Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Ilmi

Alamat : jl. Elang Sakti, Kos Putri Srikandi Sami, Kec. Tampan, Pekanbaru, Riau

Email: ilmiilmi572@gmail.com

No. Tlp/ WA: 082285209221

Instagram: n.iilmi25

Tentang Diriku

Masa SMA ku sudah berakhir, tidak terasa sudah 9 tahun aku melewati masa sekolah
dan kemudian akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Aku merasa baru kemarin duduk
di bangku Sekolah Dasar yang setiap hari kerjaannya bermain dan terus bermain bersama teman-
teman tanpa ada masalah dan solusi yang akan dipikirkan. Kehidupan masa kecilku terbilang
fifty-fifty, mengapa aku bilang begitu karena disamping kebahagiaan yang kudapat bersama
teman-temanku dimasa kecil yang hingga sekarang masih ku dapat kebahagiaan itu dari mereka,
sehingga bisa dibilang mereka layak untukku jadikan sahabat walaupun sifat dan kepribadian
kami berbeda satu sama lainnya. Aku yang orangnya pendiam dan pemalu sehingga membuat ku
sulit untuk mendapatkan teman sedangkan sahabat ku kebalikannya dia orangnya mudah bergaul,
banyak teman dan hampir semua orang menyukainya. Menurut ku perbedaan itu baik perbedaan
itu adalah warna dalam kehidupan yang mewarnai dan melengkapi serta mengisi kekurangan-
kekurangan yang ada.

Disamping kebahagiaan itu ada kesedihan yang menyelimuti ku, dari aku berumur 2
tahun ayah sudah meninggalkan kami pergi menghadap sang ilahi, jangan ditanya aku sudah
pasti tidak mengingat wajah ayahku lagi jika aku ditinggalkan pada saat usia ku masih se dini itu.
Semalang-malangnya aku namun ada yang lebih malang dariku yaitu adikku, ayah pergi disaat
ibuku mengandung adikku. Sudah seperti cerita rasulullah yang ditinggalkan ayahandanya disaat
masih dalam kandungan ibundanya. Aku anak kedua dari tiga bersaudara seibu dan seayah. Aku
punya kakak dan adik, diantara kami bertiga hanya kakak yang punya kenangan bersama ayah
setelah itu aku, walaupun ada namun tak bisa mengingat apa-apa dan adikku yang lebih tidak
tahu apa-apa. Tak pernah aku sesedih ini dimana saat itu ketika kami sudah beranjak kanak-
kanak. Adikku sempat melontarkan sebuah pertanyaan kepada ibuku.
"ibu, ayah kita dimana?" pertanyaan itu dilontarkannya karena selama ini ia merasa ganjal dan
kebingungan melihat teman-temannya selalu dimanja oleh sesosok lelaki yang kerap dipanggil
'ayah' tetapi mengapa ia tidak demikian. Mendengarnya ibuku langsung memeluk adik kecilku
yang malang sambil menangis tersedu-sedu. Aku dan kakakku juga ikutan menangis walau tidak
tahu pasti alasan mengapa kami ikutan menangis hanya saja ketika melihat ibu menangis hatiku
menjadi pilu.

Hari-hari berlalu ku lewati atas perjuangan keras seorang wanita single parent, ya benar
dia adalah ibuku. Aku percaya dengan takdir Allah bahwa rejeki, jodoh dan maut sudah tertulis
dilauh mahfuz, mungkin sudah takdir keluarga kami seperti ini dan janji Allah itu pasti bahwa
setelah kesulitan akan datang kemudahan. Kami dibesarkan dengan penuh airmata mengapa
tidak, sepeninggal ayah ibu tidak tahu harus berbuat apa, karena ibuku tidak bekerja dan rumah
yang kami tempati pun hanyalah rumah petak nan sempit. Bisa dibayangkan bagaimana
kehidupan kami saat itu, pedih memang tapi ibuku tidak pernah mengeluh ia selalu
menyemangati kami. Ibuku bilang "walau bagaimanapun keadaan kita, ibu mau anak-anak ibu
tetap bisa bersekolah dan mengaji, agar suatu saat nanti bisa menjadi orang yang sukses". Dari
saat itulah aku berfikir keras dan mendokrin diriku “aku harus sukses suatu saat nanti”, impianku
bisa kuliah dengan mendapat beasiswa dan melanjutkan study ke luar negeri yaitu Jepang
kedengarannya konyol dan mustahil memang jika meliha keadaan ku saat itu, tapi aku yakin dan
percaya bagi Allah tidak ada yang mustahil jika Ia berkehendak jadi maka terjadi lah. Janji Allah
itu pasti akan terjadi bahwa setelah kesulitan pasti akan datang kemudahan.

Ayahku seorang yang hebat, dia seorang anak piatu hanya punya ayah yang sudah
beristri lagi. Cerita yang ku dapat dari ibu di masa sekolahnya bahwa ayah sudah bekerja untuk
menghidupi dirinya sendiri, termasuk untuk biaya sekolahnya. Banyak hal yang dilakukan ayah
waktu itu mulai dari bekerja sebagai buruh, bekerja diladang orang mengangkut hasil panen,
mebuka jasa pembuatan tugas sekolah dan lain sebagainya. Ayah tidak pernah malu bahkan
setiap bekerja ayah selalu membawa buku yang dibacanya setiap waktu istirahatnya. Ayah ku
seorang yang pintar, jago berbahasa inggris dan otomotif serta agamais. Waktu SMP nya ia
meraih nilai tertinggi dan di masa STM juga begitu bahkan ayah ditawarkan beasiswa untuk
melanjutkan study ke Jepang, namun sayang tidak di ambilnya karena beberapa pertimbangan
waktu itu. Karena hal itulah menjadikan aku lebih semangat untuk melanjutkan study ke luar
negeri. Almarhum ayah adalah ispirator sekaligus motivator bagiku. Setiap selesai sholat aku
selalu mendoakan yang terbaik untuk ayah, semoga almarhum ayah mendapatkan surga Nya.
Serta doa kan kami ayah supaya menjadi anak yang sholehah serta sukses dalam urusan dunia
dan akhirat.

Setelah lulus SMA aku ingin sekali melanjutkan study ke perguruan tinggi, namun
melihat kondisi ekonomi keluarga ku saat itu, akupun berfikir kembali. Kakak saat itu masih
kuliah sedang kan aku baru tamat SMA dan akan melanjutkan ke bangku kuliah serta adikku
baru tamat SMP dan ingin mendaftar ke SMK. Pasti akan lebih banyak lagi pengeluaran keluarga
kami sedangkan pemasukan tidak seberapa hanya mengharap hasil panen kebun sawit
peninggalan ayah. Aku ingin sekali kuliah tapi disisi lain jika aku tetap ngotot untuk kuliah pasti
urang orang tua akan kesusahan untuk membiayai kami. Aku bicara pada diriku sendiri "aku
harus kuliah, tapi aku tidak boleh membebani orang tuaku". Lalu aku mencoba mendaftar
beasiswa, walaupun banyak persyaratan yang harus dipenuhi salah satunya nilai rapor harus
bagus dan termasuk 10 besar dikelas. Alhamdulillah semua persyaratan dapat aku penuhi, dan
pada akhirnya aku lulus beasiswa walaupun tidak membebaskan seluruh tanggungan orang tua
setidaknya aku sudah bisa membayar uang kuliah sendiri yang bisa dibilang cukup mahal itu.

Pada awal masa perkuliahan, moment pertama kali aku menjadi mahasiswa di
universitas no. 1 di Riau, aku lulus melewati jalur tes atau istilah lainnya SBMPTN (Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi), sebelumnya aku sudah pernah mencoba mendaftar lewat
jalur undangan atau SNMPTN di Fakultas Pertanian UB dan UNAND namun tidak satupun
jurusan yang aku daftar jebol. Karena pada awalnya orang tua tidak setuju kalau aku kuliah jauh-
jauh, karena banyak pertimbangan. Yang pertama, biaya kuliah pasti mahal. Kedua, biaya
trasportasi kesana pasti tidak murah yang namanya pesawat pasti mahal darimana orang tuaku
mendapatkan uang sebanyak itu. Ketiga karena jauh pasti tidak bisa sering-sering pulang karena
mengingat waktu perjalan yang tidak sebentar dan ongkos pulang pergi yang tidak sedikit. Itulah
pertimbangan orangtuaku untuk tidak mengizinkan aku kuliah ke Jawa. Tapi aku tetep kekeh
terhadap pilihanku, pada akhirnya aku sadar bahwa restu ibu itu sinkron terhadap ridho Tuhan.
Jika orang tua saja tidak meridhoi bagaimana Tuhan akan meridhoi. Tidak mengapa mungkin
rezeki yang ditetapkan oleh Allah untuk ku bukan disana, dan benar saja. Aku galau di pikiran ku
saat itu "Sedangkan masuk jalur yang dibilang mudah saja aku tidak jebol, apalagi masuk lewat
tes tulis yang saingannya ribuan orang". Namun kegalauan ku terbayar setelah lama menunggu
akhirnya hasil tes tulis ku keluar, Alhamdulillah aku dinyatakan lulus di FPK UNRI.

Kalau bicara soal percintaan aku bukan jagonya, tapi aku pernah mengagumi seseorang
karena kebaikannya, kesholehannya, serta sikapnya membuatku terkesima. Aku jatuh hati
padanya, namun segala perasaanku padanya hanya bisa kupendam. Aku bukan khadijah yang
berani mengutarakan perasaannya kepada Rasulullah walaupun lewat perantara orang lain. Aku
hanyalah seperti aisyah yang suka memendam kadang suka cemburu melihat ia dekat yang lain
padahal aku bukan siapa-siapa. Entahlah hanya takdir yang bisa menjawab semuanya jika dia
adalah jodohku maka akan suatu saat akan bersatu. Aku sering berdoa "yaa Allah jika dia adalah
jodohku maka satukanlah hati kami yaa Allah, pertemukan kami pada pada waktu yang tepat.
Jika dia bukan jodohku maka jadikanlah dia jodohku yaa Allah". Kadang jika diingat-ingat lagi
aku suka tertawa sendiri berdoa dengan memaksa (yaa Allah ampunilah hamba). Pernah suatu
hari aku pergi menemani sahabatku ke acara wisuda sepupunya. Lokasinya lumayan jauh di kota
waktu itu, aku yang berasal dari kampung tidak tahu menahu tentang jalanan dikota. Kami pergi
dengan modal nekat karena sahabat ku itu hanya bisa mengandalkan aku, karena dia tidak bisa
mengendarai motor. Maka dari itu mau tidak mau aku harus menemani nya. Diperjalanan pulang
demi mengejar matakuliah kami rela kehujanan. Sesampainya dikampus aku dan sahabatku
basah kuyup, tiba-tiba orang yang aku kagumi itu menawarkan jaketnya untuk dikenakan
padaku. Dengan malu-malu aku menolaknya, tapi tiba-tiba jaket itu sudah berada dipundakku.
Kemudian dia tersenyum dan akupun membalas senyumannya serta tidak lupa mengucapkan
terima kasih. Perasaan malu sekaligus senang bercampur aduk, detak jantungku tidak karuan.
Dalam hatiku terbesit sebuah pertanyaan apakah mungkin dia memiliki perasaan yang sama
dengan ku. Entahlah sekali lagi aku tekankan hanya takdir yang bisa menjawab semua itu.

Itulah sepenggal kisah perjalanan hidupku, namun masih banyak lagi kisah ku baik itu
suka maupun duka bukan maksud untuk curhat. Hanya saja aku ingin menulisnya dan
menjadikannya sebuah cerita. Bahwa dahulunya aku pernah menjadi orang susah dan insyaallah
akan menjadi orang sukses suatu saat nanti dengan takdir Allah. Seperti yang dijelaskan dalam
Q.S Al-Insyirah: 5-6 yang artinya:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan ada
kemudahan”.

Anda mungkin juga menyukai