Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

OLEH: ARDIYANSYAH

KELAS:XII.IIA.3

GORESAN MERAH DI DADANYA


Tak terasa satu tahun berlalu, saat itu sinar matahari bersinar di pagi hari. Ardi berada di
Panua. Panua merupakan desa yang berada di Alas bagian selatan Sumbawa, NTB. Di sana Ardi
membantu ayah yang sedang bekerja, Ardi selalu berpikir betapa susahnya mencari uang.
Waktu demi waktu berlalu, tak terasa jam menunjukkan 11:00 WITA. Ayah menyuruh Ardi
untuk pulang, karena Ardi harus membantu ibunya menutup kios di pasar. Di tengah perjalanan
tiba-tiba suara hpnya berbunyi, lalu ia berhenti dan melihat hpnya ternyata sms dari temannya
Asni dia bilang

” Sobat…..’ jadi gak kita pergi ke rumah Ariesta ” Ardi baru ingat kemarin Ariesta
mengundangnya, untuk datang ke rumah Ariesta untuk makan kelapa muda, lalu Ardi langsung
menelponnya.

“ Hallo……. Assaslamualaikum…… Ariesta kamu lagi di mana, jadi gak kita makan kelapa
muda itu”

kata Ardi. Dengan suasana yang gelisa karena cuaca yang panas. Ariesta menjawap

”Walaikumsalam…… ini lagi di rumah tunggu teman-teman yang lain, jadi sih acaranya
itu……. Ardi ayo dah datang ke sini. Lagi dimana kamu itu ”

dengan suara yang kecil dan pelan-pelan. Ardi pun membalasnya lagi

“ Oooooo…..!!!! ya sudah tunggu di situ, ini lagi di jalan, soalnya aku baru pulang dari
Panua. Bay the way ada kelapanya di situ ke…..?”

katanya. Sambil melihat ke atas. Ariesta menjawab

“Iya sudah ada kelapanya di sini, tinggal di makan saja” katanya. Aku membalas

“ Oooo ya dah tungguh aku di situ oke….. assalamualaikum” wajah yang senang. Ariesta
menjawap

”Ya dah wassalamualaikum”

Lalu Ardi bergegas menuju ke LBM (Labuan Mapin). Di perjalan ia tidak bertemu dengan
teman-temannya satu pun karena saking kencangnya ia membawah motor tidak ada satu
sepeda motor atau mobil yang menyalipnya. Gas di motornya sampai penuh di tarik, lalu tak
terasa dia tiba di LBM. Tiba di depan rumah Ariesta ternyata rumahnya sepi banget, dan Ardi
berkata dalam hati

“ Dimana mereka itu jangan-jangan mereka sembunyi ni....?”.

Lalu Ardi mengambil hp dan menelpon Ariesta

“ Assalamualaikum, dimana kamu kok sepi mbanget rumah mu ini”

katanya dengan suara keras. Ariesta menjawa

“Walaikumsalam, ini di kebun , tunggu dulu Dian ini aku ke situ, matikan sudah
telponnya dulu, assalamualaikum”

dengan suara yang santai.

“ Ya wassalamualaikum” katanya.

Tak lama kemudian Ariesta keluar dari gang kecil, lalu langsung mengajak Ardi ke kebunnya.
Sampai di kebun Ardi parkir motor di dekat kandang kuda, dan Ariesta sudah jalan duluan. Saat
Ardi sendiri dan hanya ada satu ekor kuda yang sedang enak makan, Ardi berjalan pelan-pelan
di belakangnya kuda. Dan tiba-tiba kuda itu mengejarnya

“ Ooooo inaaaaaaa……..lebur aku”

Katanya, Sambil berlari ketakutan dan tertawa. Ardi pun berusaha mencari akal agar lolos dari si
kuda jantan itu. Dan selang beberapa menit ia mencoba lagi dan berhati-hati agar si kuda tidak
melihatnya. Berkat usaha dan keberaniannya akhirnya dia lolos dari si MR. kuda. Tiba di dalam
kebun ternyata teman-temannnya sudah berkumpul, tetapi tidak ada satu pun teman
cowoknya, semuanya cewek. Mereka langsung menyapanya.

“ Ardi siapa teman mu…..?”

tanya Asri sambil meliriknya.

“Sendiri…!!!”
Ujar Ardi dengan nafas yang naik turun.

“ Kanapa kamu Ardi, kok kaya orang ketakutan”

kata mereka. Sambil tersenyum-senyum.

“ Aku di kejar sama kuda yang lagi makan tadi itu”

katanya. Sambil memegang sandalnya. Mereka semua terketawa karena melihat ekspresi Ardi.
Ia langsung mencari air

“ Ariesta mana kelapa mudanya itu, haus aku ini.”

Katanya dengan wajah yang suram.

“itu masih di atas pohon, maaf ya aku bohong sama kamu tadi itu….hahahahahaha
kasian dek lowww”.

Ardi pun menjawap

“aiiiiidaahhh….. coba aku tau masih di atas pohon, jangan harap saya datang…. Eeeee
semata moo kamu ini cape-cape saya datang dari Alas, aku kira dapat sini langsung kita
makan Eeeee”

katanya. Dengan ekspresi yang marah. Lalu mereka menyuruh Ardi memanjat pohon kelapa,
padahal seumur hidupnya. Dia tidak pernah memanjat yang namanya pohon kelapa. Ia pun
menjawap

“ Teman-teman cewek ku yang cantik, tidak sombong dan rajin menabung. Ngarom
sadar……!!! Saya gak berani naik kelapa soalnya tinggi”

katanya. Dengan suara yang santai dan mengangkat kedua tangannya.

“Terus siapa dah yang manjat, di sini kamu sendiri yang cowok. Masa’ cowok gak mau
berkorban demi cewek.”

Kata mereka dengan suara yang keras


“ Ya sudah apa boleh buat naik, gak naik harus naik ini.”

Katanya dengan kondisi pasrah.

Saat mereka mendengar keputusan itu bahwa Ardi bersedia memanjat pohon kelapa itu,
mereka senang dan gembira. Pertama-tama dia melihat semua pohon yang ada di kebun itu.
Dia mencari batang pohon kelapa yang kecil agar enak di panjat nanti, tapi semua batang
pohonnya sama besar, jadi dia bingung mau panjat yang mana. Tak lama kemudian dia
mencoba panjat pohon yang dekat dengannya, saat dia memanjat tak lupa ia mengucapkan

“Bismillah”

saat di pertengahan batang Ardi tidak kuat dan turun. Lalu ia mencoba pohon yang lainnya saat
di pertengahan batang dia tidak sanggup lagi menahan diri di pohon kelapa itu dan turun lagi.
Semua teman-temannya mengeluh dan Ardi juga merasa tidak enak dengan mereka. Dengan
melihat ekspresi mereka yang serba suram, Ardi mencoba lagi memanjat pohon kelapa itu. Saat
di pertengahan batang kelapa semua teman-temannya memberi semangat, lalu ia berhayal
menganggap itu panjat pinang saat di kampungnya.

“Ayoo ian….!!!! Ayoo nanti saya kasih uang seribu, nanti saya kasih uang dua ribu”.

kata Novia dengan suaranya yang nyaring.

“ Ardi jangan dah kamu paksakan diri nanti kamu jatuh”

kata Asri dengan hati yang khawatir.

“ iaadaaaa ya ku mate ta… suram dunia taaa eeee”.

Dengan wajah yang penuh dengan semut dan gelisah.

Ardi tidak mau menyerah dan ia berusaha sekuat tenaga. Padahal semua tubuhnya sudah sakit
akibat gesekan batang kelapa.

Tak lama kemudian dia sampai di atas pohon kelapa dan berkata
“ Minta tolong kasih aku pisau atau parang, biar enak aku petik kelapa ini”.

Perintahnya kepada teman-teman.

Mereka semua mencari parang dan bambu yang panjang supaya enak parangnya di ambil,
tetapi bambu yang mereka dapat pendek sehingga tidak dapat memberi parang tersebut.
Dengan hati yang sabar Ardi mencoba memutar kelapa itu dengan satu tanganya. Dengan
usaha yang maksimal ia cuma bisa memetik tujuh buah kelapa. Lalu ia mencoba turun perlahan-
lahan, tetapi musibah yang dia dapat dan tergeletak di atas tanah dan ia susah sekali bernafas
seakan-akan mau mati rasanya. Teman-temannya menertawainya mungkin mereka mengira
Ardi bercanda padahal dia kesakitan. Saat mereka menghampiri dan Ardi pun berkata

“ Air, air, air,…………….!!!!

Dengan wajah yang merah dan lemes.

“Tunggu dulu Ardi, aku pergi beli”

kata Novia dan Ariesta. Mereka terburu-buru karena melihat kondisinya yang begitu lemas.

“ Aidaaaaa aidaaaaa semut, semut, semut”

dengan menggaruk celana dalamnya.

“Dimana semutnya Ardi dimanaaaa.....?”

kata mereka. Sambil memperhatikan kondisi Ardi

“ Di dalam celana ku, aduuuuu aduuuuuu pengen ku buka celana ku ini”

katanya dengan suara yang tersendat-sendat. Mereka semua tertawa, tak lama kemudian
Ariesta dan Novia tidak muncul-muncul batang hidungnya, duluan Ardi mati kehausan kalau
begini, ada salah seorang temannya Echi namanya, dia mengambil parang dan membelah
kelapa tersebut, tak lama kemudian dia berhasil dan kelapa itu langsung di minum, untung ada
Echi. Setelah itu barulah muncul Ariesta dan Novia, teman Ardi dengan serentak berkata
“Duluan mati orang ketimbang tunggu kalian”

Ardi langsung berdiri dan berjalan seperti orang mabuk, lalu dia membuka baju dan melihat
dadanya ternyata, terlihat GORESAN MERAH DI DADANYA.

Dan itulah akibatnya jika kita ingin memaksakan diri.

SEKIAN.................   

Anda mungkin juga menyukai