PENGUKURAN TEMPERATUR
DISUSU
Disusun Oleh :
Kelompok : II (Dua)
i
LAMPIRAN A ....................................................... Error! Bookmark not defined.
LAPORAN SEMENTARA ................................... Error! Bookmark not defined.
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Sifat dari Beberapa Tipe Termokopel pada 250C …………………..15
Tabel A.1 Data Hasil Percobaan Pengukuran Temperatur Pencairan Es …….27
iv
ABSTRAK
Temperatur adalah konsep yang menyatakan panas atau dinginnya keadaan suatu
bahan. Tujuan percobaan adalah agar dapat menggunakan beberapa alat ukur
temperatur dan dapat menentukan karakteristik temperatur atau tegangan yang
dihasilkan oleh perbedaan temperatur. Alat yang digunakan untuk mengukur
temperatur pada praktikum ini adalah termokopel dengan display digital,
termometer raksa, voltmeter, gelas ukur dan hotplate untuk mengukur tegangan
yang dihasilkan dan bahan yang akan diukur temperaturnya adalah es.
Pencatatan pengukuran pada alat dilakukan setiap 2 menit Pada percobaan
didapat perbandingan antara pengukuran suhu pada termometer raksa dan
termokopel untuk es yang mencair, yaitu suhu awal pengukuran pada termokopel
-0,60C dan pada termometer raksa 00C. Perbedaan ini terjadi karena setiap alat
ukur memiliki karakteristik yang berbeda. Pada percobaan juga didapat
perbandingan antara pengukuran suhu pada termometer raksa dan termokopel
yang tidak jauh berbeda saat pemanasan air sampai mendidih. Dari hasil
percobaan juga dapat diketahui bahwa termokopel memiliki tingkat kenaikan
suhu yang lebih cepat dibandingkan dengan termometer raksa. Hal ini
disebabkan karena termokopel memiliki respon yang cepat terhadap perubahan
suhu. Tegangan juga saling berhubungan dengan suhu yaitu semakin tinggi
temperatur suatu zat cair maka semakin besar tegangan yang ditimbulkan.
Kata kunci: temperatur, termokopel, termometer, voltmeter.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Temperatur
Temperatur adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu
benda dan alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan
indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Pada abad 17 terdapat 30 jenis
skala yang membuat para ilmuan kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada
Anders Celcius (1701 - 1744) sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan
skala yang digunakan sebagai pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberi nama
sesuai dengan namanya yaitu Skala Celcius.
Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin dingin dan
partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol mutlak. Skala
Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin (1842 - 1907)
menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari 273 K
ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak sama
dengan 0 K atau -273°C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan
Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0°R dan mendidih pada
suhu 80°R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32°F dan
mendidih pada suhu 212°F (Purnomo, 2008).
Prinsip pengukuran temperatur dapat berdasarkan perubahan volume suatu
bahan, tahanan dan gaya gerak listrik. Tekanan dan volume umumnya akan
berubah jika temperatur berubah, demikian juga dengan besarnya tahanan dan
gaya gerak listrik. Sebagai contoh, termometer raksa merupakan salah satu alat
ukur temperatur yang bekerja berdasarkan perubahan volume air raksa (Hg) akibat
1
adanya kenaikan ataupun penurunan temperatur dan alat ini cukup luas
penggunaannya.
Temperatur merupakan salah satu dari empat besaran dasar yang diakui oleh
sistem Pengukuran Internasional. Tidak seperti panjang, massa dan waktu yang
merupakan besaran ekstensif, temperatur merupakan besaran intensif. Yakni,
kombinasi dari dua benda dengan temperatur yang sama menghasilkan temperatur
yang besarnya sama. Lord Kelvin (1848) mengusulkan skala temperatur
termodinamika yang memberikan dasar teoritis yang tidak tergantung pada sifat
bahan manapun dan didasarkan pada siklus Carnot. Suatu angka dipilih untuk
menjelaskan temperatur dari titik tetap yang ditentukan. Skala lain adalah Celcius,
Fahrenheit, Kelvin dan Rankine (Noveriana, 2012).
Beberapa metode pengukuran temperatur, yaitu:
1) Pemuaian panas
Pemuaian panas adalah perubahan suatu benda yang bisa menjadi
bertambah panjang, lebar, luas, atau berubah volumenya karena terkena panas
(kalor). Pemuaian tiap-tiap benda akan berbeda, tergantung pada suhu di sekitar
dan koefisien muai atau daya muai dari benda tersebut.
2) Termoelektrik
Termoelektrik adalah teknik atau proses pengkonversian energi panas
menjadi energi listrik ataupun sebaliknya dari listrik menjadi panas.
3) Resistansi
Resistansi adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen
elektronik dengan arus listrik yang melewatinya.
4) Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam
bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari
sumber radiasi.
Metode yang dipilih akan tergantung pada faktor-faktor seperti ketelitian,
persyaratan rekaman, persyaratan pengendalian, temperatur, lokasi, biaya dan
kondisi luar yang penting. Alat ukur suhu yang biasanya digunakan adalah
termometer, termokopel dan temistor (Wahyudi, 2011).
2
1.2.2 Termometer dengan Bahan Zat Cair
Jenis termometer yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah
termometer yang pipa kacanya berisi cairan. Umumnya cairan akan memuai
dengan laju berbeda untuk jangkauan suhu yang berbeda akan tetapi pengecualian
pada raksa yang memiliki pemuaian yang teratur. Contoh termometer cairan dapat
dilihat pada Gambar 1.1.
3
Keuntungan menggunakan termometer raksa, yaitu:
1. Raksa mudah dilihat karena mengilap
2. Volum raksa berubah secara teratur ketika terjadi perubahan suhu
3. Raksa tidak membasahi kaca ketika memuai atau menyusut
4. Jangkauan suhu cukup lebar dan sesuai untuk pekerjaan laboratorium (-39oC
sampai dengan 375oC)
5. Raksa dapat terpanasi secara merata sehingga menunjukkan suhu dengan
cepat dan tepat
4
Menurut Yuliawan (2012), proses kalibrasi termometer antara lain:
Letakkan silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin
termometer disaat seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah
poin titik beku air.
1. Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut
mendidih seluruhnya saat dipanaskan.
2. Bagi panjang dari dua poin diatas menjadi seratus bagian yang sama.
2. Termometer Alkohol
Termometer yang pipa kacanya diisi dengan alkohol disebut termometer
alkohol.
Menurut Yuliawan (2012), air tidak bisa digunakan untuk mengisi pipa
termometer karena lima alasan berikut:
1. Air membasahi diding kaca, sehingga meninggalkan titik-titik air pada kaca
dan ini akan mempersullit membaca ketinggian air dalam tabung
2. Air tidak berwarna, sehingga sulit dibaca batas ketinggiannya
3. Jangkauan suhu air terbatas (0oC - 100oC)
4. Perubahan volum air sangat kecil ketika suhunya dinaikkan
5. Hasil bacaan kurang teliti karena air termasuk penghantar panas yang sangat
jelek
5
b. Termometer Klinis
c. Termometer Dinding
6
1. Untuk mengukur suhu ruangan
2. Menggunakan zat muai logam (sebagian raksa)
3. Ukuran tendon dibuat besar agar menjadi lebih peka terhadap perubahan
suhu
4. Biasanya dipasang menggantung pada ruangan
5. Merupakan termometer maksimum
d. Termometer Six-Bellani
7
1.2.3 Termometer dengan Bahan Zat Padat
Termometer zat padat menggunakan prinsip perubahan hambatan logam
konduktor terhadapap suhu sehingga sering juga disebut sebagai termometer
hambatan. Biasanya termometer ini menggunakan kawat platina halus yang
dililitkan pad mika dan dimasukkan dalam tabung perak tipis tahan panas.
a. Termometer Platina
Termometer yang bekerja berdasarkan pada perubahan tahanan yang terjadi
pada sensor termometer karena pengaruh suhu media/benda yang diukur suhunya.
Termometer ini lebih teliti dan stabil dibandingkan termokopel dan lebih kuat
serta rentang ukur suhu lebih lebar daripada termistor. Media termometriknya
adalah kawat platina. Sifat fisika yang digunakan perubahan tahanan kawat platina
sebagai fungsi suhu. Besaran yang diukur adalah tahanan listrik, rentang ukurnya
-200 ~ 850 0C. Pada kenyataannya, konsep mengukur suhu menggunakan
resistensi lebih mudah dikerjakan dari pada pengukuran suhu dengan termokopel.
Pertama, karena pengukurannya absolut, tidak diperlukan adanya sambungan atau
sambungan dingin sebagai referensi yang diperlukan. Kedua, cukup kawat
tembaga yang digunakan diantara sensor dan peralatan lainnya karena tidak ada
kebutuhan khusus dalam hal ini (Yuliawan, 2012).
b. Termometer Bimetal
8
adalah termometer bimetal yang menggunakan logam sebagai bahan untuk
menunjukkan adanya perubahan suhu dengan prinsip logam akan memuai jika
dipanaskan dan menyusut jika didinginkan.
Prinsip kerjanya, keping bimetal dibentuk spiral dan tipis. Ujung spiral
bimetal ditahan, atau tidak bergerak dan ujung lainnya menempel pada gir
penunjuk. Semakin besar suhu, keping bimetal semakin melengkung dan
menyebabkan jarum penunjuk bergerak ke kanan ke angka yang lebih besar. Jika
suhu turun, jarum penunjuk bergerak ke kiri ke arah angka yang lebih kecil. Skala
yang dibuat biasa dibentuk lingkaran (Yuliawan, 2012).
c. Termometer Resistor
9
1.2.4 Termometer dengan Bahan Gas
Pada prinsipnya, jika suhu naik, tekanan gas naik dan dihasilkan beda
ketinggian h yang lebih besar pada termometer. Karena gas memuai lebih besar
daripada cairan maka termometer gas lebih teliti daripada termometer cairan.
Selain itu dapat mengukur suhu lebih rendah dan lebih tinggi dibandingkan
termometer cairan. Jangkauan suhunya mulai dari -250oC sampai dengan 1500oC
(Wahyudi, 2011)
10
Pirometer (pyrometer) adalah termometer yang digunakan untuk mengukur
suhu yang sangat tinggi (di atas 10000C), contoh: suhu peleburan logam dan suhu
permukaan matahari. Prinsip kerja alat ini adalah mengukur radiasi yang
dipanaskan oleh benda tersebut. Jenis pirometer dua macam, yaitu pirometer optik
dan pirometer radiasi total (Wahyudi, 2011).
11
pengolahan besi atau baja. Sinar yang diarahkan ke logam akan memantul dan
pantulan tersebut akan direspon oleh sensor penerima sehingga termometer infra
merah menunjukkan angkanya.
Termometer Infrared dapat digunakan untuk beberapa fungsi pengamatan
temperatur. Menurut Yuliawan (2012), terdapat beberapa contoh penggunaan
termometer infrared yaitu:
1. Mendeteksi awan untuk sistem operasi teleskop jarak jauh.
2. Memeriksa peralatan mekanika atau kotak sakering listrik atau saluran
hotspot.
3. Memeriksa suhu pemanas atau oven, untuk tujuan kontrol dan kalibrasi.
4. Mendeteksi titik api/menunjukkan diagnosa pada produksi papan rangkaian
listrik.
5. Memeriksa titik api bagi pemadam kebakaran.
6. Mendeteksi suhu tubuh makhluk hidup, seperti manusia, hewan, dll.
7. Memonitor proses pendinginan atau pemanasan material, untuk penelitian
dan pengembangan atau quality control pada manufaktur.
1.2.6 Termokopel
12
tegangan listrik. Perbedaan Tegangan listrik diantara dua persimpangan (junction)
ini dinamakan dengan Efek “Seeback”.
Termokopel paling cocok digunakan untuk mengukur rentangan suhu yang
luas, hingga 1800°C. Sebaliknya, kurang cocok untuk pengukuran dimana
perbedaan suhu yang kecil harus diukur dengan akurasi tingkat tinggi, contohnya
rentang suhu 0-100 °C dengan keakuratan 0.1 °C. Untuk aplikasi ini, Termistor
dan RTD lebih cocok. Contoh Penggunaan Termokopel yang umum antara lain :
Industri besi dan baja
Pengaman pada alat-alat pemanas
Untuk termopile sensor radiasi
Pembangkit listrik tenaga panas radioisotop, salah satu aplikasi termopile.
13
Gambar 1.11 Prinsip Kerja Termokopel (Sumber: Yuliawan, 2012)
14
Termokopel diberi tanda dengan hurup besar yang mengindikasikan
komposisinya berdasar pada aturan American National Standard Institute (ANSI),
seperti dibawah ini:
Tabel 1.1 Sifat dari Beberapa Tipe Termokopel pada 250C
Tipe Material ( + dan -) Temperatur Kerja(0C) Sensitivitas(µV/0C)
E Ni-Cr dan Cu-Ni -270 ~ 1000 60.9
J Fe dan Cu-Ni -210 ~ 1200 51.7
K Ni-Cr dan Ni-Al -270 ~ 1350 40.6
T Cu dan Cu-Ni -270 ~ 400 40.6
R Pt dan Pt(87%)-Rh(13%) -50 ~ 1750 6
S Pt dan Pt(90%)-Rh(10%) -50 ~ 1750 6
Pt(70%)-h(30%)dan
B -50 ~ 1750 6
Pt(94%)-Rh(6%)
Di bawah ini dapat dilihat jenis-jenis termokopel yang secara umum dipakai
dikalangan industri.
1. Tipe K (Chromel/Alumel)
Tipe K adalah termokopel yang berbiaya murah dan umum digunakan,
karena popularitasnya itu termokopel jenis ini tersedia dalam berbagai macam
probe. Termokopel tersedia untuk rentang suhu di -200°C sampai +1200°C.
Sensitivitasnya adalah kira-kira 41 v /°C.
2. Tipe E (Chromel/konstanta)
Tipe E memiliki output yang tinggi (68 v/°C) yang membuatnya cocok
untuk digunakan pada suhu rendah (cryogenic). Properti lainnya dari tipe E ini
adalah tipe non magnetik.
3. Tipe J (Iron/konstanta)
Jangkauan pengukurnnya terbatas, hanya -40 hingga 750°C membuat
termokopel jenis ini kurang populer dibandingkan dengan tipe K. Termokopel tipe
J ini tidak boleh digunakan di atas 760°C.
4. Tipe N (Nicrosil/Nisil)
Stabilitas tinggi dan ketahanannya terhadap oksidasi suhu tinggi membuat
tipe N cocok untuk pengukuran suhu tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu
di atas 1200°C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900°C, sedikit di bawah
tipe K. Tipe N merupakan perbaikan dari tipe K.
15
Termokopel tipe B, R dan S adalah termokopel 'logam mulia'.
Semuanya (tipe B,R,S) adalah yang paling stabil dari semua termokopel yang
ada, namun karena sensitivitasnya yang rendah (kira-kira 10 v/°C), mereka
biasanya hanya digunakan untuk pengukuran suhu tinggi (> 300°C).
5. Tipe B (Platinum/Rhodium)
Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1800°C. Disebut termokopel
"B" karena bentuk suhu/tegangan kurva mereka yang menyerupai huruf "B", dan
memberikan output yang sama pada 0°C dan 42°C. Hal ini membuat mereka tidak
bisa ddigunakan pada suhu di bawah 50°C.
6. Type R (Platinum/Rhodium)
Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1600°C. Sensitivitasnya yang
rendah (10 v/°C) dan biayanya yang tinggi, membuat termokopel ini tidak cocok
untuk digunakan pada pengukuran umum.
7. Type S (Platinum/Rhodium)
Cocok untuk pengukuran suhu tinggi hingga 1600°C. Sensitivitasnya yang
rendah (10 v/°C) dan biayanya yang tinggi membuat mereka tidak cocok untuk
digunakan pada pengukuran umum. Karena tipe S sangat tinggi stabilitasnya,
maka sering digunakan sebagai standar kalibrasi untuk titik leleh emas
(1064.43°C).
8. Type T (Copper/Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350°C. Konduktor positif terbuat
dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat
pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas
~43 µV/°C.
16
1.2.7 Termometer Galileo
17
perahu yang terbuat dari baja bisa mengapung (sementara batangan baja padat
dengan sendirinya akan tenggelam).
Satu-satunya faktor yang menentukan apakah suatu objek besar naik atau
turun dalam suatu cairan tertentu, berkaitan dengan kerapatan objek terhadap
kerapatan cairan di mana ia ditempatkan. Jika massa benda lebih besar dari massa
cairan pengisi, objek tersebut akan tenggelam. Jika massa benda kurang dari
massa cairan pengisi, objek tersebut akan mengapung (Yuliawan, 2012).
18
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan pengukuran temperatur antara
lain:
1. Termometer
2. Termokopel dan display digital
3. Voltmeter
4. Gelas kimia 250 ml
5. Hot plate
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengukuran temperatur adalah es.
19
9. Setelah pencatatan selesai rangkaian alat praktikum dilepaskan kembali
dan alat-alat yang digunakan dibersihkan, serta tempat kerja yang
digunakan dirapikan.
Termokopel
Termometer
Voltmeter
r
DISPLAY
Gelas Kimia
DISPLAYY
cairan
Air atau Es
cairan
20
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
120
100
80
Temperatur (oC)
60
termometer
40 termokopel
20
0
0 20 40 60 80 100 120 140
-20
waktu (Detik)
Grafik 3.1 Grafik hubungan antara waktu pengamatan dengan temperatur (oC)
suatu bahan es
21
Pada Grafik 3.1 dapat dilihat hubungan antara waktu pengamatan (s) dengan
temperatur (oC) pada es yang mencair. Pada percobaan dilakukan pengamatan
setiap 2 menit pada termokopel dan termometer. Pada Grafik 3.1 juga dapat
dilihat saat pengukuran temperatur diawal-awal membutuhkan waktu yang lama.
Hal ini disebabkan karena pengaruh dari udara luar dan terjadinya endoterm
sehingga untuk mencairkan es membutuhkan waktu yang lama. Suhu awal
pengukuran pada termokopel- 0.60C dan pada termometer raksa 00C . Perbedaan
ini terjadi karena setiap alat ukur memiliki karakteristik yang berbeda.
Berdasarkan Grafik 3.1 juga dapat diketahui bahwa termokopel memiliki tingkat
kenaikan suhu yang lebih cepat dibandingkan dengan termometer raksa. Hal ini
disebabkan karena termokopel memiliki respon yang cepat terhadap perubahan
suhu.
Prinsip kerja alat termometer raksa adalah berdasarkan pemuaian volume
raksa akibat adanya kenaikan ataupun penurunan temperatur. Pemuaian
mendorong kolom cairan (raksa) keluar dari pentolan pipa menuju ke pipa kapiler.
Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan
kandungan air raksa di ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat
sedemikian rupa sehingga hampa udara. Jika temperatur meningkat, merkuri akan
mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan petunjuk tentang suhu di
sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan.
Prinsip kerja termokopel cukup mudah dan sederhana yaitu suhu berbeda
akan menghasilkan arus listrik yang berbeda. Pada dasarnya termokopel hanya
terdiri dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan
ujungnya. Satu jenis logam konduktor yang terdapat pada termokopel akan
berfungsi sebagai referensi dengan suhu konstan (tetap) sedangkan yang satunya
lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu panas.
Termokopel terdiri dari dua buah kawat yang kedua ujungnya disambung
sehingga menghasilkan suatu open-circuit voltage sebagai fungsi dari suhu,
diketahui sebagai tegangan termolistrik atau disebut dengan seebeck voltage, yang
ditemukan oleh Thomas Seebeck (1921).
Perbandingan antara pengukuran temperatur dan tegangan sampai es
menjadi cair dapat dilihat pada Grafik 3.2.
22
8
y = 0.0253x + 4.6819
7 R² = 0.7914
6
Tegangan (Volt)
5
0
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur (0C)
Grafik 3.2 Kurva hubungan antara temperature(0C) tegangan (mV) pada saat
pencairan es
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Termokopel lebih sensitif terhadap perubahan suhu dibandingkan dengan
termometer raksa. Hal ini disebabkan karena termokopel memiliki respon
yang cepat terhadap perubahan suhu.
2. Termometer raksa lebih sensitif terhadap suhu panas dibandingkan dengan
suhu dingin. Hal ini disebabkan karena raksa memiliki konduktivitas yang
tinggi (penghantar panas yang baik) atau jika raksa dapat terpanasi secara
merata, maka dapat menunjukkan suhu dengan cepat.
3. Tegangan dan temperatur saling berhubungan yaitu jika temperatur suatu
bahan semakin tinggi, maka semakin besar tegangan yang dihasilkan.
4. Koefisien seebeck yang didapat dari hasil percobaan adalah sebesar
0.012066 mV/oC. Sedangkan nilai regresi linier yang didapat adalah sebesar
0.7914.
4.2 Saran
Saat melakukan percobaan ini, praktikan diharapkan teliti dalam pembacaan
temperatur pada display digital dan termometer raksa serta pembacaan tegangan
pada voltmeter.
24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
2 0 -0.6 4.2
4 0 -0.6 4.2
6 0 -0.6 4.2
8 0 -0.5 4.2
10 0 -0.5 4.2
12 0 -0.3 4.2
14 0 -0.3 4.2
16 0 -0.2 4.2
18 0 -0.2 4.3
20 1 -0.1 4.3
22 1 0.1 4.3
24 1 0.5 4.3
26 1 0.7 4.4
28 1 0.9 4.4
30 2 2 4.4
25
32 2 2.2 4.4
34 2 2.5 4.5
36 3 2.9 4.5
38 3 3.2 4.5
40 3 3.6 4.5
42 3 3.8 4.8
44 4 4.1 4.8
46 4 4.4 4.9
48 5 4.6 4.9
50 5 4.7 4.9
52 6 5.4 5
54 6 5.8 5.1
56 7 6.6 5.1
58 8 7.5 5.3
60 8 7.9 5.3
62 9 8.4 5.4
64 10 9.8 5.4
66 13 12.7 5.4
68 14 14.3 5.5
70 16 15.8 5.5
72 17 17.4 5.5
74 18 19.4 5.6
76 19 19.9 5.6
78 21 22.1 5.7
80 23 22.9 5.7
82 26 27.3 5.7
84 28 27.8 5.8
86 30 30.3 5.8
88 31 32.4 5.9
90 33 33.5 5.9
92 35 34.7 6
94 38 39.2 6
96 41 41.3 6
98 45 44.6 6.1
100 48 48.8 6.1
102 51 52.4 6.2
104 56 56.1 6.2
26
106 60 59.9 6.3
108 66 65.7 6.3
110 69 69.4 6.3
112 74 74.9 6.4
114 80 81.3 6.4
116 87 87.4 6.5
118 91 91.3 6.5
120 96 96.5 6.6
122 96 96.6 6.6
Asisten Praktikan
27