Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR PUSTAKA

Arnold, S., Hotman, S., Rumontam, dan Sangkot, S. 2013. Deskripsi Alpukat
Varietas Idola. UPT. PSBTPH, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
Alsuhendra, Zulhipri, Ridawati, dan E. Lisanti. 2007. Ekstraksi dan Karakteristik
Senyawa Fenolik dari Biji Alpukat (Persesa Americana Mill). Proseding.
Seminar Nasional PATPI, Bandung.

Absus, S., Itnawita., G.F. Kartika. 2016. Potensi Bubuk Biji Alpukat (Persea
Americana Mill) Sebagai Adsorben Cadmium (II) dan Timbal (II) Dengan
Aktivator HCl. Repository Universitas Riau.
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/8350?show=full

Alfiany, H., Bahri, s.& Nurakhirawati. 2013. Kajian Penggunaan Arang Aktif
Tongkol Jagung Sebagai Adsorben Logam Pb Dengan Beberapa Aktivator
Asam. Journal Natural Science 2(3) : 75-86.

Asih, C.L., Sudarno, & M. Hadiwidodo. 2014. Pengaruh Ukuran Media Adsorben
dan Konsentrasi Aktivator NaOH Terhadap Efektivitas Penurunan Logam
Berat Besi (Fe), Seng (Zn) dan Warna Limbah Cair Industri Galvanis
Menggunakan Arang Sekam Padi : Studi kasus PT. Cerah Sempurna-
Semarang, Universitas Diponegoro, Semarang.

Asip, F., Mardhiah, R., & Husna. 2008. Uji Efektivitas Cangkang Telur Dalam
Mengadsorpsi Ion Fe Dengan Proses Batch. Jurnal Teknik Kimia 15(2):22-
26.

Budisma. 2015. Pengertian Tanaman Berbunga (Angiospermae).


(http://budisma.net/2015/02/pengertian-tanaman-bebrbunga
angiospermae.html.diakses) Diakses tanggal 6 april 2019.

Day, R., & Underwood, A. (1993). Analisa Kimia Kuantitatif Edisi ke-4. Jakarta:
Erlangga.

Dewan Standarisasi Jakarta. 1995. Mutu Dan Cara Uji Arang Aktif Teknis.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995. Sekretariat Jendral
Kehutanan.Biro Perencanaan. Jakarta.

Dewi, N.O.M., Itnawita., G.F. Kartika. 2016. Potensi Bubuk Biji Alpukat (Parsea
Amiricana Mill) Sebagai Adsorben Ion Cadmium (II) Dan Timbal (II)
Dengan Aktivator H2SO4. Repository Universitas Riau.

40
41

https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/8346?show=full
Diantariani, N.P. 2010. Peningkatan Potensi Batu Padas Ladestone Sebagai
Adsorben Ion Logam Berat Cr(II) dalam Air Melalui Aktivasi Asam Dan
Basa. Jurnal Kimia 4(1): 91-100

Ginting, F. D. 2008. Pengujian Alat Pendingin Sistim Adsorpsi Dua Adsorber


Dengan Menggunakan Methanol 1000 Ml Sebagai Refrigerant. Skripsi.
Fakultas Teknik Program Teknik Mesin DEPOK.

Hasrianti. (2013). Adsorpsi ion Cd+ pada Limbah Cair Menggunakan Kulit
Singkong. Jurnal Dinamika, 4(2), 59-76.

Ilmi, M., Khoiroh, N., Firmansyah, T., & Santoso, E. (2017). Optimasi
Penggunaan Biosorbent Berbasis Biomassa : Pengaruh Konsentrasi Aktivator
Terhadap Luas Permukaan Karbon Aktif Berbahan Eceng Gondok untuk
Meningkatkan Kualitas Air. Jurnal Teknik Mesin (JTM), 6.
Indriani, Y.H., dan Sumiarsih, E. 1993. Alpukat. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman 1-2, 9.
Jankowska, H., Swiatkowski, A., Choma, J. 1991. Active Carbon. New York:
Ellis Horwood
Kalie, M. B. 1997. Alpukat, Budi Daya dan Pemanfaatannya. Kanisius,
Yogyakarta. Halaman 1-2.
Kartika, G.F., Itnawita, T., Abu, H., Sofia, A., Nur, O.M.D., Suharsimi, A. 2017
Pengaruh Activator Terhadap Kemampuan Bubuk Biji Alpukar (Persea
Americana Mill) Dala Menjerap Ion Timbal (II). Jurnal Chemical et natura
acta 5(1) : 9-12.
Kusnoputronto, H. 2006. Toksologi Lingkungan, Logam Toksik Dan Berbahaya.
FKM-UI Press n pust penelitian suber daya manusia dan lingkungan, Jakarta..

Laos, L.E., Masturi., I. Yulianti. 2016. Pengaruh Suhu Aktivasi Terhadap Daya
Serap Karbon Aktif Kulit Kemiri. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-
Journal) SNF 2016, Oktober: Prodi Pendidikan Fisika dan Fisika Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Jakarta.

Laksono, E. W. 2002. Analisis Daya Adsorpsi Suatu Adsorben. Makalah


Pengembangan Pengabdian Masyarakat.
https://scholar.google.com/citations?user=6X3xRB8AAAAJ&hl=en#d=gs_md
_citad&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Den%26user
42

%3D6X3xRB8AAAAJ%26citation_for_view%3D6X3xRB8AAAAJ%3AzYL
M7Y9cAGgC%26tzom%3D-420

Lubis, L. M. 2008. Ekstraksi Pati Dari Biji Buah Alpukat : karya ilmiah.
Depertemen teknologi pertanian fakultas pertiian unversts Sumatra utara,
medan.

Maulana, R. (2017). Adsorpsi ion Zn Menggunakan Limbah Kulit Udang


Teraktivasi dengan NaOH. TUGAS AKHIR, Universitas Riau, Program Studi
D3 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Pekanbaru.

Munawaroh, S., T.A. Hanifah. 2016. Potensi Arang Aktif Biji Alpukat (Parsea
Amiricana Mill) Sebagai Adsorben Ion Cadmium (II) Dan Timbal (II) Dengan
Aktivator H2SO4.
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/8349?show=full

Monica, F. 2006. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Biji Alpukat (Persea
Americana Mill) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Berbeban
Glukosa. Skripsi. Universtas diponegoro, semarang

Nasrudin, H. (2004). Kesetimbangan Kimia. Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.

Nurdila, F. A., Asri, N. S., & Suharyadi, E. (2015). Adsorpsi Logam Tembaga
(Cu), Besi (Fe), dan Nikel (Ni) dalam Limbah Cair Buatan Menggunakan
Nanopartikel Cobalt Ferrite. Jurnal Fisika Indonesia, XIX(55), ISSN : 1410 -
2994.
Noll, K., V, G., & Hou, a. W. (1992). Adsorption Technology for Air and Water
Polution Control. PP: Lewish Publisher Incorporated Michigan

Pari, G. 2004. Kajian Struktur Arang Aktif Dari Serbuk Gergaji Kayu Sebagai
Adsorben Emisi Formaldehida Kayu Lapis. Disertasi. Pascasarjana IPB.
Bogor.

Permanawati, Y., Zuraida, R., dan Ibrahim, A. 2013. “Kandugan Logam Berat
(Cu, Pb, Zn, Cd dan Cr) Dalam Air dan Sedimen Di Perairan Teluk Jakarta”.
Jurnal Geologi Kelautan, Vol. 11, No. 1, 9-16.

Prevanti, P., H. Sugiani & U. Pratomo. 2015. Daya Serap Dan Karakterisasi
Arang Aktif Tulang Sapi Yang Teraktivasi Natrium Karbonat Terhadap Logam
Tembaga. Jurnal Chemical et Natura Acta, vol 3(2):48-53.
43

Permanawati, Y., Zuraida, R., dan Ibrahim, A. 2013. “Kandugan Logam Berat
(Cu, Pb, Zn, Cd dan Cr) Dalam Air dan Sedimen Di Perairan Teluk Jakarta”.
Jurnal Geologi Kelautan, Vol. 11, No. 1, 9-16.

Putu. B.A., dan Ida B.P.A. 2000. Morfologi Tumbuhan. Sekolah Tinggi Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Singaraja.

Rahayu, Helda S. 2016. Adsorpsi Logam Seng (Zn) Menggunakan Precipitated


Calcium Carbonate (Pcc) Dari Limbah Cangkang Kerang Lokan (Geloina
Expansa). Skripsi Sarjana, Fakultas Teknik, Universitas Riau: Pekanbaru .

Rahmawati, Reny. 2009. Khasiat dan Cara Olah Alpukat untuk Kesehatan dan
Bisnis Makanan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Reyra, A. S., Daud, S., & Yenti, S. R. (2017). Pengaruh Massa dan Ukuran
Partikel Adsorben Daun Nenas Terhadap Efisiensi Penyisihan Fe pada Air
Gambut. Jom FTEKNIK, 4(2).

Rukmana, R. (1996). Nenas Budidaya dan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.

Sembodo, B. S. (2005). Isoterm Kesetimbangan Adsorpsi Timbal pada Abu


Sekam Padi. Ekuilibrium, 4(2), 100-105.

Syauqiah, I., Amalia, M., dan Kartini, H., S. 2017.“Analisa Variasi Waktu Dan
Kecepatan Pengaduk Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat Dengan
Arang Aktif “. Jurnal Info Teknik , Vol. 12, No.1, 11-20.
Utami, Elystia, S., & Aziz, Y. (2017). Adsorpsi Zat Warna Rhodamin B
Menggunakan Karbon Aktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Elaeis
Guneensis Jacq). Jom FTEKNIK, 4(1).

Widayanto, T., T. Yuliawati., A. A. Susilo. 2017. Adsorpsi logam berat (Pb) dari
limbah cair dengan adsorben arang bambu aktif. Jurnal Teknologi Bahan
Alam,vol 1(1): 17
LAMPIRAN A
PEMBUATAN LARUTAN

A.1 Pembuatan Larutan NaOH 2% dan 4% Dengan Volume 0,5 Liter


Pembuatan larutan NaOH pada konsentrasi 2% dan 4% dibuat dengan rumus
yang digunakan sebagai berikut:
............................................................... (1)

Keterangan : x = Konsentrasi NaOH (%)


m = Massa NaOH (gram)
V = Volume larutan (500 ml)
Larutan NaOH pada konsentrasi 2%, dibuat dengan cara menimbang padatan
NaOH berdasarkan hasil perhitungan berikut:
a. Perhitungan NaOH 2% untuk larutan 500 ml

Padatan NaOH ditimbang sebanyak 10 gr kemudian dilarutkan dengan


akuades di dalam gelas kimia dan diaduk hingga larut kemudian dipindahkan ke
labu takar 500 ml lalu ditambahkan akuades hingga tanda batas, aduk sampai
homogen, kemudian NaOH konsentrasi 2 % dipindahkan ke botol.
b. Perhitungan NaOH 4% untuk larutan 500 ml

Padatan NaOH ditimbang sebanyak 20 gr kemudian dilarutkan dengan


akuades di dalam gelas kimia dan diaduk hingga larut kemudian dipindahkan ke
labu takar 500 ml lalu ditambahkan akuades hingga tanda batas, aduk sampai
homogen, kemudian NaOH konsentrasi 4 % dipindahkan ke botol.

44
45

A.2 Pembuatan Larutan Induk Ion Logam Pb2+


Pembuatan larutan induk ion Pb2+ dari Pb(NO3)2 dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Menentukan berat Pb(NO3)2 yang dibutuhkan untuk membuat larutan induk
ion Pb2+ 1000 ppm dengan menggunakan rumus :
Pb 1000 ppm = 1000 mg/L
Mr Pb(NO3)2 = 331 gr/mol
Ar Pb = 207 gr/mol

Kebutuhan Pb(NO3)2 = x 1000 mg/L

= x 1000 mg/L

= 1599 mg/L
= 1,59 gr/L
Pb(NO3)2 sebanyak 1,59 gram ditimbang kemudian dilarutkan dalam gelas
kimia dengan sedikit akuades lalu dipindahkan ke labu ukur 1000 ml dan
ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai homogen, kemudian
larutan Pb(NO3)2 1000 ppm dipindahkan ke dalam botol.
2. Larutan induk Pb(NO3)2 1000 ppm kemudian diencerkan menjadi
konsentrasi 100 ppm menggunakan rumus pengenceran dibawah ini untuk
menentukan volume larutan Pb(NO3)2 1000 ppm yang digunakan :
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)
V2 = Volume larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (500 ml)
N1 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang diencerkan (1000 ppm)
N2 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (100 ppm)
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 1000 ppm = 500 ml x 100 ppm

V1 = = 50 ml

Diambil larutan induk Pb(NO3)2 1000 ppm sebanyak 50 ml, lalu


dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda
46

batas lalu di aduk sampai homogen, kemudian larutan Pb(NO 3)2 100 ppm
dipindakan ke dalam botol.

A.3 Pembuatan Larutan Standar Pb(NO3)2 dan Larutan Adsorbat


1. Larutan Pb(NO3)2 5 ppm
Untuk membuat larutan Pb(NO3)2 5 ppm maka larutan induk Pb(NO3)2 100
ppm diencerkan dengan menggunakan rumus pengenceran, untuk menentukan
volume larutan Pb(NO3)2 100 ppm yang digunakan:
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)
V2 = Volume larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (1000 ml)
N1 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang diencerkan (100 ppm)
N2 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (5 ppm)

V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 1000 ml x 5 ppm

V1 = = 50 ml

Diambil 50 ml larutan Pb(NO3)2 100 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu


ukur 1000 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai
homogen, kemudian larutan Pb(NO3)2 5 ppm dipindahkan ke dalam botol.
2. Larutan Pb(NO3)2 10 ppm
Untuk membuat larutan Pb(NO3)2 10 ppm maka larutan induk Pb(NO3)2 100
ppm diencerkan dengan menggunakan rumus pengenceran, untuk menentukan
volume larutan Pb(NO3)2 100 ppm yang digunakan:
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)
V2 = Volume larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (1000 ml)
N1 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang diencerkan (100 ppm)
N2 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (10 ppm)

V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 1000 ml x 10 ppm
47

V1 = = 100 ml

Diambil 100 ml larutan Pb(NO3)2 100 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai
homogen, kemudian larutan Pb(NO3)2 10 ppm dipindahkan ke dalam botol.
3. Larutan Pb(NO3)2 15 ppm
Untuk membuat larutan Pb(NO3)2 15 ppm maka larutan induk Pb(NO3)2 100
ppm diencerkan dengan menggunakan rumus pengenceran, untuk menentukan
volume larutan Pb(NO3)2 100 ppm yang digunakan:
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)
V2 = Volume larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (1000 ml)
N1 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang diencerkan (100 ppm)
N2 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (15 ppm)

V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 1000 ml x 15 ppm

V1 = = 150 ml

Diambil 150 ml larutan Pb(NO3)2 100 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai
homogen, kemudian larutan Pb(NO3)2 15 ppm dipindahkan ke dalam botol.
4. Larutan Pb(NO3)2 20 ppm
Untuk membuat larutan Pb(NO3)2 20 ppm maka larutan induk Pb(NO3)2 100
ppm diencerkan dengan menggunakan rumus pengenceran, untuk menentukan
volume larutan Pb(NO3)2 100 ppm yang digunakan:
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)
V2 = Volume larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (1000 ml)
N1 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang diencerkan (100 ppm)
N2 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (20 ppm)
48

V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 1000 ml x 20 ppm

V1 = = 200 ml

Diambil 200 ml larutan Pb(NO3)2 100 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai
homogen, kemudian larutan Pb(NO3)2 200 ppm dipindahkan ke dalam botol.
5. Larutan Pb(NO3)2 25 ppm
Untuk membuat larutan Pb(NO3)2 20 ppm maka larutan induk Pb(NO3)2 100
ppm diencerkan dengan menggunakan rumus pengenceran, untuk menentukan
volume larutan Pb(NO3)2 100 ppm yang digunakan:
V1 x N1 = V2 x N2
Dimana : V1 = Volume larutan yang akan diencerkan (ml)
V2 = Volume larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (1000 ml)
N1 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang diencerkan (100 ppm)
N2 = Konsentrasi larutan Pb(NO3)2 yang dibuat (20 ppm)

V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 ppm = 1000 ml x 20 ppm

V1 = = 250 ml

Diambil 250 ml larutan Pb(NO3)2 100 ppm, lalu dimasukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu di aduk sampai
homogen, kemudian larutan Pb(NO3)2 250 ppm dipindahkan ke dalam botol.
LAMPIRAN B
DATA PENELITIAN
Tabel B.1 Data Pengovenan Kadar Air untuk Bubuk Biji Alpukat
Berat cawan + sampel (gr)
No Waktu (menit) Keterangan
Tanpa aktivasi 2% 4%
1 0 Cawan kosong 81,75 81,88 81,75
2 0 Cawan + Sampel 82,25 82,38 82,25
3 30 Cawan + Sampel 82,24 82,35 82,24
4 60 Cawan + Sampel 82,22 82,34 82,21
5 90 Cawan + Sampel 82,21 82,33 82,21
6 120 Cawan + Sampel 82,19 82,33
7 150 Cawan + Sampel 82,19 82,33

Tabel B.2 Data Titrasi Iodin dengan Natrium Tiosulfat untuk Daya Jerap Iodin

Sampel
No Keterangan Aktivasi
Tanpa aktivasi 2% 4%
1 Bubuk biji alpukat (gram) 0,5 0,5 0,5
Larutan iodin 0,1 N yang digunakan
2 50 50 50
(ml)
Larutan Natrium Tiosulfat 0,1 N yang
3 4,2 3,6 2,8
terpakai (ml)

49
50

Tabel B.3 Data Waktu Kesetimbangan


Waktu Konsentrasi
Adsorbat Absorbansi
(Menit)
(ppm)

0 9,87 0,1082

10 2,9 0,0293

20 2.35 0,0237

30 2,22 0,0224

40 2,22 0,0224

50 2,3 0,0232

60 2,13 0,0215

Tabel B.4 Data Konsentrasi Adsorbat Sebelum Adsorpsi dan Sesudah Adsorpsi

Sebelum Adsorpsi Sesudah Adsorpsi


Massa Massa
Waktu Aktivator
No Adsorben Adsorbat
(min) NaOH Absorbansi Co Absorbansi Ce
(gr) (ppm)
(mg/L) (mg/L)
1 40 menit 1 5 0,0708 4,89 0,0388 3,85
2 40 menit 1 Tanpa 10 0,1082 9,87 0,0317 3,13
3 40 menit 1 Aktivasi 15 0,1508 14,92 0,0354 3,5
4 40 menit 1 20 0,1993 19,87 0,0384 3,81
5 40 menit 1 5 0,0708 4,89 0,0086 0,85
6 40 menit 1 Aktivasi 10 0,1082 9,87 0,0058 0,57
7 40 menit 1 2% 15 0,1508 14,92 0,011 0,98
8 40 menit 1 20 0,1993 19,87 0,0182 1,81
9 40 menit 1 5 0,0708 4,89 0,0057 0,56
10 40 menit 1 Aktivasi 10 0,1082 9,87 0,0038 0,35
11 40 menit 1 4% 15 0,1508 14,92 0,007 0,69
12 40 menit 1 20 0,1993 19,87 0,0073 0,72

Keterangan : Co = Konsentarsi adsorbat awal (mg/L)


Ce = Konsentrasi adsorbat akhir (mg/L)
51
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN

C.1 Perhitungan Kadar Air Bubuk Biji Alpukat


Pengukuran kadar air dilakukan menggunakan oven pada suhu 110 oC
dengan waktu pengeringan 150 menit dan ukuran partikel adsorben lolos 200
mesh dengan perlakuan tanpa aktivasi dan diaktivasi NaOH 2%; 4%.
Dapat dihitung menggunakan rumus sebgaai berikut:
1. Perhitungan Kadar air adsorben tanpa aktivasi.

Kadar air =

Dimana : W1 = Berat cawan kosong (81,75 gr)


W2 = Berat cawan + sampel sebelum di oven (82,25 gr)
W3 = Berat cawan + sampel berat konstan setelah di oven (82,19 gr)

Kadar Air =

= 12 %
2. Perhiungan kadar air adsorben aktivasi NaOH 2%.

Kadar air =

Dimana : W1 = Berat cawan kosong (81,88 gr)


W2 = Berat cawan + sampel sebelum di oven (82,38 gr)
W3 = Berat cawan + sampel berat konstan setelah di oven (82,33 gr)

Kadar Air =

51
52

= 10 %
3. Perhitungan kadar air adsorben aktivasi 4%

Kadar air =

Dimana : W1 = Berat cawan kosong (81,75 gr)


W2 = Berat cawan + sampel sebelum di oven (82,25 gr)
W3 = Berat cawan + sampel berat konstan setelah di oven (82,21 gr)

Kadar Air =

=8%

C.2 Analisa Daya Jerap Iodin pada Adsorben dari Bubuk Biji Alpukat
Pengukuran daya jerap adsorben tanpa aktivasi dan aktivasi NaOH 2%; 4%
terhadap iodin. dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

1. Daya jerap iodin tanpa aktivasi

Daya jerap terhadap iodin = x W1

= x 126,9 mg/ml

= 203,04 mg/gr
Dimana:
A = Volume larutan iodin (5 ml)
V = Volume natrium tiosulfat yang diperlukan (4,8 ml)
N1 = Normalitas natrium tiosulfat (0,1N)
53

N2 = Normalitas iodin (0,1 N)


W1 = Jumlah iodin untuk setiap 1 ml larutan natrium tiosulfat 0,1N (126,9 mg/ml)
W2 = Massa sampel (0,5 gram)

2. Daya jerap iodin aktivasi 4%

Daya jerap terhadap iodin = x W1

= x 126,9 mg/ml

= 355,32 mg/gr
Dimana:
A = Volume larutan iodin (5 ml)
V = Volume natrium tiosulfat yang diperlukan (3,6 ml)
N1 = Normalitas natrium tiosulfat (0,1N)
N2 = Normalitas iodin (0,1 N)
W1 = Jumlah iodin untuk setiap 1 ml larutan natrium tiosulfat 0,1N (126,9 mg/ml)
W2 = Massa sampel (0,5 gram)

3. Daya jerap iodin aktivasi 4%

Daya jerap terhadap iodin = x W1

= x 126,9 mg/ml

= 558,36 mg/gr

Dimana:
A = Volume larutan iodin (5 ml)
V = Volume natrium tiosulfat yang diperlukan (2,8 ml)
N1 = Normalitas natrium tiosulfat (0,1N)
N2 = Normalitas iodin (0,1 N)
54

W1 = Jumlah iodin untuk setiap 1 ml larutan natrium tiosulfat 0,1N (126,9 mg/ml)
W2 = Massa sampel (0,5 gram)

C.3 Perhitungan Daya Jerap Adsorben Terhadap Ion Pb2+


Untuk mendapatkan nilai daya jerap seperti pada tabel D.2, maka
menggunakan rumus sebagai berikut :

Q=

Dimana: Q = Daya Jerap adsorben (mg/gr)


Co = Konsentrasi adsorbat awal (4,89 mg/L)
Ce = Konsentrasi adsorbat akhir (3,85 mg/L)
m = Massa adsorben (1 gr)
V = Volume larutan ( 0,5 L)
Pada waktu 40 menit dengan berat adsorben 1 gram dan jumlah adsorbat 5 ppm,
maka daya jerapnya sebagai berikut :
Q=

Q= x 0,5

Q = 0,52 mg/gr
Jadi setiap 1 gr adsorben mampu mengadsorpsi 0,52 mg Ion Pb2+ dalam larutan.

C.4 Perhitungan Efektivitas Penyerapan Adsorben Terhadap Ion Pb2+


Untuk mendapatkan nilai efektivitas penyerapan seperti pada tabel D.2,
maka menggunakan rumus sebagai berikut :

%E=

Keterangan : % E = Efektivitas penyerapan (%)


Co = Konsentrasi adsorbat awal (4,89 ppm)
Ce = Konsentrasi adsorbat akhir (3,85 ppm)

Pada waktu 40 menit dengan berat adsorben 1 gram, maka nilai efektivitas
penyerapannya sebagai berikut:
55

%E=

= 21,267 %

= 21,267 %
LAMPIRAN D
DATA HASIL PERHITUNGAN

Tabel D.1 Data Karakteristik Bubuk Biji Alpukat


Hasil
SNI 06-
No Parameter Tanpa NaOH NaOH
3730-1995
Aktivasi 2% 4%
1 Kadar Air (%) Maks 15 12 10 8
Daya Jerap Terhadap
2 Min 750 203.04 355.32 558.36
Iodin (mg/g)

Tabel D.2 Data Daya Jerap dan Efektivitas Penyerapan Adsorben Terhadap Ion Pb2+

Massa Massa Daya Efektivitas


Waktu Aktivator Penyerapan
No Adsorben Adsorbat Jerap
(min) NaOH
(gr) (ppm) (mg/gr) (%)
1 40 menit 1 5 0,52 21,267
2 40 menit 1 Tanpa 10 3,37 68,287
3 40 menit 1 Aktivasi 15 5,71 76,541
4 40 menit 1 20 8,03 80,825
5 40 menit 1 5 2,02 82,617
6 40 menit 1 Aktivasi 10 4,65 94,224
7 40 menit 1 2% 15 6,97 93,431
8 40 menit 1 20 9,03 90,890
9 40 menit 1 5 2,165 88,548
10 40 menit 1 Aktivasi 10 4,76 96,453
11 40 menit 1 4% 15 7,115 95,375
12 40 menit 1 20 9,575 96,376

56
LAMPIRAN E
PENENTUAN KURVA STANDAR

E.1 Penentuan Kurva Standar


Larutan standar Pb(NO3)2 yang telah disiapkan (0, 5, 10, 15, 20, dan 25
ppm) diukur absorbansi nya dengan spektrofotometer serapan atom (AAS) dengan
panjang gelombang 217 nm, kemdian data absorbansi yang diperoleh dibuat kurva
standar dengan memplotkan absorbansi konsentrasi Pb(NO3)2. Berdasarkan kurva
standar dapat diperoleh persamaan garis linear.
Tabel E.1 Data Absorbansi pada Larutan Standar
Konsentrasi ion Pb2+ (ppm) Absorbansi
Blanko 0
5 0,0708
10 0,1082
15 0,1508
20 0,1993
25 0,2481

0.3

0.25 y = 0.0095x + 0.0103


R² = 0.9928
0.2
Absorbansi

0.15

0.1

0.05

0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (ppm)

Gambar E.1 Kurva Standar

57
LAMPIRAN F
DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar F.1 Biji alpukat di jemur dan Gambar F.2 Biji alpukat di blender
dipotong-potong kecil sampai halus

Gambar F.3 Proses pengayakan Gambar F.4 Pencucian bubbuk alpukat


bubuk alpukat dengan ayakan lolos dengan larutan NaHCO3 dan
200 mesh dikeringkan dengan oven selama 1 jam

Gambar F.5 Bubuk alpukat setelah


dicuci Gambar F.6 Aktivasi bubuk alpukat
dengan larutan NaOH 2% dan 4%
selama 24 jam

58
59

Gambar F.8 Pengayakan bubuk setelah


Gambar F.7 Penghalusan bubuk
diaktivasi lolos 200 mesh
setelah diaktivasi

Gambar F.10 Uji kadar air bubuk


Gambar F.9 Penimbangan adsorben
alpukat

Gambar F.11 Uji daya jerap terhadap Gambar F.12 Larutan Pb)NO3)2
iodin
60

Gambar F.13 Penentuan waktu Gambar F.14 Pengujian daya jerap dan
kesetimbangan efektivitas penyerapan adsorben
terhadap ion Pb2+

Gambar F.16 Pengujian konsentrasi


Gambar F.15 Pemisahan filtrat ionPb2+ setelah adsorpsi

Anda mungkin juga menyukai