamakan taqwanya, jangan menolaknya karena tidak ganteng dan tidak
kaya.
..Menjaga Amanah dan menjauhi yang syubhat-haram, Allah ganti dengan yang lebih baik
..Generasi terbaik lahir dari teladan orang tuanya.

Larangan Bersalaman antara Pria dengan Wanita yang Bukan Mahrom

Salah Satu Kemungkaran yang sering terjadi, terutama saat lebaran, adalah berjabat tangan
antara pria dengan wanita yang bukan mahrom.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) :
lebih baik kepala salah seorang dari kalian Ditusuk dengan jarum besi daripada menyentuh
wanita yang tidak halal baginya.
Hadits ini derajatnya dikatakan oleh syaikh Al-Albani Hasan Shohih.
Adapun teknis menghindari salaman dengan lawan jenis non-mahrom, itu bisa dilakukan dengan
memberi isyarat bahwa dia tidak ingin bersalaman dengan lawan jenis non-mahrom, dengan
tetap memberi hormat kepada non mahrom yang mengajak salaman tersebut. Seandainya kala itu
nasehat dan keterangan hukum diberikan kepada orang yang tidak tahu hukum bersalaman
dengan non-mahrom tersebut maka itu lebih baik.
Salah satu cara agar tidak disalami non mahram, adalah sudah terlebih dahulu memberi kode,
dengan mengatupkan kedua tangan di depan dada.
Insya Allah sudah pada paham, bahkan pada orang desa sekalipun.
Trust me it works : )
Bersegera memberi kode seperti ini, agar mereka segera sadar. Sebab kalau terlanjur sana duluan
yg mengulurkan tangan, mungkin ada rasa malu atau tidak enak di pihak sana jika kita tolak
uluran tangannya

Selamat idul fitri, jalin silaturahim dan berakhlak baiklah kepada sesama.
copas dari akh Abdul Rokhman As-Syukur
=================
Cara lain adalah jauhi posisi/tempat yang kira2 membuat harus bersalaman dengan lawan jenis
yg bukan mahrom, sementara kita sungkan menolak bersalaman, apalagi jika bukan dalam
momen penting/mendesak.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan
wanita (yang bukan mahram), ucapanku untuk seratus wanita itu sebagaimana ucapanku untuk
satu wanita. (HR. Ahmad)
Kata Aisyah radhiyallahu anha: Dan demi Allah! Tangan Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam tidak menyentuh tangan wanita (tersebut) sedikitpun. Beliau hanya membaiat dengan
ucapan. (HR. Al Bukhari)
Dari Abdullah bin Amr bin al Ash mengatakan: Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa
sallam tidak pernah menyentuh tangan wanita ketika baiat. (HR. Ahmad)
lebih baik kepala salah seorang dari kalian Ditusuk dengan jarum besi daripada menyentuh
wanita yang tidak halal baginya. (HR Thabrani)
Mata zinanya adalah memandang (yg haram dipandang), kedua telinga zinanya adalah
mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang dan kaki zinanya
adalah berjalan dan hati berhasrat dan berangan-angan dan hal tersebut dibenarkan oleh
kemaluan atau didustakan. (HR Muslim)
Imam An-Nawawy dalam Syarah Muslim (16/316) menjelaskan : Hadits ini menerangkan
bahwa haramnya memegang dan menyentuh selain mahram karena hal itu adalah pengantar
untuk melakukan zina kemaluan.
Ibnu Muflih dalam Al-Furu mengatakan: Diperbolehkan berjabat tangan antara wanita dengan
wanita, laki-laki dengan laki-laki, laki-laki tua dengan wanita terhormat yang umurnya tidak
muda lagi, karena jika masih muda diharamkan untuk menyentuhnya. Hal ini disebutkan dalam
kitab Al-Fusul dan Ar-Riayah.
Beliau juga bercerita dalam kitab Kasyful Qina : Abu Abdillah (Imam Ahmad) pernah ditanya
mengenai seorang laki-laki yang berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya, maka
beliau menjawab, Tidak boleh!. Karena ingin mendapat penjelasan lebih, maka aku bertanya:
Bagaimana jika berjabat tangannya dengan menggunakan kain?. Abu Abdillah pun
mengatakan : Tidak boleh!. Laki-laki yang lain ikut bertanya: walaupun ia mempunyai
hubungan kerabat? Abu Abdillah (Imam Ahmad) juga mengatakan, Tidak boleh! Kemudian
Aku bertanya lagi, Bagaimana jika ia adalah anaknya sendiri?. Maka Abu Abdillah menjawab:
jika yang ia jabat tangan adalah anaknya, maka hal ini tidaklah mengapa.

Cerpen : Islam ,Cinta, dan Pengorbanan


Dedaun nyiur melambai-lambai seolah-olah memanggil insan yang sedang memerhatikannya.
Sesekali,lambaian itu kelihatan lemah,tidak bermaya. Kekadang menggambarkan ianya
mengharapkan sesuatu,mungkin pertolongan dari hati suci nan tulus. Ditambah pula deruan
ombak menghempas pantai menggamit suasana tenang,sepi. Kelihatan pasangan bahagia
berjalan di gigi pantai sambil berpegangan tangan,mungkin sedang mencatur janji kehidupan.
Namun berbeza sekali dengan insan yang sedang merenung laut di kejauhan itu. Kelihatan badan
yang tidak bermaya ibarat si penagih yang sedang menuggu saat kematian. Dia menunduk pada
pasir nan putih,mungkin mengenang memori nan semalam.
Awak suka laut?Diriku tersentak mendengar pertanyaan itu. Laut? Tanyaku kembali.
SukaAku menambah. Tau tak laut itu menggambarkan apa?Tanyanya lagi. Laut
menggambarkan ikan,jawabku berseloroh. Dia menjeling. Mungkin kurang senang dengan
jawapanku. Kelihatan jelingan mata yang bulat itu memperlihatkan kematangan yang ada pada
dirinya. Dia bersuara kembali. Cinta adalah laut. Laut yang tidak berpenghujung ibarat cinta
yang tiada berakhir. Cinta yang tiada noktah. Cinta yang abadiAku tersentak mendengar
jawapannya. Belum sempat aku berkata,dia berlalu pergi sambil melemparkan senyuman manis
dan lambaian suci ke arahku. Dia berlalu pergi. Dan entah mengapa,diri ini tiada terdaya
mengejarnya.

Malam itu,sukar bagiku untuk melelapkan mata. Hati terasa resah,gundah. Bacaan Al-Quran
yang ku dengar dari corong radio itu telah habis diputar. Aku beristighfar berkali-kali. Namun
tiada juga terlelap mata ini. Masih terngiang-ngiang di telinga akan kata-kata Mei Ling di pantai
petang tadi. Mei Ling,anak seorang hartawan wanita cina di pekanku telah dua tahun ku kenal.
Minatnya dalam mendalami ajaran agama Islam menyebabkan aku kagum padanya. Akulah
sumber rujukannya dari dulu. Aku dijadikan tempat bertanya tentang kemusykilan dalam ajaran
Islam,tentang pandangan negative barat terhadap Islam serta segala permasalahan yang wujud
sepanjang mendalami ajaran suci ini. Walaupun dia masih belum mendapat hidayah dari-Nya,
namun dia telah menghafal beberapa surah pendek dalam Al-Quran. Akulah yang mengajarnya
bacaan tajwid dan cara bacaan yang betul.Di pantai itulah,dia menuntut ilmu dariku.
Fir,bolehkah aku bertanya? tanya Mei Ling tiba-tiba. AhKau ini MeiMengapa perlu
diminta keizinan? Tanyakan saja..Balasku sambil tersenyum. Fir,apa pendapat mu tentang
Islam?Tanya Mei Ling kembali. Mei, mengertilah, Islam itu agama yang syumul, sempurna.
Islam merangkumi semua aspek kehidupan. Apa sahaja yang menjadi kemusykilan dalam hidup
ini, Islam ada jawapannya. Dan Al-Quran adalah sumber rujukan kepada semua permasalahan
yang timbul. Islam tidak pernah melarang umatnya melakukan sesuatu. Contoh yang paling jelas
adalah berhibur. Nikmat yang Allah kurniakan ini adalah untuk dirasai. Cuma kau mesti tahu
akan batas-batas yang telah ditetapkan oleh-Nya. Islam juga tidak menghalang percintaan antara
dua insan .Sedangkan nabi Adam yang berada di syurga inginkan teman. Lebih-lebih lagi kita ini

makhluk yang biasa. KauAkuSemuanya inginkan temanKataku panjang lebar. Mei Ling
menjeling kepadaku. Dia diam membisu. Mungkin terperangkap dengan kata-kata terakhirku
tadi.

Dua hari kemudian, aku menerima panggilan telefon dari Mei Ling. Aku terkejut mendengar
suara suara tangis dari gadis cina itu. Suara yang tersekat-sekat menyebabkan aku sukar
mentafsir apa yang yang hendak disampaikannya. Aku terus meletakkan gagang telefon dan
bergegas ke rumahnya. Aku terkejut. Kelihatan seorang perempuan tua di suatu sudut dengan
wajah yang tidak bermaya. Kelihatan Mei Ling di sisi menangis. Perempuan tua itu adalah ibu
Mei Ling. Tanpa melengahkan masa, aku terus memandu keretaku membawanya ke hospital.
Saya harap, awak bersabar. Ibu awak menghidap penyakit kanser perut. Dia memerlukan
pembedahan dengan kadar segera. Kalau tidak,peluangnya untuk hidup adalah tipisKata-kata
dari doktor itu begitu memeranjatkan Mei Ling. Dia menangis. Aku cuba menenangkan Mei
Ling. Namun tangisannya semakin menjadi-jadi. OhUjian apa yang menimpamu Mei Ling.

Mei Ling, pak cik ingin menyampaikan pesanan mamamu kepada mu,kata Chong, bapa
saudara Mei Ling. Apa pak cik?,tanya Mei Ling lemah. Chong menghulurkan satu sampul
surat kepada Mei Ling. Mei Ling terus membukanya.
Anakku Mei Ling,
Mama telah menghidap penyakit ini setahun yang lepas. Namun Mama rahsiakan dari
pengetahuanmu .Mama mengetahui akan pembedahan yang akan dilakukan terhadap Mama.
Namun dengarlah anakku, Mama hanya akan benarkan pembedahan dilakukan andai dirimu
melupakan niat untuk memeluk Islam.
Mei Ling,
Mama tiada orang lain di dunia ini. Hanya kau anakku. Mama rela mati andai kau meninggalkan
agama nenek moyang kita.
Mamamu,
Choo
Mei Ling rebah. Bagaikan satu halilintar yang memanah dirinya. Kini, terbayang wajah
mamanya. Terbayang pula kitab suci Al-Quran dan Fir, mentornya dalam bertanyakan soal
jawab agama. Adakah ini dugaan untukku? Mei Ling berbicara dalam hati. Mama, aku
sayang padamu. Andai kau tiada, dimana hidup ini dapat menumpang kasih? Fir Adakah ini

dugaan dari tuhanmu? Tuhan yang bakal aku sembah suatu hari nanti? Mengapa ini harus terjadi
padaku? Soal Mei Ling sendirian.

Fir, apa yang kau menungkan tu? Tanya Bukhari, sahabat baikku. Namun, aku diam. Fikiranku
jauh menerawang. Terbayang wajah Mei Ling, terbayang pula sendu tangisnya di hospital
tempoh hari. Mei Ling, walau apa pun terjadi, aku tetap menjagamu, membimbingmu ke jalan
yang kau impikan selama ini. Percayalah, ibumu akan selamat dan akan mengikut jalan yang kita
tujui bersama. Jalan mencapai keredhaan. Aku mengukir kata di hati.
Fir, ini ada surat buatmu. Hulur Bukhari kepadaku. Ku buka surat itu. Perlahan
Saudaraku Firdaus,
Bila kau terbaca surat ini, mungkin waktu itu ibuku sedang menjalani pembedahan.
Fir,
Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan. Ibuku telah meletakkan aku dalam keadaan serba salah.
Fir, dia tidak akan menjalani pembedahan andai aku meneruskan niat untuk memeluk Islam.
Baginya, dia sanggup mati andai melihat aku meninggalkan ajaran nenek moyangku. Maafkan
aku Fir. Di dunia ini aku hanya ada ibuku. Dialah segala-galanya. Terima kasih atas
bimbinganmu selama ini.
Mei Ling.
Aku terduduk. Badan terasa lemah longlai. Tiada terdaya. Mata berpinar. Mei Ling, mengapa
begitu sempit fikiranmu? Di mana kekuatan hatimu selama ini? Di mana keikhlasanmu terhadap
Islam? Mengapa dirimu begitu lemah? Lemah dek dugaan dunia. Adakah tidak cukup apa yang
aku sampaikan selama ini? Mei Ling Mengapa? Berbagai persoalan menerjah kotak
fikiranku.

Hari ini, hidup tiada lagi bererti. Tiada apa lagi yang inginku kejar, kucari. Pemergian Mei Ling
dari hidupku ibarat merosakkan seluruh kehidupanku. Fir, di mana kekuatanmu selama ini? Di
mana kepetahanmu dalam berbicara soal agama? Mengapa begitu lemah batinmu? Hancur dek
seorang insan bergelar Hawa. Insan yang tiada arah tuju. Lemah dek dugaan dunia. Cinta hakkiki
hanya pada yang Esa. Adakah kau lupa semua itu Fir? Mengapa begitu jumud pemikiranmu? Fir,
mengertilah. Cinta hakiki hanyalah padanya. Mengertilah Fir Begitulah kata-kata pedas dari
Ustaz Saufi yang mengunjungiku siang tadi. Ustaz Saufi yang mengajarkan ilmu agama itu
begitu mengambil berat akan diriku.
Beberapa minggu selepas kunjungan Ustaz Saufi, aku mendapat berita yang Mei Ling telah
melangsungkan perkahwinan dengan jejaka pilihan ibunya. Berita itu begitu cepat tersebar ke
seluruh pekan ini. Mungkin dia bahagia sekarang. Rintih hatiku


SETAHUN KEMUDIAN
Fir, adakah kau terbaca akhbar hari ini? Tanya Bukhari tergopoh-gapah. Belum. Mengapa
Bukhari? Tanyaku balik. Tanpa menjawab soalanku, Bukhari terus menghulurkan helaian
akhbar yang dibacanya kepadaku.
PEKAN SIPUT,20 OGOS: HARTAWAN MATI DITEMBAK
Hartawan terkenal di pekan ini, Puan Choo Jui ditemui mati berlumuran darah di kepala.
Mendiang disyaki ditembak oleh menantunya kerana dikhabarkan berlaku perselisihan pendapat
tentang pembahagian harta dalam keluarga tersebut. Menantunya, Tan Bai Loon, ditahan bagi
membantu siasatan polis. Sementara anak kepada mendiang ,Mei Ling Soon, ditempatkan di
hospital kerana pengsan akibat dicederakan oleh suaminya.
Aku begitu terkejut mendengar berita tersebut.Tanpa melengahkan masa, aku terus berkejar ke
hospital. Bukhari menghalangku. Namun, difikiranku hanya terbayang wajah Mei Ling.
Sesampainya di hospital, aku melihat Mei Ling terlantar di katil hospital. Kelihatan wajahnya
begitu lesu. Malam itu, aku menemaninya. Sepanjang malam tersebut, beberapa kali Mei Ling
memanggil nama ibunya. Mungkin dia mengalami mimpi buruk akibat kejadian tragis itu.
Keesokan harinya, mayat mendiang Choo Jui selamat dikebumikan. Aku begitu terkilan kerana
Mei Ling tidak sempat melihat wajah mamanya buat kali terakhir. Tanpa kusedari, air mataku
mengalir mengenangkan nasib yang menimpa dirinya. Sementara itu, suami Mei Ling, Tan Bai
Loon, didapati bersalah membunuh dengan niat mertuanya, mendiang Choo Jui. Dia dikenakan
hukuman gantung sampai mati.
Seminggu selepas kejadian menyayat hati itu, barulah Mei Ling sedar. Kali pertama dia
membuka mata, melihat aku di sisinya, dirinya begitu terkejut. Fir, mengapa kau berada di sini?
Aku di mana? Apa yang dah berlaku? Mengapa kau menangis Fir? Tanya Mei Ling bertubi-tubi
kepadaku. Aku terpaksa menjelaskan semua yang berlaku kepadanya. Walaupun berat hati ini
untuk berbuat demikian. Mei Ling menangis teresak-esak mendengar penjelasanku.
Fir,maafkan aku. Aku silap. Aku silap Fir. Mungkin ini balasan buatku. Mengapa semua ini
harus terjadi kepadaku Fir? Aku telah menolak Islam. Sedangkan selama ini, aku begitu tenang
mendalami ajarannya. Itulah kata-kata keinsafan dari Mei Ling. Disusuli tangisan yang tidak
henti-henti
Sebulan kemudian, di hadapan Imam masjid pekan tersebut, Mei Ling telah melafazkan kalimah
syahadah. Namanya ditukar kepada Aisyah Ling Binti Abdullah. Itulah saat-saat yang paling
bahagia dalam hidupku

Masa berlaluKusangkakan tiada lagi tangis dalam hidup Aisyah. Dan dalam hidupku jua.
Namun, manusia hanya mampu merancang. Allah menentukan segala-galanya. Panggilan telefon

pada suatu pagi dari hospital, menghadirkan kembali episod duka dalam hidup aku dan Aisyah.
Aisyah diminta ke hospital.
Cik Aisyah, diharap cik bersabar. Berdasarkan ujian terhadap darah cik semasa dirawat di
hospital kami dulu, cik didapati menghidap HIV positif dari bekas suami cik. Dan hayat cik
sudah tidak berapa lama lagi. Begitulah kata-kata doktor pada pagi itu.
Aisyah menangis. Apa lagi yang terdaya dilakukan oleh makhluk lemah bergelar wanita itu.
OhTuhanAdakah ini ujian mu kepadaku? Mengapa semua ini harus terjadi? Mengapa
begitu berat ujianmu ini? Dosaku terhadapmu tak terdaya kuhitung. Amalku terhadap mu tiada
lagi mencukupi. Mengapa begitu cepat nyawa ini ingin kau ambil kembali? Ampunilah dosaku.
Hambamu yang hina ini merintih simpati darimu. Ampunilah dosakuMei Ling merintih
sendirian dalam doanya pada malam itu

Di pantai itu, aku menemani Aisyah. Aisyah, masihkah kau ingat saat ini? Tanyaku. Hmm
Cinta adalah laut. Laut yang tidak berpenghujung ibarat cinta yang tidak berakhir. Cinta yang
tiada noktah. Cinta yang abadi. Seperti cintaku kepada Penciptaku, katanya penuh perasaan.
Benar katamu itu. Cinta yang paling agung adalah cinta hamba ini kepadanya. Aisyah, Allah
telah mengurniakan banyak nikmat cinta buatku. Nikmat cintaku kepada-Nya. Dan nikmat
cintaku kepada seorang hambanya. Hambanya yang berada di depan mataku ini. Aku
mencintaimu Aisyah, kataku penuh keikhlasan. Aisyah kaget. Dia diam. Tunduk. Tuduk tiada
kata. Aisyah, tenung mataku. Aku ingin memperisterikanmu. Percaya pada kataku ini. Aku
sanggup menanggung semuanya. Aku redha Aisyah, tambahku lagi. Aisyah menangis
Fir, hayatku kian singkat. Kau akan menyesal suatu hari nanti. Kau sanggup kehilangan aku?
Tanya Aisyah. Mengertilah AisyahMengapa harus kulupakan akan nikmat cinta kurniaan
Allah ini? Sedangkan ini adalah nikmat yang Allah telah kurniakan buat semua hambanya. Aku
akan menjagamu. Hidup dan mati adalah ketentuannya. Cinta hakikiku hanya kepada-Nya. Tapi,
salahkah aku mencintai hamba-Nya ini? Salahkah kalau aku ingin membantumu,
menyayangimu, seperti mana Allah menyayangi hamba-Nya? Kau terlalu memikirkan akan
kematian itu. Aisyah, kita hanya mampu merancang. Allah menentukan. Tenunglah mataku. Kau
adalah cinta abadiku. Dan Allah cinta hakikikuJawabku panjang lebar.

Kebahagian berumah tangga bersama Aisyah begitu singkat berlalu. Banyak kenangan indah
yang diukir bersama. Namun di suatu pagi yang hening, di saat umat Islam lain sedang
menzuhudkan diri mereka kepada Allah, Aisyah telah pergi buat selama-lamanya. Wajahnya
begitu tenang bercahaya.Meninggalkan aku sendirian
Fir suamiku,terima kasih atas segalanya.Aku menunggumu di sanaItulah kata-kata terakhir
Aisyah kepadaku. Aku pasrah. Malam itu, Aisyah hadir dalam mimpiku. Melambai-lambai
kepadaku. Di satu tempat yang begitu indah, suci


Kelihatan pemuda yang sedang tunduk ke pasir itu bangun dari tempatnya. Dan berlalu pergi
Itulah Firdaus. Hari-hari seterusnya tiada lagi kelihatan Fir di pantai itu. Di suatu malam yang
sunyi, Fir telah menghembuskan nafasnya yang terakhir. HIV positif yang dihidapi dari arwah
isterinya adalah punca kepada kematian itu. Dia dikebumikan di sebelah pusara arwah
isterinya,Aisyah Ling binti Abdullah. Mungkin mereka sedang bahagia di sana
Inilah Islam, cinta dan pengorbanan

Pengorbanan Ibu

Awalnya aku malu mempunyai ibu sepertinya. Warna kulit yang gelap dan wajah yang paspasan. Ibu sangat berbeda dengan ayah, kulit yang putih, tubuh yang gagah dan wajah yang
lumayan tampan menurutku. Aku tak mengerti kenapa ayah memilih ibu sebagai pendamping
hidupnya. Aku tidak menyalahi takdir-Nya, cuman aku heran dengan semua ini. Ayahku berasal
dari kota sedangkan ibu sebagai anak desa yang tidak mempunyai apa-apa. Pendidikannya pun
hanya tamatan Sekolah Dasar saja. Setiap aku bertanya kepada ayah kenapa dulu memilih ibu,
beliau berkata, Itu sudah takdir, mungkin ini yang terbaik untuk kita semua.

Ayah memiliki usaha yang lumayan sukses di kota, setiap seminggu sekali ayah pulang untuk
menjenguk kami di desa, bahkan selalu membelikan apa saja yang kami minta, sehingga kami
makin bangga pada beliau. Aku anak ke empat dari lima bersaudara. Kehidupan keluargaku
tergolong paling kaya di desa. Ketika masih banyak rumah yang terbuat dari bilik, maka rumah
kami sudah terbuat dari tembok. Bahkan pertama kali ada televisi, keluarga kamilah pelopor
adanya televisi di desa. Aku masih ingat pertama kali ada di rumahku, semua orang berduyunduyun kerumah untuk menonton televisi bersama-sama. Sampai-sampai ayah menyediakan
tempat untuk warga yang ingin nonton televisi.
Kemewahan materi tidak selalu identik dengan kebahagiaan. Itulah yang akhirnya aku rasakan.
Ketika itu aku masih SMA, disinilah ketabahan ibu semakin terlihat di mataku. Bagaimana tidak,
ayah menikah lagi dengan seorang gadis yang berasal dari kota. Dia sangat cantik dibandingkan
denganmu Sum, dia namanya Ayuni, kata salah satu pamanku yang ikut bekerja dengan ayah
kepada ibu ketika bertanya tentang istri baru ayah. Secara tidak sengaja aku mendengar
perbincangan mereka. Apa yang ibu katakan sangat mengagumkan, Dari dulu aku sudah siap jika
ini terjadi mas, mungkin ini cobaan supaya aku semakin tabah.Tapi waktu itu aku masih tidak
terlalu mengerti kenapa ibu berkata seperti itu. Banyak orang khususnya perempuan di desaku
yang tidak ingin dimadu, bahkan yang lebih ekstrim lagi mereka lebih baik bercerai dari pada
harus dimadu walaupun sudah mempunyai anak.
Keluargaku menjadi pembicaraan di desa khususnya di kalangan ibu-ibu. Pantas saja Sumiati
dimadu, mungkin saja wanita itu lebih cantik dibandingkan dia. Kalau aku seperti itu, aku
langsung minta cerai demi harga diri. Hatiku perih mendengar perkataan seperti itu. Mereka
tidak tahu betapa cantik dan baiknya hati ibu Ingin rasanya aku menampar orang yang berkata
seperti itu, namun aku masih punya perasaan. Aku langsung berlari kerumah mencari penyejuk
hati dan aku melihat ibu sedang bersujud diatas sajadahnya...
***
Ayah mulai jarang pulang, yang tadinya seminggu sekali sekarang sebulan bahkan pernah dua
bulan tidak pulang. Tetapi ayah tetap mengirimkan uang untuk kami semua, bahkan jumlahnya
lebih dari cukup. Kebanggaan pada ayah mulai berkurang tapi aku masih tetap menghormatinya.
Kekagumanku pada ibu semakin bertambah, ibu selalu terlihat tabah dalam menghadapi cobaan.
Itu terlihat di wajahnya yang teduh. Kini aku bangga padamu Bu, aku juga tidak malu lagi
mempunyai ibu sepertimu. Aku ingin perlihatkan pada dunia bahwa engkau adalah ibuku agar
semua tahu betapa indahnya akhlakmu, batinku berkata. Setiap kali adikku menanyakan tentang
ayah, ibu pun menceritakan yang sebenarnya tanpa menjelekan sedikit pun tentang ayah. Satu
lagi poin untuk mengagumimu yaitu kejujuran.
Bulan berganti tahun, kami sudah mulai besar, bahkan kakakku sudah menikah semua, tinggal
aku dan adik yang tinggal bersama ibu. Kerutan di wajah ibu pun sudah mulai terlihat. Kini aku

sudah memasuki bangku kuliah dan berada di semester dua. Aku di terima di perguruan tinggi
negeri dan ambil jurusan manajemen sesuai dengan cita-citaku. Aku tinggal di kota, sebulan
sekali pulang ke desa untuk melepas rinduku pada keluarga. Ibu membuka warung di depan
rumah untuk menghidupi kami karena hampir satu tahun ayah tidak mengirimkan uang. Untuk
membantu ibu, aku berjualan pakaian yang di tawarkan pada teman-teman disamping kesibukan
kuliah. Hasilnya pun lumayan untuk meringankan beban ibu.
Ayah terserang stroke dan harus di rawat dirumah sakit sedangkan usahanya kini sudah bangkrut.
Istri mudanya kabur entah kemana bersama anak hasil perkawinannya dengan ayah. Kini ibu
yang selalu berada di samping ayah. Dengan kesabarannya, ibu merawat ayah dengan ikhlas.
ketika ayah membutuhkan sesuatu, ibu selalu siap siaga untuk membantunya. Tanpa berbicara
pun, sudah terlihat ada rasa penyesalan di wajah ayah. Kini ku tahu betapa mulianya hatimu ibu.
Apakah aku sanggup seperti itu?
***
Kini aku sudah mempunyai dua anak, Muhammad Fahri dan Zakiya Azzahra namanya. Aku
menikah dengan seorang lelaki yang amat sholeh menurutku. Dia yang selalu membimbingku
dalam segala hal terutama dalam masalah agama. Dia merupakan figur seorang ayah yang baik
untuk anak-anak. Jika kesabaranku sedang di coba dengan kenakalan anak-anak, maka dia selalu
mengingatkan untuk selalu menahan amarah. Oh ya.. yang sangat mengagumkan, kini aku sudah
memakai penutup aurat, ini juga atas hidayahNya yang sangat tak terhingga selain bimbingan
suami.
Aku teringat ketika meminta izin untuk menikah pada orang tua terutama pada ibu. Bukan
berapa gaji calon suamiku yang ditanyakan, tetapi yang pertama kali di tanya oleh ibu adalah
apakah solatnya sudah benar atau belum. Awalnya aku tak mengerti tentang itu. Ibu menjelaskan
bahwa orang yang tidak pernah meninggalkan solat dalam keadaan apapun itulah yang
seharusnya aku cari Insya Allah akhlaknya juga akan baik karena dia merasa Allah selalu
mengawasinya. Pendapat yang tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Jawaban yang sangat luar
biasa yang terucap dari seorang yang hanya tamatan sekolah dasar.
Kenangan-kenangan manis bersamamu akan selalu aku ingat bu. Semoga Allah mengampuni
dosa-dosamu dan meluaskan kuburanmu begitupun dengan ayah. Ibu meninggal seminggu
setelah ayah tiada, ketika itu ibu berada di sampingku. Sebelum meninggal ada pesan yang masih
teringat di benakku. Jaga adikmu baik-baik, dan yang paling penting jangan pernah kau
tinggalkan Allah karena Allah akan meninggalkanmu. Sebelum meneruskan kata-katanya, ibu
mengucapkan dua kalimah sahadat dan orang yang sangat aku hormati pun menghembuskan
napas terakhirnya
Ibu telah tiada tetapi jasa-jasanya akan selalu teringat dalam kalbuku. Engkau mengajarkan aku

tentang sebuah kesabaran. Engkau adalah sosok ibu yang terbaik di mataku meski engkau bukan
ibu kandungku.

Bersyukur dari Penjual Tape


Kisah Ustadz Cahyadi Takariawan tentang Penjual Tape yang luar biasa.
Saya pernah punya sahabat di Yogyakarta, seorang kakek tua penjual tape singkong keliling
dengan sepeda kayuh.
Hampir setiap hari ia lewat di depan rumah kontrakan saya ketika masih hidup mengontrak di
Kota Jogja. Bahkan kakek tua ini sering berhenti berlama-lama di depan rumah kontrakan,
sampai saya keluar dan membeli tapenya.
Saking seringnya bertemu, akhirnya kami menjadi sahabat. Pantasnya ia menjadi bapak saya,
melihat usianya. Sampai saya sering mengunjungi rumahnya yang sangat sederhana di daerah
Sleman.
Menilik kondisi rumahnya, penampilan dan usahanya, tampak kalau ia hidup dalam berbagai
bentuk kesulitan. Rumahnya berdinding anyaman bambu, dengan genting kuno yang kecil
ukurannya, serta lantai dari tanah tanpa ada tembok semen sama sekali.
Jika musim hujan, selalu tiris, air masuk ke dalam rumahnya, dan membuat lantai rumahnya
ditumbuhi rumput karena kerap tersiram air hujan.
Di rumahnya tidak ada motor. Hanya ada satu sepeda kayuh yang ia gunakan untuk jualan tape
keliling Kota Jogja.
Yang sangat mengagumkan bagi saya, ia lebih sering bercerita tentang kebahagiaan hidupnya
sebagai penjual tape. Bukan bercerita tentang kegetiran hidup yang dialami.
Mungkin karena kegetiran itu sudah dirasakan setiap hari, maka menjadi tidak berasa lagi

baginya. Yang lebih ia rasakan adalah


kegembiraan, maka itu yang selalu diceritakan.
Ia selalu antusias menceritakan kegembiraan yang
dirasakan ketika ada orang-orang penting
membeli tape singkongnya, bahkan selalu
mengulang cerita tentang seorang dokter yang
berlangganan membeli tapenya.
Contoh kegembiraanya seperti ini.
Yang membeli tape saya itu orangnya bermobil. Mobil
mereka bagus-bagus, cerita sang kakek dengan
wajah berbinar-binar saking bahagianya.
Saya bayangkan, mereka yang punya mobil belum
tentu sebahagia kakek itu. Namun kakek yang tidak punya mobil, justru merasakan kebahagiaan
yang tidak didapatkan oleh para pemilik mobil.
Begitulah cara ia menikmati hidup. Barangkali ia ingin berpesan, hidup itu terlalu indah untuk
dikesali. Nikmati saja semua problematika dalam kehidupan, agar kita selalu bahagia walau
penuh dengan keterbatasan.

Jangan bercanda dengan kekurangan orang lain. Mungkin biasa saja bagimu
tapi bisa sangat menyakitkan baginya.

Jangan bercanda dengan kekurangan orang lain. Mungkin biasa saja bagimu, tapi bisa sangat
menyakitkan baginya.bAllah taala melarang kita untuk menghina orang lain yakni dengan
meremehkan dan mengolok-olok. Sebagaimana yang disebutkan Hadits shahih dari Rasulullah
SAW beliau bersabda: Takabbur adalah menentang kebenaran dan meremehkan (merendahkan)
manusia (HR Muslim). Dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk, (QS Al Hujarat: 11)
Janganlah kamu saling mencari kejelekan orang lain, janganlah saling bermegah-megahan, dan
janganlah saling dengki mendengki. Janganlah saling mengumbar emosi, dan janganlah saling
menjauhi. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersatu dan bersaudara sebagaimana yang
telah diperintahkan Allah kepadamu. Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara,
yang di antara mereka dilarang saling menganiaya, saling menghina, dan saling meremehkan.
Taqwa adalah di sini (sambil Rasulullah memberi isyarah ke arah dada). Cukuplah seorang
muslim dikatakan melakukan kejelekan apabila dia menghina sesama muslim. Seorang muslim
dengan muslim lainnya harus saling menjaga darah, kehormatan, dan harta kekayaannya. (HR.
Bukhari dan Muslim).
Mencaci maki seorang muslim adalah perbuatan fasik, sedang membunuh seorang muslim
adalah tindak kekufuran. (HR. Bukhari dan MusUm). Surat al hujarat ayat 11-12:
Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi
mereka yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula wanitawanita mengolok-olok wanita-wanita lain, boleh jadi wanita-wanita yang diperolok-olokkan
lebih baik dari wanita yang mengolok-olok, dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan

janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan
ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang lalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

KISAH KAKEK DAN PENCURI PEPAYA

kisah inspirasi .com ~ Saya ingin mengawali


renungan kita kali ini dengan mengingatkan pada
salah satu kisah kehidupan yang mungkin banyak
tercecer di depan mata kita. Cerita ini tentang
seorang kakek yang sederhana, hidup sebagai
orang kampung yang bersahaja. Suatu sore, ia
mendapati pohon pepaya di depan rumahnya telah
berbuah. Walaupun hanya dua buah namun telah
menguning dan siap dipanen. Ia berencana
memetik buah itu di keesokan hari. Namun,
tatkala pagi tiba, ia mendapati satu buah
pepayanya hilang dicuri orang. Kakek itu begitu
bersedih, hingga istrinya merasa heran. masak
hanya karena sebuah pepaya saja engkau
demikian murung ujar sang istri. bukan itu yang
aku sedihkan jawab sang kakek, aku kepikiran,
betapa sulitnya orang itu mengambil pepaya kita.
Ia harus sembunyi-sembunyi di tengah malam
agar tidak ketahuan orang. Belum lagi mesti
memanjatnya dengan susah payah untuk bisa
memetiknya. dari itu Bune lanjut sang kakek,
saya akan pinjam tangga dan saya taruh di bawah pohon pepaya kita, mudah-mudahan ia datang
kembali malam ini dan tidak akan kesulitan lagi mengambil yang satunya. Namun saat pagi
kembali hadir, ia mendapati pepaya yang tinggal sebuah itu tetap ada beserta tangganya tanpa
bergeser sedikitpun. Ia mencoba bersabar, dan berharap pencuri itu akan muncul lagi di malam
ini. Namun di pagi berikutnya, tetap saja buah pepaya itu masih di tempatnya.
Di sore harinya, sang kakek kedatangan seorang tamu yang menenteng duah buah pepaya besar
di tangannya. Ia belum pernah mengenal si tamu tersebut. Singkat cerita, setelah berbincang
lama, saat hendak pamitan tamu itu dengan amat menyesal mengaku bahwa ialah yang telah
mencuri pepayanya. Sebenarnya kata sang tamu, di malam berikutnya saya ingin mencuri
buah pepaya yang tersisa. Namun saat saya menemukan ada tangga di sana, saya tersadarkan dan
sejak itu saya bertekad untuk tidak mencuri lagi. Untuk itu, saya kembalikan pepaya Anda dan
untuk menebus kesalahan saya, saya hadiahkan pepaya yang baru saya beli di pasar untuk Anda.
Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas, adalah tentang keikhlasan, kesabaran,
kebajikan dan cara pandang positif terhadap kehidupan.
Mampukah kita tetap bersikap positif saat kita kehilangan sesuatu yang kita cintai dengan ikhlas
mencari sisi baiknya serta melupakan sakitnya suatu musibah?
"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan
sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat
bakhil karena cintanya kepada harta."

Anda mungkin juga menyukai