Anda di halaman 1dari 65

#####Bab 42 Kamu adalah Boss-ku

Bahkan bernafas saja sudah terasa susah.

Tanpa sadar, Ye Rou sudah hampir pingsan karena ciuman yang begitu dalam

“Bodoh! Bukankah harusnya kamu sudah banyak pengalaman dalam berciuman?” tepat saat itu Jiang
Han melepaskan bibirnya dengan lembut.

Tubuh Ye Rou terasa sangat lemas, tapi Jiang Han sudah merangkul erat tubuhnya yang ramping.

Wajahnya yang kecil merah merona, debaran jantung yang tidak beraturan, dan matanya yang jernih.

Tapi…….

Tapi hanya sesaat Ye Rou tenggelam dalam ciuman itu. Tiba-tiba dia tersadar, karena malu dia
mendorong Jiang Han dengan keras.

Ye Rou berbalik, dia menggigit bibirnya dan berlari keluar dari dapur. Dia mencoba menghapus
bekas ciuman di bibirnya, perlahan air matanya mulai berjatuhan.

Kenapa ini bisa terjadi?

Ye Rou sudah punya pacar! Hubungannya dengan Ruan Feng selalu baik-baik saja. Tapi sekarang?!
Bagaimana mungkin dia dan Jiang Han…….berciuman?

Tapi, yang paling parah adalah…...

Baru saja, dia benar-benar tenggelam dalam ciuman Jiang Han, akal sehatnya sampai tidak bisa
berjalan!

Dia yang bersikap seperti ini, bukankah artinya dia terpengaruh dan mengkhianati Ruan Feng?
Memikirnya terus, membuatnya semakin merasa hina pada dirinya sendiri.

Melihat Ye Rou berlari, Jiang Han berseru, “Ye Rou!”

Berlari keluar mengejarnya.

“Diam! Jangan katakan apapun, aku tidak ingin mendengarnya!” Ye Rou berbalik, menutup
telinganya dan berteriak berseru, kedua matanya sudah basah dan merah.

Jiang Han menatapnya dengan tegas dan mengatakan fakta yang ada, “Kamu tidak menolak
ciumanku dan kamu menyukainya! Jangan membohongi dirimu sendiri!”
Setiap kata-kata Jiang Han membuat wajah Ye Rou memucat. Air matanya tak bisa berhenti
mengalir, dia menggigit giginya, “Kamu jahat! Kenapa kamu berbicara seperti itu!? Yang ku sukai itu
Ruan Feng, bukan kamu!”

Bagaimana mungkin Jiang Han mempermalukannya seperti ini?

Bagaimana mungkin seseorang yang sudah memiliki pacar, menyukai ciuman pria lain? Bukankah itu
sangat kejam!

Ye Rou berulang kali mengulang kalimat itu dalam kepalanya, kemudian dia berpikir dia tidak boleh
lagi berdiam disini.

Dia takut dengan situasi seperti ini akan membuatnya semakin malu.

Dia berlari ke pintu, mengenakan sepatunya dan membanting pintu, lalu bergegas keluar dari
apartemen dan masuk ke lift, tangannya masih gemetaran.

Panas di bibirnya masih jelas terlihat.

Debaran jantungnya dan nafasnya masih terus tidak beraturan.

Ye Rou merasa kesal tanpa alasan, dengan punggung tangannya dia terus mengosok bibirnya dan tak
berhenti menangis seperti anak kecil.

……

Setelah pintu terbanting tertutup, keadaan apartemen kembali hening seperti semula.

Tatapan mata Jiang Han yang dingin dan gelap menatap lurus ke arah pintu. Tiba-tiba dia merasa
kepala dan dahi di antara kedua alisnya terasa sakit.

Setelah terdiam beberapa saat Jiang Han menggigit bibirnya, mematikan api kompor, mengambil
kunci mobil dan berlari keluar.

……

Berjalan seorang diri di jalanan yang sepi, ditambah lagi dengan lampu-lampu jalan yang menyoroti
dirinya, semakin memperjelas sosok Ye Rou yang terlihat kesepian dan rapuh.

Ye Rou bahkan pernah mengatakan pada Jiang Mu, tidak semua orang itu suka mempermainkan
wanita, tapi…...

Jiang Han sudah keterlaluan mempermalukannya!


Padahal Ye Rou sangat percaya padanya!

Tiba-tiba sebuah mobil Hummer berhenti di sampingnya, orang dari dalam menurunkan jendelanya
dan terlihat wajah Jiang Han, “Naiklah, aku akan mengantarmu pulang.”

Ye Rou mendengus kesal, mengabaikannya dan tetap berjalan lurus.

Jiang Han langsung turun dari mobil dan menariknya. Jiang Han hanya mengenakan pakaian yang
tipis, dia saja sekarang sudah terserang demam ditambah lagi dengan angin malam bertiup begitu dingin.

“Apa yang kamu lakukan?” Ye Rou merasa takut padanya dan berusaha melepaskan tangannya dari
Jiang Han. Kalau dia sampai ditindas dan dicium lagi oleh Jiang Han, dia adalah orang paling bodoh di
dunia!

“Aku tidak akan memakanmu!” Cara Ye Rou menghindarinya, membuat Jiang Han sedikit merasa
kesal.

“Kamu bajingan!” Ye Rou berusaha melepaskan tangannya dan mengumpat.

Bagaimana mungkin Ye Rou bisa menyaingi kekuatan Jiang Han?

Tapi Ye Rou menolak untuk diam saja, dia terus mencoba menarik dan melepaskan tangannya dari
genggaman Jiang Han. Wajahnya yang kecil semakin terlihat memerah.

Jiang Han menatapnya lurus, seketika hatinya terasa lemas.

Mengerutkan bibirnya, Jiang Han berkata dengan suara pelan: “Maaf…….”

Ye Rou tertegun.

Ye Rou sudah tidak peduli lagi kalau Jiang Han tidak meminta maaf, tapi begitu dia mengatakan kata
maaf, seketika dia juga merasa bersalah.

“Kamu…….apa kamu menyesal melakukannya?” Sambil terisak, suara lembut Ye Rou kembali
pecah, dia menatap tajam Jiang Han dengan mata yang masih sembab.

Jiang Han menghela nafas, dan berkata sejujurnya.

“Aku tidak menyesal sudah menciummu!”

“Kamu….”, kenapa dia bisa begitu berterus terang!

“Aku hanya meminta maaf karena sudah membuatmu menangis.” Mata dingin Jiang Han perlahan
mulai luluh dan lembut.
Ye Rou ingin menangis lagi tapi kemudian menggigit bibirnya, dia terlihat seperti menantu yang
malang.

Kepala Jiang Han terasa sakit, “Kamu jangan menangis.”

Tapi air mata Ye Rou semakin deras keluar. Berdiri di pinggir jalan seperti ini, di bawah bayang-
bayang cahaya lampu membuatnya terlihat sangat menyedihkan.

Jiang Han tidak pernah menenangkan wanita yang menangis—— Ruan Ying tidak pernah
meneteskan air mata di depannya dan Kak Jiang Xin terlalu kuat, dalam kamusnya tidak ada kata air
mata.

Jadi sekarang, ketika melihat Ye Rou semakin mengucurkan air mata, Jiang Han kebingungan tidak
tahu apa yang harus diperbuatnya.

Menghela nafas, kemudian dengan lengannya yang panjang dia menarik Ye Rou ke dalam
pelukannya.

Ye Rou masih mencoba mengelak, melangkah mundur dan meletakkan kedua tangannya di dada
Jiang Han.

Jiang Han masih terus memeluk dan membiarkan Ye Rou. Dalam diam dia meraih lengan bajunya
dan mengusap air mata di wajah Ye Rou, tentu saja Ye Rou kembali menghindarinya, tapi Jiang Han
langsung memegang dagunya, melarangnya untuk menghindarinya.

Ye Rou menggigit bibirnya, sorot matanya yang terlihat begitu keras kepala menatap tajam ke arah
Jiang Han.

……

Ye Rou tidak bisa menahan Jiang Han. Akhirnya, tanpa daya dia masuk ke dalam mobilnya.

Melihat deretan pemandangan yang ada di luar jendela, berbagai hal mengisi pikirannya. Ruan Feng,
Ruan Ying…….dan ciuman yang baru saja terjadi, semua itu membuat Ye Rou merasa kesal.

Ye Rou menggenggam tasnya dengan erat dan diam.

Masih menatap keluar jendela, Ye Rou tiba-tiba bersuara pelan: “Kejadian hari ini…...semua hanya
kecelakaan. Aku akan berpura-pura kalau semua ini tidak pernah terjadi. Jadi aku harap Presdir Jiang juga
melakukan hal yang sama!”

“Bagaimana kalau ku katakan aku mengingatnya dengan jelas?”


Tentu saja Jiang Han mengingatnya dengan jelas.

Bahkan sekarang dia masih bisa mengingat jelas kelembutan lidah lilac-nya, responnya yang malu-
malu dan lemah. Persis seperti enam tahun lalu hanya saja kali ini sedikit berbeda.

Enam tahun yang lalu Ye Rou masih remaja. Sekarang dia sudah berubah menjadi wanita dewasa,
yang dengan mudah membangkitkan hasrat para pria.

Ketika memikirkan ini, badan Jiang Han tiba-tiba terasa panas seperti terbakar. Yang bisa
dilakukannya hanyalah mengencangkan genggaman setir di tangannya dan menatap lurus ke jalan.

Ye Rou melirikya dan berkata, “Kenapa aku?”

Suaranya terdengar pelan dan lemah.

“Apa?”

“Kamu sudah memiliki Ruan Ying dan kalian sudah membicarakan pernikahan! Kalau kamu merasa
bosan dan ingin bermain-main, masih banyak wanita lain yang bersedia melayanimu. Tapi kenapa aku?”

Ye Rou sedikit tersedak, nadanya penuh dengan kebingungan, “Aku ini pacar Ruan Feng. Dan Ruan
Feng memanggilmu ‘saudara ipar’. Kamu melakukan hal seperti ini pada kakak beradik itu…..Apakah
kamu tidak merasa malu?”

Jiang Han mengemudikan mobil dalam diam tanpa gerakan apa pun. Cahaya dan bayangan di luar
jendela melayang, membuat orang yang melihatnya tidak bisa membedakan apakah dia sedang bingung
atau marah.

“Kenapa kamu tidak menjawabku?” Ye Rou kehilangan kesabaran, berbalik ke samping dan menatap
Jiang Han lurus.

“Aku juga ingin tahu kenapa itu kamu.” Setelah hening beberapa saat, tiba-tiba Jiang Han bersuara.
Suara serak yang gelap terdengar dalam ruang yang begitu sempit, ada semacam depresi yang tidak bisa
dijelaskan, yang membuat Ye Rou tertegun.

Jiang Han berbalik dan menatap lurus ke dalam mata Ye Rou, “Kenapa baru sekarang kamu datang?”

Ye Rou semakin tertegun.

Tatapan yang dalam dan jauh, dipenuhi dengan emosi yang rumit dan tidak bisa dipahami, membuat
Ye Rou merasa bingung. Kenapa bisa jadi semua karena aku?
Sepertinya Ye Rou tidak mau menjawab, Jiang Han memalingkan wajahnya dan menatap ke depan
tanpa ekspresi, “Pria itu bisa menciummu, Ruan Feng bisa menciummu. Kenapa kamu hanya
menolakku?”

“Mereka semua berbeda denganmu!” Ye Ruo menggigit bibirnya, “Mereka, yang satu adalah
temanku, yang satu lagi adalah pacarku.”

“…...bagaimana denganku?” setelah hening beberapa saat, Jiang Han bertanya lagi.

Setelah menatapnya dari samping, Ye Rou berusaha tidak memikirkan kenapa dia tidak takut ketika
Jiang Han mendekatinya atau kenapa dia tidak melawan saat dicium olehnya. Dia berbalik, kembali
melihat ke pemandangan di luar jendela dan berkata dengan suara berat: “Kamu adalah Boss-ku.”

Boss?

Hanya Boss.

Jiang Han mengencangkan genggamannya pada setir mobil.

Kemudian hanya terdengar suara pelan Ye Rou: “Aku senang dengan hidupku yang sekarang begitu
tenang, jadi…...aku harap kamu tidak menggangguku lagi. Dan……”

Ye Rou tidak berani menatapnya, kemudian dia mengambil nafas panjang untuk menyelesaikan
kalimatnya, “Apa yang kamu lakukan padaku hari ini…..itu bisa dianggap sebagai pelecehan seksual di
tempat kerja. Aku harap tidak akan terulang kembali….”

Setelah berbicara, wajah dan telinga Ye Rou berubah menjadi merah.

Detik berikutnya, tiba-tiba ‘Cittt——’, terdengar suara rem mendadak dari mobil!

Tanpa sadar, Ye Rou terpental ke depan tapi kemudian tertahan oleh sabuk pengaman yang
dikenakannya.

Ye Rou menatap Jiang Han dengan heran, jantungnya masih berdegup kencang karena rem mendadak
tadi.

Jiang Han tetap menatap lurus ke depan, tapi Ye Rou bisa melihat dari samping kalau aura wajahnya
sudah berubah menjadi dingin dan menakutkan.

“Keluar dari mobil!” tiba-tiba Jiang Han membuka mulut, tiga kata itu lantang dan mendarat sekeras
batu.

Ye Rou duduk terdiam dan sedikit merasa ketakutan.


Kesabarannya sudah habis, Jiang Han turun dari mobil, berjalan ke arah pintu Ye Rou, membuka
pintu lalu menarik lengan Ye Rou, gerakannya sangat kasar, menariknya keluar dari mobil.

“Apa yang kamu lakukan?”

Aura dingin di wajah Jiang Han membuat Ye Rou merasa gugup.

“Bang!”, dengan satu bantingan keras Jiang Han menutup pintu mobil, kemudian berjalan kembali ke
kursi pengemudi tanpa melihat ke belakang sama sekali.

Ye Rou secara tidak sadar mengikutinya. Jiang Han tiba-tiba berhenti dan berbalik ke arahnya,
menatapnya tajam, dia menggigit giginya lalu berkata: “Ye Rou, kalau kamu terus mengikutiku. Aku
takut kalau aku tidak hanya akan melecehkanmu!”

Sesautu terasa tercekik di dalam hati Ye Rou!

Bagaimana bisa Ye Rou mengatakannya melakukan pelecehan seksual!

Jadi, di dalam hatinya, aku adalah pria yang seperti itu? Pria yang tidak tahu malu?

Semakin dipikirkannya, Jiang Han merasa amarahnya hampir meledak. Kemudian dia masuk ke
dalam mobil dan memukul setir mobil dengan keras. Beberapa saat kemudian Jiang Han menginjak pedal
gas dan pergi tanpa berbalik sama sekali.

Untuk pertama kalinya, dia berperilaku seperti pria yang tidak memiliki etika, meninggalkan wanita
malam hari seorang diri di pinggir jalan

Ye Rou memang paling bisa!

Dia benar-benar bisa membuat Jiang Han merasa kesal!

……

Melihat mobil Jiang Han yang perlahan menghilang, Ye Rou tidak langsung pergi dari sana. Dia juga
tidak tahu apa yang sedang ditunggunya, berdiri di pinggir jalan sambil menggenggam erat tas di
tangannya. Beberapa taksi yang lewat juga ditolak olehnya, dia hanya menatap kosong ke satu titik.

Tapi……..

Mobil yang ditatapnya tidak akan pernah kembali lagi.

Sepertinya dia benar-benar sangat marah. Tapi bukankah ini yang diinginkan Ye Rou? Dengan
begitu, semua orang akan melakukan tugas mereka masing dengan hati-hati dan tidak akan ada lagi yang
melewati garis batas mereka.
Tapi entah mengapa di dalam hatinya terasa sesak dan sakit. Setelah beberapa saat, Ye Rou mencegat
taksi dan berjalan pulang.

……

Sesampainya di rumah, Ye Rou merasa sangat lapar. Setelah menghubungi Jiang Mu kalau dia sudah
sampai di rumah dengan selamat, Ye Rou pergi ke dapur dan memasak mi untuk dirinya.

Ye Yu tiba-tiba keluar dari kamar dengan baju tidur dan rambutnya yang acak-acakan.

“Sudah selarut ini kamu masih belum makan?”

“Hem.” Ye Rou menganggukkan kepalanya, lalu menyumpit mi yang ada di depannya. Tiba-tiba dia
mengingat bubur dan obat yang pastinya sekarang sudah mendidih. Harusnya dia menelepon untuk
mengingatkannya, tapi sekarang…..

Ye Rou khawatir sepertinya untuk saat ini Jiang Han bahkan tidak ingin mendengar suaranya, jadi
nanti cukup kirim pesan singkat saja untuknya.

“Kamu juga mau? Kalau kamu mau aku akan masak lebih.” tanya Ye Rou.

#####Bab 43 Menjaga jarak dengan normal

“Tidak usah, aku makan terlalu banyak malam hari.” Ye Yu bersandar di kaca pembatas dan meliriknya,
“Kamu sibuk apa? Kenapa pulang begitu larut?”

“Hanya mengurus masalah kecil Boss.” Ye Rou menjawabnya dengan lemah.

Matanya berputar,Ye Yu menatapnya dan bertanya, “Apakah Boss-mu menindas mu?”

“…...tidak juga.” takut dengan pertanyaan Ye Yu akan semakin dalam, Ye Rou menjawab abu-abu:
“Aku hanya seorang karyawan, aku hanya melakukan pekerjaanku.”

Anehnya Ye Yu sepertinya tidak merasa kalau Ye Rou mencoba menghindar, tapi dia malah merubah
topik pembicaraan ke arah lain: “Boss-mu itu orang yang seperti apa? Emm…….maksudku,
kepribadiannya.”

“Kepribadiannya?” Ye Rou mengangkat kepalanya dan menatap kakaknya, “Kenapa tiba-tiba kamu
bertanya seperti itu?”
“Penasaran aja, emang aku tidak boleh penasaran?” Ye Yu mengangkat alisnya.

Mencoba mendinginkan keadaan yang ada sekarang, Ye Rou memiringkan kepalanya dan berpikir,
“Kepribadiannya…..kadang-kadang dia sangat lembut, tapi juga kadang-kadang dia bisa menjadi sangat
mendominasi. Emm…….kadang-kadang dia sangat baik, tapi juga kadang-kadang sangat menyebalkan
sampai orang hanya bisa menggigit gigi.”

Ye Rou kembali mengingat kejadian malam itu di atas gedung dan kejadian malam ini. Dia benar-
benar sangat berbeda!

Ye Rou sesekali tersenyum kemudian mengernyitkan dahinya, ekspresinya jelas terlihat di mata Ye
Yu, membuat Ye Yu menerka-nerka arti dari ekspresinya itu.

“Ye Rou…….”dia menarik tangan Ye Rou.

“Hem?” Ye Rou kembali sadar dari pikirannya.

“Kamu…..dan Boss mu…….” Ye Yu bertanya dengan ragu-ragu.

“Jangan bicara omong kosong!” Ye Rou langsung menyangkal kalimatnya, “Aku sudah memiliki
Ruan Feng.”

Ye Rou menatap tatapan curiga Ye Yu, mengambil nafas panjang kemudian melanjutkan kalimatnya:
“Kamu belum tahu ya? Boss ku sudah punya tunangan. Terlebih lagi mereka sudah membicarakan sampai
ke jenjang pernikahan! Oh iya! Dan tunangannya itu adalah saudara perempuan Ruan Feng, Ruan Ying.”

“Aku tahu.” kata Ye Yu, matanya terlihat gelap.

“Kamu sudah tahu?”Ye Rou merasa aneh.

Ye Yu tersenyum dan menyentil dahi Ye Rou, “Apakah aneh kalau aku tahu? Firma hukum ku
setidaknya sedang menangani urusan hukum perusahaanmu, jadi kasarnya dia juga setengah Boss-ku.
Selain itu, karena aku tahu dia sudah memiliki tunangan, aku memperingatkanmu supaya jangan sampai
tertarik dengannya.”

“Itu tidak akan terjadi.” Ye Rou mengangkat bibirnya, berbalik dan kembali mengaduk mi yang
sedang dimasakanya, lalu bercanda, “Bukankah seharusnya kamu yang berhati-hati supaya tidak jatuh
cinta padanya? Kalian kan akan sering bertemu karena masalah pekerjaan.”

Ye Yu tersenyum lebar, “Bukan lagi, aku juga bingung sepertinya aku mulai tertarik padanya.”

“Tidak! Kamu tidak boleh!” Ye Rou mengangkat mi, tersenyum dan menatap Ye Yu dengan
pandangan ambigu, “Bukankah kamu bilang kamu baru saja bertemu dengan kekasih impianmu, kenapa
bisa-bisa sekarang tertarik pada pria lain? Oh ya, bagaimana kabarmu dengannya sekarang?”
Ketika berbicara tentang kekasih impiannya itu, Ye Yu tersenyum lebih dalam lagi bahkan sangat
lembut, “Kita besok akan bertemu.”

“Benarkah?” mata Ye Rou terlihat berbinar-binar ikut senang untuk Ye Yu, “Terus sekarang kamu
masih belum tidur? Sebaiknya kamu tidur sekarang supaya wajahmu terlihat segar besok.”

“Kan aku keluar untuk mengobrol denganmu.”

“Sudah pergi tidur sekarang, tidak usah perdulikan aku.”

“Emm, kalau begitu aku pergi tidur ya.” Ye Yu menyesap seteguk air dari gelas Ye Rou, dia tidak
akan berani meminum banyak air di malam hari, kalau tidak besok wajahnya pasti akan bengkak.

Melihat kakaknya terlihat begitu bahagia, tersungging senyum tipis di wajah Ye Rou, tapi suasana
hatinya masih sangat muram.

Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Ye Rou mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada
Jiang Han.

Kemudian dia mulai memakan mi di depannya. Tapi sampai dia selesai makan, masih tidak ada
balasan dari Jiang Han.

……

Keesokan harinya.

Ye Rou berjalan masuk ke dalam perusahaan, ketika memasuki lift dia melihat Liu Dan berdiri di
sudut sedang memegang dokumen.

Mereka berdua berada di lantai yang sama. Jadi, Ye Rou mengangguk dan menyapanya.

“Kamu terlihat tidak sehat.” Liu Dan memulai pembicaraan.

“Iya yah?” Ye Rou menyentuh wajahnya, “Sepertinya tidurku kurang nyaman semalam.”

Liu Dan meliriknya, kemudian dengan santai berkata: “Kenapa? Karena habis putus ya?”

Di dalam lift masih ada staf-staf lainnya, dan Ye Rou tidak terbiasa membicarakan masalah
pribadinya di depan umum seperti ini. Jadi dia hanya diam tidak menjawab pertanyaan Liu Dan.

“Apakah tebakanku benar?” Liu Dan mengira Ye Rou yang diam, berarti mengiyakan pertanyaannya,
“Pantas saja dua hari ini dia sudah tidak datang untuk menjemputmu di kantor.”
Orang-orang disekitar Ye Rou menatapnya dengan tatapan simpati dan juga gelap.

Semua orang yang ada di dalam perusahaan. Meskipun mereka tidak akrab satu sama lain, mereka
semua sudah melihat sikap Ye Rou yang luar biasa pada pertemuan tahunan terakhir kali. Tidak hanya
mencuri perhatian Kepala Yun, tapi dia juga memiliki pacar CEO Keuangan EF. Bagaimana mungkin
tidak ada yang iri?

Saat ini tidak tahu berapa banyak orang yang mengharapkan mereka untuk putus!

Baru saja Ye Rou ingin menjawab Liu Dan, tapi tiba-tiba ponsel di dalam tasnya berdering. Melihat
nama yang muncul di layar ponselnya, sesaat dia terdiam tapi kemudian mengangkatnya.

“Halo, Ruan Feng.” Dia menjaga suaranya serendah mungkin di depan umum, tetapi seluruh lift tentu
saja masih bisa mendengarnya. Wajah Liu Dan sedikit berubah.

“Kamu sudah sampai di kantor ya?” tanya Ruan Feng dari seberang sana.

“Emm, baru saja sampai.”

“Pulang kantor nanti aku jemput ya, kamu ada waktu kosong kan?”

“Em, ada kok.” Ye Rou mengangguk tanpa ragu, “Kalau begitu aku akan menunggumu sepulang
kantor.”

“Baiklah. Emm…….nanti malam ada yang ingin ku bicarakan.”

Ye Rou tidak bisa menebak apa yang ingin dikatakannya. Tapi, dengan keadaan mereka saat ini,
mereka memang benar-benar perlu untuk duduk bersama dan berbicara dengan baik. Tidak tahu sejak
kapan, tapi hubungan di antara mereka perlahan terasa aneh.

“Kalau begitu aku akan menunggumu datang.”

Setelah menutup telepon, Ye Rou memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas. Liu Dan
menatapnya tajam, perasaannya seperti tidak terima. Tapi sampai akhir, dia hanya terdiam dan tidak
mengatakan apapun lagi.

Orang-orang di dalam lift keluar satu demi satu. Hingga akhirnya hanya tersisa dia dan Liu Dan saja
di dalam lift.

Liu Dan yang pertama keluar ketika lift sampai di lantai mereka, setelah mengambil beberapa langkah
ke depan, tiba-tiba dia berhenti dan berbalik, kemudian menatap Ye Rou dengan penuh arti, “Pacarmu
sangat luar biasa, kamu harus menjaganya baik-baik, kalau tidak akan ada orang yang mencoba
menikungmu.”
Ye Rou membeku mendengar Liu Dan, baru saja dia ingin mengatakan sesuatu, tapi Liu Dan sudah
berjalan pergi.

Melihat sosok Liu Dan yang berjalan menjauh, Ye Rou hanya bisa mengerutkan keningnya.

Apa dia terlalu paranoid? Tapi kenapa dia selalu merasa kalau setiap perkataan Liu dan tidak
sesederhana itu?

Saat Ye Rou masih menatap Liu Dan pergi, tiba-tiba Song Yaqing keluar dari ruangannya.

“Liu Dan!”

Sembari dia membereskan barang-barang di atas meja, dia berseru memanggil orang.

“Ada apa Kak Song?” Liu Dan berdiri.

“Aku mau pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan kandungan. Nanti aku akan menyerahkan seluruh
jadwal Presdir Jiang. Kamu siapkan ya.”

Song Yaqing melambaikan jadwal itu di tangannya, kemudian Liu Dan mengambilnya.

Liu Dan memandang Ye Rou, sedikit terkejut, kemudian bertanya dengan penasaran pada Song
Yaqing: “Kenapa tiba-tiba membiarkan aku yang melakukannya? Bukannya biasanya Ye Rou yang
melakukannya?”

“Semua adalah perintah Presdir Jiang. Jadi kamu kerjakan saja.” kata Song Yaqing.

Liu Dan mengangkat kedua alisnya.

Kalau seperti ini, bukankah artinya Presdir Jiang tidak puas dengan kemampuan Ye Rou, karena itu
dia diminta untuk menggantikannya?

Apakah sekarang Ye Rou masih memiliki kesempatan menjadi Kepala Sekretaris?

“Aku mengerti! Tidak perlu khawatir, aku akan melakukan yang terbaik!” Liu Dan berjanji, nadanya
terdengar sangat bersemangat, “Kalau begitu aku akan menyiapkannya!”

“Pergilah.” Song Yaqing mengangguk dengan lembut.

Ye Rou tidak melihat keatas sama sekali, tapi semakin lambat dia mengecek tagihan, dia semakin
terlihat seperti linglung.

Song Yaqing melirik ke arahnya, berjalan dengan membawa tas di tangannya. Tapi Ye Rou tidak
menyadari kehadirannya, dia terlihat begitu tenggelam dalam pikirannya.
“Ye Rou.” Song Yaqing mengetuk mejanya.

“Kak Song.” Ye Rou tiba-tiba kembali tersadar, terkejut melihat Song Yaqing dia langsung berdiri.

“Bukankah semalam negosiasinya berjalan lancar?” Tentu saja tidak! Dari awal di bekerja, Ye Rou
selalu lancar-lancar saja berbicara dengan Presdir Jiang, tidak mungkin ada yang salah pada langkah
akhir.

“Aaa…...baik-baik saja kok. Kontraknya langsung ditandatangani di tempat.”

“Benarkah? Aneh ya.” Song Yaqing menatapnya dengan mata bertanya-tanya, “Hari ini suasana hati
Presdir Jiang terlihat sangat buruk. Aku mengatakan kalau kamu akan menemaninya selama jadwalnya
siang ini, tapi dia meminta Liu Dan yang melakukannya.”

Tatapan Song Yaqing membuat Ye Rou merasa gelisah.

Ye Rou mengangkat tangannya dan menyisir sedikit rambutnya ke belakang, “Mungkin…….Presdir


Jiang tidak terlalu cocok dengan kinerjaku.”

Song Yaqing menganggukkan kepalanya dan mengingatkannya, “Kalau memang begitu, kamu harus
bekerja lebih keras. Posisi Kepala Sekretaris selalu diberikan untuk orang-orang yang cakap.”

“Terima Kasih Kak Song, aku akan bekerja keras.”

Tanpa mengatakan apapun lagi, Song Yaqing membawa tasnya dan berjalan pergi.

Sebelum duduk kembali Ye Rou tanpa sadar melirik ke arah Liu Dan. Kemudian dia menyalakan
komputernya, kembali bekerja keras, wajahnya terlihat cerah, perlahan suasana hatinya semakin bagus.

Ye Rou menghela nafas dan duduk terdiam.

Jiang Han ini memang sedang marah pada dirinya sendiri atau dia memang sedang berusaha menjaga
jarak dengannya?

Kalau memang seperti itu, bukankah dia harusnya merasa senang?

Akhirnya, hidupnya bisa kembali normal, tanpa perlu lagi merasa was-was….

Dengan cara ini, Ye Rou tidak bisa tidak menahan dirinya untuk tidak melihat ke pintu yang tertutup
dari ruangan Presdir. Butuh beberapa saat barulah dia kembali bekerja.

Karena perusahaan beberapa masalah masalah keuangan dari rencana yang sedang digarap, jadi pada
siang hari Jiang Han pergi ke firma hukum terlebih dulu.
Ketika Jiang Han sampai, para pengacara sudah duduk bersiap disana.

Begitu Jiang Han masuk, seisi ruangan rapat yang kecil itu seketika terasa mencekam. Semua orang
berdiri untuk menyapanya. Jiang Han hanya melambaikan tangannya untuk duduk dan berkata dengan
lembut: “Salam yang tadi tidak perlu, kita bicara kan masalah ini terlebih dulu.”

“Baik Presdir Jiang.” Pengacara Wang memimpin rapat itu dan mulai menjelaskan data-data yang
ada.

Jiang Han mendengarkannya dengan serius dan teliti, beberapa kali mengerutkan keningnya dan
mengajukan beberapa pertanyaan. Karena terlalu serius, dia sampai tidak memperhatikan bagian
investasi.

……

Setelah selesai membahas kasus itu sampai selesai, satu per satu pengacara itu keluar dari ruangan
rapat.

Liu Dan memberikan setumpuk berkas dan dokumen pada Jiang Han, “Ini adalah informasi tim yang
dikirimkan oleh Pengacara Wang. Sebelumnya anda terlalu sibuk, jadi hanya diberikan kepada Kepala
Yun.”

“Emm.” Jiang Han membuka dokumen itu untuk mengeceknya.

Setelah membaca beberapa halaman, tiba-tiba dia terhenti pada satu halaman dan menatap pada
sepotong data. Melihat pada bagian itu, matanya perlahan berubah menjadi gelap.

Karena penasaran Liu Dan mengikuti arah pandang Jiang Han, mengangkat alisnya, “Awalnya itu Ye
Yu.”

“Kamu juga mengenalnya?” tanya Jiang Han.

“Emm, aku mengenalnya waktu kecil. Tadi dia duduk di kursi paling terakhir, apakah Presdir Jiang
tidak menyadarinya?”

Jiang Han mengerutkan bibirnya, “Aku tidak memperhatikan.”

Memalingkan pandangannya, Jiang Han kembali mengecek dokumen-dokumen yang ada di


tangannya.

Setelah selesai memeriksa, dia mengembalikan dokumen-dokumen itu ke Liu Dan dan berjalan keluar
dari ruang rapat.
“Presdir Jiang, kenapa kamu tidak tinggal sebentar untuk minum teh?” Pengacara Wang segera
mengundangnya.

Seluruh firma hukum sangat bangga menjadi penasihat hukum Perusahaan IG saat ini. Untuk
memiliki kerjasama yang lebih baik di masa depan setelah akhir masa kontrak, Pengacara Wang tentu
saja tidak berani mengabaikan Jiang Han.

“Tidak perlu, kamu pasti sibuk dengan pekerjaanmu aku tidak akan merepotkanmu.” Jiang Han
menolaknya dengan lembut.

“Tentu saja tidak merepotkan. Saya tentu merasa terhormat kalau Presdir bersedia untuk minum teh
bersama.” Pengacara Wang masih belum menyerah.

#####Bab 44 Ternyata itu kamu

Ketika Jiang Han ingin mengatakan sesuatu lagi untuk menolak, tiba-tiba wanita yang dari tadi tidak
membuka suara muncul dari belakang Pengacara Wang dan berkata: “Kalau Presdir Jiang tidak
keberatan, tinggalah sebentar untuk minum teh. Karena di masa depan firma hukum kami akan
bergantung dengan Presdir Jiang.”

Suaranya terdengar sopan, dibandingkan dengan Pengacara Wang, dia lebih terndengar rendah hati
dan tidak memaksa.

Jiang Han menatap ke arahnya, matanya terlihat mengamatinya begitu dalam.

Apakah Ye Rou punya saudara perempuan? Wajah mereka berdua terlihat memiliki banyak
kemiripan.

Jiang Han memandang Ye Yu untuk waktu yang lama, menatap dalam ke arahnya yang tentu saja
membuat Ye Yu merasa malu. Seketika jantungnya terasa berdebar, wajahnya memerah.

Dan tentu saja…….

Semua orang sadar kemana arah pandangan Jiang Han. Pengacara Wang mengedipkan matanya ke
arah Ye Yu, memberi isyarat supaya dia bekerja keras.

Kemudian Ye Yu bersuara sekali lagi: “Tapi kalau anda sedang sibuk, kami tidak akan memaksa.”

“Jadwal saya sedang tidak terlalu padat.”

Jiang Han meletakkan tangannya di saku celana dan melihat ke arah Ye Yu, “Nona Ye?”
Seketika jantung Ye Ye terasa melompat keluar.

Bagaimana dia bisa tahu namanya?

Meskipun Ye Yu memang memiliki nomor teleponnya, tetapi itupun di dapatnya dari Pengacara
Wang. Mereka hanya berbicara singkat tentang masalah di Perusahaan IG. Tapi Ye Yu tidak berpikir
kalau Jiang Han akan mengingatnya.

“Benar, panggil saja saya Ye Yu.” kata Ye Yu lembut.

Jiang Han mengangguk pelan dan berjalan mendekati mereka, “Kalau begitu mari tinggal sebentar
untuk minum teh. Setelah itu, masalah hukum perusahaan ku akan ku serahkan pada kalian!”

“Aku akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah hukum perusahaan anda.” Ye Yu
menjawab dengan tersenyum, tapi jantungnya berdetak kencang.

Dia belum pernah merasakan perasaan seperti ini.

Jiang Han membalasnya dengan senyuman, kemudian memiringkan kepalanya, “Apa kita pernah
bertemu sebelumnya?”

“Kalau memasukkan dalam hitungan saat kita bertemu terakhir kali di Perusahaan IG. Kita sudah tiga
kali bertemu.” Ye Yu mengacungkan tiga jarinya.

“Tiga kali?” Jiang Han tidak bisa mengingat.

Di samping itu, orang lain juga merasa penasaran pada Ye Yu.

Ye Yu tersenyum, “Belum lama ini, bukankah kamu ada di New York?”

Ye Yu tersenyum lembut, “Saat itu terjadi sedikit perselisihan antara aku dan staf toko buku di
bandara. Dan anda yang membantu saya untuk berbicara, saat itu saya ingin mengucapkan terima kasih
tapi tidak ada kesempatan.”

“Ohh…” Jiang Han mengingat hari itu dan kembali menatap Ye Yu, “Ternyata itu kamu.”

“Ternyata kalian berdua sudah saling mengenal sejak lama dan sekarang bekerja sama berdua pula.
Ini benar-benar kebetulan yang tidak biasa.” Pengacara Wang menyela pembicaraan mereka berdua.

Ye Yu merasa malu, diam-diam dia mencuri pandang melihat ke arah Jiang Han. Tapi dia tetap
terlihat tenang, seperti tidak terganggu sama sekali.
Pengacara Wang memimpin Jiang Han keluar terlebih dulu, dan meninggalkan Ye Yu dan beberapa
orang lain di belakang.

“Ye Yu! Kamu benar-benar gila! Kamu WOW!” beberapa rekan kerjanya langsung berseru kepada
Ye Yu.

“Kenapa?” Ye Yu tidak mengerti maksud mereka, dia hanya menundukkan kepala dan membereskan
barang-barangnya. Tapi senyum di wajahnya tidak dapat disembunyikan.

“Masih berpura-pura! Huh! Kamu tidak melihat bagaimana Presdir Jiang menatap matamu! Ckckck!
Kalau kamu tadi tidak angkat suara, dia tidak akan melihatmu seperti itu!”

“Kalian bicara omong kosong apa sih?” Ye Yu tidak terlalu menganggap serius perkataan mereka, dia
malah menakuti mereka, “Kalian bicara omong kosong seperti ini, kalau mereka dengar nanti kalian akan
ditertawai.”

“Oke! Aku tidak mengatakan apapun! Tapi semua orang punya mata.” Semuanya tertawa.

Ye Yu memutar kedua matanya,”Sudah jangan berbicara omong kosong lagi, cepat bereskan dan
turun bersama!”

Ye Yu menundukkan kepalanya dan melanjutkan membereskan barang-barang. Tapi…….senyum di


wajahnya semakin lebar.

Perasaan seperti ini, benar-benar menyenangkan…..

Sepulang kantor, Ye Rou berjalan keluar dari perusahaan, kemudian melihat mobil Ruan Feng, tiba-
tiba segala rasa resah di hatinya terasa menghilang.

“Aku sudah memesan tempat untuk makan malam.” Ruan Feng berlari mendekat dan mengambil tas
yang ada di tangannya.

“Terima Kasih.” Ye Rou mengangguk tersenyum, kemudian duduk di samping kursi pengemudi.

Sejak kejadian acara tahunan dua hari lalu, mereka hanya berkomunikasi lewat telepon dan tidak
sempat bertemu sama sekali.

Ruan Feng merasa bersalah, ditambah lagi dengan masalah dengan Liu Dan. Dia tidak tahu
bagaimana menghadapi Ye Rou, tapi sekarang dia berusaha memperbaikinya.

……

Ini adalah restoran pada umumnya, restoran barat tapi bukan yang terlalu formal, tetapi suasananya
tetap tenang dan elegan, sangat cocok untuk pasangan.
Pada awalnya, Ruan Feng akan memilih restoran yang elegan dan mahal, seperti yang dilakukan
Jiang Han terakhir kali. Namun karena tampaknya Ye Rou lebih merasa nyaman di tempat seperti ini,
karena itu dia akan mencoba berubah.

Hampir semua menu yang dipesannya adalah favorit Ye Rou.

Ruan Feng menyuguhkannya makanan lagi, “Kamu makanlah lebih banyak, kamu sepertinya terlihat
kurus karena pekerjaan akhir-akhir ini.”

“Baiklah, aku akan makan lebih banyak. Oh iya, bukankah kamu bilang ada yang ingin kamu katakan
padaku?”

Ruan Feng menatapnya, meletakkan sumpitnya dan melihatnya dengan sorot mata yang dalam,
“Sebenarnya, aku ingin meminta maaf kepadamu langsung karena kejadian di acara tahunan kemarin
itu….Maaf.”

Jari-jari Ye Rou menegang, kemudian mengendur lagi. Dia meletakkan sumpitnya.

“Bukankah kamu sudah meminta maaf lewat telepon waktu itu dan aku juga sudah
memaafkanmu.”Ye Rou tersenyum tipis, “Kejadian hari itu, kita anggap saja tidak pernah terjadi, Ok?”

Ye Rou tidak ingin mengingat kembali kejadian malam itu. Hari itu, apa yang terjadi hanyalah sebuah
kecelakaan.

Ye Rou hanya ingin menyimpan sisi lembut Ruan Feng dalam ingatannya.

“Itu tidak akan terjadi lagi, aku berjanji.” Mendengar Ye Rou memaafkannya begitu saja, membuat
Ruan Feng merasa gelisah. Semakin Ye Rou bijaksana, semakin Ruang Feng merasa bersalah.
Memikirkan kejadian hari itu dan Liu Dan, Ruan Feng ingin menjelaskannya. Tapi ketika melihat wajah
diam Ye Rou, Ruan Feng tidak bisa melanjutkan perkataannya.

Saat ini Ye Rou juga merasa gelisah. Kejadian semalam dengan Jiang Han, dia tidak memiliki wajah
untuk berhadapan dengan Ruan Feng.

“Satu hal lagi……” kata Ruang Feng, “Sabtu ini kamu kosong kah?”

“Kenapa? Mau ngapain?”

“Emm.” Ruan Feng mengulurkan tangannya dan menggenggam lembut tangan Ye Rou yang ada di
meja, “Aku ingin mengajakmu keluar. Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk bekerja, sampai tidak ada waktu
bersamamu.”
Memandang satu sama lain dengan saling menggenggam tangan. Ye Rou sesaat tertegun, kemudian
dia menggerakkan jarinya dan semakin mengeratkan genggaman tangannya, seolah-olah tidak pernah ada
perubahan di antara mereka.

“Baiklah, aku akan menunggumu sabtu ini. Jangan ingkar janji ya, kalau tidak kakakku akan sangat
marah padamu.”

Sekarang Ye Rou benar-benar membutuhkan waktu lagi untuk mengembangkan hubungan mereka.

Ruan Feng tersenyum bersalah, “Kali ini tidak akan terjadi lagi! Aku berjanji!”

Sepanjang minggu ini Ye Rou hanya melakukan hal-hal sepele, dia seakan-akan sedang dimasukkan
ke dalam sebuah istana dingin. Sekarang Liu Dan mengerjakan hampir semua pekerjaan yang biasanya
ditanganinya.

Tapi dengan begitu, dia bisa memiliki banyak waktu luang dan mengatur pikirannya.

Bahkan dia sudah selesai menulis surat untuk pemindahan. Dia lebih suka di transfer kembali ke Yun
Lei daripada tinggal di sini sebagai orang yang menganggur. Disana dia memiliki lebih banyak ruang
untuk bermain.

Akhirnya sabtu pun tiba.

Hari ini, musim semi dan matahari begitu indah, sinar matahari juga sangat menghangatkan.

Ye Rou sudah selesai mengemasi barang-barangnya dan masuk duduk di dalam mobil Ruan Feng.

Mobil melaju sampai ke 'Jungle Beyond Garden', Ye Rou memejamkan mata dan beristirahat sejenak.
Ada celah kecil terbuka dari jendela mobil, sehingga angin bertiup masuk mengacak-acak rambutnya.

Ruan Feng mengemudi dengan satu tangan dan memalingkan wajahnya ke samping, melihatnya
sambil tersenyum, “Apakah kamu ingin menutup jendela? Sekarang angin masih agak dingin, jangan
sampai kamu masuk angin.”

“Tapi ini sangat nyaman…….sudah lama aku tidak merasa senyaman ini.” Ye Rou masih menutup
matanya, sambil merasakan angin musim semi sepoi-sepoi berhembus.

Lalu, tiba-tiba tubuhnya terasa hangat.

Ketika dia membuka matanya, dia mendapati Ruan Feng sudah membuka mantelnya untuk
menyelimuti dirinya. Ketika Ruan Feng melihatnya membuka mata, dia menatapnya dengan senyuman
yang menawan dan berkata: “Tidurlah lagi. Ini supaya kamu tidak masuk angin nanti.”
Sambil menggenggam mantelnya, Ye Rou bahkan mencium aroma tubuh Ruan Feng, dia menatapnya
lembut. Tanpa mengatakan apapun lagi, perlahan mata Ye Rou kembali tertutup.

Dalam hatinya, momen-momen seperti ini memang sudah sering terjadi.

Tapi dia sangat menyukai hari-hari sederhana dan hangat seperti ini. Tidak ada yang rumit dan
membingungkan.

Jadi, ciuman antara dia dan Jiang Han kali itu, bisakah itu dianggap tidak pernah terjadi?

……

Tiga jam berkendara menuju ‘Jungle Beyond Garden', mereka berdua merasa sedikit lelah.

Ruan Feng memegang dua koper di tangannya, satu miliknya satu lagi mili Ye Rou, kemudian
mereka berjalan masuk menuju Lobby ‘Jungle Beyond Garden', adalah sebuah resor yang sebagian besar
adalah villa-villa kecil untuk keluarga.

“Aku akan pergi mengurus check-in hotelnya, kamu duduklah disini dulu untuk beristirahat.” Ye Rou
menekan Ruan Feng yang sudah kelelahan menyetir untuk duduk di sofa dan melepas tasnya untuk
mengambil kartu identitas mereka.

Ruan Feng mengulurkan tangannya dan menarik Ye Rou, “Tunggu sebentar, yang lain belum
datang.”

Ye Rou sedikit terkejut, “Apa ada orang lain yang datang bersama kita?”

“Emm.” Ruan Feng menganggukkan kepalanya. Baru saja dia ingin mengatakan siapa saja yang akan
datang, tiba-tiba pintu lobby terbuka lagi.

“Mereka sudah datang!” Ruan Feng menepuk tangan Ye Rou dan mengangkat dagunya mengarah ke
pintu. Awalnya dia tidak bisa melihat dengan jelas, tapi kemudian sosok yang datang itu terlihat familiar.

Mengikuti arah pandang Ruan Feng. Ye Rou tertegun menatap sepasang sosok yang datang, menatap
mereka terdiam, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Ternyata itu adalah Ruan Ying dan Jiang Han…...

Jiang Han datang dengan satu tangan membawa koper, sedangkan Ruan Ying merangkul sisi
tangannya yang lain. Aura kedua orang ini terlihat sangat dominan dan elegan. Tidak tahu apa yang harus
dikatakannya, Jiang Han hanya menunduk, setiap gerakan yang dilakukannya terlihat seperti
pemandangan yang sempurna.
“Aku…....aku tidak tahu kalau mereka akan datang.” Ye Rou sedikit kebingungan, awalnya dia
mengira kalau ini hanyalah Perjalanan Hot Spring dua hari satu malam berdua saja dengan Ruan Feng.
Tapi kemudian mereka berdua juga datang, Ye Rou tidak bisa membayangkannya.

Apakah dia dan Jiang Han bisa benar-benar mengabaikan insiden ciuman waktu itu?

“Sorry.” Ruan Feng meminta maaf padanya dengan suara rendah. Melihat wajah Ye Rou yang terlihat
cemas, Ruan Feng menarik tangannya dan mengelusnya lembut: “Tidak perlu khawatir, mereka sangat
mudah bergaul kok.”

“…….Oh.” Ye Rou merespon tak berdaya. Memangnya mudah bergaul dengan mereka? Mungkin iya
untuk Ruan Ying, tapi tidak untuk Jiang Han!

“Kakak ipar disini!” Ruan Feng melambai ke arah mereka.

“Disana!” Ruan Ying menepuk pundak Jiang Han, menyeretnya dengan penuh semangat.

Ketika mereka semakin mendekat, Ye Rou merasa semakin gelisah. Dia merasa ingin melarikan diri
saja.

“Kalian juga baru sampai kan?” Ruan Ying bertanya pada mereka berdua dengan tersenyum: “Ayoo
cepat pesan villa nya, kalian pasti sangat lelah menyetir tiga jam sampai kesini.”

“Emm, kita menunggu kalian datang.” Ruan Feng menarik kopernya dan berjalan ke depan.

Ye Rou buru-buru mengikuti Ruan Feng, tapi diam-diam dia mencuri pandang melirik ke arah Jiang
Han.

Tanpa disangka-sangka, pada saat yang sama Jiang Han juga sedang melirik ke arahnya. Kedua mata
mereka saling bertemu, tapi tanpa menunggu Ye Rou membuang matanya, Jiang Han sudah lebih dulu
melakukannya.

Jiang Han terlihat sangat tenang, seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka berdua.

Ye Rou segera memalingkan pandangannya, dalam hati tiba-tiba terasa perasaan yang tidak bisa
dijelaskannya.

Dia bahkan tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

……

“Halo, kalian membutuhkan berapa villa?” Resepsionis di depan meja bertanya dengan sopan.
#####Bab 45 Aku tidak tahu cara menghindarinya

“Satu villa memiliki berapa kamar?” Ruan Feng bertanya sambil menyerahkan empat kartu identitas.

“Setiap villa memiliki dua buah kamar.”

“Kalau begitu dua villa saja.”

“Satu villa saja cukup.” Sebelum resepsionis itu memasukkan pesanan, Ruan Ying menyela mereka.

Tiga orang lain menoleh dan menatapnya, Ruan Ying mengangkat alisnya dan merangkul Jiang Han,
“Aku dan Han akan tidur bersama dan kalian tidur di kamar yang lain. Bukankah begitu lebih bagus?”

Ketiga orang itu terdiam dalam pikiran mereka masing-masing, tidak menjawab usulan Ruan Ying.

Melihat ini, Ruan Ying menepuk tangan Jiang Han, “Bagaimana menurutmu? Karena kita sudah
datang bersama, harusnya kita tinggal bersama saja, bukankah itu akan lebih menyenangkan?”

Jiang Han menatap Ruan Ying, kemudian menatap pasangan di depannya, tapi pandangan matanya
terjatuh pada tangan Ruan Feng dan Ye Rou yang sedang bergandengan, kemudian dia berkata. “Ya, aku
tidak apa-apa. Bagaimana dengan mereka.”

“Hem, sepertinya jangan seperti itu.” Akhirnya Ruan Feng membuka suara.

Kemudian menatap ke arah Ruan Ying dan berkata: “Aku akan tinggal satu villa dengan Ye Rou,
kalian tinggal satu villa juga saja.”

“Tidak!” Ruan Ying melepaskan rangkulannya dari Jiang Han, dan berlari merangkul Ruan Feng,
kemudian dengan nada merajuk, “Kamu tidak boleh menghancurkan kesenanganku! Kamu sendiri yang
bilang kalau kamu akan memberiku kado ulang tahun dengan menuruti semua permintaanku!”

“Tapi…….” Ruan Feng juga mencoba membujuknya untuk melepaskan usulannya. Berjanji untuk
membawa Ye Rou datang kesini bersamanya saja sudah salah satu bentuknya menuruti permintaannya.

“Apa kamu ingin mengingkari janjimu?” Ruan Ying berpura-pura marah, membuang lengan Ruan
Feng dan memalingkan wajahnya, “Ya sudah terserah, kalian tinggal sendiri saja sana!”

Ruan Feng menghela nafas tanpa daya, menarik kembali tangan Ruan Ying dan berusaha
membujuknya dengan sabar, “Jangan marah, aku tidak bisa melakukannya, Ye Rou….”

Hatinya terasa bimbang.


Ruan Ying berusaha supaya Ruan Feng bisa membawa Ye Rou ke atas——ranjang?

Ketika Ruan Feng mengatakan itu, seluruh perhatian Ruan Ying sekarang tertuju pada Ye Rou.
Begitu juga dengan Jiang Han, dia sedikit mengangkat matanya untuk meliriknya, seolah menunggu Ye
Rou untuk mengambil keputusan.

“Aku….aku terserah, kalian lakukan saja sesuka kalian.” Ye Rou menghela nafas ketika mengatakan
kalimat ini.

Karena ini adalah ulang tahun Ruan Ying, jadi dia tidak boleh merusak kebahagiaannya. Dan untuk
masalah bagaimana mengobrol dengan Ruan Feng nanti malam, Ye Rou akan memikirkannya nanti saja.

Begitu Ye Rou selesai bicara, Ruan Feng sedikit tertegun.

Tatapan mata Jiang Han terlihat dingin, begitu juga ketika dia mendengus, hawa dari hidungnya pun
terasa dingin. Seolah-olah dia sedang mengejek atau menghina, yang membuat Ye Rou merasa malu
sampai wajahnya berubah merah.

Berdiri di sana sambil memegang tasnya, tanpa sadar Ye Rou mengepalkan jari-jarinya dan tidak
berani melihat ke arah Jiang Han.

Untungnya saat itu Ruan Feng dan Ruan Ying sedang mengurus pemesanan villa, jadi mereka tidak
menyadari aura aneh di antara Ye Rou dan Jiang Han.

Dengan cepat Ye Rou melangkah mundur dan menyandarkan dirinya pada dinding, untuk menjaga
jarak di antara mereka.

Jiang Han tidak segera keluar, tapi membungkuk dan mengambil baju yang ada di lantai dan
mengembalikannya pada Ye Rou.

Dalam kegelapan, Ye Rou menggigit bibirnya dan mengambilnya dengan malu. Dia seperti ingin
menggali lubang sekarang juga untuk mengubur dirinya!

Masalahnya itu adalah pakaian dalamnya, termasuk celana dalam dan bra!

Saking malunya dia hanya bisa menundukkan kepalanya, sedangkan Jiang Han membuka pintu
kamar mandi dan keluar dari sana.

Semua tiba-tiba terasa begitu terbuka, Ye Rou menutupi dadanya yang masih terengah-engah. Ketika
suara langkah kakinya benar-benar menghilang, Ye Rou masih bersandar di kamar mandi, tidak berani
bergerak untuk sementara waktu

……
Ketika Jiang Han kembali ke kamarnya Ruan Ying sedang tiduran sambil menonton TV.

Melihat Jiang Han masuk, dia buru-buru berdiri dan menyapanya, “Ha, kamu dari mana saja? Tadi
aku pergi mencarimu tapi tidak bisa menemukanmu.”

“Pergi jalan-jalan.” Jiang Han melepas mantelnya dan berbaring di atas kasur.

Jiang Han memejamkan matanya dan menghela nafas dalam-dalam. Dia masih bisa merasakan aroma
Ye Rou, aroma yang elegan dan segar.

“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Ruan Ying tiba-tiba mengacaukan pikiran Jiang Han.

Tempat tidur terasa sedikit tenggelam.

Saat melihat ke samping, Ruan Ying sedang bergerak mendekatinya dan membelai wajahnya dengan
tersenyum berkata: “Barusan habis jalan dari mana? Apa habis bertemu dengan wanita cantik?”

Jiang Han meletakkan tangannya di belakang kepalanya dan menatap lurus ke arah Ruan Ying, “Apa
sebenarnya yang ingin kamu tanyakan?”

Ruan Ying tertegun.

Ada sedikit rasa canggung di wajah Ruan Ying, tapi dia berusaha menahannya dan sebaliknya Ruan
Ying tersenyum dengan raut wajah ngambek, “Kamu begitu luar biasa, di luar sana banyak wanita yang
berusaha merayumu. Aku takut suatu hari nanti kamu akan terpikat dengan salah satu dari mereka.”

Jiang Han setengah menyipitkan matanya dan menatap Ruan Ying, “Kenapa kamu tiba-tiba jadi
begitu tidak percaya diri?”

Ruan Ying meletakkan kepalanya di dada Jiang Han, mendengarkan detak jantungnya dan
menggelengkan kepalanya, “Tidak tahu. Mungkin…...karena aku semakin mencintaimu. Karena aku
semakin mencintaimu, jadi aku semakin takut kehilangan dirimu…….”

Jiang Han menatapnya, mengerutkan bibir tipisnya dan tidak berbicara lagi, dia juga tidak
memberinya janji di antara pasangan yang belum menikah.

Ketika semuanya sudah berkumpul, saat itu sudah waktunya untuk makan malam.

Ketika Ye Rou dan Ruan Feng sampai di restoran, Ruan Ying dan Jiang Han sudah menunggu disana.

Karena nanti mereka akan pergi ke pemandian air panas, Jiang Han hanya mengenakan T-shirt
berwarna hijau rumput dengan leher ‘V’ yang dalam dan sepasang celana pendek hitam selutut. Kaki
yang kuat dan kokoh bersilang di bawah meja, seperti lukisan yang seksi.
Jiang Han duduk dengan tenang, membalik-balik menu di tangannya dan tanpa sadar menarik
perhatian para gadis yang lewat dari tadi. Meskipun di samping ada seorang gadis cantik, tetap saja tidak
ada yang kuat untuk tidak memandangnya.

Ye Rou baru pertama kali melihatnya seperti ini, mau tak mau dia tertegun terpesona melihatnya.
Tapi ketika dia mengingat kembali kejadian di kamar mandi tadi, jantungnya berdetak kencang dan buru-
buru memalingkan pandangannya.

“Duduklah dan pesan makanan.” kata Ruan Ying memberi isyarat kepada mereka untuk duduk.

Jiang Han bahkan tidak mengangkat kepalanya, “Apakah ada makanan yang tidak bisa dimakan?”

Tidak tahu siapa yang ditanya olehnya, mereka semua tak ada yang memberi jawaban. Setelah
beberapa saat tidak mendengar ada jawaban, Jiang Han mengerutkan keningnya, mengangkat kepalanya
dan memandang ke arah Ye Rou dengan santai, “Ada makanan yang tak bisa kamu makan?”

“Kamu…..bertanya padaku?” wajah Ye Rou terlihat bersalah dan tanpa sadar melirik ke arah Ruan
Ying.

Wajah Ruan Ying seketika langsung berubah, tapi dia sesaat kemudian dia tersenyum, “Tentu saja
bertanya padamu, Han sudah tahu kok kalau aku tidak menyukai makan bombay.”

“Ye Rou tidak cerewet soal makanan, dia bisa makan apa saja.” Ruan Feng menjawab untuk Ye Rou,
kemudian menambahkan lagi: “Dia hanya tidak bisa makan yang terlalu pedas, nanti katakan saja untuk
mengurangi sambalnya.”

Mata Jiang Han memandang ke arah dua orang yang berada di seberangnya, tatapannya begitu dalam,
orang yang melihat tidak akan bisa tahu arti tatapan mata itu amarah ataukah senang. Tapi beberapa saat
kemudian dia membuat suara “Umm” yang rendah. Kemudian dia melanjutkan pesanannya pada pelayan.

Ye Rou mengepalkan tangannya di bawah meja, tanpa sadar mengencangkan serbet di bawah meja.

Bagaimana mungkin dia bisa begitu terang-terangan bertanya padanya?

Ruan Ying mulai merasa curiga, tapi Jiang Han sepertinya sudah tidak bisa menutupinya lagi.

“Ye Rou, tadi kamu habis pergi dari mana?” tiba-tiba Ruan Ying bertanya.

Ye Rou mendongak menatap ke arah Ruan Ying, “Apa?”

“Saat aku keluar tadi.” Ruan Ying tersenyum polos dan menjelaskan, “Saat aku kembali membawa
banyak makanan, aku naik ke atas mau memanggilmu untuk makan bersama, tapi begitu aku masuk aku
hanya melihat adikku berbaring seorang diri di kasur dan tidak melihat sosokmu disana.”
Saat itu Ye Rou sedang meminum air, ketika mendengarkan kata-kata Ruan Ying, dia langsung
tersedak dan terbatuk-batuk. Wajahnya berubah menjadi merah.

Alis Jiang Han menegang, dia melirik ke arah Ruan Ying.

Di sisi lain, Ruan Feng membantu Ye Rou menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut, “Kamu
tidak apa-apa? Minum perlahan, tidak ada yang sedang mengejarmu.”

“Aku tidak apa-apa.” Ye Rou hanya melambaikan tangannya dengan malu dan tidak berani
menengadah kembali.

“Oke, saya pesan itu saja.” Jiang Han menutup buku menu dan berkata: “Tolong segera disajikan ya.”

Pelayan itu dengan cepat menulis orderan Jiang Han, mengambil buku menu dan memasukkan
orderannya.

Ruan Ying ingin bertanya lebih lanjut, tapi ketika melihat melirik ke arah Jiang Han, seketika dia
tidak berani untuk bertanya lebih lanjut lagi, tanpa sadar dia hanya bisa mengepalkan jari-jarinya di
bawah meja.

Mereka…..kenapa bisa memperlakukan dirinya dan Ruan Feng seperti ini? Apa mereka pikir kita
begitu bodoh?

……

Setelah seluruh makanan sudah disajikan, Ye Rou terlihat linglung.

Dia tidak tahu apakah ini hanya ilusinya saja, tapi dia merasa sepertinya Ruan Ying mengetahui
sesuatu. Tapi, kalau memang dia tahu tentang kejadian Jiang Han dan Ye Rou di dalam kamar mandi,
kenapa dia tidak langsung mendorong pintunya?

Ketika sedang berpikir, Ruan Feng tiba-tiba menepuk pundaknya, “Ye Rou?”

“Hem?” Ye Rou mendongak dengan bingung.

Melihat wajahnya yang kebingungan, Ruan Feng hanya bisa tertawa, “Kita sudah memanggilmu
sampai tiga kali, apa yang sedang kamu pikirkan?”

Ye Rou merasa sangat malu, saat ini semua mata tertuju padanya.

Ye Rou dengan cepat meletakkan peralatan makan dan berdiri, tersenyum dengan canggung, “Aku
sudah selesai makan, aku akan pergi ke pemandian air panas lebih dulu.”

……
Kolam air panas di 'Jungle Beyond Garden' terpisah untuk pria dan wanita.

Jadi, Ruang Feng dan Jiang Han pergi bersama dan Ye Rou pergi bersama dengan Ruan Ying.

Jiang Han melepaskannya kaosnya dan melemparnya di kursi santai. Lalu melompat masuk ke dalam
kolam dengan elegan.

Di bawah cahaya terang, gerakan itu terlihat begitu indah, seperti melihat sebuah lukisan.

Ruan Feng melepaskan pakaiannya dan masuk berenang bersama Jiang Han.

Jiang Han memandangnya, dengan kedua tangan bersantai di dinding batu: “Apakah ada yang ingin
kamu katakan padaku?”

Ruan Feng berbalik dan bersandar malas di dinding batu, kedua matanya menatap Jiang Han,
kemudian berkata: “Kapan kalian berencana untuk menikah?”

“Belum tentu.”

“Belum tentu?” Ruan Feng mengangkat alisnya, “Jadi maksudmu kamu belum tentu akan menikahi
kakakku?”

Jiang Han meliriknya dengan tajam, “Kenapa tiba-tiba kamu mengurusi masalah kami?”

Di dalam air, tangan Ruan Feng mengepal kencang kemudian melonggarkannya, kemudian dia mulai
berbicara dengan pelan: “Ku lihat, kakakku sepertinya sangat mencintaimu, ku harap kamu tidak
menyakitinya.”

Untuk sesaat Jiang Han terdiam tidak memberi jawaban, tapi kemudian dia bertanya: “Ruan Feng,
aku masih ingat…….saat itu kamu berusia lima tahun ketika kamu masuk ke keluarga Ruan?”

Sesaat wajah Ruan Feng terlihat membeku, kemudian bertanya: “Kak ipar, apa maksud
pertanyaanmu?”

“Bukan apa-apa, aku hanya tiba-tiba teringat.” Jiang Han mengerutkan bibirnya, tertahan sesaat, lalu
bertanya dengan santai: “Kamu dan Ye Rou…….apa rencana kalian nanti?”

Ketika menyinggung tentang Ye Rou, sorot mata Ruan Feng dipenuhi dengan emosi yang kompleks.

Rasa bersalah, bingung, rumit…….

Akhirnya, dia berbicara perlahan: “Kalau Ye Rou mau, aku akan menikahinya.”
Jiang Han menatapnya dalam penuh arti, “Kamu tidak mencintainya, bagaimana bisa kamu
menikahinya? Menikahinya dengan rasa bersalah?”

Ruan Feng tertegun.

Setiap kata-kata Jiang Han langsung menusuk ke dalam hatinya, seketika membuatnya merasa putus
asa. Bibirnya bergerak, seperti akan mengatakan sesuatu tapi dia tidak bisa menyangkal apapun.

“Kalau kamu kak ipar? Apakah kamu mencintai kakakku?”

Jiang Han menggigit bibirnya kemudian berkata: “Aku tidak akan menikahinya.”

“Apa?” Ruan Feng merasa dia salah mendengar kata-kata Jiang Han.

“Kamu tidak salah dengar, aku tidak akan menikahi Ruan Ying. Aku akan mencari waktu untuk
membicarakannya dengan kedua belah pihak keluarga.” Jiang Han mengulangi lagi, nadanya datar dan
terdengar sedikit kejam.

“Bagaimana bisa kamu melakukan itu padanya?” sorot mata Ruan Feng terlihat penuh amarah.

Ruan Feng menekan bahu Jiang Han dengan keras menghantam dinding batu di belakangnya, “Kalian
sudah bertunangan! Dan sekarang kamu ingin memutuskan pernikahanmu? Tidakkah kamu berpikir
bagaimana orang akan menjadikannya seperti lelucon!”

Jiang Han dengan pelan menepis tangan Ruan Feng. Dibandingkan dengan kemarahan Ruan Feng,
dia sangat tenang, “Ku pikir dengan aku tidak menikahinya, harusnya orang yang paling bahagia adalah
kamu!”

#####Bab 46 Orang ketiga

Setelah Jiang Han selesai berbicara, Ruan Feng tanpa daya hanya menjatuhkan tangannya ke dalam air.

Setelah tertegun beberapa saat, Ruan Feng kembali menekan Jiang Han ke dinding batu di belakang,
“Aku tidak akan membiarkanmu memperlakukan Ruan Ying seperti ini! Kenapa kamu
memperlakukannya sampai seperti ini, padahal dia begitu mencintaimu!?”

Pertanyaannya yang berulang-ulang, membuat Jiang Han hilang kesabaran.

Jiang Han menarik baju Ruan Feng yang sudah basah, mendorongnya ke belakang.
“Ruan Feng, kamu adalah orang yang paling tidak pantas mengatakan hal ini padaku!” tatapan dingin
Jiang Han, membuat orang yang melihatnya bisa mati kedinginan, “Ye Rou sangat polos. Kenapa kamu
memberinya harapan padahal kamu tidak mencintainya sama sekali? Kenapa kamu harus menikahinya
padahal kamu mencintai orang lain?”

Ruan Feng menatap Jiang Han terkejut, dia benar-benar terkejut, “Kamu…….karena Ye Rou
makanya kamu tidak mau menikahi kakakku?”

Menatapnya dengan dalam, Jiang Han tidak memberi respon apapun tapi kemudian melepaskan
cengkramannya pada Ruan Feng. Dia berbalik dan langsung berenang ke arah lain.

……

Melihat sosok Jiang Han yang perlahan mulai hilang, Ruan Feng terdiam terpaku untuk waktu yang
lama, dia merasa seperti baru saja disambar dengan petir.

Jadi…..

Bukan Ruan Ying yang terlalu sensitif, tapi…….ternyata semua ini benar?

Jadi…..

Waktu itu di acara tahunan, mereka berdua hilang, apakah mereka sedang bersama?

Tapi, Ye Rou sangat polos, pria-pria akan merasa gugup berada di dekatnya sampai tidak tahu apa
yang harus mereka perbuat. Jadi bagaimana mungkin dia bisa bersama dengan Jiang Han?

Untuk sesaat, Ruan Feng merasa hatinya begitu berantakan dan sulit mencernanya.

Bagaimana dia bisa menjelaskan pada Ruan Ying tentang Jiang Han? Dan juga bisakah dia percaya
pada Ye Rou?

Ruan Ying mengenakan bikini yang seksi, berjalan dengan penuh percaya diri di antara kerumunan,
bahkan ketika melewati segerombolan wanita-wanita mereka begitu terpana sampai memujinya.

Dibandingkan dengannya, Ye Rou hanya hanya mengenakan baju renang yang biasa. Untungnya di
dalam sini semuanya adalah perempuan, jadi dia merasa lebih nyaman.

Sambil mengenakan jubah handuk, Ruan Ying menatapnya dan memujinya: “Ye Rou, kamu memiliki
kaki yang indah ya. Putih, kurus dan jenjang. Kaki seperti itu adalah idaman pria.”

Ye Rou merasa malu, sambil membungkus dirinya dengan handuk dan berkata: “Kamulah yang
paling cantik, semua orang memujimu.”
“Itu karena baju renangmu tidak menarik. Kalau kamu memakai bikini, aku pikir semua mata akan
tertuju padamu.” sesaat Ruan Ying terhenti, menatapnya dalam kemudian melanjutkannya lagi, “Kalau
kamu seperti itu, tidak peduli Ruan Feng ataupun Jiang Han, semua mata mereka hanya akan tertuju
padamu.”

Ye Rou sedikit terkejut.

“Tidak mungkin.” Ye Rou dengan cepat menggelengkan kepalanya, tapi dia tidak berani menatap
mata Ruan Ying, “Jiang Han dan Ruan Feng, mereka berdua memiliki selera yang tinggi, pasti mereka
akan memilih kamu…….”

“Iya yah…..” Ruan Ying menatap lurus ke depan dan seperti berbicara pada dirinya sendiri: “Mereka
berdua memiliki selera yang tinggi dan selera mereka juga sama…..”

Ye Rou tidak mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Ruan Ying. Dia tidak menjawab lagi dan
langsung berjalan dalam diam ke kolam.

……

Ye Rou yang pertama memasuki kolam air panas, kemudian Ruan Ying menyusulnya.

“Kamu tidak marah dengan Ruan Feng kan?” baru saja akan duduk, Ruan Ying bertanya padanya.

“Hem?” Ye Rou terlihat kebingungan, “Marah karena apa?”

“Aku memintanya untuk membawamu kesini.” Ruan Ying menjelaskan, “Aku ingin bertemu
denganmu, karena itu aku minta tolong padanya.”

Ye Rou tersenyum padanya, “Tidak apa-apa, aku juga ingin keluar untuk bersantai.”

“Apakah merepotkan menjadi sekretaris Han?” saat menyebutkan nama Jiang Han, ekspresi wajah
Ruan Ying berubah menjadi lembut, kemudian menatap ke arah Ye Rou dan berkata: “Kalau kamu
merasa kesusahan menjadi sekretaris Han, aku akan meminta padanya untuk memindahkanmu kembali
pada Yu Lei.”

Ye Rou tidak mengatakan apapun dan hanya memandang ke arah Ruan Ying, hatinya sesaat terasa
tegang.

“Kenapa? Kamu tidak ingin pergi?” belum sampai Ye Rou menjawab pertanyaannya, tapi Ruan Ying
kembali bertanya lagi padanya.

Ye Rou sudah kembali tersadar, kemudian menggelengkan kepalanya, “Bukan begitu…..”


“Aku tidak heran kalau kamu tidak ingin pergi.” Ruan Ying menepuk-nepuk permukaan air kolam,
dan berkata dengan santai: “Untuk pria sebaik Han, ada beberapa orang di sekitarnya yang tidak bisa
lepas dari pesonanya. Jadi dulu, sebelum dia menemukan sekretaris seperti Song Yaqing yang realis, dia
membuang Liu Dan dan menggunakanmu, karena dia berpikir kamu adalah pacar Ruan Feng, sehingga
kamu tidak akan terlalu peduli padanya.”

“Benarkah?” Ye Rou tersenyum dengan canggung.

Ruan Ying memalingkan wajahnya dan menatap Ye Rou dengan sedikit kaku, matanya menatap
menajam, “Apakah siang tadi kalian bersama?”

Ye Rou menatapnya terkejut.

“Apa yang kalian lakukan di dalam kamar mandi?” Ruan Ying bertanya lagi, kali ini terdengar sangat
tajam, seperti ingin menerkam Ye Rou.

Ye Rou terlihat sedikit panik.

“Kita tidak melakukan apapun, ini tidak seperti yang kamu pikirkan!”

“Kalian benar-benar bersama di dalam kamar mandi?” hati Ruan Ying terasa sakit, wajahnya menatap
Ye Rou nanar.

Bersama di dalam kamar mandi, bagaimana mungkin Ruan Ying tidak curiga. Tadinya dia sudah
ingin mendorong pintu kamar mandi, tapi……..

Tapi, kalau dia mendorong pintu kamar mandi dan melihat mereka berdua, terus apa yang harus
dilakukannya?

Ini akan menghancurkan segalanya dan Jiang Han mungkin akan menggunakan kesempatan ini untuk
lari darinya. Dan kalau ini sampai terjadi, itu hanya akan mempermalukan dirinya saja!

Bukan ini yang diinginkan Ruan Ying!

“Ye Rou, kenapa kamu melakukan ini padaku? Terus bagaimana dengan Ruan Feng?”

Tanpa sadar suara Ruan Ying semakin meninggi.

Tiba-tiba menarik seluruh perhatian orang-orang yang ada di sekitar mereka.

Wajah dan telinga Ye Rou berubah memerah, dia buru-buru mencoba menjelaskan, “Presdir Jiang
dan aku tidak seperti yang kamu bayangkan……..Hari ini, itu hanyalah kecelakaan…..”

“Kecelakaan? Kecelakaan macam apa yang membuat kalian sampai mandi bersama?”
“Aku benar-benar tidak melakukan apapun.” Ye Rou semakin mendesak.

Tapi Ruan Ying tidak ingin mendengarkan penjelasannya.

“Ye Rou, kamu menjalin cintai dengan Ruan Feng dan memanggil ku Kakak, aku pun sudah
menganggapmu seperti adikku sendiri. Tapi kenapa? Kenapa kamu mengkhianatiku dan adikku? Tidak
peduli seberapa mempesonanya Jiang Han di matamu, tapi dia adalah saudara iparmu! Kenapa kamu
malah berhubungan dengannya?”

Semakin lama nada suara Ruan Ying semakin tinggi dan keras.

Saat ini…….

Seluruh orang yang ada di kolam bisa mendengar jelas seluruh perkataannya.

“Ckck! Wanita itu benar-benar tidak tahu malu! Bisa-bisanya dia menggoda suami orang!”

“Lebih parahnya lagi dia menggoda suami iparnya! Benar-benar tidak tahu malu!”

“Benar! Kalau dilihat sepintas dia terlihat seperti wanita polos, dengan rupa seperti itu benar-benar
menjijikkan!”

……

Orang ketiga selalu dibenci oleh seluruh wanita. Dan sekarang Ye Rou disebut-sebut sebagai ‘Orang
Ketiga’, dan sekarang dia menjadi objek kecaman publik saat ini.

Saat ini dia benar-benar sedang dipermalukan, Ye Rou berusaha mencoba menjelaskan, tapi begitu
dia berusaha untuk menggerakkan bibirnya, dia tidak bisa mengatakan sepatah-katapun.

Dia dicium oleh Jiang Han…….

Di samping itu, dia juga kecanduan dengan ciuman Jiang Han……..

Ini adalah fakta yang tak bisa diubahnya.

“Ye Roy, hari ini aku hanya ingin memperjelas hal ini padamu…..dan juga, aku tidak
menyalahkanmu….” mata Ruan Ying sudah memerah, dibandingkan tadi, saat ini suasana hatinya
perlahan-lahan mulai menjadi tenang. Dia menatap dalam ke arah Ye Rou dan memohon padanya, “Kamu
tahu betapa aku mencintai Han, dan aku berharap…..aku bisa bersamanya selamanya. Jadi ku mohon,
mulai hari ini, kamu jangan lagi menjadi penghalang di antara kita dan menjadi orang ketiga, ok?”
“Aku……” Ye Rou hanya bisa menggigit bibirnya, dia sangat malu sampai tidak bisa mengatakan
apapun.

Sikap ‘lemah’ Ruan Ying berhasil memancing amarah orang-orang yang ada di sekitar sana.

“Wanita seperti dia! Kamu kenapa masih memohon padanya? Harusnya kamu meghajarnya saja!”

“Sikap macam apa ini? Suamiku juga sudah digoda oleh rubah licik seperti ini! Benar-benar tidak
tahu malu!” seorang wanita paruh baya berteriak, emosinya tiba-tiba tidak terkendali. Dia menggulung
handuk di tangannya dan memukulnya ke wajah Ye Rou.

Ye Rou sangat terkejut, sampai-sampai dia tidak sempat untuk menghindar. Sekarang wajahnya
sudah sangat merah, seperti habis di tampar.

“Oh Tuhan! Kakak, berbicara lah baik-baik, jangan memukulnya!” Ruan Ying berusaha menghadang
mereka, bersikap ‘rendah hati’. Tapi amarah wanita paruh baya itu sudah memuncak, dia maju kemudian
menarik rambut Ye Rou, dan menampar wajahnya.

Ye Rou tak berdaya, tersentak kesakitan. Dia hanya bisa mendengar kutukan dan umpatan kejam
wanita itu: “Karena kamu sudah tidak punya muka, sekarang kamu sudah tidak perlu lagi wajahmu ini!
Hanya karena wajah cantik, kamu berani-beraninya menggoda suami orang! Wanita sialan!”

Wanita itu benar-benar melampiaskan seluruh amarahnya untuk suaminya pada Ye Rou.

“Aku tidak melakukan apapun! Aku tidak menggoda suami siapapun!” Ye Rou tidak bisa menahan
lagi air matanya bercucuran dengan deras, dan berteriak tidak bersalah.

Kemudian dia mendorong wanita gemuk paruh baya itu, matanya sudah berlinang air mata penuh
dengan amarah, “Kamu jangan berbicara sesukamu! Kamu tidak tahu apa-apa! Kenapa sembarangan
memukul orang!”

“Hei, masih punya malu kamu? Kamu berani mendorongku! Sepertinya kamu tidak tahu tempatmu
berada!” Wanita paruh baya itu sudah sangat kesal, kemudian melambaikan tangannya ke kerumunan
orang di belakang lalu berkata: “Apa yang kalian lakukan? Ayo kita habisi saja wanita tidak tahu malu
ini!”

Dalam seketika, beberapa wanita paruh baya mengelilingi Ye Rou.

Matanya sudah berlinangan air mata, tapi dia masih bersikeras tidak bersalah dan hanya bisa menatap
mereka dengan penuh amarah.

Tepat saat itu, tiba-tiba wajahnya ditampar keras, tangannya ditarik. Ye Rou tidak memiliki celah
untuk melawan, sesaat kemudian rambutnya ditarik oleh mereka.
Awalnya Ruan Ying mengatakan beberapa kata, tapi kemudian dia tidak mengatakan apapun lagi.
Membungkus dirinya dengan handuk, lalu berjalan keluar dengan gembira.

Dia tidak mengira akan bertemu dengan banyak wanita-wanita gila

Tapi…….

Efeknya sangat bagus.

Semua ini, Ye Rou pantas merasakan semua itu!

……

Malam, hari semakin gelap.

Saat Ruan Ying kembali ke villa, Ruang Feng dan Jiang Han sudah kembali lebih dulu. Ruan Feng
duduk terdiam, matanya terlihat dalam penuh dengan pikiran.

“Ini sangat nyaman!” Ruan Ying mengenakan jubah mandi, meregangkan badannya dengan malas
dan menghela nafas.

Malam ini, suasana hatinya sangat bagus. Bahkan bulan pun entah mengapa malam itu bulat penuh.

Ruan Feng baru saja tersadar dari pikirannya, kemudian menatap Ruan Ying dengan dalam, penuh
arti. Tapi akhirnya dia tetap tidak mengatakan apapun.

Sedangkan Jiang Han hanya meliriknya dengan santai, tapi arah pandangnya lebih mengarah ke
belakang Ruan Ying.

Tapi…...

Tapi di belakangnya tidak ada seorangpun.

Jiang Han memalingkan wajahnya, memusatkan perhatiannya pada TV di depannya, lalu bertanya,
“Kenapa kamu hanya balik seorang diri?”

“Oh, Ye Rou bilang dia ingin berendam sedikit lebih lama. Jadi aku kembali lebih dulu.” Ruan Ying
tidak merasa bersalah sama sekali, dia berjalan duduk di samping Jiang Han lalu memandang ke arah
Ruang Feng, “Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat seperti itu?”

“Kamu tanya saja dia.” Jiang Han menjawab acuh tak acuh.

Ruan Feng memandang dua orang di depannya, berusaha untuk mengatakan sesuatu, tapi akhirnya
dia tidak bisa mengatakan apapun.
Ada beberapa kata yang tidak pantas dikatakannya pada Ruan Ying.

“Kalian bicaralah, aku lelah, aku mau tidur dulu.” Ruan Feng berbalik dan naik ke lantai atas. Saat
berjalan naik ke atas, dia melirik ke arah Jiang Han menatapnya dalam, seperti memberi peringatan.

Seakan-akan memperingatinya untuk tidak menyakiti Ruan Ying.

Jiang Han terlihat acuh tak acuh dan tidak menanggapinya.

……

Sesaat kemudian, di ruangan itu hanya tersisa mereka berdua.

Berita keuangan terputar di layar TV, Ruan Ying mengambil remot TV dan mematikannya. Jiang Han
mengerutkan keningnya tampak tidak senang.

“Tidak usah menonton lagi, ini sudah malam.” Ruan Ying berbisik pelan, seperti mengisyaratkan
sesuatu.

“Kamu tidur saja dulu.” Jiang Han memberinya saran dan menyalakan TV kembali.

Ruan Ying menggigit bibirnya dengan frustasi, kemudian berdiri dan langsung duduk di pangkuan
Jiang Han.

Sambil memegang wajah Jiang Han yang tampan, matanya penuh pesona, “Han, apa kamu benar-
benar tidak mengerti apa yang ku maksud? Kita adalah pasangan yang belum menikah, tapi kita bisa
melangkah lebih jauh!”

#####Bab 47 Bukan aku

Jiang Han tidak bergerak dan hanya menatapnya.

Ruan Ying menggigit giginya dan berusaha menahan rasa malunya, kemudian dia meraih tangan
Jiang Han dan menekannya dengan keras ke dadanya.

Tangannya yang besar dan panas, membuat seluruh tubuh Ruan Ying tiba-tiba terasa panas terbakar.

Jiang Han masih tidak bergerak, dia hanya menatapnya acuh tak acuh.
Ruan Ying menundukkan kepalanya dan mencium Jiang Han, awalnya dia takut-takut melakukannya,
tapi kemudian sadar tidak ada perlawanan dari Jiang Han. Jari-jari Ruan Ying merangkul lembut rambut
Jiang Han yang masih basah, seketika dia menjadi semakin bersemangat. Ruan Ying menggerakkan ujung
lidahnya berusaha untuk menembus bibir Jiang Han, dia ingin merasakan ciuman yang lebih dalam.

Ketika lidah Ruan Ying menyentuh giginya, Jiang Han masih tetap tidak bergeming dan tidak tertarik
sama sekali. Dia bahkan tidak ingin melanjutkannya lebih dalam, karena bukan rasa ini yang
diinginkannya.

Jiang Han sedikit mengerutkan alisnya, dan menarik bibirnya yang dingin dari Ruan Ying. Lalu
menyingkirkan tangan Ruan Ying darinya.

Tapi karena penolakannya terlalu jelas, wajah Ruan Ying menjadi pucat, dia berhenti sejenak tapi
kemudian berusaha untuk mendekati Jiang Han lagi.

Tapi sesaat kemudian Jiang Han sudah mendorongnya dari pangkuannya, lalu berkata dengan santai:
“Aku akan keluar mencari angin, kamu tidur saja lebih dulu.”

Tidak ada rasa peduli ataupun perhatian pada nada suara Jiang Han. Dia bahkan tidak menunjukkan
ekspresi sama sekali.

Jadi…….

Di matanya, Ruan Ying sama sekali tidak menarik!

Dengan wajah seperti ini, tubuh seperti ini dan cinta seperti ini. Pria mana yang bisa menolaknya, tapi
sayangnya…….

Kenapa dia memperlakukannya seperti ini?

Rasa malu memuncak di dalam hatinya, melihat punggung Jiang Han yang berjalan keluar, dia
berseru: “Kenapa kamu tidak pernah mau menyentuhku? Apa di matamu, aku ini bukan wanita?
Atau…….kamu pria yang tidak normal!”

Jiang Han menjawab dan menatapnya dingin, “Jangan bicara omong kosong.”

“Omong kosong? Omong kosong apa memangnya yang kubicarakan?” kata Ruan Ying, kemudian air
mata bercucuran dari matanya, “Kamu adalah pacarku, kita sudah bersama lama, sebentar lagi kita juga
akan menikah, tapi kita sama sekali tidak pernah tidur bersama. Menurutmu…….apakah ini tidak konyol?
Aku tidak peduli kalau kamu memiliki wanita lain di luar sana, aku tahu itu semua hanyalah untuk
pertunjukkan. Tapi kenapa kamu bisa memegang mereka sedangkan aku tidak?”

Jiang Han menatapnya dingin, “Kamu ingin jadi seperti mereka?”


Ruan Ying tertegun.

Jadi maksudnya, di dalam hatinya Ruang Ying lebih penting dibandingkan wanita-wanita itu, karena
itu dia tidak ingin menyentuhnya?

Kalau begitu…..

Bagaimana dengan Ye Rou?

Bagaimana perasaannya terhadap Ye Rou?

Sebelum Ruan Ying bisa bertanya, Jiang Han sudah membuka pintu dan berjalan keluar dari villa
dengan jubah mandinya.

……

Jiang Han berjalan dengan tenang di taman, menghirup angin malam yang sejuk. Saat dia melirik jam
tangannya, dia terpikirkan sesuatu dan mengerutkan keningnya.

Ye Rou sudah berada di dalam pemandian air panas selama tiga jam!

Berada di ruangan seperti itu, apa dia tidak takut mati lemas?

Ketika memikirkan ini, Jiang Han tiba-tiba memiliki firasat buruk. Tanpa banyak berpikir, dia
berjalan ke kolam pemandian air panas khusus wanita.

“Maaf Tuan, pria tidak diperbolehkan masuk disini.” Pelayan itu mengingatkannya dengan sopan.

Jiang Han berpura-pura tuli dan langsung berjalan masuk, kegelisahan di dalam hatinya semakin
membesar.

“Tuan…..anda tidak boleh masuk ke dalam.” Pelayan itu mengejar Jiang Han masuk ke dalam, tapi
ketika melihat lebih dekat wajah tampan Jiang Han, jantungnya terasa berdebar.

Jiang Han tetap melangkah masuk, saat ini dia tidak memperdulikan siapapun.

“Aaaa…. Ada pria!”

Teriakan satu demi satu membuat semua wanita yang ada di dalam berteriak.

Saat ini, dia benar-benar tidak memperdulikan wanita-wanita itu dan terus menerawang mencari
keberadaan Ye Rou.

Tapi tidak ada!


Melangkah lebih jauh, melewati kolam-kolam air panas yang berbeda.

Tidak ada! Dimanapun tidak ada dia!

Ini membuatnya semakin merasa gelisah.

Dia tidak mungkin tidak bisa melihatnya. Meskipun begitu banyak kerumunan wanita, Jiang Han
pasti bisa langsung mengenalinya hanya dengan satu lirikan!

“Tuan cepatlah keluar, kalau tidak nanti atasanku akan memotong gajiku kalau melihat anda.”
Pelayan itu terus mengikutinya dengan khawatir.

“Aku akan menebusnya kalau sampai gajimu dipotong.” Jiang Han tidak keluar, dia masih terus
berusaha mencari, “Masih ada kah kolam lain di dalam?”

“Emm, di dalam masih ada satu kolam lagi.”

Jiang Han mengerutkan keningnya, tanpa banyak berpikir dia semakin mempercepat langkahnya.

Kolam itu terbuat dari batu-batu, jadi sedikit tersembunyi. Saat itu keadaan disana sangat tenang,
tidak terdengar suara siapapun.

Saat Jiang Han melihat ke bawah dan melihat sesosok wanita yang kurus bersandar lemah di
bebatuan di tepi kolam. Sekarang matanya tertutup dan wajahnya putih pucat. Jelas saat ini dia sudah
pingsan.

“Haa”...suara menahan nafas.

“Sial!” Jiang Han terkejut mengumpat, dia tidak peduli dengan jubah mandi yang masih
dikenakannya, lalu melompat masuk ke dalam kolam air panas.

Pelayan itu juga terkejut ketakutan, kemudian mengeluarkan walkie talkie dan memanggil dokter.

……

Tidak apa-apa ketika kamu melihatnya dari jauh. Tapi ketika Jiang Han berjalan mendekat Ye Rou
tidak hanya pingsan, tapi juga……..

Wajah kecil putih bersih di depannya saat itu dipenuhi dengan bekas cakaran.

Mengerikan!

Apa yang sudah terjadi?


Kenapa bisa berendam di kolam air panas bisa membuatmu sampai seperti ini?

“Ye Rou!” Berdiri di dalam air, Jiang Han memegangnya erat-erat, “Ye Rou, bangunlah!”

Jantungnya bergetar.

Jiang Han menepuk pelan wajahnya yang terluka.

Tapi dia sama sekali tidak bergerak, dia tergeletak rapuh seperti boneke kristal dalam pelukan Jiang
Han.

Nafas Jiang Han terasa sesak, dia tidak pernah sepanik ini.

Tapi sesaat kemudian, jari telunjuk Ye Rou bergerak.

Dia mengerutkan keningnya dengan penuh rasa sakit dan terengah-engah.

Terima Kasih Tuhan!

Dia tersadar!

Meskipun belum sepenuhnya merasa legah, Jiang Han langsung mengangkatnya keluar dari kolam,
dan membujuknya dengan hati-hati: “Jangan tertidur sayang, aku akan membawamu ke dokter….”

Ye Rou tidak sadar dan merasa bingung, dia hanya bisa merasakan ada lengan hangat yang memeluk
dirinya.

Ye Rou tidak tahu itu siapa, tapi kehangatan yang diberikannya membuatnya sedikit merasa aman.

Menutup matanya, air mata perlahan mengalir.

Bibirnya yang putih pucat tiba-tiba berkata lirih: “Aku bukan orang ketiga…..Aku bukan orang
ketiga…..”

Jiang Han terkejut.

Gumaman Ye Rou seperti mencabik-cabik hatinya.

Tanpa bertanya lebih lanjut, dia langsung membawa Ye Rou keluar dari kolam air panas dengan
wajah muram.

……
“Tuan, dokter sudah menunggu di Lobby. Maaf, villa mana yang anda tinggali, kamu….” Manajer
hotel itu terus mengikuti Jiang Han.

“Kami belum memesan villa, sekarang juga siapkan secepatnya!” Jiang Han menatap wanita kecil
yang tergeletak tak berdaya di dalam pelukannya dan hanya mengenakan baju renang, kemudian dia
mendesak Manajer itu, “Cepat lakukan!”

“Baik Tuan! Akan segera saya urus!” Manajer itu dengan cepat mengatur villa untuk mereka, dengan
segera memimpin dokter dengan kunci villa di tangannya, “Tuan, lewat sebelah sini!”

……

Di dalam villa yang tenang.

Jiang Han meletakkan Ye Rou di sofa ruang tengah.

“Kamu harus membantunya melepas pakaiannya yang basah, kalau tidak dia akan terkena demam.”
kata dokter itu, sembari membuka jendela villa untuk ventilasi.

Saat melihat Ye Rou hanya mengenakan pakaian yang tipis, dengan segera dia membawanya ke
kamar di lantai bawah.

Ye Rou mengerutkan keningnya, tapi dia tetap belum sadar.

Jiang Han duduk di kursi, lalu menempatkan Ye Rou di atas pangkuannya.

Dia sangat ringan, sanking ringannya dia seperti tidak memiliki berat sama sekali, membuat hati Jiang
Han terasa sakit.

“Ye Ruo?” Jiang Han memanggilnya, suaranya terdengar berat.

Ye Rou tidak memberi jawaban.

“Apakah kamu bisa mendengarku? Aku harus membantumu melepaskan bajumu sekarang.” Dokter
dan Manajer itu, semuanya adalah laki-laki, terlalu lama untuk menunggu pelayan wanita datang
membantunya melepas baju, jadi Jiang Han akan melakukannya sendiri.

Ye Rou sepertinya tidak mendengarnya, tubuhnya hanya bisa meringkuk dalam pelukan Jiang Han.
Berpegangan erat pada jubah basahnya, terlihat begitu menggigil dan bibirnya yang putih pucat tidak bisa
berhenti bergetar.

Tanpa ragu-ragu lagi, Jiang Han membantunya melepaskan baju renangnya.


Kulitnya begitu dingin, sangat dingin. Tapi ujung-ujung jari Jiang Han terasa sangat panas, membuat
seluruh jarinya bergetar……..

Tubuhnya yang seputih salju kini terpampang jelas di depannya.

Putih, suci dan lembut seperti sutra putih. Sentuhan ini terasa lebih indah dari pada bayangannya.

Nafas Jiang Han mulai tidak beraturan, tubuhnya bahkan merespon lebih cepat.

Tidak berani melihat lebih banyak lagi, Jiang Han membungkus dengan jubah tidur baru dan
meletakkannya di atas ranjang.

Tapi sialnya, panas di tubuhnya masih saja tidak berkurang.

Apakah gadis satu ini adalah iblis kecil, yang turun untuk menarik hati dan jiwa orang?

“Tuan, bagaimana?” Suara desakan dari Manajer terdengar di luar pintu. Jiang Han kembali tersadar
dari pikirannya, dengan cepat menutupi tubuh Ye Rou dengan selimut, kemudian meletakkan pakaian
kotor di kamar mandi, lalu berseru: “Silahkan masuk.”

Dokter bergegas masuk dan langsung memeriksa mata Ye Rou, “Ini bukanlah masalah serius, dia
hanya kekurangan oksigen dan panik yang berlebih. Saya akan membuatkannya resep obat dan
membantunya meminum obat.”

“Panik yang berlebih?” Wajah Jiang Han berubah menjadi gelap, matanya terlihat begitu kelam.

Apa yang baru saja dialaminya?

Kenapa dia begitu ketakutan? Kenapa dia diserang?

Jiang Han tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Ye Rou kalau dia sedikit saja terlambat.

Jiang Han melirik bekas luka di wajahnya yang kecil, “Bagaimana dengan luka di wajahnya? Apakah
akan berbekas?”

“Ini adalah bekas cakaran, saya akan mengobati lukanya terlebih dulu. Jangan biarkan dia minum teh,
kopi dan juga lombok. Perhatikan beberapa makanan dan minuman ini, supaya lukanya tidak akan
berbekas.”

Jiang Han masih terlihat dingin, dia melirik ke arah Manajer itu dan berkata, “Keluar dulu
bersamaku.”

……
Manajer itu mengikutinya keluar dengan ketakutan, dia hanya bisa menceritakan apa yang baru saja
didengarnya tadi.

“Katanya ada seorang wanita muda yang mengatakan kalau nona ini adalah orang ketiga dan
menggoda suaminya. Sehingga menyebabkan kemarahan publik. Beberapa wanita paruh baya tidak tahan
melihat nona ini dan berusaha memberinya pelajaran, jadi mereka…….”

Melihat raut wajah Jiang Han yang semakin terlihat suram, dia tidak berani lagi melanjutkan kata-
katanya.

“Apa begini cara kalian menjaga keamanan pelanggan kalian? Dan kalau aku tidak datang untuk
mengecek, kalian akan membiarkannya terbaring di sana semalaman!”

Jiang Han meraih kerah Manajer itu, seperti singa yang siap menerkam mangsanya, matanya begitu
berapi-api penuh dengan amarah.

Jiang Han tidak bisa membayangkan bagaimana, gadis polos dan sederhana ini bisa menanggung rasa
malu karena dituduh sebagai ‘Orang Ketiga’! Dia begitu rapuh, tapi harus melawan kepungan orang-
orang itu! Bagaimana mengerikannya itu!

“Maaf Tuan! Tolong tenangkan dulu diri anda! Kami tidak mengharapkan hal seperti ini sampai
terjadi! Maafkan kamu Tuan…….” Manajer itu berusaha meminta maaf sebesar-besarnya.

Jiang Han menarik nafas dalam-dalam, setelah mencengkram kuat kerah Manajer itu, dia melepaskan
dan mendorongnya.

Suasana hatinya tidak pernah sampai di luar kendali sampai seperti ini.

……

Setelah dokter selesai membantu Ye Rou meminum obatnya, mereka langsung pergi.

Di dalam kamar itu, hanya tersisa Ye Rou dan Jiang Han, berdua.

Ye Rou masih berbaring di atas tempat tidur, dia jelas masih terlihat gelisah dalam tidurnya, alisnya
mengerut, seperti penuh rasa sakit dan ketakutan.

Jiang Han menjadi jubah tidurnya dengan yang baru, kemudian bersandar pada jendela, tatapannya
terkunci erat ke arah Ye Rou.

Orang yang menginterogasinya, menuduhnya dengan tuduhan palsu dan menyebabkan kemarahan
publik, tidak lain pasti Ruan Ying?

Gadis kecil seperti dia, tidak seharusnya menanggung beban seberat itu.
“Um…...Tidak…...Bukan aku! Aku bukan orang ketiga…..” Ye Rou masih menutup matanya, tapi
tiba-tiba tersedak dan menangis, kedua tangannya melambai-lambai.

Dia seperti sedang berusaha melindungi dirinya dari serangan.

Ketika Ye Rou merintih ketakutan, Jiang Han langsung berlari ke sisinya. Dia duduk di setengah
tempat tidur, satu tangan memegangi tubuh Ye Rou, sedangkan tangan lainnya meraih tangan Ye Rou
yang melambai-lambai di udara.

“Jangan takut…….Ye Rou, semuanya baik-baik saja!”

#####Bab 48 Kita putus saja

Suara yang menenangkan, rendah dan lembut, tampaknya memiliki kekuatan sihir, yang bisa menyapu
seluruh kegelisahan dalam hatinya.

Kesepuluh jari-jari yang ramping itu segera mencengkram tangan Jiang Han, seakan-akan meminta
pertolongan.

Jiang Han menepuk pelan punggungnya, “Sudah, sudah tidak apa-apa, jangan takut….”

Jari-jarinya melekat pada luka-luka yang baru saja diobati dokter, takut akan menyakitinya lagi, Jiang
Han meraih tangannya dan meletakkannya dengan lembut di sisinya.

Terasa begitu hangat dan nyaman membuat Ye Rou perlahan membuka matanya.

Mengedip-ngedipkan bulu matanya, dia memandang pria yang ada di depannya.

Untuk sesaat dia tidak bisa melihat jelas siapa itu.

“Sudah sadar?”

Suaranya begitu familiar.

Suara familiar itu membuatnya gemetaran.

Saat dia berusaha menenangkan dirinya, di depannya jelas terlihat raut wajah Jiang Han yang sangat
khawatir.
Tiba-tiba Ye Rou merasa sangat ketakutan, lalu…..

Dia hampir melompat pergi dari lengan Jiang Han, dan berbalik untuk turun dari tempat tidur.

Mata Jiang Han melihat gerakannya dengan cepat, dia mengulurkan tangannya dan berusaha
menahannya.

“Kamu mau pergi kemana?”

“Pergi kamu! Teriak Ye Rou, mengepalkan tinjunya dan emosinya tak terkendali.

Jiang Han membiarkannya terus memukulinya, dia hanya menahan kedua kaki Ye Rou di atas kasur,
“Ye Rou, kamu tenanglah sebentar!”

“Aku sudah tenang! Aku tidak ingin melihatmu……”

Kemudian ingatan tentang kejadian tadi kembali lagi, Ye Rou tampak sangat malu dan mulai
menangis.

Kalau dia tidak bisa menghindari kecurigaan orang-orang, berarti dia memang layak menerimanya!

Jiang Han mengerutkan keningnya, dia lalu meraih tangan Ye Rou dan menekannya di atas
kepalanya, kemudian menatapnya dengan tatapan dalam, “Beritahu aku, apa yang sudah terjadi!”

Tidak apa-apa ketika dia tidak bertanya, tapi ketika Jiang Han bertanya, Ye Rou merasa semakin
sedih.

Jiang Han melihat di ujung matanya air mata mulai mengalir.

“Lepaskan aku! Jangan dekat-dekat denganku!”

“Aku tidak bisa melepaskanmu!” Jiang Han bergumam dan menggenggam pergelangan tangan Ye
Rou semakin erat.

Ye Rou menggelengkan kepalanya dengan kencang, dan berseru: “Aku tidak mau menjadi orang
ketiga, apalagi menghancurkan hubunganmu dengan Ruan Ying!”

Jadi karena…..

Mata Jiang Han berubah menjadi kelam, dia meraih dagu Ye Rou dan menatapnya lurus, “Ye Rou,
kamu tidak pernah menjadi orang ketiga!”
Ye Rou menggelengkan kepalanya, matanya sudah berlinang penuh dengan air mata, “Tolong jangan
menggangguku lagi, hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan! Tuduhan sebagai ‘Orang
Ketiga’…….aku tidak sanggup….”

Tekadnya yang kuat dan betapa keras kepalanya dia seperti pisau yang menusuk orang.

Baginya…...apakah dia sama sekali tidak tergoda sedikitpun?

Nafasnya semakin terengah-engah, kemudian Jiang Han menatapnya dengan tatapan yang dalam dan
membiarkannya tetap menangis.

“Apakah kamu tahu? Kamu yang berperilaku seperti ini membuatku semakin menginginkanmu!”

Ye Rou sangat ketakutan, dia hanya bisa membeku dan seketika berhenti menangis.

Seluruh jarinya terasa gemetaran dan masih digenggam kuat oleh Jiang Han.

Jiang Han tersenyum tipis, tangannya menyentuh bibir Ye Rou. Nafas Ye Rou semakin tidak teratur,
dia berusaha untuk menyembunyikan wajahnya tapi Jiang Han memegangnya erat-erat sampai dia tidak
mampu bergerak.

Sesaat kemudian…..

Tiba-tiba Jiang Han menundukkan kepalanya dan bibirnya sudah menyentuh bibir Ye Rou.

Nafas Ye Rou sesaat terasa berhenti.

Jantungnya terasa seperti ingin melompat keluar dari mulutnya.

Ye Rou berusaha melawannya, tapi sesaat kemudian dia menyadari…….

Jiang Han tidak sedang menciumnya, tapi sedang menggigit gigir bawahnya dengan penuh emosi.

Bibirnya bawahnya terasa berat.

Ye Rou mengerang kesakitan dan mengerutkan keningnya.

Tapi Jiang Han seperti ingin melampiaskan sesuatu, dia tidak melepaskan bibir Ye Rou dan semakin
menggigitnya keras.

“Um…..sakit!” Ye Rou berusaha melawan dan mendorongnya.

Akhirnya, Jiang Han melepaskan bibirnya tapi dia masih tidak melepaskan genggamannya, lalu
menatapnya dengan dalam, “Tetaplah disini dan tenanglah!”
Bibir Ye Rou yang baru saja digigit Jiang Han terasa sakit dan panas, menatap Jiang Han dengan
berlinangan air mata.

Hidungnya mulai terasa sakit karena menangis, kemudian dia berkata: “Apa yang kamu inginkan?
Aku sudah berbicara dengan jelas padamu……”

Sekarang Ye Rou hanya ingin menjauh dari semua masalah ini! Semakin jauh semakin bagus!

Mata Jiang Han terlihat kelam, “Meskipun kamu mengatakannya semakin jelas, aku tidak akan
mendengarkannya!”

Jiang Han merentangkan lengannya dan mengangkatnya sekali lagi.

Terkejut, Ye Rou refleks langsung menarik kerah baju Jiang Han, dengan waspada menatapnya.

Apa yang sebenarnya ingin dilakukan orang ini?

Jiang Han hanya membantunya memperbaiki posisinya tanpa melepaskan rangkulannya, dan
menyelimuti Ye Rou.

“Aku sudah mendengar tentang masalah hari ini.” kata Jiang Han sambil duduk di tempat tidur.

Ye Rou menutupi wajahnya, dia merasa sangat malu dan menangis.

Jiang Han mengerutkan keningnya, tidak suka melihatnya seperti ini, kemudian meraih kedua tangan
yang menutupi wajahnya, lalu menatap Ye Rou dengan lembut, “Kenapa kamu tidak menjelaskan pada
mereka?”

“Bagaimana aku menjelaskannya?” Ye Rou menggenggam erat sprei, matanya terkulai, “Tidakkah
menurutmu…….hubungan di antara kita saat ini normal?”

“Setidaknya, kamu bukan orang ketiga.”

“…..” Setelah terdiam selama beberapa saat, Ye Rou menggigit bibirnya dan melanjutkan kata-
katanya: “Bisakah kamu…….tidak menggangguku seperti ini, sehingga aku tidak akan disalahpahami
orang dan aku tidak perlu menjelaskan pada mereka…….”

Jiang Han hanya menatapnya, dadanya terasa sakit.

Dan dia tetap tidak memberi Ye Rou jawaban.

Seluruh ruangan penuh dengan kesunyian, tiba-tiba kamar itu terasa begitu dingin.
Ye Rou menarik nafas dalam-dalam, menutup matanya seolah dia sedang mengumpulkan seluruh
tekadnya, kemudian melanjutkan: “Aku…….aku sudah menulis surat pemindahan ku. Ku pikir…….akan
lebih baik kalau aku kembali bekerja pada Presdir Yun.”

Wanita satu ini!

Dia benar-benar hanya ingin menjauh darinya!

Jiang Han berdiri dan menatapnya dengan tatapan dingin, “Kalau aku tidak menyetujuinya? Apa
kamu akan tetap keluar?”

“……” Kali ini giliran Ye Rou yang tidak bersuara.

Dunia keuangan sangat kompleks dan sensitif, sedangkan Ye Rou saat ini hanya memiliki sedikit
pengalaman kerja. Kalau dia ingin memasuki perusahaan lain nantinya, sepertinya akan sangat sulit.

Dia tidak ingin bertaruh mengenai karirnya dengan Jiang Han.

Tapi bagaimana cara membujuknya?

Saat memikirkan hal itu, sesaat kemudian kata-kata yang keluar dari bibir Jiang Han membuatnya
terkejut.

“Saat nanti kembali, berikan aku surat aplikasimu. Aku berjanji padamu!”

Ye Rou menengadah menatapnya terkejut.

Raut wajah Jiang Han terlihat tegang, tapi kemudian terlihat senyuman tipis, lalu dia berkata: “Tapi
malam ini kamu harus tidur disini, jangan kembali ke villa! Besok pagi aku akan mengantarmu kembali.”

“Tapi…..” Harusnya dia tidur bersama dengan Ruan Feng, tapi sekarang harus tidur bersama
dengannya? Bagaimana nanti dia harus menjelaskan pada Ruan Ying dan Ruan Feng?

“Tidak ada tapi tapi!” Jiang Han dengan cepat memotong kata-katanya, “Kalau kamu berbicara lagi,
apa yang tadi ku katakan tidak akan valid lagi!”

Ye Rou langsung menggigit bibirnya, dia tidak berani membuka suara lagi.

Sambil memegang erat selimut di tangannya, dia menatap Jiang Han dan berkata: “Aku perlu
menelepon.”

“Menelepon Ruan Ying?”

“…..Emm.”
“Tidak perlu. Dia sudah tidur dan tidak memperdulikanmu.” setelah mengatakan itu, Jiang Han
kembali menatap Ye Rou, “Ye Rou, apakah Ruan Feng mencintaimu atau tidak, apakah kamu sudah
memastikannya?”

Kata-katanya mengejutkan Ye Rou. Dia menunggunya melanjutkan kalimatnya, tapi Jiang Han tidak
mengatakan apapun lagi dan menutup bibirnya.

Malam ini, Ye Rou sudah terlalu lelah dan dia tidak ingin menabur garam di atas lukanya.

Setelah menunggu beberapa saat, Ye Rou tidak menunggu lagi kata-kata Jiang Han, dia juga tidak
bertanya lebih dan hanya mengingatkannya: “Kamu…...kembalilah, jangan sampai Ruan Ying salah
paham lagi.”

Ye Rou tidak sabar untuk membuang dirinya sendiri!

Kata-kata itu membuat Jiang Han merasa kesal. Dia memandang Ye Rou dengan berat, mematikan
lampu kamar dan berjalan keluar tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Tiba-tiba semuanya kembali hening.

……

Dalam kegelapan, Ye Rou masih menatap ke arah pintu. Suara langkah kaki Jiang Han perlahan
menghilang sampai tidak terdengar lagi. Saat itu, hatinya terasa kosong dan tidak nyaman, dia pun tidak
bisa menjelaskan apa yang terjadi padanya.

Ye Rou berbalik dan meringkuk di dalam selimut.

Hari ini dia sangat lelah, tapi….

Saat ini dia merasa tidak mengantuk sama sekali.

Tangannya menyentuh bibirnya. Bayangan Jiang Han yang tadi menggigit bibirnya tiba-tiba muncul
di kepalanya, tanpa disadarinya jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.

Apa yang terjadi?

Kenapa hidupnya yang tadinya begitu tenang dan tentram tiba-tiba berubah menjadi seperti ini?
Tapi….dia sepertinya tidak bisa mengontrolnya….

Ruan Ying saat ini duduk tengah, menunggu Jiang Han kembali. Dia pergi kemana? Kenapa sampai
sekarang dia tidak kembali kembali?
Saat Ruan Ying merasa begitu gelisah, tiba-tiba dari luar terdengar suara bell.

Sudah pasti Jiang Han yang pulang!

Ruan Ying menghela nafas, lalu berlari untuk membuka pintu.

Melihat sosok yang berdiri di depan pintu, wajahnya yang dari tadi begitu gelisah sekarang penuh
dengan senyuman.

“Ku pikir kamu akan pergi dan meninggalkan kita.” Ruan Ying merangkul lengannya dan menatap
wajah Jiang Han yang terlihat kaku. Dia berpikir sepertinya Jiang Han masih marah karena kejadian tadi,
jadi dia berusaha membujuknya dengan bersikap manis: “Maaf Han, aku seharusnya tidak marah
denganmu tadi…….”

“Sudahlah Ruang Ying!” Jiang Han dengan dingin menyelanya, tidak hanya itu dia dengan kasar
menarik tangannya dan memperingatkannya: “Kamu sebaiknya tetap disini saja dan jangan berbicara
padaku untuk sementara!”

Jiang Han takut kalau amarahnya tidak bisa tertahan lagi dan melampiaskan segalanya pada Ruan
Ying!

Ruan Ying tidak menyangka kalau Jiang Han akan bersikap seperti itu, bibirnya yang tiba-tiba
membeku mencoba untuk bertanya: “……..Apa yang terjadi padamu?”

Jiang Han hanya menatapnya dingin tapi tidak menjawab sama sekali. Dia berbalik dan pergi ke
kamar tidur di lantai atas. Ketika Ruan Ying sudah kembali tersadar, dia melihat Jiang Han membawa
koper-koper turun ke lantai bawah.

Tanpa melihat ke arahnya sama sekali, Jiang Han kemudian berjalan kembali ke kamar mereka.

“Han! Apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kamu hanya mengambil koper Ye Rou dan kopermu
saja?” Badan Ruan Ying gemetaran, dia bergegas menarik tangan Jiang Han dan menggenggamnya
dengan erat, “Aku tidak akan membiarkanmu pergi!”

Jiang Han menatapnya lalu melihat ke arah genggaman tangannya. Wajahnya dan sorot matanya
terlihat begitu dingin dan kelam, membuat Ruan Ying bergidik melihatnya.

“Lepaskan!”

Hanyalah satu kata, tapi sekeras batu yang keluar dari bibir Jiang Han.

Bahkan bibirnya juga sangat dingin.


“Aku tidak mau lepas! Ada apa denganmu? Kenapa kamu melakukan ini padaku?” wajah Ruang
Ying terlihat pucat, matanya yang indah sudah berkabut.

Dia tidak pernah memperlakukannya seperti ini.

Perasaan seperti ini membuatnya panik dan gelisah, seolah-olah ada sesuatu yang tak bisa
ditahannya…..

Tatapan mata Jiang Han terlihat berat, kemudian dia berkata, “Ruan Ying, kita putus saja. Lain hari,
aku akan memberikan penjelasan pada kedua bela pihak keluarga.”

Ruan Ying menatapnya tertegun.

Seharusnya dia merasa terkejut, tapi dia memang merasa hal ini akan terjadi cepat atau lambat.

Saat acara tahunan waktu itu, dia sudah memikirkan hal ini, benar kan?

“Apa…...ini semua karena Ye Rou?” Ruan Ying bertanya dengan matanya yang memerah.

“Ini tidak ada hubungannya dengannya.” jawab Jiang Han dengan nada datar dan suara yang dingin,
tidak ada rasa penyesalan sama sekali.

“Tidak ada hubungannya dengannya? Kamu bohong!” Ruan Ying berseru dan menangis, kemudian
bertanya dengan penuh kebencian: “Jiang Han, kamu mencintainya kan?”

Tanpa mengangguk, tapi juga tidak menyangkalnya. Jiang Han hanya terus menatapnya dan
memberinya peringatan: “Jangan sakiti dia lagi! Dia tidak pernah ingin masuk di antara kamu dan aku.”

Ruan Ying hanya bisa berdiri membeku, dia bisa merasakan hawa dingin merambat dari kakinya
sampai menusuk hatinya.

Dia memang tidak pernah ingin masuk di antara mereka, tapi…….dia sudah berhasil menghancurkan
mimpinya tentang pernikahan dengan Jiang Han…….

Bagaimana bisa memaafkannya? Bagaimana bisa tidak membencinya?

……

Di dalam villa terasa begitu sunyi dan dingin. Membuat Ye Rou merasa gelisah.

Intinya, sampai saat ini dia masih belum bisa tertidur.

Dalam kepalanya, ada beberapa pertanyaan yang seharusnya tidak dipikirkannya. Contohnya seperti;
Apakah Jiang Han sudah tertidur sekarang? Atau….mungkin dia masih bersama Ruan Ying, seperti
ciuman yang diberikan padanya waktu itu, sekarang dia pasti sedang mencium Ruan Ying dengan
lembut…….

#####Bab 49 Hampir hilang

Tiba-tiba dadanya terasa sesak sakit. Ye Ruo turun dari kasur tanpa alas kaki dan berjalan menyalakan
lampu.

Ketika cahaya lampu menerangi seluruh isi ruangan, seketika dia merasa sedikit legah.

Wajahnya masih terasa perih karena luka cakaran itu. Ye Rou berjalan ke kamar mandi untuk melihat
lukanya di kaca, tapi ketika dia melihat pakaian renangnya di dalam keranjang.

Dia terkejut dan baru menyadari kalau sekarang dia sedang mengenakan jubah tidur.

“……” Tidak mungkin…….Jiang Han yang mengganti bajunya kan? Tapi kalau memang seperti
itu…..berarti dia melihat dirinya telanjang?

Ketika memikirkan kemungkinan itu, Ye Rou menggigit bibirnya, tidak mau membayangkan lebih
jauh lagi.

Dia tidak lagi peduli dengan luka di wajahnya, sekarang wajahnya tersipu malu. Ye Rou berjalan ke
arah jendela mengangkat sedikit tirai dan menatap pemandangan malam di luar jendela.

Malam hari seperti ini, keadaan di luar masih lumayan sibuk. Kamu bahkan bisa melihat sekelompok
orang yang sedang bermain kartu poker di villa seberang, meskipun dia tidak terlalu bisa mendengarkan
apapun, tapi kamu bisa mendengarkan betapa serunya mereka bermain.

Sebaliknya, dia sekarang berdiri di sini seorang diri…….terlihat begitu menyedihkan.

Perlahan Ye Rou menutup tirai jendela lalu melangkah keluar dari kamar mandi. Dia tidak menyadari
tiba-tiba ada sebuah mobil Hummer yang perlahan-lahan masuk terparkir di depan villa.

……

Jiang Han membawa koper masuk ke dalam villa.

Dia melempar kunci di atas sofa ruang tengah, tanpa berhenti dia langsung berjalan ke kamar yang
berada di lantai bawah.
Tanpa berpikir banyak, dia seharusnya tidak mengganggunya karena pasti Ye Rou juga sudah
tertidur.

Tapi…….

Saat mendorong pintu kamar, dia tidak melihatnya di atas kasur.

“Ye Rou?” Jiang Han berjalan perlahan-lahan ke kamar mandi lantai bawah. Tapi dimana dia?

Jiang Han perlahan mulai cemas, mengerutkan alisnya.

Sudah begitu malam, kenapa dia belum tidur dan dimana dia sekarang?

Hari ini dia sudah mengalami begitu banyak masalah besar dan sekarang dia menghilang?

Kecemasan di dalam hatinya semakin membesar.

Jiang Han berjalan naik menuju kamar yang ada di lantai atas.

Tapi di lantai atas terasa begitu dingin dan dia juga tidak menemukan sosok Ye Rou.

Jiang Han berbalik lagi, bergegas menuju dapur yang ada di bawah, tapi Ye Rou masih tetap tidak
ada!

Wajahnya terlihat semakin cemas tidak karuan.

Sampai akhirnya…….

Ketika dia membuka pintu kamar mandi.

Di bawah cahaya lampu. Sesosok wanita yang langsing duduk di tepi bak air panas. Sepasang kaku
yang seputih salju terbenam di dalam air.

Saat ini kepalanya tertunduk seperti sedang berpikir sangat serius. Rambutnya terjatuh sehingga
menutupi setengah wajahnya, membuat Jiang Han tidak bisa melihat ekspresinya saat ini.

Santai.

Ujung bibirnya juga terlihat santai.

Sepertinya hanya dia saja yang merasa terlalu gugup.

“Kenapa kamu belum tidur?”


Suara yang tiba-tiba datang mengejutkan Ye Rou, dia mendongak dengan terkejut.

Ye Rou sangat terkejut melihat Jiang Han.

Jiang Han sudah mengganti jubah tidurnya, sekarang dia hanya mengenakan pakaian biasa. Di malam
hari seperti ini, dia terlihat bersih dan segar, tidak seperti penampilannya saat berada di kantor yang
terlihat begitu berwibawa, sekarang dia hanya terlihat seperti pria besar.

“Apa yang kamu lihat?” melihatnya dari tadi menatapnya, Jiang Han menunduk dan melihat apa ada
yang aneh pada dirinya.

Setelah bertanya, Jiang Han baru menyadari kalau Ye Rou hanya memandangnya terpana.

Karena merasa malu, Ye Rou memalingkan wajahnya dan tertunduk memandang kakinya yang
terbenam di dalam air, “Kenapa kamu datang lagi?”

Jiang Han tidak mendekatinya tapi hanya bersandar di pintu kamar mandi dan menatapnya dalam,
“Apa kamu ingin aku tidur dengan Ruan Ying?”

Ye Rou menggigit bibirnya, dia mencoba membuat suaranya terdengar acuh tak acuh, “Itu
urusanmu….”

“Benar, itu memang urusanku.” Jiang Han mengangguk, memalingkan wajahnya lalu menatap ke
langit-langit kamar mandi dan menambahkan: “Malam ini aku akan tidur disini.”

“Apa?” Ye Rou mengangkat kepalanya dan memandangnya dengan takjub.

Jiang Han meliriknya dan berbalik.

Ye Rou tertegun masih duduk di tepi bak, berusaha mencerna setiap kata-kata Jiang Han, kemudian
dia bergegas bangkit dari sana dan berlari ke arah Jiang Han, “Presdir Jiang.”

Ketika dia sampai di ruang tengah, Jiang Han sudah duduk di sofa menonton TV dengan santai.

“Ini kopermu. Coba kamu cek apakah ada barang yang tertinggal atau tidak.” Ketika melihat Ye Rou
keluar, dia menggunakan dagunya untuk menunjuk ke arah koper.

Ye Rou berjalan mendekatinya.

Dia berdiri di depannya

Jiang Han masih bersandar di sofa.

Bayangan Ye Rou menghalangi pandangan Jiang Han.


“Kamu…..kamu malam ini benar-benar akan tidur disini?”

“Minggir sedikit.” Jiang Han memperingatinya dengan suara pelan, “Kamu menghalangi
pandanganku.”

Ye Rou tetap berdiri di hadapannya, dengan ragu-ragu kembali membuka suara: “Kenapa? Bahkan
kalau…….kamu tidak memperdulikan posisiku, tapi Nona Ruan….”

Jiang Han mengerutkan keningnya, kesabarannya seperti sudah habis lalu memotong kata-kata Ye
Rou: “Ye Rou, kamu ini benar-benar cerewet ya!”

Ketika Jiang Han menyelanya, Ye Rou tiba-tiba merasa dalam hatinya tidak nyaman, seperti ingin
menangis sampai membuat hidungnya terasa sakit.

Apa yang salah denganku? Aku hanya ingin hidup tenang, sederhana jauh dari masalah seperti ini.

Melihatnya seperti ini, Jiang Han tidak bisa sama sekali marah padanya. Dia menghela nafas tak
berdaya, kemudian menarik tangan Ye Rou.

Ye Rou sedikit melawan, tapi Jiang Han menariknya dengan kuat sampai duduk di pangkuannya.

“Ah!” Dia terpana pada otot-otot kuat yang merangkul tubuhnya. Ye Rou memalingkan wajahnya
menatap Jiang Han, matanya terlihat gelap dan dalam, membuat jantung berdegup kencang. Beberapa
saat dia duduk di pangkuan Jiang Han dan tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.

Jiang Han melingkarkan satu tangannya di pinggang Ye Rou, satu tangan lagi menyentuh wajah Ye
Rou.

“Ye Rou, kamu dengarkan aku baik-baik…….” Matanya bersinar saat menatap Ye Rou dan suaranya
yang dalam saat ini terdengar sangat seksi. “Nanti tidak akan ada lagi Ruan Ying di antara kita. Jadi
jangan sebut-sebut lagi namanya di depanku. Kalau tidak aku akan kecewa padamu.”

Ye Rou sangat bingung saat mendengar Jiang Han, bibir halusnya bergerak tapi tidak bisa
mengeluarkan suara.

Jiang Han menatap dalam wajahnya yang kecil, jari-jemarinya mengelus ke dalam rambutnya lalu
mencubit lembut pipi Ye Rou, “Antara aku dan dia sudah tidak ada lagi hubungan pertunangan. Jadi…..di
masa depan, tidak peduli apapun, kamu tidak akan menjadi orang ketiga. Sudah mengerti?”

Tidak ada lagi pertunangan? Jadi, dia dan Ruan Ying…..sudah putus?

Entah mengapa jantungnya terasa berdetak semakin kencang.


Dia takut tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri, Ye Rou kemudian meremas celananya, berusaha
untuk menyadarkan dirinya.

Kemudian dia menatap Jiang Han dengan bingung, “Meskipun tanpa Ruan Ying, kita….”

“Kamu ingin mengatakan Ruan Feng?”

Ye Rou menggigit bibirnya keras, “……..Aku tidak akan mengkhianatinya, aku menyayanginya!”

“Benarkah?” Jiang Han tersenyum sinis, seperti ada emosi yang bergejolak dalam hatinya, “Apakah
itu cinta sejati, seperti yang sering kamu katakan?”

Ye Rou memalingkan wajahnya karena malu, bulu matanya yang panjang juga ikut bergetar, “Cukup
aku yang tahu, aku tidak perlu meminta persetujuan darimu…..”

Wanita kecil yang keras kepala dan konservatif.

Butuh sebuah dorongan untuk Ye Rou bisa mengakui kalau dia tidak mencintai Ruan Feng lagi.

Jadi…….

“Baiklah, kalau kamu benar-benar mencintai Ruan Feng.” Jiang Han berkompromi, “Jadi sekarang
yang menjadi orang ketiga adalah aku. Dan…….”

Jiang Han terhenti sesaat, jari-jarinya melingkarkan mengelus lembut rambut Ye Rou. Matanya gelap,
seperti jaring kedap udara yang membungkus tubuh Ye Rou, “Aku tidak masalah menjadi orang ketiga.”

Ye Rou tiba-tiba merasa pikirannya seketika menjadi kosong. Ketika dia mulai tersadar, Ye Rou
berusaha untuk bangkit berdiri dari pangkuannya. Tapi Jiang Han tidak memberikannya sedikitpun
kesempatan untuk kabur dan langsung memeluknya erat.

Kakinya yang putih dan indah menggantung di lengan Jiang Han yang kuat. Karena terlalu gugup
kedua kakinya menempel erat.

Dan secara reflek dia menggantungkan kedua tangannya di leher Jiang Han.

Situasi sekarang terasa sangat canggung di antara mereka. Ye Rou tidak berani menatap wajahnya,
dia berusaha menunduk serendah mungkin.

Tapi dalam hatinya entah mengapa terasa begitu hangat dan nyaman.

Jiang Han berjalan masuk ke kamar, membungkuk dan meletakkannya di atas kasur. Ketika dia
membungkuk, jarak antara mereka berdua sangat dekat, ujung hidung mereka hampir saling menempel.
Mereka bahkan bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain.
Jiang Han terdiam dengan posisi seperti ini dan menatap dalam Ye Rou.

Ye Rou berbaring di atas lengannya, sejenak dia lupa untuk memalingkan wajahnya.

Mata mereka saling berpaut seperti ada benang yang saling menarik hati mereka. Ketika debaran
jantungnya semakin kencang, Jiang Han tidak mampu menahan dirinya lagi, kemudian dia mencium bibir
Ye Rou.

Sepertinya Ye Rou tidak mengharapkan hal ini terjadi, tapi sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya
ada harapan samar. Ketika ciuman itu mendarat di bibirnya, Ye Rou hanya terkejut sesaat.

Kakinya melengkung tanpa sadar, sedangkan kedua tangannya mengencang tanpa daya.

Ciumannya liar dan ganas.

Ini membuat Ye Rou yang tidak berpengalaman, tidak bisa menolaknya. Lidahnya berusaha
mengetuk membuka gigi Ye Rou, sesaat kemudian lidah Jiang Han sudah menggulung lembut di dalam
mulutnya yang manis dan lembut.

Yerou merasa seolah-olah sekujur tubuhnya terbakar panas, dia mendongak terengah-engah. Dimana
posisinya sekarang membuat Jiang Han semakin mudah untuk menciumnya lebih dalam dan kuat lagi.

Jiang Han berpikir sepertinya dia sudah gila.

Godaan Ruan Ying bahkan tidak bisa membangkitkannya, Tapi, sekarang…….

Sekarang seluruh tubuhnya terasa menegang hanya karena ciuman dari makhluk kecil satu ini.
Membuat seluruh tubuhnya terasa sakit…….

Wanita yang ada di bawahnya, dengan rambut tergerai di atas bantul, meringkuk seperti awan.
Bingung dan ketakutan seperti peri yang hilang, tapi dia begitu menggoda, cukup membuat jantung pria
terdingin di dunia meledak karenanya.

Tiba-tiba pikiran Jiang Han semakin tidak terkendali, saat ini dia bisa membayangkan tubuh Ye Rou
yang putih lembut.

Sentuhan antara kulit dan kulit membuat Ye Rou terengah-engah.

Tubuh yang indah dan menawan.

Kulitnya yang seputih salju semakin merah merona.


Dengan gemetar Ye Rou meraih pergelangan tangan Jiang Han, “Jangan seperti ini…...jangan
lakukan ini…….”

Di dahi Jiang Han, terlihat ada keringat tipis yang keluar.

Matanya berkabut, menyimpan rasa sakit, tapi dia sudah begitu kecanduan dan tidak bisa mengontrol
dirinya…….

Seluruh tubuh dan pikiran Jiang Han sudah terangsang, dia bahkan bisa merasakan kesakitan di
sekujur tubuhnya.

Begitu mendengar penolakannya, Jiang Han tiba-tiba berhenti sama seperti jantungnya tiba-tiba terasa
berhenti sesaat. Tapi nyatanya, dia sudah tahu kalau akan menerima penolakan dari Ye Rou.

Setelah beberapa saat, perlahan-lahan Jiang Han menarik lengannya yang besar. Dia menatap Ye Rou
yang ada di bawahnya, “Takut?”

Karena Jiang Han masih tenggelam dalam nafsu, suaranya saat itu terdengar sangat seksi membuat
orang yang mendengarnya bisa langsung berdebar kencang.

Wajah kecil Ye Rou memerah, dia takut untuk menjawabnya. Dan dia masih menggenggam erat
tangan Jiang Han.

Apakah dia takut?

Ya, tentu saja sangat menakutkan.

Tapi bukan karena Jiang Han….

Tapi karena dirinya sendiri….

Dia pikir dia akan sangat ketakutan ketika Jiang Han mendekatinya seperti ini. Tapi, ketika tubuh
mereka saling bersentuhan dan telapak tangannya menyentuh kulitnya, Ye Rou bisa merasakan ini tidak
semenakutkan yang dibayangkannya.

Tapi…..

Dia malah hampir hilang tenggelam karena kecanduannya……..

Ye Rou tidak menjawab, Jiang Han berpikir kalau sepertinya dia sudah menyakiti Ye Rou lagi.

Ketika mengingat kejadian enam tahun lalu dia masih merasa bersalah dan sekarang….

Menyadari kalau Ye Rou terlihat ketakutan, dia tidak seharusnya terlalu buru-buru!
“Maafkan aku.” Jiang Han bergumam, nafasnya masih belum teratur, “Ini tidak akan terjadi lagi.”

Tentu saja.

Kalau tiba-tiba Ye Rou bersedia, itu akan menjadi masalah baru.

Ye Rou merasa malu dan jijik pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa…….dia tidak bisa melarikan diri
darinya?

Masih tetap mengabaikan Jiang Han, Ye Rou hanya menggigit bibirnya, menarik selimut,
membungkus dirinya dan berpaling dari Jiang Han.

Melihat Ye Rou memunggunginya, mata Jiang Han punggungnya tajam. Sepertinya dia memikirkan
Ruan Feng lagi saat ini….

Seketika matanya berubah seperti dipenuhi dengan awan gelap.

Akhirnya Jiang Han bangkit berdiri, menarik selimut untuk menyelimutinya lebih rapat, “Tidurlah,
besok pagi kita akan pulang.”

Bulu mata Ye Rou bergetar, dia tetap tidak berbalik dan membiarkan Jiang Han mematikan lampu
kamar dan menutup pintu.

Dalam kegelapan, Ye Rou masih belum bisa tertidur.

#####Bab 50 Pergi ke tempatku

Bagian-bagian tubuh yang tadi disentuh oleh Jiang Han masih terasa sangat panas.

Apa yang terjadi padaku?

Ruang Feng adalah pacarnya, tapi entah mengapa setiap dia mendekatinya, Ye Rou selalu
menolaknya.

Ye Rou tidak bisa tahan dengan ciuman yang begitu dalam.

Belum lagi tadi sentuhan Jiang Han membuatnya tenggelam dalam.

Nanti…….bagaimana dia harus menghadapi Ruan Feng? Ye Rou tidak bisa membayangkannya.
Keesokan harinya.

Ye Rou bangu lebih awal, dia berdiri di depan cermin menatap wajahnya, ada sedikit rasa takut dalam
dirinya.

Karena semalam dia tidak bisa tidur, jadi sekarang kantung mata hitamnya benar-benar jelas terlihat.

Beberapa bekas cakaran sudah mulai membaik, mata merah dengan kantung mata hitam membuatnya
sedikit menyeramkan.

Dia takut tidak bisa pulang dengan wajah seperti hantu ini…...

Jiang Han membawa koper satu per satu masuk ke dalam mobil. Ye Rou berdiri di samping sedang
memegang ponsel dan akan menghubungi Ruan Feng.

Selama itu Jiang Han terus menatapnya tapi Ye Rou tidak berani melihat ke arahnya, ada rasa
bersalah dalam hatinya. Dia berbalik dan memunggungi Jiang Han.

Karena masih sangat pagi, Ruan Feng belum sepenuhnya sadar ketika mengangkat teleponnya. Saat
mendengar Ye Rou mengatakan kalau dia akan pulang duluan dengan Jiang Han, Ruan Feng mengira dia
salah mendengar.

“Kamu dan kakak ipar pergi duluan, lalu bagaimana dengan kakakku?” Ruan Feng langsung bangkit
duduk dan mengelus dahinya. Tapi yang pertama dipikirkannya adalah Ruan Ying.

“…...Dia sepertinya belum bangun?” Ye Rou tidak yakin.

“Kenapa kamu tiba-tiba ingin pulang lebih awal?” Ruan Feng semakin merasa ada yang aneh.

Ye Rou merasa sangat malu, dia bingung bagaimana harus menjelaskan padanya. Kalau dia tetap
tinggal dan membiarkan Ruan Feng melihat luka di wajahnya, dia semakin bingung bagaimana
menjelaskan segalanya dari awal.

Ketika Ye Rou sedang kebingungan, tiba-tiba ponselnya dirampas oleh Jiang Han. Ye Rou terkejut
berbalik, Jiang Han menatapnya dan menggenggam ponselnya, dengan tenang membuatkan alasan
untuknya: “Kita harus kembali secepat mungkin karena ada urusan dadakan di kantor. Kamu tunggu Ruan
Ying bangun dan pulanglah bersamanya.”

Setelah penjelasan singkat, Jiang Han tidak banyak bicara dan langsung menutup teleponnya.
Berbalik dan melemparkan kembali ponsel itu ke Ye Rou, “Masuk mobil!”

Apakah tidak masalah dengan penjelasan singkat seperti itu? Ye Rou merasa ragu.

……
Di sisi lain.

Setelah mendengarkan penjelasan singkat Jiang Han, Ruan Feng termenung sesaat sebelum bangkit
dari kasur.

Jiang Han membawa Ye Rou dan meninggalkan Ruan Ying disini?

Tiba-tiba dia teringat dengan perkataan Jiang Han padanya saat di kolam air panas kemarin. Terkejut,
Ruan Feng langsung berlari, mengambil mantelnya dan turun ke lantai bawah.

“Kak!”

“……” Tidak ada jawaban sama sekali.

Dadanya terasa tegang, Ruan Feng memiliki firasat buruk.

“Ruan Ying!” tanpa sadar dia semakin meninggikan suaranya.

“……” Tapi seluruh villa terasa sangat hening.

Merasa sangat cemas, tapi ketika dia berjalan beberapa langkah di tangga. Ruan Feng merasa lega
melihat sosok Ruan Ying duduk di sofa ruang tengah.

Baiklah…….

Setidaknya dia masih ada disini.

“Kenapa kamu duduk disini dan tidak menjawabku?” Ruan Feng perlahan menghampirinya.

Baru ketika dia semakin mendekat ke arahnya, Ruan Feng menyadari kalau suasana hati Ruan Ying
sedang tidak bagus.

Ruan Ying hanya duduk di sofa menatap kosong ke lantai, bahkan dia tidak sadar ketika Ruan Feng
menghampirinya. Seluruh tubuhnya seperti dipenuhi dengan kabut, mengisolasinya dari dunia luar.

Sambil terengah-engah, Ruan Feng menggenggam bahunya dan mengangkatnya, “Kak?”

Tiba-tiba Ruan Ying mulai sadar dari lamunannya, mendongak ke atas, tatapannya matanya mulai
fokus.

“Ruan Feng…….” Ruan Ying bergumam, suaranya tercekat. Sesaat kemudian dia memeluk Ruan
Feng dengan erta.
Perasaan tak berdaya dan sedih bercampur menjadi satu.

Ruan Feng membeku.

Dalam pelukannya, dia bisa merasakan lembutnya kulit Ruan Ying dan wangi parfum DIOR, yang
membuat jantungnya bergetar.

Dia selalu bermimpi untuk bisa memeluknya seperti ini.

Tangannya yang kaku menggantung di sisi tubuhnya, kemudian dengan ragu menepuk pelan dan
lembut punggung Ruan Ying, kemudian dengan lembut membujuknya, “Kenapa? Kenapa kamu
menangis?”

“Dia ingin putus denganku…..Ruan Feng…..dia memutuskanku karena Ye Rou!” Air matanya
bercucuran dengan penuh isak tangis.

Air matanya jatuh membasahi tangan Ruan Feng, membuat hati Ruan Feng juga ikut merasa perih.

Dia sudah tahu akan seperti ini.

Jadi…..

Ketika mendengar kata-kata Ruan Ying, dia tidak terkejut sama sekali.

“Ini…..mungkin bukanlah hal yang buruk.” Berusaha menenangkannya dengan menepuk lembur
punggungnya. Karena yang mereka jalani bukanlah cinta, jadi tidak apa-apa kalau mereka putus.

“Aku mencintainya….kamu tahu betul, bagaimana aku benar-benar mencintainya….. Ruan Feng,
tolong bantu aku! Tolong aku! Hem?” Hanya di hadapan Ruan Feng, Ruan Ying bisa melepaskan harga
dirinya yang begitu tinggi. Dengan suara serak dan putus asa memohon pada Ruan Feng.

Ruan Feng memeluknya erat, dengan rasa sakit di hatinya di menjawab: “Bagaimana aku bisa
membantumu? Ruan Ying, apa yang harus ku lakukan supaya kamu bahagia?”

Kalau Jiang Han hanya bisa memberinya penderitaan, Ruan Ying akan bersedia untuk…..

“Bantu aku, tetaplah bersama dengan Ye Rou…….” Dengan berlinangan air mata, Ruan Ying
memohon tak berdaya pada Ruan Feng, “Jaga dia di sisimu, jangan biarkan dia jatuh cinta pada Jiang
Han! Aku mohon Ruan Feng!”

Ruan Feng menatapnya dengan bingung, hatinya seketika terasa semakin perih.

Dia ingin memberitahunya kalau perasaan seseorang tidak ada yang bisa mengontrolnya. Sama
seperti dia…...dia bahkan belum bisa mengontrol perasaannya terhadap Ruan Ying…..
Dia juga ingin mengatakan, kalau cinta itu tidak bisa dipaksakan. Seperti contohnya, dia juga enggan
dan tidak bisa mencintai Ruan Feng…..

Tapi…...

Melihat kesedihan yang keluar dari air matanya, seluruh kata-kata ini tidak mampu dikatakan Ruan
Feng. Kemudian dia hanya bisa mengangguk dengan lembut, “Baiklah, aku akan membantumu….nanti
kita coba.”

Adapun…...

Hasilnya, Ruan Feng tidak bisa menjanjikannya.

Di dalam mobil, berkendara sampai ke pusat kota.

Tak satupun dari mereka berbicara satu sama lain selama perjalanan. Saat mengingat kejadian
semalam, Ye Rou masih merasa sangat malu, selama perjalanan dia hanya melihat keluar jendela,
memandangi pemandangan yang indah.

Setelah sampai di kota, Jiang Han berencana untuk mengantarnya langsung ke rumah.

Tapi saat di jalan, Ye Rou berkata: “Di persimpangan depan nanti, turunkan saja aku di situ.”

“Kamu tidak pulang ke rumah?” Jiang Han meliriknya.

“Hem……” Ye Rou mengangkat tangannya dan menyentuh luka di wajahnya, “Aku akan mencari
tempat untuk tinggal sementara waktu.”

Jiang Han mengangkat alisnya, “Takut menjelaskan?”

Ye Rou tidak menjawabnya, jawabannya sudah jelas. Dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskan
luka di wajahnya pada keluarganya. Pasti Ye Yu akan panik kalau melihatnya seperti ini.

“Aku akan meminta pengacaraku mengurusnya, orang yang melakukan itu padamu sebentar lagi pasti
akan ditemukan, apa yang ingin kamu lakukan padanya?” Jiang Han tidak menghentikan mobilnya,
menatap lurus ke arah jalan sambil bertanya pada Ye Rou.

“Biarkan saja, aku tidak ingin membahas masalah ini lagi. Semua sudah berlalu.” Sebenarnya
dibandingkan dengan luka di wajahnya, Ye Rou lebih tidak bisa menerima fitnahan-fitnahan yang mereka
berikan.

“Kamu akan membiarkan orang-orang bodoh itu lepas begitu saja?” Jiang Han seperti tidak setuju
dengan keputusan Ye Rou.
“Lebih baik mengalah, ibuku selalu mengajarkan itu padaku.”

Jiang Han mendengus, “Jalan tengah sudah tidak cocok untuk orang-orang seperti mereka. Aku akan
membiarkan pengacaraku terus melanjutkan prosedur yang ada.”

Ye Rou mengerutkan bibirnya dan tidak memberi komentar lagi. Kenapa harus menanyakan
pendapatnya kalau dia sendiri sudah mengambil keputusan?

“Hei! Kamu mau kemana? Berhenti disini saja. Dari sini sudah dekat dengan kantor, aku akan tinggal
di area sini selama dua hari dan mengurus pekerjaan.” Ketika melewati hotel yang ingin ditujunya, Ye
Rou buru-buru mengisyaratkan Jiang Han untuk berhenti.

“Pergi ke tempatku.” Sambil mengunci pintu dan mengucapkan tiga kata itu, berhasil membuat Ye
Rou terkejut.

“Ke tempatmu?” Apa dia salah dengar?

“Hem, dua hari ini kamu tinggal di tempatku saja.” Jiang Han dengan santai mengangguk lagi untuk
mengkonfirmasi.

Seorang gadis keluar masuk di hotel? Tidak bisa, resiko keamanannya terlalu besar.

“Tidak! Kamu cepat turunkan aku sekarang juga!” Ye Rou langsung menolak tawarannya. Resiko
keamanan hotel? Tidak, tinggal bersamanya bahkan lebih bahaya daripada tinggal di hotel.

Terutama…...

Setelah tadi malam….

“……” Jiang Han tetap mengabaikannya dan terus mengemudikan mobil. Ye Rou merasa gelisah
mencoba untuk mendobrak pintu mobil.

“Jangan buang-buang energimu.” Jiang Han sudah tahu kalau dia akan bereaksi seperti ini.

Ye Rou melihatnya wajahnya yang terlihat santai, tiba-tiba dia merasa tertekan.

“Kamu sendiri sudah tahu aku tidak mungkin tinggal di tempatmu…..” Bahkan kalau Jiang Han
membawanya ke tempatnya sekarang, dia pasti akan mengambil kopernya dan pergi, bukankah sama saja
sia-sia dia menahannya sekarang?

Jiang Han menatap tajam ke wajahnya yang kusut, “Aku sudah mengatakan apa yang terjadi semalam
tidak akan terjadi lagi. Tadi malam…..itu adalah kecelakaan.”
Seketika wajah kecil itu berubah menjadi merah.

Memalingkan wajahnya, kemudian dengan keras kepala berkata, “Meskipun begitu…..tapi tetap
saja….”

Bagaimana dia bisa tinggal di rumah seorang pria tanpa alasan yang jelas.

Melihat wajahnya yang sudah memerah dan keras kepala, Jiang Han tidak lagi memaksanya.

“Tenang saja, aku beberapa hari ini tidak akan tinggal di tempatku.”

“Hem? Kamu mau pergi kemana?”

“Perjalanan bisnis.”

Perjalanan bisnis?

Ye Rou adalah sekretarisnya, tapi dia sama sekali tidak tahu jadwal Jiang Han. Beberapa waktu
terakhir ini, hampir seluruh pekerjaannya ditangani oleh Liu Dan, jadi dia tahu menahu sama sekali.

“Kalau begitu…...kapan kamu pegi?”

“Sebentar lagi.” Sampai di lampu merah, Jiang Han memberhentikan mobil dan berbalik memandang
Ye Rou, “Sekarang kamu tidak punya alasan lagi untuk menolak, anggap saja kamu membantuku
menjaga rumah selama aku pergi.”

Ye Rou meliriknya, “Aku tidak ingin merepotkanmu….”

Intinya, Ye Rou hanya ingin membuat hubungannya dengan Jiang Han jelas.

Jiang Han menatapnya dalam, “Bukankah kamu ingin mengajukan aplikasi itu? Ketika aku pulang
dan tidak melihat surat aplikasi itu di atas mejaku. Berarti kamu sudah terlambat.”

Ye Rou menatapnya marah. Sekali lagi dia mengancamnya menggunakan masalah ini! Tapi mau
tidak mau Ye Rou harus berkompromi.

Ye Rou tidak mengatakan apa-apa lagi dan melipat bibirnya. Lagi pula percuma berdebat dengan
Jiang Han, dia terlalu mendominasi dan tidak mau mendengarkan pendapatnya.

“Anak baik.” Jiang Han merasa puas, di ujung bibirnya terlihat sebuah senyuman tipis.

Dua kata sederhana, yang terdengar ambigu, seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Wajah
Ye Rou yang tadinya merah merona sekarang terasa semakin panas.
……

Ketika dia datang ke rumah Jiang Han untuk kedua kalinya, dia sudah tidak semalu pertama kali dia
datang.

Ketika Ye Rou berdiri melamun di depan pintu, Jiang Han membuka pintu dan mendorong bahunya
dari belakang, “Apa yang kamu lakukan? Ayo masuk.”

“Oh…….” Ye Rou menarik kopernya masuk ke dalam.

Jiang Han membuka pintu kamar tamu dan mengatur kamar untuk Ye Rou, “Tinggalkan kopermu
disini, beberapa hari ini kamu tidur disini saja.”

“…...Baik.” Ye Rou mengangguk lagi dan masuk ke dalam dengan patuh. Karena ini bukanlah
tempatnya, jadi dia tidak ingin melakukan kesalahan.

Jiang Han menatap lingkaran hitam di bawah matanya dan mengernyitkan dahi, “Kamu sebentar lagi
tidur saja.”

Sepertinya bukan hanya Jiang Han yang tidak bisa tidur tadi malam.

“Hem.” Saat melihatnya keluar dari kamar, sampai di depan pintu tiba-tiba Ye Rou memikirkan
sesuatu dan bertanya: “Oh iya, kamu kira-kira jam berapa akan pergi?”

“Malam ini, pesawat jam 8. Kenapa?”

Ye Rou menggelengkan kepalanya, “Tidak apa-apa, okelah kalau begitu.”

Tanpa mengatakan apapun lagi, Ye Rou menutup pintu kamarnya. Dia lalu mengeluarkan ponselnya
untuk menghubungi ibunya dan mengatakan kalau dia ada perjalanan bisnis selama beberapa hari ini.

Lian Tianhui tidak merasa curiga sama sekali, hanya mengingatkannya untuk memperhatikan
keselamatan selama bepergian.

Setelah menutup telepon, kemudian Ye Rou mengganti pakaiannya dengan baju tidur dan melempar
dirinya ke atas kasur beludru lembut, spreinya juga sangat lembut, wangi aroma deterjen.

Berbaring disana, dia menatap ke langit-langit kamar dan mulai berfantasi…...

Kasur ini, Ruan Ying sepertinya juga sudah tidur disini kan?

Dia tidak tahu kenapa, ketika memikirkan hal ini membuat perasaannya terasa tidak nyaman.

Anda mungkin juga menyukai