Anda di halaman 1dari 29

#####Bab 521 Apa yang sedang kamu lakukan?

Jacky Bai pulang ke rumah dengan perasaan yang tidak nyaman.

Beberapa waktu lalu sesuatu terjadi di rumah. Ketika kembali ke rumah aku kebetulan bertemu kakek
yang sedang sakit keras, sudah seminggu lebih dia tidak tidur. James Bai pun juga mengikutiku pulang.

Setelah dia kembali ke Kota Arola, barulah dia tahu kalau ada masalah sebesar ini.

Hanya saja, sikap Franklin Qin sedikit membingungkan.

James Bai pun pulang, tentu saja dia kembali dan tinggal di vilanya.

Namun kali ini, Franklin Qin tidak pergi mencarinya, begitu juga dengan Jacky Bai.

Meskipun dalam hati Jacky Bai berpikir seperti itu, tapi tangannya sudah menyentuh layar ponsel
untuk melakukan panggilan keluar.

“Cari tahu tentang Franklin Qin, aku ingin selengkap mungkin.”

Baru saja dia menutup teleponnya, panggilan yang lain-pun masuk.

Dia diam membeku sambil menatap nomor telepon yang baru saja masuk. Kenapa begitu cepat
Franklin Qin sudah menghubunginya?

Ini bukan seperti gaya Franklin Qin.

Tapi, dia tetap saja mengangkat telepon itu.

“Malam datanglah untuk makan malam.”

“Malam yah…….” Franklin Qin meminta untuk datang makan, apakah dia harus makan?

“Baiklah.” Franklin Qin menjawab dengan pendek dan langsung menutup telepon.

Mata Jacky Bai melebar, tidak percaya menghadapi orang seperti ini. Jika dia tidak mengenalnya
lebih dari 10 tahun, tidak akan ku anggap dia seperti saudara sendiri. Orang yang dingin dan keras seperti
baja.

Tapi yang paling membuat dia menyesal menganggapnya seperti saudara adalah karena saat dia tiba
di Cloud by The Bay, Franklin Qin tidak datang untuk menemuinya.
Yang dilihatnya hanyalah, Samuel Qin yang duduk di meja makan dengan terampil menggunakan
tabletnya menonton kartun.

Di atas meja sudah penuh dengan makanan, tapi tak satupun yang bergerak, di samping meja ada
pelayan yang berdiri. Semuanya terlihat normal kecuali Franklin Qin yang belum terlihat.

Dalam situasi yang normal ini tiba-tiba Jacky Bai mencium bau yang aneh.

“Samuel!” Jacky Bai menghampiri Samuel Qin dan memanggilnya.

Samuel Qin enggan melepaskan pandangannya dari tablet yang ia pegang, dengan mata hitamnya dia
sedikit berkedip lalu berkata,“Paman Bai”. Kemudian memalingkan lagi pandangannya.

“Ayah kamu dimana?” Jacky Bai bertanya padanya.

Ketika Samuel Qin mendengar kata “Ayah”, dia menggerakkan alis kecilnya dan berkata: “Pergi.”

“Pergi kemana?” Jacky Bai terlihat bingung.

Apa yang ingin dilakukan Franklin Qin? Secara khusus meneleponnya, menyuruhnya datang untuk
makan, tapi dia sendiri malah sebaliknya tidak datang.

“Telepon.” Samuel Qin menatap ke arah Jacky Bai, tapi Jacky Bai tidak tahu berada dimana ponsel
itu, lalu Samuel Qin memberikan ponselnya.

Jacky Bai merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat, di layar ponsel itu hanya ada nomor
teleponnya dan Emily Su.

Dia mengerti, ini adalah ponsel khusus yang disediakan Franklin Qin untuk anaknya.

Tunggu tunggu, Samuel Qin masih sangat kecil, kenapa memberinya ponsel?

Dia tidak ambil pusing lagi, kemudian mengambil ponsel Samuel Qin dan langsung menghubungi
Franklin Qin.

Dia terhubung dengan cepat.

Suara Franklin Qin yang berat dan rendah: “Halo?”

Begitu mendengar suara Franklin Qin, dia menarik nafas dalam-dalam, duduk di kursi, membuka
kakinya lalu berkata: “Apa yang kamu lakukan? Menyuruhku untuk datang ke rumah mu makan, tapi
kamu tidak datang? Malah menyuruh Samuel anak kecil seorang diri menemaniku?”
Franklin Qin dengan tenang berkata: “Aku tidak mengatakan bahwa akan makan bersama denganmu.
Biarkan Samuel menemanimu makan saja. Ngomong-ngomong bantu aku menjaganya, sekarang aku
sedang dalam pesawat dan sebentar lagi akan lepas landas.”

Mendengar nada bicaranya, dia seperti akan segera menutup teleponnya.

Jacky Bai yang kebingungan, akhirnya hanya bertanya: “Kamu mau pergi kemana?”

“Pergi ke Negara J.”

“Mau melakukan apa ke Negara J?”

“Mencari Emily Su.”

“……”

“Baiklah, pesawat sudah mau lepas landas, sampai jumpa.”

“Jadi kapan kamu akan kembali, Halo…….”

Namun, dari sisi lain ponsel merespons dengan nada sibuk.

Franklin Qin menutup teleponnya.

Jacky Bai tak mampu berkata-kata lagi dan menggelengkan kepalanya, Apa-apaan ini!

Dia berpikir Franklin Qin benar-benar mengundangnya datang untuk makan malam, tapi dia malah
menggali lubang untukku lompat ke dalamnya.

Jacky Bai menoleh ke arah Samuel Qin, melihat wajahnya yang sangat menyerupai Franklin Qin,
tidak kuasa meremas ringan kepala Samuel: “Ayahmu berusaha membunuhku ya?”

Samuel Qin hanya menatap dengan tatapan kosong: “Lapar.”

“Kalau begitu ayo kita makan, jangan menonton lagi.” Jacky Bai berkata, lalu mengambil tablet yang
ada di depannya.

Dia mengambil tablet, Samuel Qin tidak menangis tetapi duduk dengan rapi, sambil menunggu Jacky
Bai memberinya makanan.

“Ayah dan Ibumu semua pergi, untuk kedepannya kita harus saling bergantungan. Kamu lihatkan
ayahmu itu begitu kejam, menyerahkan mu begitu saja padaku, kalau tidak putuskan saja hubungan ayah
anak antara kalian…….”
Saat Jacky Bai menghidangkan makanan untuknya sambil bergumam.

Meskipun dalam hati dia menggerutu, tapi Franklin Qin menitipkan putranya padanya, berarti dia
sangat percaya padaku.

Meskipun kadang-kadang dia tidak tahan dengan temperamen Franklin Qin, namun bagaimanapun
juga dia sudah kuanggap sebagai saudara sendiri selama bertahun-tahun.

Samuel Qin mungkin benar-benar lapar. Dia mengubur dirinya dalam makanan dan makan dengan
mulut besar, untuk celotehan Jacky Bai, dia betul-betul tidak mengerti sama sekali

Tidak lama kemudian, pesan masuk dari Franklin Qin: Samuel aku percayakan padamu, kali ini
sangat mendesak, nanti jika ada kesempatan akan aku jelaskan. Terima Kasih.

Melihat pesan itu, amarah dalam hati Jacky Bai pun menghilang

Raut wajahnya pun terlihat bangga.

Franklin Qin jarang berterima kasih padanya dengan sungguh-sungguh. Kali ini, sepertinya bukan
masalah yang mudah.

……

Istana Merovingian sangat besar dan ada banyak orang. Berdasarkan pengetahuan Emily Su, mungkin
ada ratusan orang yang tinggal di dalam istana, semuanya berhubungan dengan Dinasti Merovingian

Ada juga beberapa kerabat yang tidak begitu dekat dan tidak tinggal di dalam Istana.

Emily Su tinggal di tempat yang sangat sunyi, orang yang tinggal di gedung itu juga sangat sedikit
dan di bagian pekarangan terdapat ayunan.

Sejak tiba di sini, dia tidak pernah melihat Abraham lagi dan dia juga tidak tahu apakah Abraham
benar-benar sibuk atau berusaha menghindarinya.

Tapi tetap saja dia benar-benar merasa cemas.

Dia sungguh merindukan Samuel Qin, yang sudah seperti anaknya sendiri.

Dia juga mengikuti perkembangan berita lokal selama beberapa hari terakhir. Insiden Franklin Qin
menghilang tanpa jejak. Kemarin, otoritas terkait juga mengumumkan berita terbaru, bahwa Franklin Qin
tidak bersalah dan pembunuh yang sebenarnya sudah dijatuhi hukuman mati.

Kecepatannya berita itu sangat cepat, hingga membuatnya tak bisa berkata-kata.
Franklin Qin sekarang sudah bebas, Jadi apakah dia akan membawa Samuel Qin ke Istana
Merovingian?

“Maaf, Nona Su sedang beristirahat…….”

Ada suara pelayan yang berasal dari luar. Emily Su pun berbalik berdiri dan berjalan keluar.

Dia membuka pintu dan melihat seorang pemuda berdiri di depan pintu sedang berbicara dengan
pelayan wanita.

Pemuda itu mengenakan setelan jas, fitur wajah yang dalam, kulit putih, rambut hitam dan seperti ras
campuran. Matanya yang cokelat disertai dengan senyum yang sangat menawan.

Emily Su mengembalikan penglihatannya, melihat ke arah pelayan wanita itu dan bertanya: “Apa
yang sedang terjadi?”

#####Bab 522 Perilaku yang tidak masuk akal

Setelah mendengarkan kata-kata Emily Su, pelayan itu berbalik untuk melihat pemuda itu lalu kembali
menatap Emily Su dan berkata: “Nona Su, dia adalah Tuan Austin.”

Tuan Austin?

Emily Su sedikit mengernyitkan dahinya lalu melihat ke arah pemuda yang bernama “Tuan Austin”
itu.

Ketika Emily Su sedang mengamati pemuda itu, begitu pula dengan pemuda itu sebaliknya sedang
mengamatinya juga.

Dia berbicara menggunakan bahasa Mandarin yang kurang sesuai: “Betul, seperti apa yang dikatakan
pelayan-pelayan, Nona Su adalah……wanita cantik.”

Seperti orang asing yang berbicara bahasa Mandarin pada umumnya, intonasi yang dia gunakan
sedikit aneh. Saat berbicara dan menggunakan idiom, dia terhenti di tengah-tengah. Sangat terlihat dia
tidak terlalu terbiasa menggunakan idiom, tapi dia berusaha memamerkannya di depan Emily Su.

Bahasa Mandarin adalah bahasa yang sulit dipelajari. Lalu dia masih berusaha untuk menggunakan
idiom hanya untuk memamerkan kecerdasannya yang luar biasa.

Emily Su hanya menyunggingkan senyum tipis dengan ekspresi dingin dan menjauh: “Tuan, aku
tersanjung.”
Ketika dia mengikuti Abraham ke Istana Merovingian, dia keluar untuk bertemu dengan para pelayan
dan keturunan Dinasti Merovingian lainnya. Namun Emily Su, seperti kebanyakan orang susah
membedakan orang asing dan dia tidak memperhatikannya pada saat itu. Abraham juga tidak
memperkenalkan padanya, jadi dia tidak tahu dia ini siapa dan itu siapa.

Dia tidak tahu apakah orang-orang itu sudah mencari tahu tentang latar belakang dia, tapi dalam 3
hari ini selama dia pergi ke Istana Merovingian, tidak ada seorangpun dari Dinasti Merovingian yang
datang untuk mencarinya, yang datang hanyalah para pelayan.

Hari ini adalah pertama kalinya.

“Tuan?” Pemuda itu mengulangi kata-kata Emily Su, kemudian tertawa seolah mendengar sesuatu
yang menarik.

Mata Emily Su terlihat sedikit waspada.

Tampaknya dia menyadari peringatan dari mata Emily Su. Kemudian dia berusaha tersenyum, lalu
mengulurkan tangannya dan berkata: “Nona Su, Halo, Saya Austin Qin, menurut Generasi Qin kamu
harus memanggil saya Paman.”

Pelayan yang berada di samping mereka tidak kuasa lagi dengan malu berkata: “Tuan Austin, Nona
Su dia…….”

Saat Austin mendengarnya, dia hanya bisa melihat ke atas dan tersenyum pada pelayan itu. Wajah
pelayan itu memerah.

Paman?

Tenggorokan Emily Su membeku, orang ini adalah Paman Franklin Qin?

Tuan Austin? Austin Qin?

Paman Franklin Qin, Adik Laki-Laki Lina Qin, Anak Abraham?

Mau dilihat dari manapun tetap terlihat sangat muda? Terlihat seperti seusia Franklin Qin.

Austin Qin tampaknya sangat puas dengan kejutan yang terlihat di wajah Emily Su. Dengan cara
berlebihan dia meletakkan tangannya di dada, dengan postur yang elegan dan mulia berkata: “Betul, saya
adalah anak ke 4 dari Augsburg, nama Mandarin saya adalah Austin Qin.”

Emily Su menyadarkan kembali pikirannya, dengan takjub berkata: “Tuan Qin, Halo, Apa yang bisa
saya lakukan untuk anda?”
Saat Emily Su datang ke Istana Merovingian, Abraham menggantungnya lagi. Dia tidak tahu apa-apa
dan tidak boleh sembarangan memanggil Paman pada orang yang muncul tiba-tiba, bahkan jika dia benar-
benar Paman Franklin Qin.

Abraham selalu ingin mengendalikan Franklin Qin dan ingin dia mengambil alih Dinasti
Merovingian. Pertama-tama, Franklin Qin tidak ada sedikitpun niatan untuk mengambil alih Dinasti
Merovingian. Dan apakah orang-orang Dinasti Merovingian akan membiarkan begitu saja Abraham
mengatur semuanya?

Karena jawabannya masih negatif, jadi dia sekarang belum yakin apakah Austin Qin yang datang
kepadanya dengan niatan baik.

“Apakah orang dari Negara Z saat bertemu dengan kerabatnya selalu begitu sopan?” Wajah Austin
Qin masih tersenyum. Wajah tampan itu terlihat seperti orang yang keluar dari lukisan cat minyak.
Terlihat sangat bersinar-sinar.

Dia berbicara dengan mulut, namun tangannya tetap tidak bisa diam.

Saat Emily Su ingin merespons, dia sudah terlanjur diseret olehnya.

Emily Su mengencangkan hatinya dan menatapnya dengan dingin: “Apa yang mau kamu lakukan?”

Austin Qin terlihat seperti menikmati ekspresi Emily Su. Dia menarik tangannya dan mendorongnya
ke sisinya. Tentu saja Emily Su langsung memukulnya.

Tinggi Austin Qin tidak lebih pendek dari Franklin Qin. Emily Su tidak sengaja membentur ke dada
Austin dan menyakiti hidungnya.

Emily Su menggertakkan gigi: “Saya tidak tahu, kalau pria-pria di Negara J akan melakukan tindakan
tidak masuk akal ketika melihat seorang wanita.”

Austin Qin mengangkat alisnya dan menatap Emily Su selama beberapa saat. Lalu berkata:
“Kamu…..”

“Lepaskan dia!”

Pada saat itu, suara laki-laki datang dari seberang koridor.

Suara langkah kaki yang semakin mendekat dan sedikit tergesa-gesa, menunjukkan kegugupan
pemiliknya.

Emily Su berusaha mendongak untuk melihat, dengan satu lirikan dia terdiam membisu. Melihat
sosok tinggi yang akrab dilihatnya semakin mendekat.
Pria itu mendekat dengan cepat.

Begitu dia mengulurkan tangan lalu menarik Emily Su dari Austin Qin, menariknya ke belakang
punggungnya, memandang Austin Qin dengan sikap posesif, suaranya dingin: “Apakah kamu tidak
mendengar saya? Saya menyuruhmu melepaskannya!”

Dia tidak mempedulikan sikap dingin Franklin Qin, dan bahkan mengulurkan tangannya dengan
senyum di wajahnya yang semakin lebar: “Franklin Qin, lama tidak berjumpa.”

Emily Su berdiri di belakang Franklin Qin. Dia memiringkan kepalanya dan untuk melihat perbuatan
Austin Qin. Dia terkejut dan melirik ke atas melihat tanggapan Franklin Qin.

Dia melihat raut wajah Franklin Qin yang masih kaku dan merasakan tubuhnya sedikit bergerak. Tapi
dia juga tidak mengelak pelukan dari Austin Qin.

Pelukan dari Austin Qin sangat singkat, hanya seperti pelukan formalitas.

Namun Emily Su yang berdiri di belakang Franklin Qin merasa tubuhnya membeku.

Dia sedikit bingung, apakah hubungan antara Franklin Qin dan Austin Qin ini baik atau buruk?

Austin Qin masih tersenyum: “Karena kamu sudah datang, maka aku tidak akan mengganggu
pertemuan kalian. Pada pukul delapan malam, kita akan makan malam bersama, di tempat lama.”

Tidak tahu apakah ini hanya ilusinya saja, tapi dia merasa kalau penampilan Austin Qin seperti anak
yang baru saja berhasil membuat keonaran.

Dia tampak sangat bangga.

Franklin Qin yang berdiri di hadapannya seperti mengalami tekanan darah rendah.

Saat itu Franklin Qin berbalik dan menariknya ke arah kamar: “Ayo masuk.”

“Hei, Dia…..” Emily Su diseret masuk ke dalam bersamanya, mau tidak mau melihat ke arahnya.

Dan baru saja Austin Qin berkedip ke arah Emily Su.

Emily Su hanya bisa tertegun dan kemudian dia merasakan pria yang menggenggam tangannya
semakin mengencangkan genggamannya.

Dia di dorong masuk oleh Franklin Qin dan pintu kamar dibanting menutup.

Emily berusaha membalikkan badan, namun Franklin Qin yang berdiri di belakangnya, memeluknya
dengan erat.
Lalu berbisik: “Beberapa hari ini, bagaimana kabarmu?”

Dia menyandarkan kepalanya dan berbicara dengan Emily Su, hawa panas menghembus ke
telinganya. Emily Su tak bisa melakukan apapun dan pasrah: “Sangat….sangat bagus.”

Franklin Qin mengulangi perkataannya, dengan rasa bahaya yang tidak bisa dijelaskan dalam
nadanya: “Sangat bagus?”

#####Bab 523 Siapa pemenangnya?

Emily Su menyadari apa yang terjadi dan buru-buru menjawab: “Aku sangat merindukanmu dan
Samuel.”

Mendengar kata-kata itu Franklin Qin mendengus dingin, menggigit telinga Emily Su dan berkata:
“Keberaniamu sangat besar, aku tidak membiarkanmu melakukan apapun tapi kamu selalu berusaha
melakukan semuanya, Samuel dibandingkan kamu lebih menurut.”

Emily Su sudah tidak tahan lagi, tubuhnya menggigil, suaranya pun bergetar: “Tidak, tidak….”

“Masih mau bilang tidak, kalau kamu mendengarkan apa yang ku katakan, apa sedang kamu lakukan
sekarang disini?” Franklin Qin berkata lalu melepaskannya.

Akhirnya bebas dari pelukannya, mau mengambil dua langkah ke depan dan ingin menatap ke arah
Franklin Qin. Tiba-tiba dia digendong dan dilempar ke tempat tidur olehnya.

Meskipun tempat tidurnya terasa sangat lembut, tapi tetap saja dia merasakan benturan dari bantingan
beberapa detik lalu. Lalu dia bangkit dan berkata: “Aku….masih ada yang ingin…. ku katakan.”

Franklin Qin mengulurkan jari dan menyentuh bibirnya, lalu berkata dengan suara pelan: “Mau
mengatakan apapun sudah terlambat, sekarang aku akan menghukummu karena tidak patuh.”

Selesai berbicara, dia mulai melucuti baju Emily Su.

“Hei, Kamu…….bertemu…….” Belum sempat Emily Su menyelesaikan kalimatnya, Franklin Qin


sudah menciumnya.

Dia benar-benar ingin menanyakan banyak hal.

Misalnya, bagaimana bisa dia datang begitu cepat? Padahal banyak hal yang harus diurusnya di Kota
Arola dan juga Samuel, kenapa mereka tidak datang bersama-sama?

Namun, semua ini hanya bisa ditanyakannya saat Franklin Qin selesai.
……

Hasilnya, ketika Emily Su terbangun saat langit sudah senja.

Di kamar yang dia tempati dipenuhi oleh cahaya matahari yang mau terbenam, oranye keemasan yang
menghangatkan.

Suara hembusan nafas Franklin Qin yang stabil dan panjang terdengar jelas di telinga Emily Su.
Dia kemudian memutar badannya dengan pelan, tapi tangan besar yang sedang merangkul
pinggangnya sedikit menguatkan rangkulannya.

Dia berbalik badan untuk melihat wajah Franklin Qin yang terlihat sedikit mengerutkan alisnya, lalu
menyentuh pelan alis Franklin Qin.

Sudah hampir setengah bulan aku tidak bertemu dengannya, dia terlihat lelah dan kurang tidur.
Wajahnya pun sangat tirus.

Emily Su menyentuh dahi antara alis Franklin Qin dan ketika dia menyentuh hidungnya, Franklin Qin
terbangun.

Franklin Qin dengan mata yang menyipit, menatap ke arah Emily Su dan berbicara dengan suara yang
serak. Dia meletakkan tangannya di bibir Emily Su dan menciumnya sebelum bertanya: “Jam berapa
sekarang?”

Emily Su menjulurkan tangan dan meraba-raba tempat di samping lalu menemukan arloji.

Karena tadi Franklin Qin sangat tidak sabaran, hasilnya pakaian dan aksesoris yang dia kenakan
berserakan dimana-mana.

Memikirkan hal itu pipinya jadi memerah, Emily Su lalu melihat jam dengan tatapan serius.

“Hampir jam 6.” Saat musim panas hari lebih lama daripada malam dan sekarang matahari terbenam
dengan perlahan.

“Austin Qin mengundang kita untuk makan malam pukul 8 malam, masih ada waktu 1 jam lagi untuk
kita tidur dan bangun.” Franklin Qin terlihat sangat mengantuk, dia masih menutup matanya sedikit. Dia
kemudian mengulurkan tangannya dan mengubur Emily Su dalam pelukannya.

“Aku sudah tidak ingin tidur.” Emily Su sedikit meronta dalam pelukannya.

Dia dalam beberapa hari ini tidur lebih awal dan bangun lebih awal juga, dia juga tidur siang
beberapa saat. Jadi sekarang dia tidak mengantuk sama sekali.
Lagipula jika nanti dia mau keluar, dia harus keluar pertama kali sebelum Franklin Qin.

“Tidur denganku sebentar, semenjak aku keluar aku tidak pernah menutup mata….aku selalu
khawatir….” belum selesai dia berbicara, suaranya semakin pelan, pelan dan kemudian menghilang.

Sudah tiga empat hari semenjak dia keluar, dan tidak pernah menutup mata?

Karena dia khawatir pada Emily Su, makanya dia datang ke Negara J. Padahal dia harus menempuh
perjalanan 10 jam lebih untuk sampai kesini…….

Franklin Qin bukan orang yang bodoh, dia pasti tahu tujuan Abraham membawa Emily Su ke Negara
J. Tapi Emily Su tetap tidak tahu apa yang dikhawatirkannya.

Karena perkataan Franklin Qin, Emily Su tidak tega untuk mengganggunya. Dia pun akhirnya
menemaninya berbaring.

Tepat pukul 7, Emily Su sudah sibuk bersiap-siap untuk mandi dan menyuguhkan air pada Franklin
Qin. Franklin Qin seperti memiliki alarm hidup, yang akhirnya membuat matanya terbuka lebar.

“Sudah pukul 7?” Franklin Qin berkata samar-samar sambil duduk di pinggir tempat tidur.

Rambutnya sangat pendek, bahkan setelah bangun tidur masih terlihat rapi. Wajahnya terlihat lebih
segar setelah tidur beberapa jam.

Emily Su duduk di sampingnya sambil memegangi selimut: “Eh...”

Dia berbalik ke arah Emily Su, mengelus kepalanya dan berkata dengan nada seperti anak kecil:
“Pergi dan mandi sana.”

Rona wajah Emily Su berubah jadi merah: “Kamu duluan saja yang mandi.”

Franklin Qin menatapnya selama beberapa detik, kemudian berkata: “Kalau begitu, ayo kita mandi
sama-sama.”

Dia tidak memberikan Emily Su kesempatan untuk menolak, dia berbalik bangkit dan langsung
menggendong Emily Su masuk ke kamar mandi.

Saat mereka berdua selesai mandi, tampilan dalam kamar sudah terlihat baru.

Kekacauan yang di lakukannya bersama Franklin Qin sudah dibersihkan.

……
Setelah mereka berganti pakaian dan keluar, barulah Emily Su memiliki kesempatan untuk bertanya
tentang Samuel Qin.

Begitu Emily Su masuk ke dalam mobil, dia bertanya: “Kamu datang sendirian? Samuel?”

Franklin Qin memasangkan sabuk pengaman untuknya, dan raut wajah dingin: “Biarkan Jacky Bai
yang mengurusnya.”
Mendengar perkataan itu, hati Emily Su merasa lega.

Menurutnya akan lebih baik bagi Samuel Qin berada di rumah daripada datang ke Negara J.

Dia kemudian berpikir kalau dia tidak pernah mendengarkan kata-kata Franklin Qin, kemudian
dengan suara pelan berkata: “Maaf.”

“Bahkan jika kamu tidak melakukan ini, aku juga tetap akan kembali ke Istana Merovingian, tidak
usah terlalu dipikirkan.” Franklin Qin mengelus kepala Emily Su, namun dari sorot matanya ada emosi
yang tidak bisa dijelaskan.

“Ini hanya hukuman kecil, kamu seharusnya tidak terlalu mempercayai Abraham.” Franklin Qin lalu
mencubit hidung Emily Su.

Emily Su berusaha mendorongnya: “Sakit…….”

“Kalau kamu tahu itu sakit, kamu harus mengingatnya.” Franklin Qin melepaskan tangannya,
menyalakan mesin lalu segera melaju ke tempat Austin Qin.

Sesungguhnya, hari dimana Franklin Qin keluar dari penjara, dia sudah tahu kalau Emily Su diikuti
oleh Abraham pergi ke Negara J. Saat itu dia sangat marah.

Tapi dengan segera dia sudah merasa tenang.

Masalah ini sudah sampai pada tahap ini dan hanya bisa salah satu pihak mengambil inisiatif untuk
menyerang atau mengalah.

Jika masalah antara dia dan Abraham tidak bisa terselesaikan, dia tahu hidupnya tidak akan pernah
tenang. Kesabaran Abraham jauh lebih baik daripada apa yang Franklin Qin bayangkan.

Franklin Qin berpikir sejak 2 tahun lalu, bahwa dia dan Abraham telah saling memahami untuk tidak
saling campur tangan dalam kehidupan masing-masing. Namun itu sepertinya hanya apa yang ada di
pikiran Franklin Qin saja.

Apalagi kakeknya ini juga terlalu percaya diri.


Terkadang, apabila salah satu pihak tidak berusaha mengambil inisiatif terlebih dahulu, dia akan
kehilangan kesempatan.

Masalah seperti ini sampai akhir pun tidak akan yang bisa menebak siapa yang akan jadi
pemenangnya.

……

“Tempat Lama” yang di maksud Austin Qin adalah restoran pada umumnya, daerahnya sangat kecil,
dekorasi pun tidak terlalu mencolok.

Setidaknya, menurut pandangan Emily Su, tempat seperti ini tidak terlalu cocok dengan gaya
Franklin Qin dan Austin Qin.

Emily Su benar-benar ingin tahu hubungan antara mereka berdua ini.

#####Bab 524 Dia tidak punya prinsip

Begitu mereka berdua masuk, seorang pelayan datang menghampiri mereka.

“Selamat Datang, Tuan.”

Pelayan hanya mengatakan kalimat jamuan singkat itu, langsung mengantar Franklin Qin dan Emily
Su masuk ke dalam.

Dari gerak-geriknya, pelayan itu sepertinya mengenali Franklin Qin.

Baru setelah mereka berdua duduk, Emily Su mendapat kesempatan untuk bertanya: “Ada hubungan
apa kamu dengan Austin Qin? Dia bilang kalau dia adalah pamanmu, apakah hubungan kalian baik satu
sama lain?”

Pertanyaan ini sepertinya cukup sulit untuk dijawab, Franklin Qin terlihat sedikit mengernyit dan
berpikir sejenak sebelum berkata: “Dia sebelumnya memanggilku kakak.”

Bagaimana menjelaskan nada bicara ini, sedikit pun sangat sulit untuk dimengerti.

Emily Su bingung dengan apa yang barusan dikatakan Franklin Qin.

Austin Qin harus memanggil Franklin Qin kakak? Tapi Austin Qin juga bilang, Franklin Qin
harusnya memanggil dia Paman.

Hubungan mereka ini sepertinya sedikit berantakan.


Ketika Emily Su bertanya lebih lanjut, Franklin Qin tidak mempedulikannya lagi.

Kebetulan juga, Austin Qin akhirnya datang.

“Franklin Qin, Nona Su.” Ketika Austin Qin duduk, dia menyapa dengan senyuman.

Austin Qin mengenakan kemeja merah muda. Namun karena postur tubuhnya yang besar, dia
sedikitpun tidak terlihat seperti wanita.

Emily Su mengangguk dengan sopan: “Halo.”

Mau bagaimanapun juga hubungan mereka berdua ini terlihat tidak normal.

Kalau tidak, tidak mungkin mereka berdua bisa makan bersama di “Tempat Lama”.

Tapi Franklin Qin hanya mengabaikan Austin Qin.

Tapi Austin Qin juga tidak terlalu peduli.

Begitu Austin Qin duduk, dia langsung berbicara pada dirinya sendiri: “Saat saya bertemu Nona Su
untuk pertama kalinya. Anda sangat cantik. Saya selalu berpikir kalau anda akan jatuh ke tangan
Elizabeth Gu, saya tidak mengira….”

Begitu mendengar nama Elizabeth Gu disebut, Franklin Qin mengangkat kepalanya dan bertanya:
“Apakah kamu melihatnya baru-baru ini?”

“Elizabeth Gu?” Bahasa Mandarin Austin Qin sedikit aneh. Kata terakhir “Yan”, dia menggunakan
intonasi nada 4 dalam Bahasa Mandarin. Mendengarnya saja sudah terdengar lucu.

Tapi ini tentang Elizabeth Gu, jadi dia tidak merasa ini lucu sama sekali.

“Apa maksudnya ini? Elizabeth Gu benar-benar akan muncul?” Emily Su bertanya dengan lantang.

Mendengar pertanyaan Emily Su, Austin Qin menjawab: “Kamu ingin bertemu dengannya? Saya
akan memintanya menemuimu di kemudian hari.”

Mendengar itu, Emily Su menoleh dan melihat ke arah Franklin Qin.

Pada waktu itu Elizabeth Gu menghilang dari Istana Merovingian dan Emily Su sudah kembali lebih
dulu ke Negara Z. Franklin tetap tinggal disini untuk beberapa saat, namun karena sesuatu terjadi pada
Emily Su di Kota Arola. Dia bergegas pergi.

Tentang Elizabeth Gu, tertinggal begitu saja.


Kali ini, Abraham membeberkan berita tentang Elizabeth Gu, sehingga berita tentang Franklin Qin
dikesampingkan.

Namun satu hal yang tidak dimengerti Emily Su adalah ini hanyalah rencana yang dipikirkan
Abraham atau mungkin dia sudah menghubungi Elizabeth Gu lebih dulu.

Dari perkataan Austin Qin sudah dipastikan kalau Elizabeth Gu memiliki hubungan dengan Istana
Merovingian, jika tidak tidak mungkin dia dengan gampang bisa mengatakan akan membantu Emily Su
bertemu dengan Elizabeth Gu.

Franklin Qin memperlihatkan raut wajah yang tenang, tapi tidak mengeluarkan sepatah-katapun.

Austin Qin juga menyadari kalau suasana di meja ini sudah berubah sejak dia menyebutkan nama
Elizabeth Gu.

Dia mengangkat alisnya seolah-oleh memahami sesuatu, kemudian dia melanjutkan percakapan lalu
matanya jatuh pada Emily Su.

“Terakhir kali kalian datang ke Negara J, saya sedang memberi kuliah di salah satu universitas di luar
negeri. Saya tidak punya kesempatan untuk pulang dan bertemu dengan kalian dan juga tidak bisa
bertemu dengan si kecil. Sekarang akhirnya tersampaikan. Ngomong-ngomong, Anak kalian dimana?
Kenapa tidak bersama kalian datang kemari?”

Setelah itu dia menatap ke arah 2 orang yang ada di depannya.

Bagaimanapun juga Emily Su cukup terkejut dengan kata-kata “Si Kecilmu” .

“Dia masih sangat kecil, takut dia tidak bisa beradaptasi dengan kondisi di kota ini.” Franklin Qin
menanggapinya dengan santai.

Lalu, Austin Qin masih ingin mengatakan sesuatu tapi kemudian ponselnya berdering.

Dia mengangkat teleponnya, raut wajahnya terlihat kurang sabar tapi suaranya terdengar intim:
“Sayang, aku sekarang sangat sibuk, nanti malam aku akan pergi mencarimu….”.

Mendengar itu, Emily Su tidak tahan lagi untuk melihat dan menatap ke arah Austin Qin, dia berpikir
orang ini terlihat agak mirip dengan Jacky Bai.

Apakah Franklin Qin dilahirkan untuk berteman dengan playboy?

Apa yang dipikirkan Emily Su betul, Austin Qin memang playboy.


Karena selama makan, Austin Qin sudah menerima lebih dari 5 panggilan masuk dari wanita dan
memanggil mereka semua dengan panggilan “Sayang”, dan dia beberapa kali salah menyebut nama
mereka tapi tetap saja bisa lolos.

Emily Su terkejut ketika Franklin Qin memberinya makanan: “Cobalah, dulu saat aku pergi ke
Negara J, aku sering datang kesini untuk makan. Ini sangat enak.”

Emily Su meliriknya, dia tahu Franklin Qin mau dia untuk makan dan tidak menanyakan apapun
tentang Austin Qin.

Makan malam ini cukup harmonis.

Austin Qin membicarakan banyak hal dan terus saja berbicara. Selain tentang Elizabeth Gu,
percakapan lainnya hanyalah obrolan ringan.

Di akhir pertunjukannya, Austin Qin melambai kepada mereka: “Aku mau pergi berkencan, sampai
jumpa.”

Emily Su tidak tahan lagi sampai akhirnya mengatakan: “Dia mengingatkanku pada Jacky Bai.”

Mendengar kata-kata itu Franklin yang sedang membuka pintu mobil, berbalik dan berkata: “Jacky
Bai berbeda dengan dia.”

Kemudian, dia menjelaskan pada Emily Su bagaimana bisa dia dan Austin Qin bisa berkenalan.

“Ketika aku mengenalnya, dia sedang dikejar dan akan dibunuh, karena berhutang pada lintah darat.
Saat itu suasana hatiku sedang tidak bagus. Aku membantunya menyelesaikan beberapa masalah…….”
berbicara sampai sini Franklin Qin terdiam sesaat.

Isi kepala Emily Su berputar sangat cepat: “Lalu, makanya dia memanggilmu kakak?”

Wajah Franklin Qin terlihat gelap: “Tidak butuh waktu lama untuk dia dikenali oleh orang luar, dia
adalah anak haram kakekku.”

Emily Su tidak tahan untuk berseru: “Bukankah ini terlalu kebetulan?”

Franklin Qin mendengus dingin, membuka pintu mobil lalu duduk.

Emily Su yang duduk di sisi lain, memandangi wajahnya mulai terlihat menggerutu, dan bertanya
tanpa takut: “Jadi, dia benar-benar adalah pamanmu?

Franklin Qin berbalik untuk menatapnya, matanya gelap, suaranya dalam: “Emily Su!”
“Kamu bilang dia berbeda dengan Jacky Bai, bagian mananya yang berbeda?” Emily Su dengan cepat
mengalihkan topik pembicaraan.

Franklin Qin meliriknya dan menjelaskan: “Dulu Jacky Bai suka meluluhkan hati wanita, itu sudah
sikap pria, sedangkan Austin Qin……”

Dia berpikir sejenak sebelum menyelesaikan kalimatnya: “Dia itu tidak memiliki prinsip.”

Emily Su mengangguk pelan, sepertinya, dia mungkin mengerti maksud Franklin Qin.

……

Mereka berdua tidak langsung kembali ke Istana Merovingian. Franklin Qin membawanya pergi ke
dekat sungai untuk melihat langit malam.

Mau bagaimana indahnya pemandangan langit malam di negara lain, tetap saja ini bukan di Kota
Arola.

“Aku ingin menelepon Jacky Bai.” Emily Su bergumam sambil bersandar di pagar.

Franklin Su sempat membeku sesaat, dia mengerti perasaan Emily Su yang begitu merindukan
Samuel Qin, dia melihat jam dan mengatakan: “Kamu bisa menghubunginya, sekarang sedang pagi hari
di Negara Z.”

Mata Emily Su seketika berbinar-binar mendengar kata-kata Franklin Qin.

Melihat cahaya yang bersinar memantul dari mata Emily Su, wajahnya melemah. Dia lalu
mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Jacky Bai.

#####Bab 525 Anda senang saja sudah cukup

Setelah Franklin Qin menekan nomor teleponnya, dia lalu memberikannya pada Emily Su.

Emily Su mengeraskan suaranya dan menunggu Jacky Bai mengangkat teleponnya.

Jacky Bai mungkin sedang sibuk. Butuh waktu lama untuk menjawab telepon. Begitu panggilannya
tersambung, dia berkata dengan suara keras: “Kamu akhirnya tahu cara menelepon!”

Nada suaranya terdengar tidak baik dan Emily Su bisa mendengarnya.

Meskipun dia tidak tahu apa yang terjadi antara dia dan Franklin Qin, dia kemudian berbicara setelah
beberapa saat terdiam: “Ini aku.”
Dari sisi lain telepon itu terdiam untuk beberapa saat dan kemudian terdengar suara Jacky Bai dengan
sedikit tawa: “Oh kamu, kamu sudah bertemu dengan Franklin Qin?”

“Ng, betul, dia baru saja sampai hari ini, kamu…sedang sibuk tidak? Samuel dimana?” Emily Su
langsung menjelaskan niatnya.

“Dia sedang bersama dengan Anna, aku akan memberitahunya untuk menghubungimu nanti atau
kamu saja yang langsung menghubunginya. Aku hanya ingin membicarakan beberapa hal dengan
Franklin Qin.”

“Baiklah.”

Emily Su menjawab dan mengembalikan ponselnya pada Franklin Qin: “Ada yang ingin dia katakan
katanya.”

Franklin Qin mengangkat alisnya dan mengambil ponsel itu.

Emily Su mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi Anna

“Emily!” Anna menjawab telepon dan nada terkejut.

“Ng, ini aku….”

Keduanya berdiri di tepi sungai, menyelesaikan panggilan telepon mereka dan kemudian berjalan
kembali menuju tempat parkir.

……

Ini masih terlalu pagi untuk kembali ke Istana Merovingian

Setelah tadi mendengar suara Samuel Qin, Emily Su seperti kehilangan arah, wajahnya juga terlihat
pucat.

Franklin Qin menuntunnya masuk ke dalam. Begitu mereka berdua sampai di depan pintu, langkah
Franklin Qin sedikit terhenti.

Emily Su mendongak ke atas dan melihat Fandy yang menggunakan seragam yang rapi, seperti
sedang menunggu kedatangan mereka dengan tegap dan penuh hormat. Ketika Fandy menyadari mereka
memandang padanya dia lalu membungkuk dan berkata: “Tuan Franklin Qin, Nona Su.”

Fandy benar-benar membungkuk sampai 90 derajat.

Terlihat seperti hal yang biasa saja. Tapi dia melakukannya dengan cermat dan alami, terlihat seperti
dia sudah berlatih berkali-kali.
Membuat mata Emily Su sedikit berkedip.

Sebelumnya dia sudah pernah bertemu Fandy beberapa kali, dia selalu berada di kota ini. Meskipun
berperilaku sangat hormat dan patuh. Dia tidak sepertinya dirinya sendiri, dia terlihat seperti terjebak
dalam kandang, setiap kata dan perilakunya semua sudah diatur.

Suasana hati Emily Su tiba-tiba menjadi berat.

Dia sudah berada di sini selama beberapa hari, walau tidak mengenali pelayan-pelayan disini tapi dia
selalu bisa bergaul dengan mereka. Meskipun dia berpikir sudah mulai memahami aturan dan beban yang
dibawa Dinasti Merovingian sebagai keluarga bangsawan, tapi tetap saja sampai akhir dia tidak bisa
merasakannya.

Perbedaan yang ditunjukkan oleh Fandy, membuatnya sadar kalau dia nantinya akan tinggal di Istana
Merovingian dengan banyaknya aturan dan tata krama yang harus dia patuhi untuk waktu yang lama.

Tidak tahu sudah berapa banyak orang di dunia ini yang iri pada keluarga bangsawan seperti mereka.
Tapi itu tidak berlaku pada Franklin Qin yang tidak ingin mengambil alih Dinasti Merovingian dan Emily
Su yang terlahir dari keluarga biasa. Mereka tidak menginginkan kehidupan seperti itu.

Mendengar sapaan dari Fandy, Franklin Qin menggerakkan sedikit badannya. Emily Su yang
menyadari sikap aneh Franklin Qin, mencubit tangannya untuk menghentikannya.

Untuk sapaan yang baru saja diberikan padanya, Emily Su sama sekali tidak masalah dan juga tidak
peduli.

Franklin Qin baru saja sampai dan dia tidak ingin membuat keributan hanya karena masalah kecil ini.
Emily Su menghela nafas di dalam hatinya dan kemudian dengan lembut bertanya: “Pelayan Qin, ada
masalah apa?”

Meskipun dia sudah tahu kalau Fandy menunggu disini pasti karena perintah dari Abraham, tapi
Emily Su tetap pura-pura bertanya.

“Tuan Augsburg sedang menunggu kalian di ruang kerjanya.” Saat Fandy sedang berbicara wajahnya
sedikit menunduk, dengan postur tubuh yang patuh.

Franklin Qin akhirnya membuka suara: “Ng.”

Mendengar itu, Fandy melanjutkan: “Silahkan ikuti saya.”

Fandy menuntun mereka menuju ruang kerja Abraham.


Ruang kerja Abraham sangat besar, di penuhi dengan hiasan yang megah dan mewah. Emily Su
berjalan masuk ke dalam, dan tidak dapat memalingkan wajahnya untuk tidak melihat sekeliling.

Franklin Qin memperhatikan gerakannya, berbisik di telinganya dan berkata: “Ada perpustakaan
besar di Istana, nanti aku akan membawamu kesana.”

Mendengar itu, mata Emily Su seketika berbinar-binar dan tersenyum padanya.

“Uhuk.”

Suara batuk yang dikeluarkan Abraham, membuat mereka berdua menyadari keberadaannya.

“Kakek.” Franklin Qin menggenggam tangan Emily Su dan tidak melepaskannya.

Emily Su juga mengikutinya menyapa Abraham: “Kakek.”

Abraham duduk di sofa kulit yang besar. Wajahnya terlihat tidak bersemangat dan tampak
mengantuk. Dia menunjuk ke arah kursi di depannya dan berkata: “Duduk.”

Ketika Franklin Qin dan Emily Su duduk bersebelahan, Abraham menatap mereka satu demi satu.
Lalu dia berbalik melihat ke arah Franklin Qin dan bertanya: “Aku dengar semalam kamu keluar makan
bersama dengan Austin?”

Mendengar itu, Emily Su langsung melihat ke arah Abraham.

Ku dengar?

Istana Merovingian begitu besar, akhir-akhir ini Abraham pun tidak terlalu menghiraukan Emily Su,
lalu Franklin Qin yang datang tiba-tiba. Aku takut itu bukan “ku dengar”, tapi dia memang menyuruh
orang untuk memata-matai Emily Su.

Takutnya ketika Franklin Qin baru sampai di Istana Merovingian, Abraham sudah langsung
mengetahuinya.

Namun, tampaknya Abraham menikmati menyaksikan sensasi dia menangkap mangsanya, karena itu
dia membiarkan Franklin Qin dan Austin Qin makan bersama, jadi waktu malam ketika mereka sudah
kembali dia akan menyuruh Fandy membawa mereka kesini.

“Kakek memang paling serba tahu.” Franklin Qin menatap ringan ke arah Abraham, tapi tidak bisa
menjelaskan suasana dalam ruangan ini.

“Tentu saja, kalau itu menyangkut berita tentangmu, kakek pasti peduli. Setelah bertahun-tahun,
kamu akhirnya kembali ke Istana Merovingian. Aku sangat senang.”
Setelah Abraham berbicara, dia tersenyum.

Franklin Qin juga tersenyum, tapi tidak selebar Abraham.

Betul apa yang dikatakan Abraham. Ini adalah satu-satunya hari dimana Franklin Qin dengan kakinya
sendiri mau melangkah masuk ke Istana Merovingian selama bertahun-tahun.

Tapi…….

Senyuman di wajah Franklin Qin perlahan mulai pudar, nada bicaranya yang tetap tenang tapi tidak
merasakan suatu kehormatan: “Benarkah? Kalau kamu senang, itu sudah cukup.”

Melihat situasi ini Abraham sedikit mengangkat alisnya.

Kali ini dia pergi ke Negara Z. Pada awalnya dia tidak berencana untuk menggunakan trik ini pada
Franklin Qin. Dia awalnya ingin memulai dari Emily Su terlebih dahulu.

Namun, dia mempertahankan integritasnya yaitu tidak menyentuh wanita lebih dulu, makanya dia
memulai strateginya dari Franklin Qin.

Dia berpikir bahwa setelah insiden ini, akan membuat Franklin Qin frustasi.

Tapi sayangnya, semua berbeda dari apa yang ada di pikirannya.

Meskipun Franklin Qin datang dengan sukarela, tapi tampaknya dia sedikitpun tidak terpengaruh
dengan insiden ini. Semua tampak sama seperti sebelumnya, ketika bertatapan dengan Abraham, tidak
ada sedikitpun rasa hormat atau kagum padanya.

#####Bab 526 Jangan macam-macam dengan Keluarga Bai

Abraham mencoba membaca pikiran Franklin Qin dalam hatinya, kemudian perlahan berkata: “Hubungan
antara kamu dan Austin dalam Dinasti Merovingian adalah yang terbaik dalam usia kalian.”

Franklin Qin tampaknya memikirkan sesuatu yang menarik, tersenyum dan berkata tanpa pikir
panjang: “Saat aku mengenalnya, dia hanyalah seorang preman.”

Jadi, alasan dia dan Austin Qin sampai bisa berkenalan karena saat itu Austin Qin bukan Austin Qin
yang dia kenal sekarang.

Kalau saja waktu itu Franklin Qin mengetahui bahwa Austin Qin adalah anak haram Abraham, tidak
peduli seberapa kacau suasana hatinya waktu itu, dia tidak akan membantunya.

Dia benar-benar tidak menyukai orang-orang Dinasti Merovingian.


Abraham dulu pernah mengatakan kalau, Franklin Qin itu sangat mirip dengan ibunya, Lina Qin. Jadi
tanpa sadar, dia membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan Dinasti Merovingian sama seperti
ibunya. Tapi dia tidak bisa sepenuhnya lepas dari cengkraman Dinasti Merovingian.

Setelah kematian tragis Lina Qin, orang-orang dari Dinasti Merovingian membawa jasadnya,
menutup-nutupi penyebab kematiannya dan memakamkannya dengan ritual sederhana.

Dalam beberapa tahun pertama Franklin Qin tidak mengerti kebenaran sesungguhnya.

Kemudian, dia perlahan mulai mengerti kalau Dinasti Merovingian ini seperti lubang hitam besar,
menarik semua orang yang memiliki hubungan dengan Dinasti Merovingian masuk ke dalam. Mau
kemanapun dia melangkah pergi, tidak mungkin untuk bisa sepenuhnya terlepas dari bayang-bayang
Dinasti ini.

Untuk membawa kejayaan pada Dinasti Merovingian selama ratusan tahun.

Franklin Qin seperti menabur garam pada luka Abraham, wajahnya terlihat kusut.

Meskipun dia pernah tinggal di luar negeri dan telah menjadi pemimpin Dinasti Merovingian, tapi
karena perubahan waktu dan banyak orang dalam Dinasti Merovingian adalah orang senegaranya, dimana
mereka masih menganut adat dan budaya tradisional.

Hal-hal seperti anak haram, masih merupakan hal yang memalukan.

Selain itu, baru setelah bertahun-tahun Abraham menyadari kalau dia memiliki anak laki-laki lain di
luar sana dan ini ditemukan anggota keluarganya pada waktu itu. Ini adalah rahasia umum dalam Dinasti
Merovingian.

Setelah beberapa saat, Abraham dengan muka gelap berkata: “Dia telah banyak menderita
sebelumnya.”

Franklin Qin sedikit mengangkat alisnya, namun tidak berkomentar.

Walaupun dari awal hingga akhir Emily Su hanya mengatakan “Kakek”, dia bisa merasakan kalau
suasana di ruangan itu sangat tertekan.

Meskipun ekspresi Franklin Qin dan Abraham terlihat sangat tenang. Emily Su masih bisa merasakan
aura tegang, kesunyian memenuhi ruangan itu.

“Sudah larut, lebih baik untuk kakek beristirahat lebih awal, supaya besok bisa terlihat lebih segar,
aku juga baru tiba hari ini dan sangat kelelahan.” Franklin Qin berbicara lalu menguap.
Raut wajah Abraham masih terlihat tidak bagus, ia tampaknya ingin menegur Franklin Qin. Tapi dia
tidak memiliki alasan untuk itu.

Dia menahan nafas dengan kaku dan melambai ke arah Franklin Qin: “Pergilah.”

Senyuman di wajah Franklin Qin semakin melebar: “Selamat malam, kakek.”

Dia mengatakan kalimat itu dalam bahasa Inggris, nadanya lembut dan terdengar hangat.

Melihat raut wajah Abraham berubah lagi, Franklin Qin menarik Emily Su keluar.

……

Fandy yang dari tadi menunggu di luar ruangan, melihat Franklin Qin yang tersenyum bersama Emily
Su saat keluar dari ruangan, hatinya menegang, dan dia sedikit menundukkan kepalanya. Ketika mereka
berdua sudah jauh barulah dia masuk ke ruang kerja Abraham.

Begitu dia memasuki pintu, Fandy memanggil: “Tuan Augsburg.”

Tidak mendengar adanya jawaban, dia melirik ke dalam dan melihat Abraham dengan amarah
menggenggam gelas lalu melemparnya.

Ruangan itu ditutupi dengan karpet yang mahal, jadi ketika gelas itu jatuh, itu hanya membuat suara
membosankan, dan lagi gelas itu tidak pecah.

Dia mondar-mandir di antara sofa dan meja dan berkata: “Dia mencoba membuatku kesal, generasi
muda mana dari Dinasti Merovingian yang tidak berusaha membuatku terkesan hanya karena takut
menyinggung perasaan saya. Dia mengubah sikapnya untuk melawan ku, karena takut tidak akan berhasil
menyinggungku.”

Selesai berbicara, dia tidak tahan lagi lalu menghentakkan kakinya ke lantai.

Fandy sepertinya sudah menduga akan seperti ini. Setelah mendengarkan luapan amarah Abraham,
dia mengambil sebuah gelas baru dan mengisinya dengan air lalu menyuguhkannya pada Abraham:
“Tuan Augsburg, tenang, Tuan Franklin Qin bukannya memang selalu seperti ini, tidak ada yang perlu
dipermasalahkan.”

Amarah Abraham masih belum reda: “Kamu tidak tahu apa yang tadi dia katakan!”

Fandy adalah asisten rumah tangga yang sudah bekerja untuknya selama beberapa dekade, meskipun
dalam hati dia sangat marah, tapi dia tidak marah kepadanya.

Dia mengambil gelas yang diberikan untuknya, menyesapnya lalu duduk.


Fandy menunggu disamping dan membujuk: “Tuan Franklin hanya mencoba memamerkan
kelihaiannya dalam berbicara. Dia dan Nona Su sekarang berada di Istana Merovingian, di bawah kendali
anda. Apa yang bisa dia lakukan? Bukankah semuanya di bawah kendali anda?”

Mendengar apa yang dikatakan Fandy, raut wajah Abraham perlahan mulai berubah.

“Hem, aku tidak menyangka dia akan meninggalkan anaknya di Kota Arola.” Ini adalah sesuatu yang
tidak di sangka oleh Abraham.

Dalam prediksinya, Franklin Qin akan datang bersama dengan Samuel Qin.

Berdasarkan apa yang dia tahu, Franklin Qin tidak akan dengan mudah memberikan orang atau
sesuatu yang dia sayangi kepada orang lain, seperti naluri binatang buas, semua miliknya harus tetap
dalam jangkauannya.

Franklin, dia lebih tertarik pada Emily Su, dia berpikir bahwa Emily Su akan rindu pada putranya dan
akan membawa datang putranya kemari.

“Tapi jika anda tidak senang, saya akan mengirim seseorang untuk mengambil Tuan Muda kesini.”
Tanya Fandy dengan ragu-ragu.

Dia menekankan nada bicaranya pada kata “mengambil”.

Daripada menggunakan kata mengambil lebih baik menggunakan kata menjemput.

Ketika Fandy berpikir bahwa pendapatnya akan disetujui oleh Abraham, Abraham dengan dingin
menepis: “Bodoh!”

“Orang yang dia percayakan bukanlah orang yang bisa kita curi sesuka hati kita.” Dia mengenal
Jacky Bai, dan tentu saja tahu identitas Jacky Bai.

Keluarga Bai di belakang Jacky Bai terlalu rumit. Dia dan Franklin Qin sudah berteman selama
bertahun-tahun dan dia sangat dipercayai oleh Franklin Qin. Dia orang yang temperamental.

Ketika dia sudah berjanji pada Franklin Qin untuk menjaga Samuel Qin, dia pasti akan melakukan
yang terbaik untuk menjaganya.

Jika Abraham mencoba menculik orang-orang dari tangan Jacky Bai, sudah pasti semuanya akan
berubah menjadi Dinasti Merovingian mencoba memprovokasi Keluarga Bai Negara Z.

Pada waktu itu, Abraham sedang menghadapi Keluarga Bai Negara Z…….

Bahkan Dinasti Merovingian tidak bisa sembarangan memprovokasi Keluarga Bai.


Konsekuensinya, bukanlah sesuatu yang bisa mereka bayangkan, sesuatu telah terjadi, bahkan bukan
lagi dendam pribadi yang sederhana.

Fandy melihat Abraham yang terlihat garang namun tahu dalam hatinya dia ketakutan, dia merubah
raut wajahnya: “Maaf itu kebodohan saya.”

“Baiklah, uruslah urusanmu. Dalam beberapa hari kedepan aku akan mengadakan jamuan di Istana
dan secara resmi memperkenalkan Franklin Qin kepada semua orang.” Meskipun semua orang sudah tahu
bahwa Franklin Qin adalah cucu Abraham, tapi dia sudah tidak pernah secara resmi lagi diumumkan.

Setelah ia secara resmi memperkenalkan Franklin Qin kepada semua orang, Franklin Qin tidak akan
pernah bisa lari dari Dinasti Merovingian.

#####Bab 527 Mendorong Franklin Qin sampai ke puncak

Dalam beberapa hari berikutnya, Franklin Qin membawa Emily Su keluar untuk bersenang-senang.

Beneran, beneran membawanya keluar untuk bersenang-senang, menikmati waktu dengan makan dan
minum, dan tidak melakukan apapun.

Tentu saja, dia berusaha untuk tidak mempedulikan sekelompok pengawal di belakangnya yang
mengikutinya kemana saja.

Poin bagusnya adalah ada pengawal yang selalu menjaga mereka, namun poin buruknya adalah
mereka semua adalah suruhan Abraham untuk memantau mereka.

Franklin Qin terlihat tak terlalu peduli, tapi Emily Su terlihat cemas.

Setelah menemukan celah untuk bertanya pada Franklin Qin: “Apa sebenarnya yang ingin dilakukan
kakek?”

“Apa yang ingin dia lakukan? Tidakkah kamu lihat apa yang sedang dia lakukan?” Franklin Qin
mengenakan pakaian santai, duduk di bangku alun-alun kota yang nyaman sambil melihat ke arah merpati
yang berada di dekat mereka.

Emily Su memandangi wajahnya yang terlihat nyaman, tapi dia merasa tidak berdaya.

Dia memiringkan kepalanya untuk melihat ke arah Franklin Qin: “Aku mendengar kalau kakek akan
mengadakan sebuah jamuan di Istana Merovingian. Orang-orang di Istana sekarang sangat sibuk. Katanya
jamuan ini khusus diadakan untukmu?”

“Hmm, mungkin untuk masalah itu.” Franklin Qin mengangguk, dari sorot matanya susah untuk
dimengerti sedang memancarkan emosi apa.
“Hubungan antara kalian berdua ini sangat susah untuk ku mengerti.” Emily Su menghela nafas,
bersandar di bahunya, tak mampu berkata-kata lagi.

Franklin Qin mengulurkan tangan dan mencubit pipinya: “Kamu tidak perlu mengerti, cukup pikirkan
aku saja.”

Emily Su merasa kesal dengan dia mencubit pipinya seperti anak kecil, lalu menggelengkan
kepalanya.

Franklin melepaskannya dengan senyum dan menunjuk ke arah merpati di sisi lain: “Kamu mau
memberi makan merpati?”

Wanita dan anak kecil sepertinya menyukai hal semacam ini.

Emily Su melirik ke sana dan berkata: “Oke.”

“Pergilah.” Franklin Qin mengangguk dengan dagunya dan memberi isyarat agar dia bisa lewat.

Emily Su segera berdiri: “Kamu tidak ikutan?”

Franklin Qin sedikit memiringkan kepalanya, senyum di wajahnya tampah hangat dan suaranya jelas:
“Aku akan melihatmu dari sini.”

Mendengar itu, Emily Su dengan segera bangun dan berjalan.

Mata Franklin Qin mengikuti arah pergi Emily Su, hanya saja wajahnya terlihat muram.

Semua pria di dunia ini sangat kompetitif, belum lagi jika ada kekuasaan dan harta.

Abraham sengaja mengadakan jamuan untuknya?

Seluruh Dinasti Merovingian, serta bangsawan lainnya, termasuk tokoh-tokoh politik penting Negara
J, semuanya akan datang. Abraham memiliki banyak cinta untuk Franklin Qin, putra putrinya, yang
meninggal muda.

Namun, Dinasti Merovingian ada lebih dari ratusan orang, belum lagi orang-orang yang berasal dari
tempat jauh.

Di antara begitu banyak orang, pria muda dan kaya, belum lagi kalangan minoritas.

Hampir semua orang berambisi untuk mengambil kekuasaan Merovingian.


Langkah yang dilakukan Abraham tidak diragukan lagi, untuk mendorong Franklin Qin menuju
puncak

Abraham adalah orang yang cerdik. Usianya semakin bertambah tua, di belakangnya ambisi generasi
muda sangat besar, tapi energinya terbatas, jadi dia hanya bisa mendorong satu orang sebagai penerusnya.

Dengan cara itu, mata semua orang akan tertuju pada Franklin Qin. Siapa saja yang ingin mencoba
bertarung dengan Franklin Qin berarti mencoba bertarung dengannya juga.

Namun Abraham adalah si rubah tua, dia hanya perlu duduk menunggu di pinggir kolam dan
menunggu sampai akhir, saat semua orang-orang ini sudah tidak mampu untuk bertarung, dia akan
menyerahkan kursi kekuasaannya, hanya jika ketika dia tidak mampu lagi menangani masalah itu.

Adapun Abraham tidak terlalu peduli apakah Franklin Qin menang atau tidak, karena dia hanya
menikmati perasaan mengumbar Franklin Qin.
Selain itu juga, bila Franklin Qin gagal dalam kompetisi ini, itu hanya membuktikan bahwa dia tidak
layak untuk mendapatkan posisi itu. Sedangkan untuk Abraham, dia tidak merasa rugi sama sekali.

Otak Franklin Qin berputar cepat, dia memikirkan banyak hal, pada kenyataannya, itu hanya dalam
beberapa detik dan ketika dia melihat ke arah Emily Su, dia melihat seorang pengawal yang berhenti di
depan Emily Su.

Emily Su sedang menjelaskan sesuatu kepada pengawal itu.

Oh, dia hampir lupa. Bahwa kakeknya yang sangat baik itu memberi mereka begitu banyak pengawal.
Bahkan jika wanita itu ingin memberi makan merpati, pengawal itu harus bertanggung jawab
menjaganya.

Mata Franklin Qin menunjukkan tatapan menakutkan.

Sesaat kemudian, dia berdiri dan berjalan ke arah Emily Su.

Meskipun tidak tahu apa yang baru saja dikatakan Emily Su. Pengawal itu baru saja ingin menjawab
tapi ketika melihat Franklin Qin mendekat, wajahnya tampak kaku dan berkata: “Tuan Franklin.”

Setiap orang yang bekerja di Dinasti Merovingian mampu berbicara bahasa Mandarin, meskipun
tidak terlalu baik, tapi itu bukan menjadi kendala untuk komunikasi sehari-hari.

Emily Su sudah kembali kepada Franklin Qin, mendengar suara Franklin Qin, dia memutar badannya
untuk melihat ke arahnya.

Sebelum Emily Su membuka mulutnya, Franklin Qin sudah lebih dulu menariknya ke belakang dan
berkata dengan tatapan tanpa ekspresi: “Ada apa? Apa yang kamu katakan pada istriku? Beri tahu aku.”
Pengawal itu berasal dari Negara J dan dia tidak lebih pendek dari Franklin Qin. Namun berhadapan
seperti ini dengannya membuatnya merasa kecil.

Franklin Qin memang tidak menghabiskan banyak waktu di Istana Merovingian. Pengawal itu hanya
pernah mendengar tentang temperamen buruh tuan muda satu ini, tapi dia berpikir itu bukanlah masalah
besar. Kebanyakan tuan muda dari kaum bangsawan selalu arogan, jadi itu sudah menjadi hal biasa.

Tapi sorot mata yang ada di depannya sekarang ini, dengan sekali lirikan saja sudah membuatmu
kedinginan.

Dia hanya mampu menelan air liurnya: “Saya hanya bertanya kemana Nona Su akan pergi?”

Setelah selesai berbicara, dia menunggu tanggapan Franklin Qin.

Hasilnya, jawaban yang diberikan Franklin Qin adalah menendang kakinya di tulang kering.

Tulang kering adalah tempat yang sangat rapuh. Franklin Qin menendangnya dengan sangat kuat
sampai pengawal itu jatuh kesakitan hingga berlutut.

Untungnya hari ini adalah hari biasa, tidak ada orang di lapangan yang ada hanya beberapa pejalan
kaki di samping. Ketika melihat posturnya semua orang bisa tahu kalau Franklin Qin adalah seorang
bangsawan, sehingga kebanyakan orang tidak berani datang untuk bertanya.

Di Negara J, kaum bangsawan dianggap sangat tinggi.

“Kemana wanita ku mau pergi kenapa harus melaporkan padamu? Memang kamu siapa?” Suara
Franklin Qin sedingin es yang memecah danau di musim dingin, bahkan merasuk hingga ke tulang.

Meskipun pengawal itu menyeringai kesakitan, dia menjawab pertanyaan Franklin Qin: “Tuan
Augsburg meminta kami untuk menjamin keselamatan anda.”

“Melindungi keselamatan kita?” Franklin Qin seperti sedang mendengar lelucon, dia tidak bisa
menahan tawa, wajahnya yang tampan bahkan lebih menawan.

Pengawal itu membeku sesaat lalu mengangguk.

Tak lama kemudian, Franklin Qin mengeluarkan tangan dan memuku dagunya. Gerakannya cepat dan
berani, tetapi suaranya sangat halus: “Untuk melindungi kita, setidaknya kau harus bisa mengalahkanku
dulu.”

“Qin, Franklin Qin….” Emily Su sangat terkejut dengan tindakan Franklin Qin dan buru-buru
memanggilnya
Franklin Qin berusaha menutupi mata Emily Su dengan tangan lainnya: “Bagus, putar kepalamu, aku
akan mencoba pengawal yang diberikan kakek. Lihat apakah dia bagus atau tidak?”

“Kamu…….”

Apapun yang mau dikatakan Emily Su diinterupsi oleh Franklin Qin. Franklin Qin berkata dengan
nada yang tidak dapat dibantah lagi: “Dengar.”

Anda mungkin juga menyukai