Arnold, S., Hotman, S., Rumontam, dan Sangkot, S. 2013. Deskripsi Alpukat
Varietas Idola. UPT. PSBTPH, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
Alsuhendra, Zulhipri, Ridawati, dan E. Lisanti. 2007. Ekstraksi dan Karakteristik
Senyawa Fenolik dari Biji Alpukat (Persesa Americana Mill). Proseding.
Seminar Nasional PATPI, Bandung.
Absus, S., Itnawita., G.F. Kartika. 2016. Potensi Bubuk Biji Alpukat (Persea
Americana Mill) Sebagai Adsorben Cadmium (II) dan Timbal (II) Dengan
Aktivator HCl. Repository Universitas Riau.
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/8350?show=full
Alfiany, H., Bahri, s.& Nurakhirawati. 2013. Kajian Penggunaan Arang Aktif
Tongkol Jagung Sebagai Adsorben Logam Pb Dengan Beberapa Aktivator
Asam. Journal Natural Science 2(3) : 75-86.
Asih, C.L., Sudarno, & M. Hadiwidodo. 2014. Pengaruh Ukuran Media Adsorben
dan Konsentrasi Aktivator NaOH Terhadap Efektivitas Penurunan Logam
Berat Besi (Fe), Seng (Zn) dan Warna Limbah Cair Industri Galvanis
Menggunakan Arang Sekam Padi : Studi kasus PT. Cerah Sempurna-
Semarang, Universitas Diponegoro, Semarang.
Asip, F., Mardhiah, R., & Husna. 2008. Uji Efektivitas Cangkang Telur Dalam
Mengadsorpsi Ion Fe Dengan Proses Batch. Jurnal Teknik Kimia 15(2):22-
26.
Day, R., & Underwood, A. (1993). Analisa Kimia Kuantitatif Edisi ke-4. Jakarta:
Erlangga.
Dewan Standarisasi Jakarta. 1995. Mutu Dan Cara Uji Arang Aktif Teknis.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995. Sekretariat Jendral
Kehutanan.Biro Perencanaan. Jakarta.
Dewi, N.O.M., Itnawita., G.F. Kartika. 2016. Potensi Bubuk Biji Alpukat (Parsea
Amiricana Mill) Sebagai Adsorben Ion Cadmium (II) Dan Timbal (II)
Dengan Aktivator H2SO4. Repository Universitas Riau.
40
41
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/8346?show=full
Diantariani, N.P. 2010. Peningkatan Potensi Batu Padas Ladestone Sebagai
Adsorben Ion Logam Berat Cr(II) dalam Air Melalui Aktivasi Asam Dan
Basa. Jurnal Kimia 4(1): 91-100
Hasrianti. (2013). Adsorpsi ion Cd+ pada Limbah Cair Menggunakan Kulit
Singkong. Jurnal Dinamika, 4(2), 59-76.
Ilmi, M., Khoiroh, N., Firmansyah, T., & Santoso, E. (2017). Optimasi
Penggunaan Biosorbent Berbasis Biomassa : Pengaruh Konsentrasi Aktivator
Terhadap Luas Permukaan Karbon Aktif Berbahan Eceng Gondok untuk
Meningkatkan Kualitas Air. Jurnal Teknik Mesin (JTM), 6.
Indriani, Y.H., dan Sumiarsih, E. 1993. Alpukat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman 1-2, 9.
Jankowska, H., Swiatkowski, A., Choma, J. 1991. Active Carbon. New York:
Ellis Horwood
Kalie, M. B. 1997. Alpukat, Budi Daya dan Pemanfaatannya. Kanisius,
Yogyakarta. Halaman 1-2.
Kartika, G.F., Itnawita, T., Abu, H., Sofia, A., Nur, O.M.D., Suharsimi, A. 2017
Pengaruh Activator Terhadap Kemampuan Bubuk Biji Alpukar (Persea
Americana Mill) Dala Menjerap Ion Timbal (II). Jurnal Chemical et natura
acta 5(1) : 9-12.
Kusnoputronto, H. 2006. Toksologi Lingkungan, Logam Toksik Dan Berbahaya.
FKM-UI Press n pust penelitian suber daya manusia dan lingkungan, Jakarta..
Laos, L.E., Masturi., I. Yulianti. 2016. Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Daya
Serap Karbon Aktif Kulit Kemiri. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-
Journal) SNF 2016, Oktober: Prodi Pendidikan Fisika dan Fisika Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Jakarta.
%3D6X3xRB8AAAAJ%26citation_for_view%3D6X3xRB8AAAAJ%3AzYL
M7Y9cAGgC%26tzom%3D-420
Lubis, L. M. 2008. Ekstraksi Pati Dari Biji Buah Alpukat : karya ilmiah.
Depertemen teknologi pertanian fakultas pertiian unversts Sumatra utara,
medan.
Munawaroh, S., T.A. Hanifah. 2016. Potensi Arang Aktif Biji Alpukat (Parsea
Amiricana Mill) Sebagai Adsorben Ion Cadmium (II) Dan Timbal (II) Dengan
Aktivator H2SO4.
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/8349?show=full
Monica, F. 2006. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Biji Alpukat (Persea
Americana Mill) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Berbeban
Glukosa. Skripsi. Universtas diponegoro, semarang
Nurdila, F. A., Asri, N. S., & Suharyadi, E. (2015). Adsorpsi Logam Tembaga
(Cu), Besi (Fe), dan Nikel (Ni) dalam Limbah Cair Buatan Menggunakan
Nanopartikel Cobalt Ferrite. Jurnal Fisika Indonesia, XIX(55), ISSN : 1410 -
2994.
Noll, K., V, G., & Hou, a. W. (1992). Adsorption Technology for Air and Water
Polution Control. PP: Lewish Publisher Incorporated Michigan
Pari, G. 2004. Kajian Struktur Arang Aktif Dari Serbuk Gergaji Kayu Sebagai
Adsorben Emisi Formaldehida Kayu Lapis. Disertasi. Pascasarjana IPB.
Bogor.
Permanawati, Y., Zuraida, R., dan Ibrahim, A. 2013. “Kandugan Logam Berat
(Cu, Pb, Zn, Cd dan Cr) Dalam Air dan Sedimen Di Perairan Teluk Jakarta”.
Jurnal Geologi Kelautan, Vol. 11, No. 1, 9-16.
Prevanti, P., H. Sugiani & U. Pratomo. 2015. Daya Serap Dan Karakterisasi
Arang Aktif Tulang Sapi Yang Teraktivasi Natrium Karbonat Terhadap Logam
Tembaga. Jurnal Chemical et Natura Acta, vol 3(2):48-53.
43
Permanawati, Y., Zuraida, R., dan Ibrahim, A. 2013. “Kandugan Logam Berat
(Cu, Pb, Zn, Cd dan Cr) Dalam Air dan Sedimen Di Perairan Teluk Jakarta”.
Jurnal Geologi Kelautan, Vol. 11, No. 1, 9-16.
Putu. B.A., dan Ida B.P.A. 2000. Morfologi Tumbuhan. Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Singaraja.
Rahmawati, Reny. 2009. Khasiat dan Cara Olah Alpukat untuk Kesehatan dan
Bisnis Makanan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Reyra, A. S., Daud, S., & Yenti, S. R. (2017). Pengaruh Massa dan Ukuran
Partikel Adsorben Daun Nenas Terhadap Efisiensi Penyisihan Fe pada Air
Gambut. Jom FTEKNIK, 4(2).
Syauqiah, I., Amalia, M., dan Kartini, H., S. 2017.“Analisa Variasi Waktu Dan
Kecepatan Pengaduk Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat Dengan
Arang Aktif “. Jurnal Info Teknik , Vol. 12, No.1, 11-20.
Utami, Elystia, S., & Aziz, Y. (2017). Adsorpsi Zat Warna Rhodamin B
Menggunakan Karbon Aktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis
Guneensis Jacq). Jom FTEKNIK, 4(1).
Widayanto, T., T. Yuliawati., A. A. Susilo. 2017. Adsorpsi logam berat (Pb) dari
limbah cair dengan adsorben arang bambu aktif. Jurnal Teknologi Bahan
Alam,vol 1(1): 17
LAMPIRAN A
PEMBUATAN LARUTAN
44
45
= x 1000 mg/L
= 1599 mg/L
= 1,59 gr/L
Pb(NO3)2 sebanyak 1,59 gram ditimbang kemudian dilarutkan dalam gelas
kimia dengan sedikit akuades lalu dipindahkan ke labu ukur 1000 ml dan
ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai homogen, kemudian
larutan Pb(NO3)2 1000 ppm dipindahkan ke dalam botol.
2. Larutan induk Pb(NO3)2 1000 ppm kemudian diencerkan menjadi
konsentrasi 100 ppm menggunakan rumus pengenceran dibawah ini untuk
menentukan volume larutan Pb(NO3)2 1000 ppm yang digunakan :
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)
V2 = Volume larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (500 ml)
N1 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang diencerkan (1000 ppm)
N2 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (100 ppm)
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 500 ml x 100 ppm
V1 = = 50 ml
batas lalu di aduk sampai homogen, kemudian larutan Pb(NO 3)2 100 ppm
dipindakan ke dalam botol.
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 1000 ml x 5 ppm
V1 = = 50 ml
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 1000 ml x 10 ppm
47
V1 = = 100 ml
Diambil 100 ml larutan Pb(NO3)2 100 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai
homogen, kemudian larutan Pb(NO3)2 10 ppm dipindahkan ke dalam botol.
3. Larutan Pb(NO3)2 15 ppm
Untuk membuat larutan Pb(NO3)2 15 ppm maka larutan induk Pb(NO3)2 100
ppm diencerkan dengan menggunakan rumus pengenceran, untuk menentukan
volume larutan Pb(NO3)2 100 ppm yang digunakan:
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)
V2 = Volume larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (1000 ml)
N1 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang diencerkan (100 ppm)
N2 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (15 ppm)
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 1000 ml x 15 ppm
V1 = = 150 ml
Diambil 150 ml larutan Pb(NO3)2 100 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai
homogen, kemudian larutan Pb(NO3)2 15 ppm dipindahkan ke dalam botol.
4. Larutan Pb(NO3)2 20 ppm
Untuk membuat larutan Pb(NO3)2 20 ppm maka larutan induk Pb(NO3)2 100
ppm diencerkan dengan menggunakan rumus pengenceran, untuk menentukan
volume larutan Pb(NO3)2 100 ppm yang digunakan:
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)
V2 = Volume larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (1000 ml)
N1 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang diencerkan (100 ppm)
N2 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (20 ppm)
48
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 1000 ml x 20 ppm
V1 = = 200 ml
Diambil 200 ml larutan Pb(NO3)2 100 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai
homogen, kemudian larutan Pb(NO3)2 200 ppm dipindahkan ke dalam botol.
5. Larutan Pb(NO3)2 25 ppm
Untuk membuat larutan Pb(NO3)2 20 ppm maka larutan induk Pb(NO3)2 100
ppm diencerkan dengan menggunakan rumus pengenceran, untuk menentukan
volume larutan Pb(NO3)2 100 ppm yang digunakan:
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)
V2 = Volume larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (1000 ml)
N1 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang diencerkan (100 ppm)
N2 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (20 ppm)
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 1000 ml x 20 ppm
V1 = = 250 ml
Diambil 250 ml larutan Pb(NO3)2 100 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai
homogen, kemudian larutan Pb(NO3)2 250 ppm dipindahkan ke dalam botol.
LAMPIRAN B
DATA PENELITIAN
Tabel B.1 Data Pengovenan Kadar Air untuk Bubuk Biji Alpukat
Berat cawan + sampel (gr)
No Waktu (menit) Keterangan
Tanpa aktivasi 2% 4%
1 0 Cawan kosong 81,75 81,88 81,75
2 0 Cawan + Sampel 82,25 82,38 82,25
3 30 Cawan + Sampel 82,24 82,35 82,24
4 60 Cawan + Sampel 82,22 82,34 82,21
5 90 Cawan + Sampel 82,21 82,33 82,21
6 120 Cawan + Sampel 82,19 82,33
7 150 Cawan + Sampel 82,19 82,33
Tabel B.2 Data Titrasi Iodin dengan Natrium Tiosulfat untuk Daya Jerap Iodin
Sampel
No Keterangan Aktivasi
Tanpa aktivasi 2% 4%
1 Bubuk biji alpukat (gram) 0,5 0,5 0,5
Larutan iodin 0,1 N yang digunakan
2 50 50 50
(ml)
Larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N yang
3 4,2 3,6 2,8
terpakai (ml)
49
50
0 9,87 0,1082
10 2,9 0,0293
20 2.35 0,0237
30 2,22 0,0224
40 2,22 0,0224
50 2,3 0,0232
60 2,13 0,0215
Tabel B.4 Data Konsentrasi Adsorbat Sebelum Adsorpsi dan Sesudah Adsorpsi
Kadar air =
Kadar Air =
= 12 %
2. Perhiungan kadar air adsorben aktivasi NaOH 2%.
Kadar air =
Kadar Air =
51
52
= 10 %
3. Perhitungan kadar air adsorben aktivasi 4%
Kadar air =
Kadar Air =
=8%
C.2 Analisa Daya Jerap Iodin pada Adsorben dari Bubuk Biji Alpukat
Pengukuran daya jerap adsorben tanpa aktivasi dan aktivasi NaOH 2%; 4%
terhadap iodin. dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
= x 126,9 mg/ml
= 203,04 mg/gr
Dimana:
A = Volume larutan iodin (5 ml)
V = Volume natrium tiosulfat yang diperlukan (4,8 ml)
N1 = Normalitas natrium tiosulfat (0,1N)
53
= x 126,9 mg/ml
= 355,32 mg/gr
Dimana:
A = Volume larutan iodin (5 ml)
V = Volume natrium tiosulfat yang diperlukan (3,6 ml)
N1 = Normalitas natrium tiosulfat (0,1N)
N2 = Normalitas iodin (0,1 N)
W1 = Jumlah iodin untuk setiap 1 ml larutan natrium tiosulfat 0,1N (126,9 mg/ml)
W2 = Massa sampel (0,5 gram)
= x 126,9 mg/ml
= 558,36 mg/gr
Dimana:
A = Volume larutan iodin (5 ml)
V = Volume natrium tiosulfat yang diperlukan (2,8 ml)
N1 = Normalitas natrium tiosulfat (0,1N)
N2 = Normalitas iodin (0,1 N)
54
W1 = Jumlah iodin untuk setiap 1 ml larutan natrium tiosulfat 0,1N (126,9 mg/ml)
W2 = Massa sampel (0,5 gram)
Q=
Q= x 0,5
Q = 0,52 mg/gr
Jadi setiap 1 gr adsorben mampu mengadsorpsi 0,52 mg Ion Pb2+ dalam larutan.
%E=
Pada waktu 40 menit dengan berat adsorben 1 gram, maka nilai efektivitas
penyerapannya sebagai berikut:
55
%E=
= 21,267 %
= 21,267 %
LAMPIRAN D
DATA HASIL PERHITUNGAN
Tabel D.2 Data Daya Jerap dan Efektivitas Penyerapan Adsorben Terhadap Ion Pb2+
56
LAMPIRAN E
PENENTUAN KURVA STANDAR
0.3
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (ppm)
57
LAMPIRAN F
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar F.1 Biji alpukat di jemur dan Gambar F.2 Biji alpukat di blender
dipotong-potong kecil sampai halus
58
59
Gambar F.11 Uji daya jerap terhadap Gambar F.12 Larutan Pb)NO3)2
iodin
60
Gambar F.13 Penentuan waktu Gambar F.14 Pengujian daya jerap dan
kesetimbangan efektivitas penyerapan adsorben
terhadap ion Pb2+