Anda di halaman 1dari 21

Hujan Embun di Antara Doa, Iman

dan Cinta
Lagi-lagi cerita tentang persahabatan dan cinta. Jika diulangi
dengan seksama maka akan tahu perbedaannya. Jika kamu berada
dalam pilihan sulit, manakah yang akan kamu pilih? Cinta atau
persahabatan? Cinta selalu mengejarmu. Sahabat selalu berada di
dekatmu dan kamu takut mengkhianati sahabatmu. Cinta ditolak.
Sahabat dipertahankan. Jika cinta dan persahabatan ini disertai
keimanan kepada Allah SWT, apakah yang terjadi?
Tag Archives: Novel Cinta Islam

Chapter 1
Ujian Akhir Nasional telah berakhir sudah lama. Kini menantikan saat-saat
yang paling menegangkan yaitu menunggu detik-detik kelulusan. Semua
anak kelas tiga sudah berkumpul sejak jam 9 pagi tadi. Kepala sekolah belum
juga mengumumkan hasil kelulusan itu. Tampak mereka sedang kasak-kusuk
di tengah aula yang teduh. Anak-anak tersebut menantikan waktu-waktu
yang akan mengejutkan jantung agar tidak terlalu menegangkan. Mereka
ribut sendiri dengan aktifitas masing-masing. Ada yang berwajah pucat pasi.
Ada yang bersikap santai dan tenang tanpa ada sesuatu yang mengganggu
pikirannya. Ada yang sudah menangis duluan sebelum pengumuman
kelulusan diumumkan karena takut tidak lulus. Ada yang berwajah ceria.
Bermacam-macam variasinya dan sangat menarik untuk ditonton. Di tengah
lautan manusia yang sedang sibuk sendiri itu, Sarah dan Ana sangat panik
jika tak lulus. Sesekali Ana memegang kedua tangannya yang menggigil dan
terasa dingin seperti hidup di kutub utara. Pucat pasi dan sayu kedua mata
menemani. Sarah juga takut membayangkan dia tidak lulus karena selama
ini banyak masalah yang menimpa dirinya dan keluarganya.
Lama amat pak kepala sekolah mengumumkan hasil kelulusan. Pegal kakiku
duduk di lantai aula ini, ucap Ana yang langsung blak-blakan.

Iya.. kita udah tunggu sejak jam sembilan pagi. Sekarang sudah jam dua
belas siang. Capek aku jadinya, sambung Sarah yang tidak sabar.
Kalau sampai aku tidak lulus, aku akan bunuh diri.
Hush.. apa-apaan sih katamu itu, Ana? Jangan pesimis begitu dong Kita
semua pasti lulus.
Habis aku ini merasa sangat bodoh.
Nggak kelihatan begitu kok, kamukan sudah berusaha untuk belajar selama
ini. Kan, kamu bilang kemarin, kamu sukses menjawab semua soal ujian itu
tanpa merasa kesulitan sedikitpun. Ingat nggak
Oh iya, Ana manggut-manggut.
Kenapa bilang mau bunuh diri? Kalau kamu bilang seperti itu sama saja
kamu berdoa yang bukan-bukan. Kata-kata itukan bisa menjadi doa.
Ya karena kalau aku nggak lulus. Orang tuaku pasti marah. Akukan bisa
jadi stres bila orang tuaku marah. Aku takut membayangkan itu.
Janganlah bersikap seperti itu, semangat dong..
Hm Iya sih Baiklah.
Ana tidak merasa linglung lagi. Tiba-tiba dia mau bilang bunuh diri jika dia
tidak lulus SMA di tahun ini. Benar-benar putus asa dan prasangka buruk
kepada keadaan. Lama sekali mereka mengobrol hingga Kepala Sekolah
datang menghampiri aula yang dipenuhi lautan manusia tersebut. Kepala
sekolah memberikan kata sambutan terlebih dahulu dan memberikan
nasehat-nasehat yang baik untuk anak-anak kelas tiga itu. Kemudian pada
ujung yang paling menegangkan, dari kata-kata Kepala Sekolah yang siap
mengancam jantung untuk siap terkejut. Hasil pengumuman kelulusan akan
diumumkan.

Dari apa yang telah Bapak sampaikan kepada anak-anak sekalian. Semoga
kalian menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Setelah
Bapak mengumumkan hasil kelulusan ini, Bapak harapkan anak-anak
sekalian dengan lapang dada menerima hasil keputusan tersebut. Hasil
pengumuman kelulusan hari ini semuanya..
Kata-kata Kepala sekolah terputus mendadak dan Beliau memperhatikan
wajah-wajah pucat dari para siswanya. Tanpa menunggu lama, Kepala
Sekolah melanjutkan kata-katanya.
Bapak mengumumkan semua anak kelas tiga yang Bapak sayangi ini
SEMUANYA LULUS SERATUS PERSEN!!!
Hore kita lulus! seru semuanya kompak kegirangan.
Mereka saling berpelukan dan jingkrak-jingkrak gembira. Sebagian sujud
syukur. Ada yang berteriak senang. Ada yang menangis bahagia. Warnawarni ekspresi kegembiraan menambah semarak haru biru suasana
kelulusan. Ana dan Sarah saling sujud syukur. Riski juga sujud syukur
bersama Andi. Mereka sangat bahagia karena sudah lulus. Kehidupan baru
akan mereka jelajahi demi masa depan yang cerah benderang.
Oh ya Sar.. kamu mau lanjutkan kemana sudah lulus ini? tanya Ana
sambil tertawa lepas.
Ah aku nggak tahu, jawab Sarah dengan wajah yang berubah menjadi
kusut.
Lho.. Kenapa nggak tahu?
Kayaknya aku nggak bisa kuliah di tahun ini.
Kenapa?
Nggak ada biaya, makanya aku harus cari kerja dulu untuk mengumpulkan
biaya kuliah sendiri.

Kasihan kamu Sar kedua mata Ana tampak berkaca-kaca.


Ya mau bagaimana lagi Oh ya kamu mau kuliah di mana An?
Aku mau kuliah di padang. Nama universitasnya aku tak tahu. Pokoknya aku
mau menjadi seorang dokter. Kan, orang tua aku tinggal di padang
sekarang.
Kita berpisah dong
Hm Tapi, kita tidak boleh putus komunikasi. Kita selalu sms-an ya
Oke..
Sarah tertawa renyah bersama Ana. Di tengah-tengah manusia yang saling
meluapkan kebahagiaan, Riski memandang Sarah dari kejauhan. Sementara
Andi yang berada di sampingnya sedang berbicara dengan teman-teman
lainnya. Riski merasa bahagia melihat senyuman bahagia dari sang pujaan
hatinya. Hatinya mulai tergerak untuk segera menyatakan cinta yang telah
lama ia pendam sejak kelas satu SMA. Riski ingin melaksanakan aksinya.
Langkahnya mulai ia majukan. Tiba-tiba ia melihat wajah sedih dari Sarah
yang tampak mendung dan kusam. Riski membatalkan niatnya untuk
menyatakan cinta kepada Sarah karena suasananya saat ini tidak tepat. Tapi,
perasaannya menggebu-gebu ingin segera keluar untuk menjemput
perasaannya yang lain. Riski menjadi tak enak hati. Hingga Andi
memanggilnya untuk berkumpul dengan teman-teman yang ingin segera
pergi konvoi dengan sepeda motor masing-masing untuk merayakan
kelulusan yang terasa besar ini.
Ris jadi nggak kita keliling kota Pekanbaru dengan motor nih?
Semuanya sudah menunggu, seru Andi melambaikan tangannya di
kejauhan bersama teman-temannya.
Iya Jadi, aku segera ke sana, balas Riski dengan berteriak keras.
Cepetan dong

Iya,
Riski segera berlari-lari kecil. Sempat juga ia memandang sebentar ke arah
Sarah yang mulai bergerak meninggalkan aula bersama Ana. Semua orang
segera meninggalkan aula. Sebagian menyalami para guru yang sudah
ikhlas memberikan ilmu-ilmunya untuk murid-murid tanpa mengenal lelah
sedikitpun. Sebagian berhamburan ingin konvoi keliling kota Pekanbaru.
Sebagian lagi langsung pulang karena tidak sabar untuk memberitahukan
kabar baik ini kepada orang tuanya.
Riski menghampiri Andi. Andi langsung memeluk pundaknya dengan erat.
Teman-teman segera melangkah cepat ke arah parkiran sepeda motor. Riski
berwajah mendung. Andi yang selalu tersenyum seperti orang gila itu
langsung merasakan perubahan wajah Riski yang mendadak menurun
drastis itu.
Kenapa, kamu Ris? tanya Andi.
Ah Riski mendongak seperti orang bodoh.Nggak ada apa-apa.
Terus mengapa wajahmu nggak senang gitu?
Suer nggak ada apa-apa.. Riski menggeleng-geleng.
Masa???
Andi berkerut. Dia tidak percaya Riski tidak mengalami yang macam-macam.
Tapi, wajahnya masih suram. Seperti orang sedih begitu. Andi berpikir
kenapa sobat kentalnya itu berwajah seperti itu. Setelah lama berpikir, tak
terasa langkah kedua kaki sudah sampai di parkiran sepeda motor. Temanteman sudah mulai menunggang sepeda motor masing-masing. Andi
mendadak menghentikan langkah Riski yang hendak mengambil sepeda
motornya.
Tunggu dulu, Ris.. aku mau bicara sebentar.

Apaan?
Kalau kamu merasa gelisah, segera nyatakan cintamu kepada Sarah. Aku
merasa kamu sedih karena itukan? Karena kamu belum juga menembak
Sarah untuk mengungkapkan perasaanmu itu.
Ah Riski berkerut.
Teman-teman yang sudah menunggangi motornya masing-masing
keheranan melihat Riski dan Andi kelihatan tegang. Salah satu dari mereka
tidak sabar dan ingin segera cepat berangkat.
Woi Bro.. Kok malah ngomong terus dari tadi? Kapan kita berangkatnya.
Apalagi nih sudah jam satu lewat. Yang lainnya sudah duluan daripada kita.
Bagaimana nih?
Sssst kayaknya Riski lagi ada masalah dalam menembak cewek. Si Andi
berusaha menyemangati dia agar segera menyatakan cintanya kepada
cewek yang ia sukai, jawab dari seorang lagi.
Wah.. nggak apa-apa.. biar kita tunggu saja.
Andi dan Riski saling bicara terus. Hingga Andi memegang bahu Riski
dengan wajah yang tegas dan bijaksana. Biasanya dia berwajah polos dan
agak bodoh dalam menanggapi suatu perkataan. Kini tiba-tibanya ia menjadi
dewasa begitu.
Ayo cepatlah.. Nyatakanlah cintamu kepada Sarah. Kami akan
menunggumu sampai kamu membawa Sarah agar ikut bersama kita keliling
kota Pekanbaru.
Riski menganga karena mendengar kata-kata teman tulalitnya ini sudah
mulai menyambungkan tiap perkataan yang terlontar dari mulutnya. Tumben
si Andi ngomongnya mantap, seru Riski di dalam hatinya.
Baiklah, aku akan pergi mencari Sarah, Riski mengangguk pasti.

Teman-teman yang mendengarkan ikut campur juga untuk mendorong Riski.


Ayo Ris.. cepat kejar cewekmu itu sebelum dia pulang ke rumahnya.
Ini saat yang tepat untuk mengungkapkan cintamu.
Iya..
Betul Betul Betul
Kayak Upin dan Ipin dong Betul Betul Betulnya.
Nggak nyambung.
Begitulah seruan mereka yang membuat Andi dan Riski menoleh ke arah
mereka dengan tertawa terkekeh-kekeh. Mereka pun juga ikut tertawa. Riski
pun mengacungkan jempolnya untuk mereka.
Oke Bro..
Lets go.. seru mereka kompak.
Riski tersenyum. Dia segera berlari-lari cepat menyusuri sekolah yang mulai
sepi. Ia mencari Sarah secepat mungkin sebelum ia benar-benar sudah
pulang bersama Ana. Dia terus mencari di berbagai sudut sekolah tapi Sarah
tidak kelihatan. Apakah Sarah sudah pulang? Sudah berkali-kali Riski mencari
dan bertanya kepada teman-teman yang tahu tentang keberadaan Sarah
saat ini.
Nggak tahu, nggak kelihatan. Mungkin sudah pulang sama Ana.
Tadi, barusan aku nampak dia lagi jajan di koperasi di depan sekolah sama
Ana. Lihat aja di sana.
Informasi terakhir itulah yang didapatkan oleh Riski. Dia sudah ngos-ngosan
mengejar bayangan Sarah yang menghilang mendadak. Ia melangkahkan
kakinya menuju koperasi yang berada di luar sekolah. Koperasi mulai sepi.

Masih juga ada beberapa cewek-cewek yang berdiri sambil berceloteh di


depan koperasi itu. Tapi, sosok Sarah tidak tampak. Angan-angan kosong
tidak dapat diraih. Riski mulai putus asa. Sepertinya Sarah sudah pulang
bersama Ana. Riski ingin mengejar Sarah sampai ke rumahnya. Dia juga
tidak tahu di mana Sarah tinggal selama tiga tahun ini. Dia tidak pernah
berbicara sedikitpun dengan Sarah. Untuk mendekatinya pun tidak berani ia
lakukan.
Riski kehilangan jejak Sarah. Koperasi pun ia tinggalkan dengan tangan
kosong dan hati yang kecewa. Ia pun menuju ke tempat parkiran di mana
semua temannya menunggu dengan sabar. Riski berjalan dengan gontai
dengan wajah yang tertunduk lesu. Harapan untuk menembak Sarah hari ini
gagal total. Seperti tidak ada hari yang lain. Riski sangat kecewa.
Setiba di parkiran, Andi yang menunggu keheranan melihat Riski berjalan
dengan lesu seorang diri tanpa ada sosok Sarah yang berjalan di samping
Riski. Teman-teman yang lain pun juga keheranan dan menganga dengan
mulut yang selebar-lebarnya. Riski mendekati mereka. Lalu Andi memegang
bahu Riski dengan wajah iba.
Kenapa wajahmu lesu begitu, Ris? Apakah Sarah menolakmu?
Riski masih diam. Wajahnya mendongak ke atas langit biru yang penuh
awan-awan putih yang berjalan berdampingan. Napasnya sangat berat.
Kemudian ia menghela napas dalam-dalam.
Sarah tidak menolakku. Tapi, Kayaknya Sarah sudah pulang bersama Ana.
Aku terlambat menemui dia dan mengungkapkan perasaanku kepadanya.
Andi tersenyum penuh arti. Teman-teman yang menunggangi sepeda motor
masing-masing itu merasakan suasana yang sangat hambar. Riski tidak jadi
mengungkapkan perasaannya kepada Sarah.
Tenang saja, kan masih ada hari esok. Kitakan besok mengambil ijazah.
Kamu masih bisa menyatakan perasaanmu itu kepada Sarah. Betulkan
teman-teman?

Betul Betul Betul, sorak semuanya.


Mereka tertawa dengan terkekeh-kekeh. Karena mereka mencoba menghibur
Riski yang sedikit gundah gulana akhirnya membuat Riski ikut tertawa juga.
Pada akhirnya Riski mencoba menghibur hatinya sendiri. Hingga ia
memutuskan untuk berangkat konvoi keliling kota Pekanbaru bersama
teman-temannya. Karena keadaan Riski yang belum stabil. Andi yang
menunggangi sepeda motor milik Riski. Mereka bersiap menginjak pedal gas
motornya masing-masing.
Go Go keliling Pekanbaru!!!
Bruuuumm!!!
Semua sepeda motor langsung melaju. Meninggalkan sekolah yang mulai
sepi. Perasaan yang belum terungkapkan makin terasa mendalam di hati.
Apakah perasaan itu akan bersatu? Entahlah yang pasti masih ada esok
harinya. Perasaan itu ingin keluar menjemput perasaannya yang lain.
Allahlah yang tahu akan masa depan yang sebenarnya untuk memastikan
kejadian yang akan berlangsung. Riski belum menyatakan perasaannya
kepada Sarah. Sarah belum mengetahuinya. Betapa Riski sangat
mencintainya. Perasaan itu pasti akan sampai kepada Sarah. Sarah akan
mengetahuinya. Pasti akan mengetahuinya.
Tags: Novel Cinta Islam
Permalink Meninggalkan komentar
28AGU / 2011
Chapter 1

Di sebuah kelas yang sunyi dan hening ketika pagi hari


menunjukkan keceriaannya bersama burung-burung yang bernyanyi dan

sang surya yang selalu tersenyum menyambut dunia yang bercahaya.


Langkah kaki terhenti akan hendak meletakkan tas selempang ke atas meja.
Seorang cewek manis yang mengenakan jilbab putih melongok sebentar ke
arah pandangannya ke depan. Padahal tangannya akan bergerak meletakkan
tas selempangnya ke atas meja namun niat itu batal karena ia menyadari
pandangan seorang cowok yang berkacamata sedang duduk menatap ke
arahnya. Si cewek spontan memerah mukanya karena cowok itu selalu
menatapnya dengan tatapan yang lembut. Setiap kali cewek itu datang pagipagi sekali pasti cowok itu yang pertama kali ada di dalam kelas yang sunyi
ini. Entah apa arti tatapannya? Yang jelas cewek itu tak pernah berbicara
lebih dekat dengan cowok yang terkenal sangat alim di kelasnya.
Cewek itu bernama lengkap Sarah Hanifah. Ia cewek yang pendiam, pintar,
alim dan baik hati. Ia termasuk cewek yang sangat takut kalau berhadapan
dengan cowok. Lalu ia tidak terlalu suka bergaul sehingga teman-temannya
menganggap dia tidak terlalu menarik. Cewek yang biasa-biasa saja. Dia
anak seorang Ustad dan hidup dalam keluarga yang dididik dengan ajaran
agama Islam yang kuat. Karena itulah Sarah sangat berhati-hati bila
berhadapan dengan seorang cowok.
Lalu cowok yang menatapnya itu bernama Riski Ar Rasyid. Cowok yang
pintar, suka memakai kacamata, supel, alim, ramah dan baik hati. Kulitnya
putih bersih. Di balik kacamatanya itu terdapat kedua mata yang sayu
sehingga siapa saja yang menatapnya akan merasa terpesona akan
keindahan kedua matanya. Ia seorang cowok yang gampang tersenyum
karena itu di mana-mana ia mempunyai banyak teman dari kelas satu, kelas
dua bahkan kelas tiga. Ia selalu menatap ke arah Sarah sehingga Sarah
merasa aneh dengan tatapannya itu.
Sarah merasa salah tingkah bila Riski menatapnya. Ia selalu berusaha
menguasai dirinya bila merasakan salah tingkah itu. Cepat-cepat ia
meletakkan tas selempangnya ke atas meja. Ia buru-buru ingin keluar.
Sebelum keluar, ia penasaran ingin melihat apakah Riski masih
memandangnya atau tidak. Ia memalingkan wajahnya ke samping. Riski
masih saja memandangnya dengan aneh dan tiba-tiba Riski melemparkan
senyum manisnya. Sarah semakin memerah mukanya. Jantungnya berdebar

dengan keras. Rasanya tubuhnya bergoncang. Sarah membalas senyuman


Riski. Ia segera kabur ke luar kelas untuk melenyapkan perasaan yang
bergejolak di dalam hatinya.
Astagfirullah Astagfirullah Astagfirullah! Kata Abi, tidak baik seorang
cewek muslimah menatap seorang cowok dengan lama nanti bakal terjadi
zina mata. Ya Allah, maafkan hambamu ini. Astagfirullah alazhim, seru
Sarah mengucap istighfar berkali-kali sambil menutup telinganya dengan
kedua tangannya saat di luar kelas.
Ia terus berjalan dan berjalan di koridor sekolah hingga menabrak seseorang.
Gedubrak!!! Mereka berdua jatuh bersamaan.
Aduh.. mereka berteriak bersamaan.
Sarah mengeluh kesakitan. Lalu ia menatap orang yang ia tabrak untuk
meminta maaf.
Maaf..
Aduh Sarah, kalau jalan itu harus hati-hati dong!
Sarah tersenyum cengengesan. Rupanya yang ia tabrak itu adalah teman
sebangkunya sekaligus teman dekatnya yang bernama Ana Awwaliyah. Ana
mengeluh kesakitan sambil terus berkoar-koar. Ia cewek yang berambut
panjang, cerewet dan galak.
Maaf Ana.. Sekali lagi aku minta maaf ya.. aku nggak tahu ada kamu di
depan aku. Habisnya aku menutup mata sih
Mereka saling berdiri. Ana mengelus-elus pantatnya yang sakit. Sarah
membersihkan sisa-sisa debu yang menempel di belakang rok abu-abu
panjangnya.
Iya.. aku maafin.. Ngapain sih kamu jalan sambil nutup mata segala?
Memangnya ada apa? Kamu ketakutan lihat hantu ya..

Hantu apaan? Aku sangat berdebar-debar karena Riski menatap aku dengan
aneh lagi.
Ha, Ana menganga seperti ikan kehabisan napas.Oh rupanya, cowok
alim itu masih saja memandang kamu ya.. itulah sudah kubilang kalau Riski
memandangmu dengan aneh seperti itu tandanya ia naksir sama kamu.
Kamu toh tak percaya orangnya.
Aku nggak yakin. Akukan tidak boleh pacaran sama Abi aku. Walaupun aku
memang suka sama Riski. Biar saja ini berlalu.
Kok bilang berlalu. Bodoh kamu Sar.. Riski itu cowok alim. Kamu mesti
mendapatkan cowok yang seperti itu. Kalau kamu tidak menyatakan cintamu
kepadanya dengan cepat nanti Riski bakalan disambar orang lain lho.. nanti
kamu menyesal lagi terus patah hati.
Masak cewek yang menembak duluan. Ogah ah.. harusnya cowok yang
duluan yang menembak.
Tidak ada zamannya malu-malu lagi. Cewek harus menyatakan cinta
duluan. Kalau kamu mau.. aku temani kamu menemui Riski. Terus tembak
dia, kata Ana tiba-tiba bergerak cepat meraih tangan kanan Sarah.
Sarah kaget setengah mati. Ia terseret oleh tarikan Ana.
Ana.. apa-apaan sih..
Pokoknya ikut aja. Supaya kamu nggak terlalu menutupi dirimu seperti itu.
Tapi, aku belum pernah berbicara dengan Riski sejak kelas satu SMA dulu.
Apa alasannya?
Entah, Sarah berdelik sambil tersenyum simpul.
Ana terus berjalan menarik Sarah. Orang-orang yang berdatangan melihat
tingkah mereka berdua. Sarah merasa malu sekali akibat ulah temannya

yang satu ini. Mereka menjadi pusat perhatian. Orang-orang melongo dan
tanda tanya hinggap di kepala mereka. Entah apa yang terjadi kepada dua
cewek ini. Sepertinya terburu-buru sekali.
Ana.. tunggu., aku.!
Belum sempat Sarah melanjutkan perkataannya. Hatinya berdebar-debar
ketika sudah sampai di kelasnya sendiri. Mereka masuk kelas. Ana langsung
menarik kata-kata menantang sambil tersenyum lebar.
Riski.. Sarah mau ngomong sama kamu..???!!!
Kelas kosong melompong. Riski tidak ada di dalam kelas. Mereka melongo
sejadi-jadinya. Ana merasa linglung seperti orang bodoh. Sarah
menghelakan napas karena merasa sudah aman. Tangannya sudah lepas
dari pegangan tangan Ana. Ana berdiri sambil menunjuk ke arah bangku
Riski.
Riskinya mana?
Mana aku tahu, Sarah mengangkat kedua bahunya.
Yeh, nggak jadi deh.. aku meletakkan tas dulu ya Temani aku ke kantin ya
Sar..
Ana membatalkan niatnya untuk membantu Sarah menyatakan cinta kepada
Riski. Ia meletakkan tasnya ke atas meja. Lalu mereka segera beranjak ke
kantin. Sarah merasa terselamatkan dari niat mak comblang dari Ana.
Kenapa Ana tak jadi membantu Sarah menembak Riski? Ana berubah pikiran
dalam sedetik. Susah menebak pikiran cewek yang cerewet itu. Untung saja
tak jadi. Kalau tidak Sarah bakal malu setengah mati karena menembak
seorang cowok atas dorongan ide gila dari Ana. Padahal Sarah tidak mau
pacaran. Ia ingin sendirian dulu untuk terus belajar dengan baik dan
mengejar cita-cita impiannya. Itulah harapan yang tertanam dalam hatinya.
Siapapun tidak akan bisa mencegahnya lagi.

Di dalam kelas yang ribut, Ibu Eni guru matematika sedang keluar
sebentar untuk mengambil sesuatu di kantor guru. Seisi kelas XII IPS 3 ribut
seperti keadaan di pasar. Suara-suara memecah langit dan menembus
telinga yang sudah terbiasa dengan suasana pecah belah itu. Sebagian
cewek-cewek di barisan pertama asyik menggosip sesuatu. Sebagian cewekcewek di barisan kedua tenang-tenang saja dan asyik mengerjakan tugas
matematika dari Ibu Eni. Sarah dan Ana termasuk dalam sebagian cewekcewek di barisan kedua. Cewek-cewek di barisan kedua termasuk kelompok
cewek-cewek rajin dan pintar. Sementara cewek-cewek yang duduk di
barisan ketiga sedang asyik bermain handphone. Ada yang asyik sms-an.
Ada yang asyik mengambil foto dirinya dengan cowoknya. Ada yang asyik
menelepon pacarnya. Pokoknya cewek-cewek di barisan ketiga kategori
cewek-cewek gadget dan termasuk cewek-cewek anak orang kaya yang
paling gaul.
Lalu terakhir cewek-cewek di barisan keempat termasuk cewek-cewek
bandel dan suka meribut bersama cowok-cowok di kelas yang tukang ribut.
Kalau Riski termasuk dalam barisan keempat dekat cewek-cewek bandel itu.
Tapi, dia cowok yang pendiam, rajin dan tenang di kelas. Sebagian cowokcowok lainnya berlarian kesana kemari. Ada yang saling kejar-kejaran. Ada
yang asyik melucu. Ada-ada saja pemandangannya. Siapa saja yang
memandangnya pasti akan marah karena saking ributnya. Pernah juga seisi
kelas XII IPS 3 ini dihukum disuruh hormat kepada bendera sampai istirahat
tiba. Dijemur di bawah matahari yang membakar kulit hingga gosong.
Karena satu yang berulah maka semuanya kena imbasnya. Kelas XII IPS 3
bermacam-macam perangai manusia di dalamnya menghiasi kekompakan
antarkelas ini. Walaupun begitu anak-anak kelas XII IPS 3 ini terkenal sangat
prestasinya di bidang ekskul sekolah. Wali kelasnya saja bangga akan
prestasi murid-muridnya ini walaupun sering menjengkelkan hati.

Namanya anak remaja sedang menikmati masa-masa terindah saat sekolah


di SMAN 7 Pekanbaru ini. Mereka belum labil untuk menjalani kehidupan
yang sangat berbeda dalam jangkauan pikiran mereka. Mereka hanya bisa
berhura-hura. Menghabiskan uang dari orang tua untuk kepentingan dirinya
dan juga sekolahnya. Anak remaja yang dalam proses mencari jati diri. Masih
ingusan dan membutuhkan pembelajaran yang lebih dan matang dalam ilmu
agama dan juga ilmu umum lainnya dari kedua orang tuanya dan juga dari
pihak sekolah. Wajarkan namanya anak remaja itu tahunya sekolah,
berpacaran, kumpul bersama teman-temannya, bersenang-senang dan
pokoknya apa saja. Bila dididik dengan ajaran yang baik, maka anak remaja
itu bakal terarah dengan jalan yang baik pula dan menjadi anak remaja yang
berakhlak mulia.
Beralih ke arah Sarah dan Ana. Tampaknya mereka sudah selesai
mengerjakan tugas matematika itu. Waktunya untuk bersantai. Ibu Eni
belum muncul-muncul juga. Sarah menghelakan napas beratnya untuk
melepas ketegangan sehabis menulis tugas matematika tadi. Ana sedang
membaca buku. Lalu Sarah bertopang dagu dan melihat-lihat keadaan kelas
yang kacau balau habis disapu ombak kebisingan. Muncul si cewek cantik
berambut kuncir bernama Rina datang menghampiri meja kedua cewek rajin
itu. Rina tersenyum sambil menyapa mereka berdua.
Non.. sudah selesai tugasnya ya.. pinjam dong.. aku mau lihat, tanya Rina
seperti biasa ingin mencontek pekerjaannya si Sarah yang jago matematika
itu.
Alah.. mencontek terus kamu Rin.. Kapan pintarnya kamu? sergah Ana
langsung blak-blakan.
Jangan gitu dong.. kitakan teman. Seharusnya kita saling membantu, kata
Rina dengan nada merayu agar mereka mau memberikan buku latihan
mereka.
Alah.. lagak kamu sih, merayu kami agar kami mau membantu kamu
mencontek lagi. Kapan seriusnya kamu belajar dan percaya diri dengan
kemampuan kamu sendiri.
Ana.. sudah.. jangan cerewet gitu, nggak ada salahnya kita pinjam sebentar

daripada kamu berceloteh nggak karuan gitu, bisik Sarah sambil


menyerahkan buku latihan miliknya sendiri kepada Rina.Ini.. Rina, buku
latihannya! Jangan dengarkan perkataan Ana. Kamu tahu sendirikan, kalau
dia itu cerewet.
Thanks.. temanku sayang. Kamu baik sekali Sarah, sahut Rina menerima
buku itu dengan tersenyum manis.
Uh.. enak aja kamu bilang aku cerewet, Sar! Ana melipat tangan sambil
mengembangkan kedua pipinya ketika Rina sudah kembali ke bangkunya di
barisan ketiga.
Jangan marah dong An.. Daripada si Rina itu tersinggung. Nanti gengnya itu
bakal melabrak kamu gara-gara kamu terlalu blak-blakan sama Rina. Diamin
aja daripada kita nanti kena masalah sama gengnya Rina.
Dasar cewek sok cantik itu. Kerjaannya contek melulu. Kamu sih.. Sar..
terlalu baik sama orang. Jadinya, mereka terbiasa meminta tolong kamu
mengerjakan tugas mereka dan memberikan contekan untuk mereka.
Nggak apa-apalah. Yang penting aku suka membantu mereka.
Ah.. pusing aku melihat sikapmu itu. Ya sudahlah, terserah kamu saja.
He he he, Sarah tertawa cengengesan.
Suasana kelas semakin bertambah ribut. Seperti akan dilanda perang saja.
Telinga ikut berdentang seakan tidak dapat membedakan mana suara-suara
yang lembut, keras dan berisik. Cowok-cowok bandel sedang bernyanyi
melantunkan lagu hijau daun yang berjudul Aku dan Air Mataku. Suarasuara bercampur aduk. Ada yang fals, ada yang suaranya meloyo dan tidak
beraturan. Paduan suara yang berantakan ditambah dengan suara pekikan
dari cewek-cewek yang ikut bergabung dengan cowok-cowok itu. Suarasuara menjadi hancur dan meloyo dari sudut pandang iramanya. Sebagian
murid-murid yang rajin dan baik selalu duduk manis di bangku masingmasing tertawa ria melihat tingkah mereka yang tidak malu bernyanyi
walaupun suaranya hancur sekalipun. Asyik-asyiknya bernyanyi sambil

menari sekalian di depan kelas. Benar-benar sudah stres atau apalah. Mereka
berlagak seperti artis yang menyanyi di atas panggung. Tergelak-gelak tanpa
arah. Sarah dan Ana juga ikut tertawa melihat tingkah mereka yang
menambah kebisingan kelas XII IPS 3 ini. Tanpa sadar Sarah menangkap
sepasang mata yang menatapnya dari samping. Di tengah riuh ria begini,
Riski kembali tertangkap basah sedang memandang Sarah tanpa berkedip
sambil melemparkan senyum manisnya. Sarah tertegun, heran dan
memandang Riski juga dengan penuh pertanyaan yang melekat dalam
pikirannya. Apa arti tatapannya itu? Ana selalu berkata, itu berarti tandanya
Riski suka kepadamu karena dia ingin memberikan sinyal cintanya
kepadamu dengan cara memandangmu tanpa berkedip untuk memberitahu
kamu bahwa dia menyukaimu. Begitulah menurut Ana. Jika memang Riski
menyukai Sarah, kenapa Riski tidak juga memberikan kepastian kepada
Sarah atau menyatakan perasaannya kepada Sarah sejak dulu? Riski selalu
memandang Sarah dengan aneh sejak kelas satu SMA. Dia selalu
memandang Sarah saat masuk kelas, saat pelajaran berlangsung, saat
istirahat di kantin dan di mana saja dan kapan saja. Dia selalu memandang
Sarah tanpa mendekati dan tanpa bicara sedikitpun sejak kelas satu SMA.
Selalu sekelas dan selama itu mereka belum pernah sekalipun bicara. Tanpa
mengenal sedikitpun. Hanya tahu nama dan status sebagai teman sekelas
saja. Selebihnya hanya diam dan hanya bisa memandang tanpa alasan yang
jelas.
Selama tiga tahun terakhir ini, Sarah berusaha mencari tahu alasan Riski
memandangnya. Ana juga ikut membantunya untuk menguak kebenaran
pandangan Riski yang begitu teduh. Mereka menjadi detektif mendadak.
Mulai mencari informasi melalui teman dekatnya dari nomor hpnya,
mengenai diri Riski yang tertutup maklum Riski dikenal sebagai cowok yang
pendiam, dan apa saja. Yang paling aktif mencari informasi itu adalah Ana.
Kalau Sarah yang bertindak mencari informasi pasti dia malu untuk
bertanya-tanya kepada teman-teman dekat Riski. Untung saja Ana mau
membantu. Sarah hanya menunggu informasi langsung yang akan
disampaikan oleh Ana.
Sarah masih memandang Riski dengan lama. Begitu juga dengan Riski.
Seakan-akan ada magnet yang menarik perhatian Sarah untuk tidak

menoleh ke arah lain selain memandang terus ke arah Riski. Riski terus
tersenyum hingga teman sebangkunya memergokinya. Riski kelihatan gugup
ketika Andi, teman sebangkunya memukul pundaknya karena sedari tadi
dipanggil-panggil tidak menoleh juga. Dengan wajah sedikit memerah, Riski
berusaha menguasai dirinya.
Woi.. Bro.. dari tadi aku panggil-panggil kamu, nggak noleh-noleh juga.
Asyik terus menatap sang pujaan hati, kata Andi dengan tersenyum
nakalnya menggoda Riski.
Hush.. apa-apaan katamu itu Di diam saja, kenapa? Nanti orang tahu.
Malu aku kalau ketahuan kalau aku menyukai temanku satu kelas ini, bisik
Riski menempelkan telunjuknya ke bibirnya.
Emangnya kenapa?
Kalau ketahuan, nanti teman-teman sekelas sini nanti bakal ribut. Kamu
sendiri tahukan cewek-cewek sini bermulut ember semua?
Ember? Aku nggak lihat mulut cewek-cewek kelas ini kayak ember. Cantikcantik malahan..
Ya ampun, kamu ini tulalit atau nggak ngerti bahasa kiasan. Maksudnya
cewek-cewek kelas ini suka menggosip dan kalau ketahuan aku suka sama si
Sarah nanti mereka bakal ribut soal itu. Nanti Sarah bakal malu dan selalu
diremehkan oleh mereka. Terus nanti beritanya menular kemana-mana. Aku
dan Sarah jadi bahan gosip, hinaan dan remehan. Karena itulah aku takut
kalau menembak Sarah apalagi Sarah itu tipe cewek yang taat beribadah,
Ayahnya Ustad dan mana boleh dia pacaran. Aku pun tak pernah sekalipun
berbicara sama dia. Mendekatinya pun aku takut nanti teman-teman sekelas
di sini malah memikirkan yang bukan-bukan. Ngeri rasanya seperti itu.
Oh.. gitu.. tapi, kalau kamu nggak menyatakan cintamu kepada Sarah. Nanti
Sarah bakal disambar oleh orang lain lho.. Kamu tenang-tenang aja. Siapa
sih yang nggak suka dengan cewek alim seperti Sarah itu, sahut Andi
manggut-manggut.

Biarkan saja dulu. Sarahkan tipe cewek yang tidak dibolehkan pacaran
sama Ayahnya. Aku akan menunggunya sampai selesai ujian terakhir
sekolah. Kalau sudah lulus barulah aku menembak Sarah.
Lagakmu lama amat kamu membiarkan Sarah bebas. Kamu yakin pasti
mendapatkan hati Sarah.
Yakinlah karena itu aku sekarang konsentrasi untuk belajar menghadapi
ujian UAN. Kalau aku memikirkan masalah cinta nanti aku nggak konsentrasi
belajar pula malah aku yang nggak lulus.
Terus, kenapa kamu memandang dia?
Habis, dia itu menarik.
Ah.. katanya mau konsentrasi belajar malah memperhatikan cewek
pujaannya.
Biar tambah semangat.
Full spirit dong..
Ya.. gitulah.
Mereka terlibat pembicaraan yang nakal dan hangat. Meskipun dari nadanada pikiran dari Riski sepertinya dia masih meragukan perasaannya
terhadap Sarah. Ia masih ingusan dan bersifat labil. Belum menemukan arti
kedewasaan yang sebenarnya. Entah dari lulus SMA nanti dia menemukan
arti cinta yang sebenarnya. Untuk sekarang biarlah dia bersenang-senang
karena merasa jatuh cinta. Begitu dengan Sarah. Dia sangat menyukai Riski.
Dia sudah jatuh cinta kepada Riski sejak pertama kali Riski memandangnya
dengan aneh. Benar-benar perasaan jatuh cinta yang menyenangkan. Sarah
telah menarik pandangannya dari Riski. Sementara ia asyik bicara dengan
Ana. Lalu Ibu Eni masuk ke kelas dan mendadak semuanya berlari-lari
terbirit-birit menuju bangku masing-masing. Ibu Eni kelihatan merah padam
karena menahan amarah mendengar kelas ini ribut sampai ke kantor guru.

Tak lama kemudian hawa panas gunung berapi segera meledak untuk
mengeluarkan lava kemarahannya.
Kalian anak kelas XII IPS 3, baru saja ditinggal sebentar sudah seperti anak
ayam yang kehilangan induknya. Ributnya bukan main. Saya sangat sudah
kehilangan kesabaran saya. Kalian semuanya pergi ke luar sekarang juga.
Hormat kepada bendera sampai bel istirahat berbunyi. Saya tidak peduli
meskipun sebagian dari kalian yang tidak ikut meribut. Satu yang berulah,
semuanya harus merasakan akibatnya. Ayo, keluar sekarang juga dan
serahkan tugas matematika kalian untuk dikumpulkan di atas meja saya ini.
Ya.. Bu Eni, saya belum selesai mengerjakannya, kata seorang cowok
mengacungkan telunjuknya ke atas.
Saya tidak peduli itu. Tidak ada yang boleh membantah. Ayo, kumpulkan
tugas dan keluar kelas menuju lapangan untuk menjalani hukuman hormat
kepada bendera sampai bel istirahat berbunyi.
Ya.. seru seisi kelas dengan nada pasrah.
Semua kelas mengumpulkan buku-buku tugas matematika masing-masing.
Lalu di antara mereka ada yang menyalahkan antara satu dengan yang
lainnya.
Gara-gara Toni tuh, kena kita semua lagi.
Lagi-lagi hormat kepada bendera. Aduh, bisa hitam nih kulit putihku ini.
Ngapain kalian ikut aku tadi menyanyi?
Pokoknya gara-gara kamu, Ton..
Ember salah sendiri.
Begitulah kejadiannya. Ibu Eni memimpin dan mengawasi mereka agar
benar-benar menjalani hukuman yang ia berikan. Alamak, ini karena satu

orang yang berulah maka semuanya kena. Anak-anak kelas XII IPS 3 yang
malang. Sarah dan Ana malah berwajah kusut. Begitu juga dengan Riski.
Parahnya berada dalam kelas yang penuh dengan anak-anak yang bandel.
Maka berpeluh-peluhlah mereka dengan mandi keringat dan bau yang
beraneka ragam. Selamat menjalani hukuman buat anak-anak kelas XII IPS 3,
begitulah seruan dari Ibu Eni yang tersenyum terkekeh-kekeh.

Anda mungkin juga menyukai