Anda di halaman 1dari 33

Laporan Praktikum Dosen Pembimbing

Instrumentasi & Kontrol Hari Rionaldo, ST MT

PENGUKURAN TEMPERATUR

DISUSU

Disusun Oleh :

Kelompok : II (Dua)

Nama Kelompok : Eko Yurio Saputra (1607036603)


Hanifah Azzahra (1607036613)
Herpany Rangga W (1607036660)
Lorena Sitepu (1607036615)

LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES DAN OPERASI PABRIK


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Tujuan Percobaan ..................................................................................... 1
1.2 Dasar Teori ............................................................................................... 1
1.2.1 Temperatur ........................................................................................ 1
1.2.2 Termometer dengan Bahan Zat Cair ................................................. 3
1.2.3 Termometer dengan Bahan Zat Padat ............................................... 8
1.2.4 Termometer dengan Bahan Gas ...................................................... 10
1.2.5 Termometer Optis ........................................................................... 10
1.2.6 Termokopel ..................................................................................... 12
1.2.7 Termometer Galileo ........................................................................ 17
BAB II ................................................................................................................... 19
METODOLOGI PERCOBAAN ........................................................................... 19
2.1 Alat ......................................................................................................... 19
2.2 Bahan ...................................................................................................... 19
2.3 Prosedur Percobaan ................................................................................ 19
2.4 Rangkaian Peralatan ............................................................................... 20
BAB III ................................................................................................................. 21
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 21
3.1 Hasil Percobaan ....................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Pembahasan ............................................. Error! Bookmark not defined.
BAB IV ................................................................................................................. 24
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 24
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 24
4.2 Saran ....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

i
LAMPIRAN A ....................................................... Error! Bookmark not defined.
LAPORAN SEMENTARA ................................... Error! Bookmark not defined.

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Termometer Cairan ……………………………………………........3

Gambar 1.2 Termometer Klinis …….……………………………………......... ..6

Gambar 1.3 Termometer Dinding …………………………………………….. ..6

Gambar 1.4 Termometer Six-Bellani ………………………………………….. ..7

Gambar 1.5 Termometer Bimetal ……………………………………………... ..8

Gambar 1.6 Termometer Resistor ……………………………………………... ..9

Gambar 1.7 Termometer Bahan Gas …………………………………………...10

Gambar 1.8 Pirometer …………………………………………………………..11

Gambar 1.9 Termometer Infra merah …………………………………………..11

Gambar 1.10 Termokopel ……………………………………………………....13

Gambar 1.11 Prinsip Kerja Termokopel ………………………………………..14

Gambar 1.12 Termometer Galileo ……………………………………………...17

Gambar 2.1 Rangkaian Peralatan Percobaan Pengukuran Temperatur ………...20


Grafik 3.1 Grafik hubungan antara waktu pengamatan dengan temperatur (oC)
suatu bahan es …………………………………………………………………...21
Grafik 3.2 Kurva hubungan antara temperature(0C) tegangan (mV) pada saat
pencairan es …………………………………………………………………….. 23

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sifat dari Beberapa Tipe Termokopel pada 250C …………………..15
Tabel A.1 Data Hasil Percobaan Pengukuran Temperatur Pencairan Es …….27

iv
ABSTRAK

Temperatur adalah konsep yang menyatakan panas atau dinginnya keadaan suatu
bahan. Tujuan percobaan adalah agar dapat menggunakan beberapa alat ukur
temperatur dan dapat menentukan karakteristik temperatur atau tegangan yang
dihasilkan oleh perbedaan temperatur. Alat yang digunakan untuk mengukur
temperatur pada praktikum ini adalah termokopel dengan display digital,
termometer raksa, voltmeter, gelas ukur dan hotplate untuk mengukur tegangan
yang dihasilkan dan bahan yang akan diukur temperaturnya adalah es.
Pencatatan pengukuran pada alat dilakukan setiap 2 menit Pada percobaan
didapat perbandingan antara pengukuran suhu pada termometer raksa dan
termokopel untuk es yang mencair, yaitu suhu awal pengukuran pada termokopel
-0,60C dan pada termometer raksa 00C. Perbedaan ini terjadi karena setiap alat
ukur memiliki karakteristik yang berbeda. Pada percobaan juga didapat
perbandingan antara pengukuran suhu pada termometer raksa dan termokopel
yang tidak jauh berbeda saat pemanasan air sampai mendidih. Dari hasil
percobaan juga dapat diketahui bahwa termokopel memiliki tingkat kenaikan
suhu yang lebih cepat dibandingkan dengan termometer raksa. Hal ini
disebabkan karena termokopel memiliki respon yang cepat terhadap perubahan
suhu. Tegangan juga saling berhubungan dengan suhu yaitu semakin tinggi
temperatur suatu zat cair maka semakin besar tegangan yang ditimbulkan.
Kata kunci: temperatur, termokopel, termometer, voltmeter.

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menggunakan beberapa alat ukur temperatur.
2. Menentukan karakteristik temperatur atau tegangan yang dihasilkan oleh
perbedaan temperatur.

1.2 Dasar Teori

1.2.1 Temperatur
Temperatur adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu
benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan
indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Pada abad 17 terdapat 30 jenis
skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada
Anders Celcius (1701 - 1744) sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan
skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberi nama
sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius.
Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan
partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala
Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 - 1907)
menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K
ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama
dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan
Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada
suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan
mendidih pada suhu 212°F (Purnomo, 2008).
Prinsip pengukuran temperatur dapat berdasarkan perubahan volume suatu
bahan, tahanan dan gaya gerak listrik. Tekanan dan volume umumnya akan
berubah jika temperatur berubah, demikian juga dengan besarnya tahanan dan
gaya gerak listrik. Sebagai contoh, termometer raksa merupakan salah satu alat
ukur temperatur yang bekerja berdasarkan perubahan volume air raksa (Hg) akibat

1
adanya kenaikan ataupun penurunan temperatur dan alat ini cukup luas
penggunaannya.
Temperatur merupakan salah satu dari empat besaran dasar yang diakui oleh
sistem Pengukuran Internasional. Tidak seperti panjang, massa dan waktu yang
merupakan besaran ekstensif, temperatur merupakan besaran intensif. Yakni,
kombinasi dari dua benda dengan temperatur yang sama menghasilkan temperatur
yang besarnya sama. Lord Kelvin (1848) mengusulkan skala temperatur
termodinamika yang memberikan dasar teoritis yang tidak tergantung pada sifat
bahan manapun dan didasarkan pada siklus Carnot. Suatu angka dipilih untuk
menjelaskan temperatur dari titik tetap yang ditentukan. Skala lain adalah Celcius,
Fahrenheit, Kelvin dan Rankine (Noveriana, 2012).
Beberapa metode pengukuran temperatur, yaitu:
1) Pemuaian panas
Pemuaian panas adalah perubahan suatu benda yang bisa menjadi
bertambah panjang, lebar, luas, atau berubah volumenya karena terkena panas
(kalor). Pemuaian tiap-tiap benda akan berbeda, tergantung pada suhu di sekitar
dan koefisien muai atau daya muai dari benda tersebut.
2) Termoelektrik
Termoelektrik adalah teknik atau proses pengkonversian energi panas
menjadi energi listrik ataupun sebaliknya dari listrik menjadi panas.
3) Resistansi
Resistansi adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen
elektronik dengan arus listrik yang melewatinya.
4) Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari
sumber radiasi.
Metode yang dipilih akan tergantung pada faktor-faktor seperti ketelitian,
persyaratan rekaman, persyaratan pengendalian, temperatur, lokasi, biaya dan
kondisi luar yang penting. Alat ukur suhu yang biasanya digunakan adalah
termometer, termokopel dan temistor (Wahyudi, 2011).

2
1.2.2 Termometer dengan Bahan Zat Cair
Jenis termometer yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah
termometer yang pipa kacanya berisi cairan. Umumnya cairan akan memuai
dengan laju berbeda untuk jangkauan suhu yang berbeda akan tetapi pengecualian
pada raksa yang memiliki pemuaian yang teratur. Contoh termometer cairan dapat
dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Termometer Cairan (Sumber: Yuliawan, 2012)

Menurut Achmad (2014), jenis-jenis termometer cairan yaitu:


a. Termometer Laboratorium
Termometer laboratorium sering dijumpai di ruang laboratorium.
Termometer ini menggunakan cairan raksa atau alkhohol. Jika cairan bertambah
panas maka raksa atau alkohol akan memuai sehingga skalanya bertambah. Agar
termometer peka terhadap suhu maka ukuran pipa harus dibuat kecil (pipa kapiler)
dan agar peka terhadap perubahan suhu maka dinding termometer dibuat setipis
mungkin dan bila memungkinkan dibuat dari bahan yang konduktor.
1. Termometer Raksa
Termometer yang pipa kacanya diisi dengan raksa disebut termometer
raksa. Termometer raksa dengan skala celcius adalah termometer yang umum
dijumpai dalam keseharian. Jangkauan suhu raksa cukup lebar dan sesuai untuk
pekerjaan laboratoriun (-40oC s/d 350oC). Raksa dalam pipa termometer akan
memuai jika dipanaskan. Pemuaian mendorong kolom cairan (raksa) keluar dari
pentolan pipa menuju ke pipa kapiler. Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang
menggunakan material kaca dengan kandungan air raksa di ujung bawah. Untuk
tujuan pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika
temperatur meningkat, merkuri akan mengembang naik ke arah atas pipa dan
memberikan petunjuk tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang
telah ditentukan.

3
Keuntungan menggunakan termometer raksa, yaitu:
1. Raksa mudah dilihat karena mengilap
2. Volum raksa berubah secara teratur ketika terjadi perubahan suhu
3. Raksa tidak membasahi kaca ketika memuai atau menyusut
4. Jangkauan suhu cukup lebar dan sesuai untuk pekerjaan laboratorium (-39oC
sampai dengan 375oC)
5. Raksa dapat terpanasi secara merata sehingga menunjukkan suhu dengan
cepat dan tepat

Kerugian menggunakan termometer raksa, yaitu:


1. Raksa mahal
2. Raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah
(misalnya suhu di kutub utara dan selatan)
3. Raksa termasuk zat berbahaya (air keras)

Adapun cara kerja termometer raksa secara umum sebagai berikut:


1. Sebelum terjadi perubahan suhu, volume air raksa berada pada kondisi awal.
2. Perubahan suhu lingkungan di sekitar termometer direspon air raksa dengan
perubahan volume.
3. Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan
menyusut jika suhu menurun.
4. Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan
lingkungan.

Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang


terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi.

4
Menurut Yuliawan (2012), proses kalibrasi termometer antara lain:
Letakkan silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin
termometer disaat seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah
poin titik beku air.
1. Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut
mendidih seluruhnya saat dipanaskan.
2. Bagi panjang dari dua poin diatas menjadi seratus bagian yang sama.
2. Termometer Alkohol
Termometer yang pipa kacanya diisi dengan alkohol disebut termometer
alkohol.

Keuntungan menggunakan termometer alkohol, yaitu:


1. Lebih murah jika dibandingkan dengan raksa.
2. Teliti, karena untuk kenaikan suhu yang kecil, alkohol mengalami volum
yang lebih besar.
3. Dapat mengukur suhu yang sangat dingin (missal suhu di daerah kutub)
karena titik beku alkohol sangat rendah, yaitu -112oC.

Kerugian menggunakan termometer alkohol, yaitu:


1. Memiliki titik didih rendah, yaitu 78oC, sehingga pemakaiannya terbatas
(tidak dapat mengukur suhu air ketika mendidih).
2. Tidak berwarna, sehingga harus diberi warna terlebih dahulu agar mudah
terlihat.
3. Membasahi (melekat) pada dinding kaca.

Menurut Yuliawan (2012), air tidak bisa digunakan untuk mengisi pipa
termometer karena lima alasan berikut:
1. Air membasahi diding kaca, sehingga meninggalkan titik-titik air pada kaca
dan ini akan mempersullit membaca ketinggian air dalam tabung
2. Air tidak berwarna, sehingga sulit dibaca batas ketinggiannya
3. Jangkauan suhu air terbatas (0oC - 100oC)
4. Perubahan volum air sangat kecil ketika suhunya dinaikkan
5. Hasil bacaan kurang teliti karena air termasuk penghantar panas yang sangat
jelek

5
b. Termometer Klinis

Gambar 1.2 Termometer Klinis (Sumber: Yuliawan, 2012)


Termometer klinis yang biasa digunakan para dokter, perawat, dan orang
tua untuk mengukur suhu tubuh manusia. Cairan yang digunakan untuk mengisi
raksa. Skala pada termometer ini mencakup sedikit di atas dan di bawah suhu rata-
rata tubuh manusia, yaitu 37oC. Oleh karena itu terendah manusia 35oC dan suhu
tertinggi tidak lebih dari 42oC, angka-angka didesain antara 35oC sampai dengan
42oC. Jenis-jenis termometer klinis yang baru, yaitu: termometer klinis analog,
digital dan kristal cairan. Termometer analog, suhu yang diukur harus dibaca dari
angka-angka skala yang tercetak disamping permukaan raksa dalam pipa kapiler.
Termometer klinis digital, suhu tubuh langsung ditampilkan dalam bentuk angka.
Termometer kristal cairan, angka-angka pada skala termometer cairan dibuat dari
zat-zat kimia yang berbeda menunjukkan suhu yang berbeda (Yuliawan, 2012).

c. Termometer Dinding

Gambar 1.3 Termometer Dinding (Sumber: Fahmizal, 2012)

Termometer dinding ialah termometer yang sering dilihat di berbagai ruang.


Skala termometer ini adalah dari -50 C sampai 50 C.
Ciri-ciri termometer dinding, yaitu:

6
1. Untuk mengukur suhu ruangan
2. Menggunakan zat muai logam (sebagian raksa)
3. Ukuran tendon dibuat besar agar menjadi lebih peka terhadap perubahan
suhu
4. Biasanya dipasang menggantung pada ruangan
5. Merupakan termometer maksimum
d. Termometer Six-Bellani

Gambar 1.4 Termometer Six-Bellani (Sumber: Yuliawan, 2012)

Termometer Six-Bellani disebut pula termometer maksimum-minimum.


Prinsip kerjanya yaitu ketika suhu udara turun alkohol di ruang A menyusut
sehingga raksa di ruang B naik dan mendorong keping baja untuk menunjukkan
angka minimum. Sebaliknya suhu udara naik alkohol di ruang A memuai dan
mendesak raksa di ruang B turun dan raksa di ruang C naik untuk mendorong
paku baja untuk menunjukkan angka maksimum. Kedua keping baja dapat turun
karena ditahan oleh spiral. Untuk mengembalikan keping baja pada posisi semula
digunakan magnet tetap.
Ciri-ciri termometer Six-Bellani, yaitu:
1. Merupakan termometer khusus karena hanya digunakan untuk mengukur
suhu tertinggi dan terendah di suatu tempat.
2. Skala ukurnya antara -20oC sampai 50oC.
3. Menggunakan zat muai alkohol serta raksa dan dilengkapi pula keping
baja sebagai penunjuk skala.
4. Dilengkapi magnet tetap untuk menarik keping baja turun melekat pada
raksa.

7
1.2.3 Termometer dengan Bahan Zat Padat
Termometer zat padat menggunakan prinsip perubahan hambatan logam
konduktor terhadapap suhu sehingga sering juga disebut sebagai termometer
hambatan. Biasanya termometer ini menggunakan kawat platina halus yang
dililitkan pad mika dan dimasukkan dalam tabung perak tipis tahan panas.
a. Termometer Platina
Termometer yang bekerja berdasarkan pada perubahan tahanan yang terjadi
pada sensor termometer karena pengaruh suhu media/benda yang diukur suhunya.
Termometer ini lebih teliti dan stabil dibandingkan termokopel dan lebih kuat
serta rentang ukur suhu lebih lebar daripada termistor. Media termometriknya
adalah kawat platina. Sifat fisika yang digunakan perubahan tahanan kawat platina
sebagai fungsi suhu. Besaran yang diukur adalah tahanan listrik, rentang ukurnya
-200 ~ 850 0C. Pada kenyataannya, konsep mengukur suhu menggunakan
resistensi lebih mudah dikerjakan dari pada pengukuran suhu dengan termokopel.
Pertama, karena pengukurannya absolut, tidak diperlukan adanya sambungan atau
sambungan dingin sebagai referensi yang diperlukan. Kedua, cukup kawat
tembaga yang digunakan diantara sensor dan peralatan lainnya karena tidak ada
kebutuhan khusus dalam hal ini (Yuliawan, 2012).

b. Termometer Bimetal

Gambar 1.5 Termometer Bimetal (Sumber: Yuliawan, 2012)

Termometer ini mengandung sebuah keping bimetal tipis berbentuk spiral.


Termometer bimetal biasanya terdapat di mobil. Prinsipnya, makin besar suhu
makin melengkung untuk menunjukkan suhu yang lebih besar. Jika kendaraan
bermotor melaju cepat, mesinnya cepat panas dan spidometer menunjukkan angka
kelajuan yang besar. Jika kendaraan melaju pelan, mesin tidak cepat panas dan
spidometer akan menunjukkan angka kelajuan yang kecil. Jenis termometer ini

8
adalah termometer bimetal yang menggunakan logam sebagai bahan untuk
menunjukkan adanya perubahan suhu dengan prinsip logam akan memuai jika
dipanaskan dan menyusut jika didinginkan.
Prinsip kerjanya, keping bimetal dibentuk spiral dan tipis. Ujung spiral
bimetal ditahan, atau tidak bergerak dan ujung lainnya menempel pada gir
penunjuk. Semakin besar suhu, keping bimetal semakin melengkung dan
menyebabkan jarum penunjuk bergerak ke kanan ke angka yang lebih besar. Jika
suhu turun, jarum penunjuk bergerak ke kiri ke arah angka yang lebih kecil. Skala
yang dibuat biasa dibentuk lingkaran (Yuliawan, 2012).

c. Termometer Resistor

Gambar 1.6 Termometer Resistor (Sumber: Yuliawan, 2012)

Termometer hambatan merupakan termometer yang paling tepat digunakan


dalam industri untuk mengukur suhu di atas 1000 C. Termometer ini dibuat
berdasarkan perubahan hambatan logam, contohnya termometer hambatan
platina. Hambatan listrik pada seutas kawat logam akan bertambah jika
dipanaskan. Sifat termometrik ini dimanfaatkan untuk mengukur suhu pada
termometer hambatan.
Cara kerja termometer ini adalah dengan menyentuhkan kawat penghantar
ke sasaran, misalnya lelehan besi yang panas pada pengolahan besi atau baja.
Panas tersebut direspon oleh tahanan, kemudian energi listrik yang bersangkutan
diubah menjadi energi gerak yang bisa menunjukkan angka tertentu pada skala
suhu (Yuliawan, 2012).

9
1.2.4 Termometer dengan Bahan Gas

Gambar 1.7 Termometer Bahan Gas (Sumber: Yuliawan, 2012)


Termometer gas adalah jenis termometer yang memanfaatkan sifat-sifat
termal gas. Ada dua macam termometer gas, yaitu :
1. Termometer yang volume gasnya dijaga tetap, dan tekanan gasnya dijadikan
sifat termometrik dari termometer.
2. Termometer yang tekanan gasnya dijaga tetap, dan volume gasnya dijadikan
sifat termometrik dari termometer.

Pada prinsipnya, jika suhu naik, tekanan gas naik dan dihasilkan beda
ketinggian h yang lebih besar pada termometer. Karena gas memuai lebih besar
daripada cairan maka termometer gas lebih teliti daripada termometer cairan.
Selain itu dapat mengukur suhu lebih rendah dan lebih tinggi dibandingkan
termometer cairan. Jangkauan suhunya mulai dari -250oC sampai dengan 1500oC
(Wahyudi, 2011)

1.2.5 Termometer Optis


1. Pirometer

Gambar 1.8 Pirometer (Sumber: Yuliawan, 2012)

10
Pirometer (pyrometer) adalah termometer yang digunakan untuk mengukur
suhu yang sangat tinggi (di atas 10000C), contoh: suhu peleburan logam dan suhu
permukaan matahari. Prinsip kerja alat ini adalah mengukur radiasi yang
dipanaskan oleh benda tersebut. Jenis pirometer dua macam, yaitu pirometer optik
dan pirometer radiasi total (Wahyudi, 2011).

2. Termometer Infra merah

Gambar 1.9 Termometer Infra merah (Sumber: Yuliawan, 2012)

Termometer infra merah mengukur suhu menggunakan radiasi kotak hitam


(biasanya infra merah) yang dipancarkan objek. Kadang disebut termometer laser
jika menggunakan laser untuk membantu pekerjaan pengukuran, atau termometer
tanpa sentuhan untuk menggambarkan kemampuan alat mengukur suhu dari jarak
jauh. Dengan mengetahui jumlah energi infra merah yang dipancarkan oleh objek
dan emisinya, temperatur objek dapat dibedakan.
Desain utama terdiri dari lensa pemfokus energi infra merah pada detektor,
yang mengubah energi menjadi sinyal elektrik yang bisa ditunjukkan dalam unit
temperatur setelah disesuaikan dengan variasi temperatur lingkungan. Konfigurasi
fasilitas pengukur suhu ini bekerja dari jarak jauh tanpa menyentuh objek. Dengan
demikian, termometer infra merah berguna mengukur suhu pada keadaan dimana
termokopel atau sensor tipe lainnya tidak dapat digunakan atau tidak
menghasilkan suhu yang akurat untuk beberapa keperluan.
Cara menggunakan termometer infra merah adalah dengan cara menekan
tombol sampai menunjukkan angka tertinggi, sambil mengarahkan sinar infra
merah ke sasaran yang dituju seperti pada besi yang masih membara pada pabrik

11
pengolahan besi atau baja. Sinar yang diarahkan ke logam akan memantul dan
pantulan tersebut akan direspon oleh sensor penerima sehingga termometer infra
merah menunjukkan angkanya.
Termometer Infrared dapat digunakan untuk beberapa fungsi pengamatan
temperatur. Menurut Yuliawan (2012), terdapat beberapa contoh penggunaan
termometer infrared yaitu:
1. Mendeteksi awan untuk sistem operasi teleskop jarak jauh.
2. Memeriksa peralatan mekanika atau kotak sakering listrik atau saluran
hotspot.
3. Memeriksa suhu pemanas atau oven, untuk tujuan kontrol dan kalibrasi.
4. Mendeteksi titik api/menunjukkan diagnosa pada produksi papan rangkaian
listrik.
5. Memeriksa titik api bagi pemadam kebakaran.
6. Mendeteksi suhu tubuh makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dll.
7. Memonitor proses pendinginan atau pemanasan material, untuk penelitian
dan pengembangan atau quality control pada manufaktur.

1.2.6 Termokopel

Gambar 1.10 Termokopel (Sumber: Yuliawan, 2012)

Termokopel (Thermocouple) adalah jenis sensor suhu yang digunakan untuk


mendeteksi atau mengukur suhu melalui dua jenis logam konduktor berbeda yang
digabung pada ujungnya sehingga menimbulkan efek “Thermo-electric”. Efek
Thermo-electric pada Termokopel ini ditemukan oleh seorang fisikawan Estonia
bernama Thomas Johann Seebeck pada Tahun 1821, dimana sebuah logam
konduktor yang diberi perbedaan panas secara gradient akan menghasilkan

12
tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua persimpangan (junction)
ini dinamakan dengan Efek “Seeback”.
Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang
luas, hingga 1800°C. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana
perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya
rentang suhu 0-100 °C dengan keakuratan 0.1 °C. Untuk aplikasi ini, Termistor
dan RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :
 Industri besi dan baja
 Pengaman pada alat-alat pemanas
 Untuk termopile sensor radiasi
 Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.

Kelebihan termokopel, yaitu:


Termokopel paling cocok digunakan untuk mampu mengukur suhu yang
sangat tinggi dan juga suhu rendah dari -200 hingga 1800⁰C. Selain respon yang
cepat dan rentang suhu yang luas, termokopel juga tahan terhadap
goncangan/getaran dan mudah digunakan.
Ada dua jenis yang digunakan di industri, yakni termokopel dan
thermometer resistance. Biasanya, industri menggunakan nominal resistan 100
ohm pada 0 °C sehingga disebut sebagai sensor Pt-100. Pt adalah simbol untuk
174 platinum, sensivitas standar sensor 100 ohm adalah nominal 0,385 ohm/°C,
RTDs dengan sensivitas 0,375 dan 0,392 ohm/°C juga tersedia. Termometer ini
terdiri dari dua kawat yang dibuat dari bahan logam yang berbeda jenis dan
dihubungkan ke sebuah amperemeter. Prinsip kerjanya adalah suhu berbeda akan
menghasilkan arus listrik yang berbeda (Wahyudi, 2011).
Prinsip kerja termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya
termokopel hanya terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan
digabungkan ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada
termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap)
sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu
panas.
Untuk lebih jelas mengenai prinsip kerja termokopel, dapat dilihat pada
Gambar 1.11 dibawah ini.

13
Gambar 1.11 Prinsip Kerja Termokopel (Sumber: Yuliawan, 2012)

Berdasarkan Gambar 1.11 diatas, ketika kedua persimpangan atau junction


memiliki suhu yang sama, maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui
dua persimpangan tersebut adalah “NOL” atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika
persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu panas atau
dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara
dua persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang
nilainya sebanding dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 – V2. Tegangan
Listrik yang ditimbulkan ini pada umumnya sekitar 1 µV – 70µV pada tiap derajat
Celcius.
Sebuah termokopel terdiri dari dua buah kawat yang kedua ujungnya
disambung sehingga menghasilkan suatu open-circuit voltage sebagai fungsi dari
suhu, diketahui sebagai tegangan termolistrik atau disebut dengan seebeck
voltage, yang ditemukan oleh Thomas Seebeck pada 1921. Hubungan antara
tegangan dan pengaruhnya terhadap suhu masing-masing titik pertemuan dua
buah kawat adalah linear. Walaupun begitu, untuk perubahan suhu yang sangat
kecil, tegangan pun akan terpengaruh secara linear atau dirumuskan
sebagai berikut:

Dengan ΔV adalah perubahan tegangan, S adalah koefisien seebeck dan ΔT adalah


perubahan suhu. Nilai S akan berubah dengan perubahan suhu, yang berdampak
pada nilai keluaran berupa tegangan termokopel tersebut dan nilai S akan bersifat
non-linear di atas rentang tegangan dari termokopel tersebut.

14
Termokopel diberi tanda dengan hurup besar yang mengindikasikan
komposisinya berdasar pada aturan American National Standard Institute (ANSI),
seperti dibawah ini:
Tabel 1.1 Sifat dari Beberapa Tipe Termokopel pada 250C
Tipe Material ( + dan -) Temperatur Kerja(0C) Sensitivitas(µV/0C)
E Ni-Cr dan Cu-Ni -270 ~ 1000 60.9
J Fe dan Cu-Ni -210 ~ 1200 51.7
K Ni-Cr dan Ni-Al -270 ~ 1350 40.6
T Cu dan Cu-Ni -270 ~ 400 40.6
R Pt dan Pt(87%)-Rh(13%) -50 ~ 1750 6
S Pt dan Pt(90%)-Rh(10%) -50 ~ 1750 6
Pt(70%)-h(30%)dan
B -50 ~ 1750 6
Pt(94%)-Rh(6%)
Di bawah ini dapat dilihat jenis-jenis termokopel yang secara umum dipakai
dikalangan industri.
1. Tipe K (Chromel/Alumel)
Tipe K adalah termokopel yang berbiaya murah dan umum digunakan,
karena popularitasnya itu termokopel jenis ini tersedia dalam berbagai macam
probe. Termokopel tersedia untuk rentang suhu di -200°C sampai +1200°C.
Sensitivitasnya adalah kira-kira 41 v /°C.
2. Tipe E (Chromel/konstanta)
Tipe E memiliki output yang tinggi (68 v/°C) yang membuatnya cocok
untuk digunakan pada suhu rendah (cryogenic). Properti lainnya dari tipe E ini
adalah tipe non magnetik.
3. Tipe J (Iron/konstanta)
Jangkauan pengukurnnya terbatas, hanya -40 hingga 750°C membuat
termokopel jenis ini kurang populer dibandingkan dengan tipe K. Termokopel tipe
J ini tidak boleh digunakan di atas 760°C.
4. Tipe N (Nicrosil/Nisil)
Stabilitas tinggi dan ketahanannya terhadap oksidasi suhu tinggi membuat
tipe N cocok untuk pengukuran suhu tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu
di atas 1200°C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900°C, sedikit di bawah
tipe K. Tipe N merupakan perbaikan dari tipe K.

15
Termokopel tipe B, R dan S adalah termokopel 'logam mulia'.
Semuanya (tipe B,R,S) adalah yang paling stabil dari semua termokopel yang
ada, namun karena sensitivitasnya yang rendah (kira-kira 10 v/°C), mereka
biasanya hanya digunakan untuk pengukuran suhu tinggi (> 300°C).
5. Tipe B (Platinum/Rhodium)
Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1800°C. Disebut termokopel
"B" karena bentuk suhu/tegangan kurva mereka yang menyerupai huruf "B", dan
memberikan output yang sama pada 0°C dan 42°C. Hal ini membuat mereka tidak
bisa ddigunakan pada suhu di bawah 50°C.
6. Type R (Platinum/Rhodium)
Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1600°C. Sensitivitasnya yang
rendah (10 v/°C) dan biayanya yang tinggi, membuat termokopel ini tidak cocok
untuk digunakan pada pengukuran umum.
7. Type S (Platinum/Rhodium)
Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1600°C. Sensitivitasnya yang
rendah (10 v/°C) dan biayanya yang tinggi membuat mereka tidak cocok untuk
digunakan pada pengukuran umum. Karena tipe S sangat tinggi stabilitasnya,
maka sering digunakan sebagai standar kalibrasi untuk titik leleh emas
(1064.43°C).
8. Type T (Copper/Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350°C. Konduktor positif terbuat
dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat
pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas
~43 µV/°C.

Ketika memilih jenis termokopel, harus memastikan bahwa peralatan ukur


tidak membatasi rentang suhu yang dapat diukur. Kisaran suhu yang dapat diukur
adalah 8 channel Pico TC-08. Perhatikan juga bahwa termokopel dengan
sensitivitas rendah (B, R dan S), memiliki resolusi yang lebih rendah.

16
1.2.7 Termometer Galileo

Gambar 1.12 Termometer Galileo (Sumber: Yuliawan, 2012)


Termometer Galileo (atau termometer Galilea), dinamai fisikawan Italia,
Galileo Galilei, adalah termometer yang terbuat dari gelas silinder tertutup berisi
cairan bening dan serangkaian benda yang kerapatannya sedemikian rupa
sehingga mereka naik atau turun sesuai perubahan suhu.
Di dalam cairan digantungkan sejumlah beban. Umumnya beban tersebut
dilekatkan pada bola kaca tersegel yang berisi cairan berwarna untuk efek
estetika. Saat suhu berubah, kerapatan cairan di dalam silinder turut berubah yang
menyebabkan bola kaca bergerak timbul atau tenggelam untuk mencapai posisi di
mana kerapatannya sama dengan cairan sekelilingnya atau terhenti oleh bola kaca
lainnya. Bila perbedaan kerapatan bola kaca sangat kecil dan terurutkan
sedemikian rupa sehingga yang kurang rapat berada di atas dan yang terapat
berada di bawah, hal tersebut dapat membentuk suatu skala suhu (Yuliawan,
2012).
Suhu dibaca dari ukiran piringan logam di setiap bola kaca. Biasanya
sebuah celah memisahkan bola kaca atas dengan bola kaca bawah, berarti nilai
suhu berada di antara kedua nilai label baca di setiap sisi celah. Bila bola kaca
melayang-layang di celah, berarti nilai label baca mendekati suhu lingkungan.
Untuk mencapai keakuratan yang sesuai, toleransi beban harus dibuat
kurang dari 1/1000 per satu gram (1 miligram). Termometer Galilea bekerja
dengan prinsip daya apung. Daya apung sendiri menentukan apakah suatu benda
mengapung atau tenggelam dalam cairan, serta memberi penjelasan mengapa

17
perahu yang terbuat dari baja bisa mengapung (sementara batangan baja padat
dengan sendirinya akan tenggelam).
Satu-satunya faktor yang menentukan apakah suatu objek besar naik atau
turun dalam suatu cairan tertentu, berkaitan dengan kerapatan objek terhadap
kerapatan cairan di mana ia ditempatkan. Jika massa benda lebih besar dari massa
cairan pengisi, objek tersebut akan tenggelam. Jika massa benda kurang dari
massa cairan pengisi, objek tersebut akan mengapung (Yuliawan, 2012).

18
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan pengukuran temperatur antara
lain:
1. Termometer
2. Termokopel dan display digital
3. Voltmeter
4. Gelas kimia 250 ml
5. Hot plate
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengukuran temperatur adalah es.

2.3 Prosedur Percobaan


Prosedur yang dilakukan dalam percobaan pengukuran temperatur adalah
sebagai berikut:
1. Alat-alat yang digunakan disiapkan dan dirangkai.
2. Wadah diisi dengan es (sebagai bahan yang akan diukur temperaturnya).
3. Probe termokopel (bagian dari termometer digital) dan termometer raksa
dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi es yang akan diukur
temperaturnya.
4. Catu daya termometer digital dinyalakan dan diamati kedua alat ukur,
baik termokopel maupun termometer raksa.
5. Pengukuran temperatur yang terbaca pada termokopel, termometer dan
voltmeter dicatat. Pencatatan dilakukan setiap 2 menit sekali pada
termokopel dan dilakukan sampai es mencair.
6. Es yang telah mencair dididihkan menggunakan pemanas yang telah
disiapkan.
7. Hot plate dinyalakan dan suhunya diatur tidak terlalu tinggi.
8. Pengukuran temperatur yang terbaca pada alat termokopel, termometer
dan voltmeter dicatat.

19
9. Setelah pencatatan selesai rangkaian alat praktikum dilepaskan kembali
dan alat-alat yang digunakan dibersihkan, serta tempat kerja yang
digunakan dirapikan.

2.4 Rangkaian Peralatan


Rangkaian peralatan percobaan pengukuran temperatur dapat dilihat pada
Gambar 2.1.

Termokopel

Termometer

Voltmeter
r
DISPLAY

Gelas Kimia

DISPLAYY
cairan
Air atau Es

cairan

Gambar 2.1 Rangkaian Peralatan Percobaan Pengukuran Temperatur

20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengamatan pengukuran temperature dan tegangan


Hasil pengukuran temperatur dan tegangan pada saat pencairan es dan
pendidihan air dengan menggunakan dua alat pengukur temperatur, terlihat pada
Tabel A.1.

3.2 Perbandingan pengukuran temperatur antara termometer dan


termokopel serta penentuan koefisien seeback
Pengukuran temperature pada percobaan ini akan membandingkan dua alat
ukur temperature yang berbeda, yaitu termometer air raksa dan termokopel.
Kedua alat ukur ini akan dilihat perbedaaan kinerja diantara keduanya, selain itu
dilihat juga perbedaan karakteristik temperatur yang merupakan beda tegangan
(∆𝑉) akibat perbedaan suhu (∆𝑇) pengamatan dilakukan setiap 2 menit dari suhu
awal es 0 0C hingga bahan mencapai suhu 96 0C pada termokopel sementara pada
termometer cairan suhu awal es -0.60C hingga bahan mencapai suhu 96.6 0C
Perbandingan antara pengukuran temperatur menggunakan termokopel dan
termometer cairan pada bahan es mencair dapat dilihat pada Grafik 3.1.

120

100

80
Temperatur (oC)

60
termometer
40 termokopel

20

0
0 20 40 60 80 100 120 140
-20
waktu (Detik)

Grafik 3.1 Grafik hubungan antara waktu pengamatan dengan temperatur (oC)
suatu bahan es

21
Pada Grafik 3.1 dapat dilihat hubungan antara waktu pengamatan (s) dengan
temperatur (oC) pada es yang mencair. Pada percobaan dilakukan pengamatan
setiap 2 menit pada termokopel dan termometer. Pada Grafik 3.1 juga dapat
dilihat saat pengukuran temperatur diawal-awal membutuhkan waktu yang lama.
Hal ini disebabkan karena pengaruh dari udara luar dan terjadinya endoterm
sehingga untuk mencairkan es membutuhkan waktu yang lama. Suhu awal
pengukuran pada termokopel- 0.60C dan pada termometer raksa 00C . Perbedaan
ini terjadi karena setiap alat ukur memiliki karakteristik yang berbeda.
Berdasarkan Grafik 3.1 juga dapat diketahui bahwa termokopel memiliki tingkat
kenaikan suhu yang lebih cepat dibandingkan dengan termometer raksa. Hal ini
disebabkan karena termokopel memiliki respon yang cepat terhadap perubahan
suhu.
Prinsip kerja alat termometer raksa adalah berdasarkan pemuaian volume
raksa akibat adanya kenaikan ataupun penurunan temperatur. Pemuaian
mendorong kolom cairan (raksa) keluar dari pentolan pipa menuju ke pipa kapiler.
Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan
kandungan air raksa di ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat
sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika temperatur meningkat, merkuri akan
mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan petunjuk tentang suhu di
sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan.
Prinsip kerja termokopel cukup mudah dan sederhana yaitu suhu berbeda
akan menghasilkan arus listrik yang berbeda. Pada dasarnya termokopel hanya
terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan
ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada termokopel akan
berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya
lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas.
Termokopel terdiri dari dua buah kawat yang kedua ujungnya disambung
sehingga menghasilkan suatu open-circuit voltage sebagai fungsi dari suhu,
diketahui sebagai tegangan termolistrik atau disebut dengan seebeck voltage, yang
ditemukan oleh Thomas Seebeck (1921).
Perbandingan antara pengukuran temperatur dan tegangan sampai es
menjadi cair dapat dilihat pada Grafik 3.2.

22
8
y = 0.0253x + 4.6819
7 R² = 0.7914
6
Tegangan (Volt)
5

0
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur (0C)

Grafik 3.2 Kurva hubungan antara temperature(0C) tegangan (mV) pada saat
pencairan es

Berdasarkan Grafik 3.2 menyatakan hubungan temperatur dengan tegangan


pada saat pencairan es. Hubungan temperatur dan tegangan juga dapat digunakan
untuk mengetahui ketahui Koefisien Seebeck (S), adapun rumus untuk
menentukan Koefisien Seebeck adalah sebagai berikut.
∆𝑉
S= .................................................................................... (3.1)
∆𝑇
Dimana ΔV adalah perubahan tegangan, S adalah Koefisien Seebeck, dan
ΔT adalah perubahan suhu. Dari perhitungan dilampiran A, didapat nilai koefisien
seebeck adalah sebesar 0.012066 mV/oC. Namun, kika hasil data pengukuran
temperatur dan tegangan diplot dalam bentuk grafik maka nilai Koefisien Seebeck
ialah merupakan slope dari kurva yang dihasilkan. Berdasarkan Grafik 3.2,
persamaan regresi non-linier yang didapat ialah 0.0253x + 4.6819. Dari
persamaan tersebut diketahui nilai slope yaitu 0.7669 mV/oC.
Koefisien Seebeck biasanya dikatakan juga sebagai sensitivitas suatu
termokopel tiap perubahan suhu

23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Termokopel lebih sensitif terhadap perubahan suhu dibandingkan dengan
termometer raksa. Hal ini disebabkan karena termokopel memiliki respon
yang cepat terhadap perubahan suhu.
2. Termometer raksa lebih sensitif terhadap suhu panas dibandingkan dengan
suhu dingin. Hal ini disebabkan karena raksa memiliki konduktivitas yang
tinggi (penghantar panas yang baik) atau jika raksa dapat terpanasi secara
merata, maka dapat menunjukkan suhu dengan cepat.
3. Tegangan dan temperatur saling berhubungan yaitu jika temperatur suatu
bahan semakin tinggi, maka semakin besar tegangan yang dihasilkan.
4. Koefisien seebeck yang didapat dari hasil percobaan adalah sebesar
0.012066 mV/oC. Sedangkan nilai regresi linier yang didapat adalah sebesar
0.7914.

4.2 Saran
Saat melakukan percobaan ini, praktikan diharapkan teliti dalam pembacaan
temperatur pada display digital dan termometer raksa serta pembacaan tegangan
pada voltmeter.

24
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA

Judul Praktikum : Pengukuran Temperatur


Hari, Tanggal Praktikum : Senen, 29 Oktober 2018
KelompokPraktikum : Dua (II)
AnggotaKelompok : Eko Yurio Saputra (1607036603)
Hanifah Azzahra (1607036613)
Herpany Rangga W (1607036660)
Lorena Sitepu (1607036515)

Data Hasil Percobaan :

Tabel A.1 Data Hasil Percobaan Pengukuran Temperatur Pencairan Es

Waktu Termometer Termokopel Voltmeter


(menit) cairan (oc) (oc) (v)

2 0 -0.6 4.2
4 0 -0.6 4.2
6 0 -0.6 4.2
8 0 -0.5 4.2
10 0 -0.5 4.2
12 0 -0.3 4.2
14 0 -0.3 4.2
16 0 -0.2 4.2
18 0 -0.2 4.3
20 1 -0.1 4.3
22 1 0.1 4.3
24 1 0.5 4.3
26 1 0.7 4.4
28 1 0.9 4.4
30 2 2 4.4

25
32 2 2.2 4.4
34 2 2.5 4.5
36 3 2.9 4.5
38 3 3.2 4.5
40 3 3.6 4.5
42 3 3.8 4.8
44 4 4.1 4.8
46 4 4.4 4.9
48 5 4.6 4.9
50 5 4.7 4.9
52 6 5.4 5
54 6 5.8 5.1
56 7 6.6 5.1
58 8 7.5 5.3
60 8 7.9 5.3
62 9 8.4 5.4
64 10 9.8 5.4
66 13 12.7 5.4
68 14 14.3 5.5
70 16 15.8 5.5
72 17 17.4 5.5
74 18 19.4 5.6
76 19 19.9 5.6
78 21 22.1 5.7
80 23 22.9 5.7
82 26 27.3 5.7
84 28 27.8 5.8
86 30 30.3 5.8

Tabel A.2 Data Hasil Percobaan Pengukuran Temperatur Pemanasan


air

88 31 32.4 5.9
90 33 33.5 5.9
92 35 34.7 6
94 38 39.2 6
96 41 41.3 6
98 45 44.6 6.1
100 48 48.8 6.1
102 51 52.4 6.2
104 56 56.1 6.2

26
106 60 59.9 6.3
108 66 65.7 6.3
110 69 69.4 6.3
112 74 74.9 6.4
114 80 81.3 6.4
116 87 87.4 6.5
118 91 91.3 6.5
120 96 96.5 6.6
122 96 96.6 6.6

A.3 Koefisien Seebeck


∆𝑉 6.6−5.8
S= = = 0.012066 𝑚𝑉/⁰𝐶
∆𝑇 96.6−30.3

Mengetahui Pekanbaru, 29 Oktober 2018

Asisten Praktikan

Maulidia Prastike Putri Lorena Sitepu

27

Anda mungkin juga menyukai