Anda di halaman 1dari 7

Langit malam dini hari ini membiru, jangkrik bersaut-saut bersenandung, dedaunan

menari berjatuhan ditiup oleh sang angin seakan mereka bebas dari ikatan sang tuan pohon.
Udara begitu sejuk subuh itu, lembab, sepi, kosong. Rambut lurusnya ditiup angin, putih kulit itu
tampak sedikit membiru kedinginan. Gaun hitamnya melambai-lambai dibalik mantel coklat
yang memeluknya erat. Pulang kerumah menyusuri gang kecil. Mata sayunya terlihat sedikit
memar. Lirihan matanya tak lepas dari pandangan kedepan tanpa menoleh kebelakang. Entah
pun ada apa dibelakang ia tak tau dan tak mau tau. Langkah kakinya melaju cepat, bunyi sepatu
hak lusuh yang dikenakannya selaras dengan detak jantungnya. Nafasnya pun terengah-engah.

Terlihat dari kejauhan rumah kecil dengan lampu depan yang redup diantara rumah elit
berpenghuni bos bos gedung tinggi. Kotak pos tua didepan rumahnya pun berdiri tak lagi kokoh,
rumput liar, sampah berserakan, tampak menyesakkan.

Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya seakan itu adalah hembusan nafasnya
yang terakhir. Diraihnya kunci dari saku mantelnya dan berharap subuh ini ia bisa tidur untuk
sejenak saja. Menarik gagang pintu dan tampak banyak surat dibawah kakinya, tak
menghiraukan surat itu salah satu pilihan terbaiknya. Kakinya melangkah pelan, tapak kakinya
seakan melayang tak menjejak. Takut ia membangunkan penghuni rumah itu yang sepertinya
habis berpesta ria. Botol minuman dimana-mana, bukan pemandangan yang indah untuk dilihat
subuh itu.

Ia Alea. Tinggal bersama paman dan ibunya yang sekarat. Bekerja sebagai pelayan di
sebuah Bar kecil di daerah terpencil. Tak mudah baginya tinggal mengurusi ibunya sendiri dan
menghadapi pamannya yang pemabuk akut tingkat tinggi.

Aleaaaaaaa., alea., alea. Gumam seseorang dari sebalik sofa.

Gadis kecil ku yang istimewa. Apa kau membawakan aku sesuatu? Oh tidaakk alea aku
kehabisan minuman ku. Apa kau membawakan ku minuman? Tidak?? Tidak ada minuman?
tanya lelaki paruh baya itu sambil sempoyongan dan meneguk tetesan terakhir minuman
kerasnya.

Tidak paman. Tidak ada minuman malam ini. Nikmati saja botol terakhir mu itu acuh
alea sambil menyusuri tangga dan menuju kamarnya

Kamar kecil diatas atap tempat Alea menangisi semua masalahnya. Hanya bintang yang
terkadang hilang yang menemani kesendiriannya dalam malam. Berdoa dalam gelap disudut
kamar menjadi kegemarannya setiap malam. Melepas gaunnya saja seakan tak lagi ada tenaga
yang ia punya, ia langsung terbaring diatas kasurnya yang lusuh dengan alas putih dan selimut
tipis serta bantal yang kapasnya menyesakkan paru. Melayang ia dalam tidurnya tanpa ada
mimpi yang mengganggunya. Baru sejenak ia memejamkan matanya dan melayang ke dunia
bawah sadarnya, matahari sudah mulai terbit menyinari jendela kamar dan menerangi wajah
pucatnya alea. Hiruk pikuk dunia akan segera bangkit.
Aleaaaaaaaaaa Teriakan panjang terdengar memanggil namanya dari bawah.

Sontak ia pun terbangun dari kasurnya dan bergegas menuruni tangga dan melihat ibunya
yang meneriakinya dari kamar bawah.

apa kau tak tau sekarang ini jam berapa? apa kau tak mau lagi mengurusi ku setelah 9
bulan aku mengandung mu dan `19 tahun membesarkan mu? Apa kau mau aku mati saja?
amarah ibunya yang terbaring dikasur dengan infus di tangan kanannya.

Kurus kering dan penyakitnya tak menghalangi ibunya untuk terus memarahinya.

aku tau sekarang jam berapa dan tepat hari ini kau melahirkan ku 20 tahun yang lalu,
ibu balasnya sambil membawa sebuah nampan berisi sarapan sang ibu. dua lembar roti gandum
dan telur dadar serta susu cukup menyehatkan untuk sang ibu dengan sakit kankernya itu.

lalu kau ingin aku menyanyikan selamat ulangtahun untuk mu dan memberi mu kado
atas ulangtahun mu hari ini? Jangan pernah kau bayangkan itu!!. Lebih baik kau taruh makanan
ku dihadapan ku dan pergilah kau berkerja. Carikan aku uang yang banyak agar aku segera
sembuh dan menghisap beberapa ganja kegemaran ku ucap sinis ibunya .

Segera alea keluar dari kamar ibunya itu dan kembali menyusuri tangga menuju
kamarnya dengan keadaan masih ngantuk dan sangat lelah. Tapi dunia tidak pernah berpihak
kepada alea. Ia harus bekerja lagi disebuah minimarket di persimpangan ujung jalan rumahnya.

Berjalan menyusuri trotoar dengan celana jeans hitam, kaos turtleneck,dan sepatu ket
lusuhnya. Siang itu waktu berjalan sangat lambat. Panas teriknya matahari berbanding terbalik
dengan suasana malam tadi. Suara kendaraan yang berlalu lalang tidak mengganggu alea untuk
tetap menatap kosong sambil berharap ia dapat pulang cepat hari ini dan istirahat mengumpulkan
energi untuk melayani pelanggan di bar malam nanti.

Alea jatuh jauh dalam lamunannya, tak sadar ia seorang pria dengan setelan jas dan dasi
abu-abu yang melingkar dilehernya serta nametag yang tersematkan di dada kirinya masuk ke
minimarket dan meraih sebotol air mineral dari lemari pendingin. Meneguk kencang air itu
dengan ponsel ditangan kirinya. Tiba tiba ponsel pria tersebut berbunyi dan sontak membawa
pulang alea dari alam lamunnya.

Tampak sang pria begitu marah dalam telfonnya, alea hanya melihat dan menunggu si
pria agar cepat menghampirinya dan membayar minumannya dan segera pergi agar alea bisa
melanjutkan lamunannya.

ukkhhh, siang ini sangat mengesalkan, membakar isi otak ku panasnya kota ini Ujarnya
sambil menodongkan botol air mineralnya kehadapan alea.

bayar cash atau debit? Tanya alea dengan cuek


oh tunai jawab si pria sambil merogoh kantong belakang celananya.

mm, tolong rokoknya sebungkus tambahnya menunjuk sebungkus rokok merah

pilihan bagus untuk siang terik gumam alea sambil mengarahkan belanjaan si pria ke
scanner computer minimarket.

Pria tersebut langsung pergi setelah membayar minuman dan sebungkus rokoknya
meninggalkan alea dengan sedikit senyuman di wajahnya.

Matahari semakin bergerak ke barat. Langit sore keemasan dihiasi awan yang bergerak
perlahan. Pukul enam sudah ditunjukkan oleh jam tangan mungil alea. Shift pekerja sudah harus
berganti, tapi rekannya belum datang dan dia harus menunggu sedikit lebih lama dan cemas akan
terlambat untuk pekerjaannya selanjutnya. Pramusaji bar.

maaf alea aku terlambat, aku harus singgah ke apotik tadi untuk membeli sedikit obat
untuk perutku. Hari ini aku sudah 7 kali ke kamar mandi. Oh tuhan, ini sangat tidak baik. Dan
lebih baik kau bergegas pergi alea atau kau akan terlambat untuk pekerjaan haram mu
selanjutnya Ujar Lissa yang langsung bergerak menggantikan tempat alea berdiri

Tanpa meniggalkan sepatah kata apapun alea langsung bergegas pulang.

oh tuhaaaan, tidak bisakah kau membiarkan aku untuk berhenti sejenak dan beristirahat
dengan tenang? Atau tidak ambil saja nyawa ku ini tangis alea sepanjang jalan

Berjalan menyusuri trotoar jalanan komplek rumahnya. Tampak beberapa orang melihat
aneh alea dan tak membiarkan anaknya untuk melihat alea. Pemandangan itu sudah biasa untuk
alea. Bekerja disebuah bar adalah pekerjaan yang buruk bagi mereka yang hanya bisa langsung
menikmati kekayaannya tampak mengeluarkan keringat sedikit pun.

Setelah berganti kostum, lagi lagi dress hitam dengan sepatu hak hitam dan mantel
coklatnya. Dengan sedikit sentuhan lipstick merah merona dibibirnya.

ahaa, alea. Apa kau akan pergi melayani laki-laki di bar sana. Apa itu pekerjaan baru
mu? Ternyata mereka bilang benar. Kini keponakan ku sudah besar dan pandai mencari uang.
Teruslah mencari uang dan puaskan para pria disana dan belikan aku minuman yang banyak dan
sedikit obat untuk kakak ku yang sekarat disana ujar paman alea sambil menghisap bubuk
heroinnya dengan perlahan dan sangat menikmati.

dan satu lagi alea, aku sudah muak dengan surat-surat yang ada dipintu dan tukang pos
yang mengganggu tidur siang ku! teriaknya

Alea berjalan keluar rumah dan mengacuhkan pamannya. Mengambil surat-surat yang
berserakan di depan pintu. Mengecek satu satu surat tersebut sambil berjalan menuju bar yang
sedikit jauh dari rumahnya itu.
tak ada surat yang menarik gumam alea sambil menyimpan surat itu didalam
mantelnya

Malam semakin larut tapi bar tempat alea bekerja semakin ramai dan semarak. Alunan
lagu jazz menggoda untuk berdansa malam itu. Suasana dan udara pun mendukung untuk lebih
intim.

hey nona, tolong bawakan aku segelas wiski lagi dan temani aku duduk disini teriak
seorang pria dalam keadaan mabuk dan melambaika tangan kearah alea.

Tanpa pikir panjang alea pun membawakannya segelas wiski dan memberikannya kepada
pria itu. Dan tiba-tiba ia memegang tangan alea dan mengelus pipinya.

kau sangat cantik nona. Siapa nama mu, temanilah aku untuk mala mini. Ayolaaah
goda pria itu

Alea kaget dan melepas pegangan tangan pria itu dan langsung pergi meninggalkannya.

Tampak pria tadi berbicara dengan bos alea. Perasaan tidak enak menghampiri alea dan
benar saja.

aleaaa, apakau tau siapa yang kau acuhkan tadi?. Dia membantuku untuk mendapatkan
izin mendirikan bar ini di daerah sinitamparan tangan si bos melandas dipipi kanan alea.

Dan apa kau tau apa yang terjadi kalau dia marah? Tentu saja dia bisa menghalalkan
segala cara untuk membuat ku bangkrut. Dan apakau ingat alea berapa pinjaman yang aku
berikan untuk pengobatan ibu mu itu? Sampai kau tua bekerja disini kau tidak akan mampu
membayarnya alea, dan kau harus sadar itu. Sekarang kau layani dia dan buat dia senang. Kalau
perlu kau bawa dia ke kamar atas. Amarah bosnya dengan nada sinis dan tinggi dengan sesekali
menghisap rokok ditangan kirinya

Alea tak terkejut dengan pinta sang bos. Ia sudah ribuan kali berpikir dan
membayangkan kalau ini akan terjadi. Mungkin nasib baik alea sudah habis atau tak pernah ada,
atau tuhan lupa mencatat scenario nasib baik untuk alea. Alea hanya bisa menangis dan
menghisap beberapa rokok dikamar mandi untuk menghadirkan keberaniannya menghadapi
pinta bosnya itu.

aahh nona cantikku sudah datang, apa kau mau minum? Tanya si pria brengsek sambil
menawarkan alea minumannya

aku tidak minum jawab cuek alea sambil duduk disamping si pria

kenapa kau menangis? Aku tidak akan melukai mu, aku hanya ingin kau menemani ku
saja sampai aku puas dengan minuman ku. Karna kau tau? Aku ini seorang gay hahaha tawa si
pria terbahak-bahak
kau pikir aku akan membawa mu ke kamar? Hahah tidak cantik. Aku hanya butuh
teman untuk bicara. Tidak ada orang yg semenarik kamu untuk aku ajak bicara. Ayo pesan
minuman mu tambah si pria

Alea tidak pernah membayangkan dan berfikir kalau apa yang pria itu sebutkan serius
ataupun sebuah candaan. Yang alea pikirkan bagaimana ia harus bertahan tanpa menjual harga
dirinya.

Malam terus larut, si pria terus mengoceh dan terus tertawa. Alea hanya mendengarkan
dan waspada agar kehormatannya masih bisa ia pertahankan.

Akhirnya jam kerja alea sudah berakhir, ia bisa melewati cobaannya kali ini. Kali ini ia
beruntung, entah besok, atau lusa bosnya akan meminta hal yang tidak terbayangkan oleh alea.

Pulang kerumah dengan jalanan yang sama setiap hari. Pukul 5 tepat, langit subuh itu
sudah tampak sedikit membiru. Udara sedikit lebih hangat dari subuh biasanya. Rumah yang ia
tuju tampak sepi seperti biasa. Kumuh dan menyesakkan.

Membuka pintu dan memasuki ruang tengah dengan pemandangan yang sama setiap hari.
Botol dimana-mana, sampah dimana-mana. Lampu yang redup dan paman yang tergeletak
mabuk tak sadarkan diri.

alea. Apa itu kau? Tanya paman sambil bangkit dari sofa

Alea menghentikan langkahnya dan menoleh ke pamannya itu yang duduk disofa sambil
memegangi botol minumannya.

apa kau tau? Hari ini ibu mu tidak sadarkan diri. Aku terus menggoyangkan badannya.
Tapi dia tidak bergerak. Lalu aku panggil tetangga tetapi tidak ada yang mau datang. Kalau aku
panggil polisi aku bisa saja tertangkap karna narkoba tercinta ku ini haha ujar pamannya tanpa
merasa sedikit pun bersalah

Alea langsung lari kekamar ibunya. Tampak infus sang ibu sudah kosong dan badan yang
pucat keseluruhan. Alea hanya bisa menangis, dan langsung mengeluarkan ibunya dari kamar
dan membawanya ke rumah sakit seorang diri. Ia tau kalau ibunya itu sudah tiada tapi alea
berharap ada sebuah harapan.

maaf nak. Kau harus mengikhlaskannya ujar dokter setelah beberapa kali memeriksa
ibu alea

Alea hanya menangis dan berusaha tenang. Terbayang alea ingatan masa kecilnya yang
sedikit indah bersama ibunya. Berjalan menyusuri sungai dan berbincang kecil sebelum ibunya
mulai kecanduan narkoba.
apa kau ingat ibu, saat kau tanya aku ingin jadi apa kelak besar nanti? Tanya alea
dengan jasat ibunya yang sudah terkubur tanah.

aku ingin menjadi seorang penyanyi terkenal ibu. tapi lihatlah seberapa hinanya aku.
Kini aku hanya menjadi pelayan bar, dan mungkin esok atau lusa aku akan menjadi budak sex
untuk mereka yang melepas nafsunya bu

bodoh rasanya menangisi kepergian mu ibu, kau yang tiba-tiba membenci ku. Tapi asal
kau tau ibu, aku tetap mencintai mu

Alea berjalan pulang dari kuburan ibunya itu. Penyesalan sedikit menghampiri hatinya.
Tapi kekesalan kepada pamannya sangat mendalam ia rasakan. Pulang memang bukan pilihan
terbaik untuk alea lakukan hari itu. Tapi tidak ada tujuan lain yang bisa alea tuju.

ah, kau sudah pulang? Si tua itu sudah dikuburkan?Tanya pamannya dengan sebatang
rokok dibibirnya

kau tau alea, aku sudah lama berharap dia mati. Dia hanya menyusahkan ku.
Memberinya minum, memberinya makan. Dan mengancam ku untuk tidak menyentuh mu
tambahnya

tapi alea, kau begitu menggoda. Biarlah tuhan mencatat ini dari beberapa dosa besar
yang aku lakukan. Toh aku sudah melakukan banyak dosa, membunuh ayah mu salah satunya.
Haha gelak paman alea sambil mendekati alea

apa yang kau lakukan paman, apa kau gila? Aku ini keponaan mu teriak alea

keponakan ku yang sangat istimewa alea!. Apa kau tidak ingat alasan ibu mu membenci
kita berdua? Ukkhh itu ingatan ku yang paling bagus

apa kau tak ingat dulu aku sering mengendap masuk ke kamar mu dan menyetubuhi mu?
Apa kau tak ingat pernah meronta kesakitan? Tapi semakin meronta kau akan semakin nikmat
aku rasakan hahaha

kaauuu!!! Bangsat!!!!!!!!!! teriak alea sambil memecahkan botol minuman keras


kekepala pamannya dan berlari ke kamarnya

Nasib buruk untuk alea, ia terjatuh menaiki tangga dan pingsan. Nasib baik pamannya, ia
membopong alea ke kamarnya dan menyetubuhi alea dengan bangganya.

Bangun dari pingsannya alea merasa jijik dengan tubuhnya, tak berpakaian sehelai pun.
Bangkit dari kasurnya dan menangisi seluruh hidupnya.

tak perlu kau merasa jijik, alea. Kau sudah lama mengenal ini. Dari kau berumur 10
tahun. Dan ibu mu? Ibu mu baru tau setelah setahun berikutnya. Dan mulai dari itu ia frustasi
lalu apa yg ia lakukan dengan ku? Haha , ia hanya menampar ku dan mengusir ku
dengan lantang. Tapi tidak alea, ia tidak bisa mengusir ku karna hutang rumah ini sudah ku bayar
separuhnya. Lalu apa yg terjadi alea? Dia sakit dan akhirnya mati. Hahagelak pamannya dari
depan pintu kamar alea

atau ini, buku diary ibu mu yang akan menjelaskan semuanya ujar pamannya sambil
melemparkan sebuah buku dengan cover hitam

Alea membacanya dengan seksama, dari kisah kecil indahnya sampai masa-masa kelam
alea tersimpan dibuku harian ibunya itu. Tersadar bahwa ibunya tidak membencinya, tapi ia
hanya berusaha untuk tidak mengingatkan alea kepada kenangan buruknya itu. Tapi kenangan
buruk itu mempengaruhi ibunya untuk mulai menghisap ganja dan minum-minuman keras. Alea
menangis sekencang-kencangnya. Dan yang ia pikirkan sekarang tidak akan ada lagi yang bisa
menyelamatkan dia dari dunia gelap dan hanya menjadi budak nafsu pamannya.

Alea dengan tubuh putih kurusnya itu tanpa berbalut sedikit pun busana, menaiki tangga.
Dengan tangan bersimpah darah dan tatapan kosong. Menancapkan beberapa kali pisau pada
pamannya setelah memuaskan nafsunya menjadi pilihan dosanya yang paling besar. Berjalan
kekamarnya dan menangis.

Kini alea, hanyalah wanita cantik yang bergayut diatas loteng rumahnya.

Anda mungkin juga menyukai