Blurb :
PROLOGUE
Tap!!
Namun langkah kaki Emily berhenti mendadak. Ia
menelan Saliva dan langsung memalingkan
pandangan ke arah lain. "Kenapa kau masih berdiri di
sana? Ambilkan aku minuman!"celetuk pria itu
dengan nada suara melengking.
"Aku... Aku..."
Prankkk!!!
"Ahh!!!"
"Sialan! Kau terlalu banyak acting. Cepat!"suara pria
itu kembali melengking kuat membuat gadis itu
bangkit dan mengepal tangannya kencang.
"Tidak akan!"
"Allan!!"
Brakk!!
Chapter 1 : Honeymoon
"Kami—"
"Mom tapi—"
"Allan!!!"
__________________
"Allan... Aku—"
Plakkkk !!
Emily langsung menelan Saliva, ia baru saja
menampar pria tersebut sangat keras hingga
wajahnya berpaling ke kiri.
"Aku jatuh."
________________________
Allan tampak berciuman di kamarnya bersama
Clarissa. Pria itu merasakan sentuhan lembut di
sudut pinggulnya yang hangat, hingga wanita yang
ada di depannya itu melepas ciuman dan
memeluknya hangat.
"Kau cemburu?"
Drrrttt!!
"Kau sakit!"
"Baiklah!"
Tap!!
Deg!!
Jantung Emily langsung memompa cepat, matanya
penuh dan bulat menatap isi walk in closet yang ada
di depannya. Tangan Allan semakin berani, pria itu
menyentuh kedua puncak dadanya dan meremas
begitu kuat.
"A-alan..."
"Allan aku—"
Brakk!!
Tap!!
_______________________
Ceklek!
Tap!!
"Louis aku—"
Brakk!!!!
____________________
Tap!!
Chapter 6 : Positano
Positano, Italy.
Emily mengedarkan pandangan nya ke tiap tempat.
Meneliti suasana sore, yang baru saja ia injak untuk
pertama kalinya. Anne, tampaknya benar-benar ingin
mereka begitu nyaman. Sungguh, walaupun tempat
ini begitu memukau, Positano merupakan kota kecil
yang hanya di huni 4.000 jiwa.
Emily menoleh keluar jendela kamar hotelnya,
menatap pantai bertebing dan bangunan tinggi khas
Italia.
"Mi scusi per il disturbo, sir!"Emily menoleh ke arah
pintu, memperhatikan Allan tengah bicara serius
bersama salah satu staf hotel, cukup bersitegang
selang beberapa waktu hingga akhirnya Allan
memilih menutup pintu kamar dengan keras.
"Sialan, mereka tidak punya kamar lain untuk
ku,"celetuknya sarkas sambil mengedarkan
pandangan di area kamar luas hotel bintang lima
bernuansa putih dan menyuguhkan pemandangan
penuh Laut Mediterania, Le Sirenuse.
"Lalu bagaimana?"tanya Emily polos.
"Menurutmu? Apa kau ingin aku tidur di luar?"balas
pria itu datar sambil melangkah ke arah balkon
kamar pribadi mereka. Anne,
merencanakan honeymoon mereka sangat hati-hati.
Allan bahkan tidak berpikir serumit ini, sungguh, jika
Anne tidak mengalami masalah dengan jantung nya
seperti ia menolak pernikahan ini pertama kalinya.
Allan dan Emily tidak akan pernah menjalin
hubungan yang begitu serius seperti ini.
Allan melangkah pelan, menuju kursi kayu yang ada
di sudut balkon dan mendudukinya cepat. Emily
memutar tubuh dan menatapnya jelas.
"Aku saja yang tidur di luar, tidak masalah jika kau
keberatan dengan ku!"ucap Emily membuat pria itu
langsung mengangkat kepalanya dan mengarahkan
pandangan begitu tepat pada gadis itu.
Chapter 7 : Impossible
___________________
Tap!
_______________
"Hm.. Baiklah!"
"Bantu aku untuk memesan kamar, Klaus juga ikut
untuk menemaniku."
Tap!!
Chapter 8 : Resistance
Pranggg!!!
Tap!
Pria tersebut menoleh, menatapnya dengan
pandangan datar sambil mengelap lengannya cepat.
"Ya. Tidak masalah. Aku bisa atasi ini!"
"Baiklah."
Deg!!!
Gadis itu langsung mnegerutkan kening, ia menatap
dengan wajah tegas ke arah pria santai dan muda itu.
"Apa?"
Plakkk!!
"Kau—"
Tap!!
Tap!!
Tringgg!!
Tap!!
"Jawab aku!"
_______________
Brakk!!!
Allan mendadak mengebrak meja Emily, membuat
mata gadis itu langsung bulat menatapnya. "Rupanya,
kau tuli Emily!"tegur Allan sarkas.
"Allan aku—"
"Aku lapar!"
Brakk!!!
Chapter 10 : Decision
"Allan... Hentikan—"
Brakk!!
Brakk!
Brakk!
____________________
___________________
"Gab aku—"
"Emily..."
"Aku ingin kembali ke negaraku, Gab."ucap Emily
sambil mengangkat kepalanya tinggi dan menatap
lugas ke arah pria tersebut cukup lama. Sungguh,
Gabriel tidak kuasa, ia melihat ribuan pecahan di
mata gadis itu. Emily benar-benar terluka.
Srakk!!
Brakk!!
"Apa?"
Deg!!
____________________
"Brengsek!"
Brakk!!
Brakk!
"Diam kau brengsek!"lagi, Allan memukulnya begitu
keras, hingga akhirnya Klaus melawan dengan
membalas pukulan lalu mendorong nya jauh. Hal
tersebut, berhasil menambah luka memar yang ada di
wajah Allan akibat pukulan Gabriel sebelumnya.
Tap!!
Chapter 12 : Breakfast
Brakk!!
________________________
"Clarissa!"
Tap!
Tap!!
"Allan,"runtih Emily saat pria tersebut menekan
lehernya kuat.
"Aku rasa dia tidur dengan pria itu, kau lihat saja
bagaimana interaksi keduanya,"Clarissa terdengar
memprovokasi, suaranya cukup lantang hingga mata
Amber Emily bergerak ke arahnya. Ia ikut menekan
tangan Allan, berharap pria itu melonggarkan
cekalannya.
Brakk!!
Tap!!
"Allan please!"
Tap!!
Brakk!!
"Allan,"
"Karena ku, kau harus menanggung semuanya. Kau
mungkin akan kesulitan untuk mendapatkan anak,
aku—"suara pria tersebut menggantung ketika Emily
meremas tangannya kuat.
"Gangguan?"
"Emily!"
"Keluar Allan, apa kau tidak dengar?"tandasnya
kembali, semakin lantang hingga suara hembusan
napas keluar dari mulutnya.
________________________
Keesokan harinya...
Deg!
___________________
_______________________
Plakk!!!
"Mom—"
____________________
Tiga hari kemudian,
____________________
"CLARISSA!"
Plaakkk?!
Brakk!!
Lagi, Allan menendangnya kuat lalu menangkap pipi
wanita tersebut dengan satu tangan dan menekannya
sangat kuat. "Aku tidak sudi melihat wajah mu,
jalang!"balasnya dengan tegas lalu membuang wajah
Clarissa hingga ia kembali terdorong hampir
mengenai lantai.
Tap!!
"Klaus!"
"Clarissa, Harusnya, kau itu sadar diri. Aku tidak
mungkin mencintai wanita murahan sepertimu, ah-
untuk gadis kelas rendah sepertimu, aku akui rasa
percaya dirimu terlalu tinggi!"balas Klaus sesuakanya
membuat mata wanita tersebut membulat besar.
"Sorry....."
Tap!
___________________
__________________
Chapter 17 : Accident
"Louis aku—"
Brakk!!
Deg!
_____________________
Tap!!
"Emily!!!!!"
Braaaakkk!!!
"Mom!"
•
•
Tap!!!
Seketika mata Emily terbuka lebar, ia mengedarkan
mata di seluruh penjuru ruangan yang perlahan-
lahan terang.
Brakk!!
"Jawab!"
Brakk!
_________________
"Maksudmu?"
"Kau yakin?"
Tap!!
____________________
"Siapa?"
Brakk!!
"Allan—"
Brakk!!!
Chapter 20 : Ambulance
"Maaf, hari ini aku tidak bisa ikut dengan mu. Ada
sesuatu yang harus aku kerjakan, jika semua selesai,
aku langsung berangkat ke Rome,"sambungnya
kembali melirik tajam ke arah Emily yang hanya diam
tanpa jawaban.
Deg!!
____________________
Deg!!
____________________
Brakkkk!!!
Seketika pria tersebut melayangkan tinju kembali ke
wajah Gabriel sangat cepat. Hingga akhirnya pria
tersebut terjatuh kembali ke tanah.
"Apa?"
"Emily kecelakaan dan mengalami cedera otak.
Semua karena kau!"sambung Gabriel lebih keras
seakan ingin menyadarkan Allan dengan suaranya
yang tidak bisa di kontrol. Brengsek, sungguh, Gabriel
bukan pria jahat. Lihatlah, ia bahkan tidak sanggup
menjadi dirinya yang lain. Semakin ia rakus ingin
memiliki Emily, Gabriel malah semakin takut jika
harus menyakiti Emily.
😂
Chapter 21 : 3 Million Dollar
"Kau penipu!"
"Benarkah? Jika aku menipu mu, untuk apa Emily
datang jauh-jauh ke Italia dan menemui ku?"tuding
Gabriel membuat Allan menguatkan langkahnya. Ia
masih berusaha melepaskan kaitan beberapa
pengawal Gabriel sebisa mungkin.
"Brengsek! Kau—"
Brakk!!
__________
"Emily...."
Tap!!
__________________
"Jadi, kau ingin nona Emily melupakan masa
lalunya?"tanya seorang pria dengan pandangan yang
begitu berpusat.
"Lunas?"
"Aku menambahnya, uang ini lebih!"timpal Gabriel
sambil menelan ludahnya kuat. Ia meraih kursi
ringan yang ada di sudut ruangan dan duduk dengan
pandangan kaku, memerhatikan Dokter tersebut
memeriksa uangnya.
______________________
"Gabriel."
Emily tersenyum, ia menutup buku yang ia pegang
sejak tadi dan meletakkan benda tersebut di sudut
ranjang.
Tap!!
Brakk!!
"Emily.... Kau..."
_______________________
1 tahun kemudian..........
Chapter 23 : Zurich
Tap!!
"Sebentar saja!"
_____________________
Drrrttttt!!
Tap!!
"Allan..."
______________________
"Emily..."
"Gabriel."
_____________________
_________________________
Tap!!!
Brakk!!
Tap!!
"Hentikan!"
PLAKK!!
"Sepertinya kau—"
Tap!!
Emily tidak melanjutkan ucapannya saat Gabriel
menarik dan memeluk begitu erat. Seketika, gadis
tersebut ikut melingkarkan pelukannya,
menyandarkan kepala di dada Gabriel nyaman.
______________________
"Lantas?"
"Teman?"
"Yah! Dia mengatakan kau memiliki banyak pasien.
Dokter terbaik di Italia."
_____________________
Tap!!
Ia mendadak menoleh cepat, mendengar seseorang
menekan bel pintu penthouse nya tanpa henti.
Sungguh, gadis tersebut terusik.
"Dasar sinting!"
Plakkk!!!
"Aku—"
"Se-sebentar aku—"
Chapter 27 : Document
"Emily..."
"Emily, aku—"
"Aku akan—"
Tap!!
___________________
Tap!!
Deg!!
"Alergi?"
"Yah! Aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi, pagi ini
baru terasa gatal."tukas gadis tersebut sambil
mengusap lehernya. Gabriel terdiam, ia mengeluh
pelan dan menyadari sesuatu yang tampak mulai
tidak beres pada Emily.
_______________________
Tap!!
Drrrtt!!
"Ada apa?"
"Gabriel tapi-"
"Kau marah?"
"Gabriel yang benar saja, aku tidak ingin menghalangi
mu, aku paham kau tidak bisa bersamaku setiap
saat."Emily sedikit melebarkan senyuman, mencoba
menghilangkan kekhawatiran Gabriel yang langsung
mendekatkan wajah mereka.
"Hm hati-hatilah."
Tap!!
"Keluar!"
"Emily aku—"
PLAKK!!
"Emily...."
Deg!!
"Allan ....."
"Emily...."
Tap!
"Ah aku harap, kau segera keluar dari sini. Jika tidak,
mungkin aku akan memanggil pihak pengaman untuk
mengeluarkan mu,"tukas Emily sembari memutar
tubuhnya sembari menatap Allan dengan menaikkan
alisnya.
_________________
"Kau bodoh!"
Brakk!!
_______________
Tap!!
Tap!
Emily menarik ponsel Allan, ia melihat sebuah foto
yang menampilkan Gabriel bersama seorang wanita
yang tidak ia kenal di dalam sebuah Club. Mereka
berciuman. Foto tersebut muncul di beranda media
sosial nya, bahkan di beri tanda langsung ke akun
Gabriel yang mulai aktif satu hari.
__________________
"Maksudmu?"
PLAKKK!!
"Pergilah!"
Tap!!
PLAKK!!!
Brakk!!
Gabriel melepaskan satu cengkeramannya dan
meninju sudut bibir Allan hingga pria tersebut jatuh
ke lantai. "Gabriel!"teriak Emily lantang, hingga pria
tersebut menatapnya cepat.
"Emily!"
Brakk!!
Tap!!
Plakk!
Tap!
"Emily..."Klaus langsung mengerutkan kening,
memutar haluan mobilnya dan mengikuti gadis
tersebut sembari memerhatikan keadaan sekitar
yang tampak aman.
Brakk!!!
Namun, mendadak seseorang menendang punggung
Klaus membuat pria tersebut langsung terseok dan
menghantam pagar pembatas.
__________________________
"Nona Emily pingsan karena pukulan di lehernya,
secara garis besar, leher adalah bagian yang memiliki
banyak pembuluh darah, Carotid Artery. Tapi, untuk
saat ini kondisinya tidak fatal, ia akan sadar sebentar
lagi."
"Emily.."
"Hm!"
Tap!!
_____________________
Kriyukkk!
____________________
"Kenapa kau menelpon ku?"tanya Gabriel sembari
mengepal tangannya kuat. Ia baru saja menerima
sebuah panggilan dari Allan dan itu membuatnya
sangat muak.
"Allan kau-"
Tap!!
"Allan-"
___________________
Tap!!
Ceklek!!
______________________
"Tapi?"
"Tidak!"
"Baiklah, jika kau memilih Gabriel maka aku akan
merebut mu, aku akan memaksamu,"balas Allan
membuat Emily menjadi begitu ragu.
"Dan, satu hal lagi Emily. Ini masalah Klaus. Aku tidak
ingin membuat mu berada di dalam bahaya tapi-
Clyde menghilang,"ucap Allan terbata.
"Clyde?"
"Ya! Clyde, kau akan tahu siapa dia jika kau ingat, aku
butuh kau, Clyde juga demikian."
Tap!!
Tap!!!
"Emily........!!!"
Tapp
PLAKKK!!
Emily menampar Allan begitu kuat hingga wajah pria
tersebut langsung berpaling. Rasanya perih,
membuat pria tersebut sedikit lambat mengangkat
wajahnya kembali.
"Emily."
Tap!!
____________________
PLAAK!!
"Ronald!"
"Ariana, jangan membuat ku marah. Aku juga bisa
membunuh mu!"ancam Ronald membuat istrinya
tersebut diam. Ia bergetar ketakutan, apa yang di
lalukan suaminya penuh risiko.
_______________________
"Clair?"
____________________
Deg!!
Keduanya mendadak terdiam sejenak, Emily
langsung menahan bibirnya, respon cepat mulutnya
begitu sinkron dengan apa yang tengah ia pikirkan
saat ini. Nyata dan jelas.
__________________
Tap!!
"Gabriel aku—"
"Keluar dari penthouse ku!"
_________________________
"Emily Kate."
Tap!!
"Kami?"
Deg!!
Emily menahan napas, sialan itu membongkar
rahasianya bersama Clair. Bagaimana jika wanita ini
mengatakan semuanya pada Gabriel. Ia akan
menyakiti pria tersebut.
___________________________
Drrrttt!!
Tap!!
Tap!!
"Kenapa wajahmu?"
"Emily!"
"Tidak aktif!"
________________________
Deg!
Srrukkk!!
Tap!!
"
_______________________
Tap!!
______________________
Chapter 39 : I Promise
Deg!
"Thanks mom."
Takk!!
Benda itu mengenai wajah pria tersebut sangat tepat,
hingga Allan langsung mundur dan memegang
wajahnya yang sakit. Ia mengerang rendah, lantas,
mengumpat panjang di dalam hatinya.
________________
Ceklek!
Chapter 40 : Lavender
Deg!!
Mendadak, jantung Emily berdetak kencang. Ia
menelan ludah, lantas, memalingkan pandangannya
sejenak. "Menikah?"tanya gadis itu ragu.
"Allan aku—"
Tap!
"Terserah!"
Ctak!
Tap!
Klaus menarik kedua paha wanita tersebut, membuka
lebar kedua pahanya sangat manuver, lantas,
memasukinya kembali hingga wanita tersebut
pingsan.
Drrttttt!!!
"Bagaimana—"
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas sekarang,
polisi sedang memburu Clarissa. Mereka menemukan
beberapa bukti kuat atas kejadian ini,"potong Allan
sembari mengeratkan kedua tangannya. Ia memutar
haluan tubuh, menunduk sejenak lantas memijat
keningnya. Ia merasa begitu kehilangan kehilangan.
"Allan...."
"Maksudmu, Frank?"
________________________
Tap!!!
Seketika, Allan menangkap leher Klaus, mencekik nya
kuat sembari melangkah lebih dekat. "Jangan pikir
aku tidak tahu apapun, Klaus. Aku akan mencari bukti
bahwa kau adalah pelaku sesungguhnya,"ucap Allan
tegas tanpa mengalihkan matanya sedikitpun.
"Dasar bodoh!"
Braaakkk!!!!
____________________
"Kenapa?"
"Tapi—"
Tap!!
Ceklek!!
Brakk!!
Tap!!
___________________
_________________________
Keesokan harinya....
Tap!!!
________________
Braaaaakkk!!!
Drrrtttt!!
Mendadak, pria tersebut mengerutkan kening,
menatap tajam layar besar yang ada di mobilnya.
Seseorang menelpon, nomor tidak di kenal. Okay,
sepertinya ini cukup penting. Seseorang yang
mungkin memiliki hubungan terhadap Frank yang
mendadak menghilang.
Tap!!
"Brengsek! Lepaskan—"
"Kau terlalu banyak tahu Allan, itu tidak baik untuk
mu dan istrimu Emily."
"Sialan! Kau!"
Tap!!
___________________
Braakkk!!
Tap!!
"Dua!"
Chapter 44 : Nighmare
Brakk!!
Tap!!
______________________
Braakkk!
____________________
Tap!
Seketika, Ronald Morrone mengangkat tubuhnya,
memutar pandangan dan langsung menatap Allan
yang tidak bicara sedikitpun. "Kau puas?"tanyanya
datar, masih bersama suara yang terdengar bergetar.
Dorrr !!
Dorrr !!
Doorr!!
"Klaus!!!"
Brakk!!
"Allan!!!!"
"Bagaimana bisa?"
Brakk!!!
"Emily aku—"
Tap!!
Ceklek!
"Mom!"
________________________
"Tapi aku—"
Drrrtttt!!!
Chapter 47 : Indonesia
___________________
___________________
__________________
__________________________
"Kau yakin?"
"Allan aku—"
Tap!!
"Kemari lah!"
____________________
____________________
Cup!!
Tap!!
_____________________
Emily terkekeh pelan, merasakan Allan masih
memeluknya erat. Mereka berpindah, masuk ke
dalam kolam bersamaan. Ia tidak takut, pria yang
membuatnya aman ada di dekatnya, memegang erat.
"Allan!!!"
"Syukurlah?"
________________________
Tap!!
"Aku?"tanyanya.
"Allan aku—"
___________________
Cupp!!
"Allan!"
Extra Part!
Tap!!
"Sorry aku—"
___________________
"Allan tapi—"
"Aku—"
"Apa?"
Tappp!!
Brakk!!
"Nona aku—"
Deg!!
"Emily."
"Kenapa?"
"Liburan?"
"Jasm—!"
"Indonesia?"tanya Catherine.
"Oke baiklah!"
_________________
Extra Part
Tap!!
__________________
_______________
"Tapi kau—"
_________________________