Anda di halaman 1dari 27

1.

Misteri MOS
Judul Cerpen Misteri MOS
Cerpen Karangan: Winne Chintia
Kategori: Cerpen Cinta, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 18 February 2017

Hai namaku Lyla Putri baru saja ini aku tamat SMP. Hari ini tepatnya tanggal 10 Juli aku
mempersiapkan segala pakaian untuk melakukan mos seperti sepatu sebelah putih sebelah hitam
begitu juga kaos kaki, rambut diikat 10, kalung kompeng, tas dari karung, ikat pingang dari tali
ditambah kaleng 3 buah berisi batu, masih banyak yang lain. Setelah siap mempersiapkan segala
persiapan mos itu, aku seperti biasa buka medsos lalu tidur.
11 Juli, tahun 2010. Adalah hari awal untuk masuk jenjang SMA, bagiku SMA itu adalah suatu
awal untuk menuju jenjang yang lebih tinggi, dengan begitu semangat aku cepat cepat bersiap
mulai dari mandi, gosok gigi dan sarapan. Aku langsung bergegas berangkat saat aku melihat
jam tanganku menunjukan pukul 07.00.
what!!, jam 7, aku harus cepat kalau tidak nanti aku terlambat! lyla dengan perasaan terkejut
dan cemas mengayuh sepedanya dengan sangat cepat, melewat berbagai rintangan.
Whuu, akhirnya aku sampai juga di sekolah menunggu sebentar untuk dapat beristirahat
sebentar menghilangkan rasa penat, aku langsung berlari memasuk ke dalam gedung SMA, tak
sengaja aku menabarak seorang laki laki yang berpakaian osis hingga semua buku yang
dibawanya jatuh. sorry, saya tidak sengaja biar saya bantu lyla dengan perasaan yang terkejut,
aku dan laki laki itu mengumpulkan semua buku yang aku buat jatuh tadi. iya tidak apa apa,
terima kasih, kamu anggota mos ya? laki laki itu bertanya setelah selesai mengumpulkan
bukunya dan tegak. Iya ko dengan jantung yang berdebar debar. sekarang kamu ikut baris
sama yang lain di lapangan ya
ok ko dengan sedikit senyuman
Aku langsung jalan menuju lapangan, tak sengaja aku mendengar koko itu berkata Namamu
siapa? dengan suara sedikit keras. lyla, ko lalu sambil belari ke lapangan.
Setelah baris ke lapangan dan menggunakan semua properti mos yang dibawa untuk mos. ok,
semua koko ucapan selamat datang di sma bunga citra, koko harap kalian semua dapat
menikmati acara mos yang berlangsung pada pagi hari ini hingga siang.
Lyla berkata dalam hati bukankah itu laki-laki yang saya tabrak tadi. Seluruh peserta mos
dibagi menjadi 6 kelompok, aku masuk elompok mawar = kelompok empat. Di sana ada
berbagai permainan untuk mengisi kegiatan mos permainan mulai dari kucing kejar tikus, teka
teki, dan masih banyak lagi. Hingga akhirnya jam 12:30. seluruh peserta mos dipersilahkan
berkumpul di tempat semula dan berbaris sesuai di kelompok masing-masing.
Semua siswa berbaris sesuai kelompoknya mulai dari kelompok satu hingga kelompok enam.
apakah kalian semua menyukai acara mos kali ini?
suka ko, semua acaranya seru. Kata seluruh semua peserta mos.
ok, acara mos telah berakhir pada hari ini, kalian boleh pulang.
seluruh peserta berteriak ada yang bilang hore, yes, dan bermacam macam lagi.
Aku bergegas melepas seluruh perlengkapan mos dan menuju sepedaku, saat di dekat sepedaku
aku melihat koko yang tadi aku tabrak.
hallo! aku langsung menyapanya
Hi, kamu lyla kan?
iya ko, sorry yang tadi pagi, buru-buru soalnya dengan sedikit tersenyum
iya gak apa. membalas senyuman
nama koko siapa? tanya lyla
Rizky azar, panggill koko rizky aja sudah cukup kok.
oke ko rizky, ko saya pulang dulu ya, bye dengan tersenyum
iya, bye membalas senyuman.
Aku langsung mengayuh sepeda dengan sangat cepat menuju rumah, tak beberapa menit di jalan
akhirnya sampai di rumah.
mama, mama, lyla sudah pulang memanggi mamanya
iya masuk aja, ganti baju, lalu makan ya sayang.
oke, sip ma kataku dengan semangat.
Aku berlari ke kamar ganti baju lalu makan istirahat sebentar lalu menyusun semua buku untuk
dibawa besok ke sekolah. Lalu istirahat malam sambil buka bbm, memutar lalu menggunakan
earphone yang berjudul cinta monyet teenebelle. Ternyata ada yang invite bbmku, aku terima
dan namanya Rizky azar, itu kan koko yang aku tabrak di sekolah tadi.
chat di bbm. Itu koko itu yang mulai aku cerita sama temanku cindy, cindy bilang chat aja
terus, terus terserah kamu, aku mau tidur dulu ya bye, chat itu bersambung dari hai, hallo, aku
tanya dapat pin bbmku dari mana, ko? Dari orang tapi rahasia, ooo ada apa? Entah
mengapa semenjak tadi pagi kamu tabrak koko jantung koko berdebar debar sama dekat sama
kamu, wkwkwk, koko serius lo, aku pun serius ko sudahlah kita sambung di sekolah aku
mau tidur bye, besok aku jemput kamu di rumah bye, oke terserah koko aja. Chat di bbm
pun berakhir aku pun tidur.
Pagi hari pun tiba, dengan cepat aku mandi, gosok gigi, sarapan dan ternyata ko rizky sudah
menunggu di depan rumah, aku langsung berlari ke luar dan berkata hai ko, cepat kali
datangnya
halo iya biar gak terlambat ke sekolah, jadi sambungan chat bbm yang kemarin?
ayo ko cepat berangkat bicaranya sambil di jalan
iya, lyla sayang
ih, gak usah pake sayang la, rasanya koko perlu dengar lagu teenebelle cinta monyet
oke, mana lagu teenbellennya, pake earphone aja ya
oke, ni lagunya. Aku langsung memasang earphone ke telinganya.
Sampai di sekolah lagu itu pas habisnya, koko itu mengembalikan earphone itu lalu berkata.
jadi maksud kamu cinta koko itu Cuma cinta monyet?
bukan, tapi banyak orang bilang cinta yang langsung diiungkapkan itu cinta monyet.
ya, udah terserah kamu lah
oke, aku masuk ke kelas dulu ya ko bye
Aku langsung berlari ke kelas meninggalkan ko rizky. Aku berpikir seharusnya aku tidak
memberikan lagu itu pada ko rizky, aku bilang dalam hati nantilah aku minta maaf dan
membilang isi hatiku yang sebenarnya.
Saat istirahat aku tak ke luar karena menggunakan jam istirahat 2 ko rizky gak keluar karena
menggunakan jam istirahat. Dan pas pulang aku ketemu sama ko rizky dan ko rizky langsung
menarik tanganku ke tempat yang banyak orang, aku bingung apa yang bakal ko rizky lakukan di
depan banyak orang.
lyla, koko sebenarnya suka sama kamu sejak pertama kali lihat kamu.
Ko aku mau minta maaf soal lagu cinta monyet itu sorry ya ko, sebenarnya aku itu suka sama
koko sejak awal tapi tidak mungkin aku pikir koko sudah punya pacar takut dilabrak sama kakak
kelas yang suka koko juga
iya koko maafin, jadi kamu mau tak jadi pacar koko? ko rizky langsung mengeluarkan bunga
dari punggungnya dan membungkuk memberikan bunga dan senyuman.
aku aku terima aku membalas senyuman dan mengambil bunga itu.
Lalu seluruh siswa yang menyaksikannya bilang cie.. cie cie pasangan yang baru jadi lalu
aku dan ko rizky mengantarkanku pulang ke rumahku.
2.Sahabat Baru dari Jepang
Judul Cerpen Sahabat Baru dari Jepang
Cerpen Karangan: Nadila Maulida
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 18 February 2017

Burung-burung berkicauan di pagi hari, sedangkan aku sibuk mencari buku KKPK yang entah ke
mana. Oh ya perkenalkan namaku Nasha Maura panggilanku Maura. Aku bersekolah di Smart
Internasional School. Langsung ke cerita yuk!
Aku bingung di mana aku simpan di mana batinku. Kak, ngapain sih kayaknya ribet banget!
Omel Adikku. Dek, lihat KKPK kakak gk? Soalnya kakak lupa simpennya di mana Kekehku
sambil meminta tolong. Ada tuh di deket lemari Kata adikku. Oke, makasih adikku sayang
Jawabku.
Setelah itu aku bersiap siap untuk berangkat ke sekolah. Mah, Pah aku berangkat dulu ke
sekolah ya Assalamu Alaikum Ucapku. Walaikumsalam, Hati hati ya Kata kedua
orangtuaku
Sampai di sekolah aku menemukan sosok misterius. Dan secara tidak sengaja kami bertabrakan.
Gomen gomen, watashi wa ukkari (maaf maaf, aku tidak sengaja) Ucap dirinya sambil berdiri.
Sore wa daijobudesu (tidak apa apa) Ucapku. Untung aku mengerti sedikit sedikit bahasa
kanji batinku.
Hontoni? Moichido watashi wa anata ni shazai shimasu, Onemae wa nan desuka? (Benarkah?
Sekali lagi aku minta maaf kepadamu, siapa namamu?) Ucapnya lagi. Hajimemashite, Watashi
wa Nasha Maura desu, anata no namae wa nandesuka? (Senang berkenalan denganmu Namaku
Nasha Maura. Dan siapa namamu?) Tanyaku.
Hajimemashite, watashi wa Hoshizora Kaori desu (Senang berkenalan denganmu juga, namaku
Kaori Hoshizora) jawabnya.
Anu, indonesia o hanasu koto ga dekiwasu? (Hmm, Apakah kamu dapat berbicara indonesia?)
tanyaku
hai (iya) jawabnya
Terima kasih Michelle Ucapku sambil tersenyum.
Terima kasih kembali Ucapnya.
Maukah kau bersahabat denganku? Tanyaku.
Aku mau!!! Jawabnya
Sejak saat itulah aku dan Michelle selalu bersama dalam suka maupun duka.
Cerpen Karangan: Nadila Maulida
Facebook: Nadila Maulida Sanusi
Terima kasih sudah membaca, mohon maaf kalau cerita ini kurang menarik ^^
3.Salam Perpisahan Untuk Sahabat
Judul Cerpen Salam Perpisahan Untuk Sahabat
Cerpen Karangan: Mutiara Sinaga
Kategori: Cerpen Penyesalan, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 18 February 2017

Mulai sekarang kita bukan teman lagi


Tapi vin
Nggak ada tapi-tapian, kamu tahu kan haru harusnya aku yang berdiri di sana bukan kamu kata
vina dengan angkuhnya, padahal selama ini ia dan haru adalah teman baik.
Vina dengar aku dulu Ok, aku memang salah tapi kan nggak ada salahnya kalau tahun ini aku
yang tampil mewakili kelas kita.
Apa kamu bilang? Nggak ada salahnya? Hello Ngaca dulu haru itu tempat aku kenapa harus
kamu yang ada di sana, pokoknya mulai sekarang kita bukan teman lagi. Dasar pengkhianat.
kata vina berlalu meninggalkan haru.

Dengan langkah gontai haru pulang ke rumah, dalam perjalanan ia selalu membayangkan kata-
kata vina pengkhianat benar.. Vina memangilnya demikian. Jadi ia harus apa? Ia memang
mengambil posisi vina yang seharusnya menjadi wakil kelas dalam festival sekolah, terus apa itu
salah? Kenapa harus vina yang selalu tampil padahal mereka sudah berteman lama tapi hanya
karena hal kecil itu vina melepaskan persahabatan mereka. Hah Ini menyebalkan.

Sesampainya di rumah haru menemui ibunya yang sedang memasak.


Dah pulang toh.. Kenapa nggak salam tadi kata ibunya seraya memandang wajah haru yang
kelihatannya kusut sekali, dengan khawatir ibunya menghampiri haru.
Apanya yang sakit nak? Kita ke dokter sekarang ya
Haru menggeleng seraya terseyum lemah.
Kamu kan dah janji sama ibu nggak bakalan sakit lagi tapi kenapa kamu kayak gini nak, kau
lupa minum obat atau telat makan siang tadi?
Nggak bu Haru cuma merasa sakit tapi nggak tahu sakitnya dimana. Padahal nggak ada
lukanya, nggak ada darahnya kata haru yang sudah tak bisa membendung airmatanya lagi, ia
menangis tersedu-sedu di pelukan ibunya. Ibu yang melihatnya hanya mampu mempererat
pelukannya.
Ibunya tahu bahwa sekarang putrinya pasti sedang sakit hati, selama ini ibunya selalu berusaha
berbuat yang terbaik untuk haru karena ia tahu bahwa putrinya ini tak punya banyak waktu lagi,
ia sakit, putrinya ini sedang sakit.. Tidak ia sudah lama sakit dan menderita tapi kenapa sekarang
ada orang yang tega membuat hati putrinya ini terluka tak tahukah mereka bahwa putrinya ini
sudah lama terluka sampai tak ada lagi yang tersisa dari diri kecuali tatapan kesakitan dan
kesedihan? Siapa.. Siapa yang tega? Batin ibu haru, airmatanya tak lagi mau berhenti memlihat
kondisi putrinya. Ia hancur
Tak lama kemudian, haru tak lagi tampak disekolah. Sebenarnya vina ingin meminta maaf pada
haru, waktu itu ia begitu emosi namun, setelah menenangkan diri selam beberapa hari ini ia sadar
bahwa tak seharusnya ia berbuat demikian. Mereka sudah lama berteman, dengan penuh senyum
vina melangkahkan kakinya menuju rumah haru, karena hari ini pun haru tak datang ke sekolah.
Setelah menekan bel beberapa kali dan tak ada respon, vina mulai menelepon haru tetapi tak ada
jawaban sama sekali dan anehnya telepon haru sepertinya berada di luar negeri. Dengan dahi
berkerut vina melangkah keluar dari pekarangan rumah haru. Baru saja ia ingin menelepon haru,
ia ditegur oleh tetangga haru.
Cari siapa dek?
Ini bu.. Orang yang tinggal di sini ke mana ya bu?
Oh.. Kan sudah balik ke jepang
A..Apa.. Bu balik ke jepang?
Iya.. Kan haru sakit parah. Adek nggak tahu? Katanya sih. Haru dah lama sakitnya dan
belakangan ini makin parah, nggak ada harapan lagi jadi dibawa balik ke jepang ke tempat
neneknya. Gosipnya biar dia tenang sebelum meninggal
Mendengar penjelasan ibu barusan vina tiba-tiba berlari. Mana mungkin Mana mungkin
Haru Anak itu Ahhh Nggak mungkin.
Haru vina berteriak frustasi
Tiba-tiba ia ingat semua kenangannya dengan haru.
Aku boleh minta satu permintaan nggak sama kamu? kata haru dengan wajah sumringan
Boleh.. Semua yang kamu minta pasti aku kasih balas vina kala itu
Boleh nggak aku yang kata-kata haru terhenti karena bel istirahat berbunyi
Kamu bilang apa tadi? kata vina
Haru menggeleng dan menuntun vina ke kantin.
Vina mencoba mengingat permintaan haru, kepalanya mulai terasa sakit, matanya terasa panas
karena airmatanya terus menetes. Hingga akhirnya ingatan itu muncul.
Tampil di festival dan bahkan saat vina tak mendengarkan permintaan haru waktu itu, haru
tetap meminta vina jangan marah padanya karena hanya vina.. Hanya vina sahabat yang ia
punya.
Penyesalan itu pun muncul, keegoisan telah menutup matanya membuatnya tak bisa lagi berpikir
jernih, ia membuang sahabatnya hanya karena masalah kecil dan itu adalah ia. Masalah itu ia
sendiri yang menyebabkannya.
Haru maafin aku.. Aku salah.. Kamu harus balik.. Kamu harus marahin aku karena aku sudah
salah sama kamu. Haru aku mohon balik.. vina terus menangis dan menyesali perbuatannya.
Haru sahabatnya menderita karena ia dan itu pun disaat ia sudah sangat menderita. Dan lagu itu..
Lagu yang dinyanyikan haru di festival sekolah, itu untukku, mungkinkah itu salam perpisahan?
Penyesalan memang selalu datang terlambat karena itu sebelum bertindak kita harus memikirkan
dampaknya untuk kita maupun untuk orang lain.
4.Aku Kamu dan Dia
Judul Cerpen Aku Kamu dan Dia
Cerpen Karangan: Elvaretta
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam), Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 18 February 2017

Jena tunggu kau akan merasakan akibatnya karena sudah meninggalkanku Arga terus
mengejarku, aku berlari sekuat tenaga agar terhindar darinya, Tuhan, mengapa kau lari begitu
cepat Jenna aku berhenti karena kelelahan habisnya kau terus mengoceh tentang Sofia aku
bukan ahli cintamu jadi berhentilah bercerita tentangnya Arga melihat ke arahku kau cemburu
dengannya? aku terkejut dan spontan terucap tidak lah dia terus menyindirku dan bergurau
karena malu aku berlari. Dalam hati sebenarnya aku sangat sangat cemburu selama ini aku selalu
menyembunyikan perasaanku karena aku tak ingin persahabatan kita terpecah
huuuhh.. aku lelah sekali meletakan tasku, tak lama kemudian Arga datang, rumahnya
bersebelahan denganku
sayang kirimkan makanan ini untuk Arga yah orangtuanya sedang keluar kota aku
mengangguk
Petang pun tiba aku harus mengantar makanan untuk Arga
Ting tong bibi pembantu Arga keluar nona Jenna ada apa? aku menyodorkan bingkisan bibi
apa Arga di rumah?, ini ibu memasak untuknya, terimakasih banyak nona, tapi tuan Arga tidak
di rumah dia pergi bersama teman perempuannya aku terkejut apakah pergi bersama sofia
Esoknya aku tidak berangkat bersamanya. Baru saja aku duduk dia sudah datang, dia
menghampiriku dengan wajah yang bahagia Jenna ha aku heran Jenna aku telah
menyatakan perasaanku padanya semalam mataku membelalak terkejut melirik kesana kemari
ohh baguslah aku turut senang kau berhasil semoga kau bahagia aku berkata sambil tersenyum
Arga mengucapkan terimaksih dan memelukku kau adalah sahabat yang sangat berharga
untukku mataku mulai berlinang air mata, andai saja kau tau sebenarnya yang ada di dalam
hatiku, perasaanku, yang terluka dan arti senyuman ini yang bertolak belakang dengan kenyataan
5.Sahabat Cuek
Judul Cerpen Sahabat Cuek
Cerpen Karangan: A. Naila Isna Maghfirah
Kategori: Cerpen Misteri, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 18 February 2017
Hahaha! aku tertawa riang saat bermain kejar-kejaran bersama sahabatku, Elly. Dia adalah
sahabat terbaikku selamanya!
Namaku Ani, sejak kecil aku sudah sangat akrab dengannya karena kami ini tetangga dekat.
Teng! Teng! Teng! Bell kelas kami berbunyi dan tandanya masuk kelas.
Saat di kelas aku tidak punya pulpen dan pensil karena yang 1 tintanya habis dan 1-nya lagi
patah. Saat tengah kebingungan, Elly menawarkan salah-satu pulpennya. Aku jadi terharu, tanpa
kubilang dia sudah tau masalahku.
Di kantin, aku mentraktir Elly untuk balas budiku. Kami pun tertawa riang sambil mengingat hal
lucu.
1 Minggu kemudian, tidak ada kabar tentang Elly. Dia tidak pernah datang ke sekolah lagi
selama 1 Minggu ini dan mulai muncul rumor tidak jelas tentangnya. Aku yang tetangganya
pasti tau, tapi keluarganya Elly pindah rumah 2 Minggu yang lalu jadi kami hanya bertemu di
sekolah saja.
Aku dengar, sih Elly sedang Broken Home begitu, deh. ucap salah-satu temanku.
Artinya, keluarganya sedang hancur ya? tanya temanku yang lain memastikan.
Iya, alias ada perceraian! tegas temanku yang satunya.
Aku hanya bisa mendengar rumor aneh tidak jelas itu dan berlari menelusuri koridor sekolahku.
Di sepanjang jalan terdengar gosip yang sama, ya, itu menjadi gosip seisi kelas!
Keluarganya Elly itu sebenarnya keluarga dukun. Karena hari ini malam Jumat kliwon, bulan
purnama dan tahun spesial jadi pasti ada ritual ilmu hitam begitu. ucap temanku, Sarah.
Jadi itu sebabnya dia tidak datang selama 1 Minggu.
Aku berlari menuju kantin berharap makanan enak akan membantu kesedihanku. Aku memesan
nasi goreng buatan bu Tina dan beliau bertanya. Aku dengar temanmu Elly, sedang Broken
Home. Betul?
Aku tidak menjawab apa-apa dan duduk di pojok meja kantin. Tiba-tiba saja, Marwah muncul
dan berkata sesuatu pada Siti.
Mungkin saja keluarganya Elly teroris, jadi
PRAK!!!
CUKUP!!! teriakku.
Suara pukulan meja dan teriakanku membuat orang di kantin menatap aneh padaku.
Aku berlari ke kamar mandi dengan perasaan marah, malu dan sedih.
Kenapa aku menangis!?! tanyaku pada diri sendiri.
Rindu? Gosipnya? Atau karena Elly!?!
Setelah merenung di kamar mandi beberapa menit, aku kemudian mencuci wajahku dan kembali
ke kelas. Aku tidak cukup konsentrasi saat belajar di kelas, pikiranku tertuju pada gosip itu.
Esoknya
Aku sedang membaca buku dengan serius kemudian banyak keributan di luar. Ada kerumunan
siswa-siswi di sini tampak mengikuti objek tersebut dan entah apa itu. Aku hanya terpaku dan..!
Elly!?! teriakku.
Elly memandangku dengan tatapan cuek dan dingin. Itu hal yang sangat tidak biasa, aku
berusaha untuk bertanya padanya kenapa dia tidak pergi selama 1 Minggu ini.
Aku hanya sakit tifus, Ani. Kau tidak perlu khawatir. jawabnya dingin.
Kemudian duduk tampa peduli apa-apa lagi.
Dulu kau tidak begitu. tanyaku.
Dia tidak menjawab tapi, aku senang karena dia akhirnya kembali ke sekolah.
Jam pelajaran pun di mulai, tapi tidak percakapan dengan kami berdua, mungkin karena dia
sudah habis sakit.
Jam istirahat tiba dan tidak ada percakapan juga, aku akhirnya mulai bertanya padanya.
Elly, kau sebenarnya kenapa? Kok, cuek begitu?
Tidak apa-apa, aku masih lemas sehabis sakit. jawabnya dingin.
Tapi, dulu kau tidak begitu! ucapku.
Elly mulai tertaganggu makannya karena pertanyaanku yang banyak itu.
Kau sudah tanya itu tadi pagi! ucapnya kesal.
Kau, kok jadi marah? Kau itu kenapa!?! Banyak gosip menyebar tentangmu! ucapku keras.
Biarkan gosipnya hilang dengan sendirinya! Kenapa kau sibuk dengan hal itu!?! bantahnya.
Karena aku..! ucapanku terpotong, Elly pergi meninggalkanku.
Ada apa dengannya?
Di kelas tidak ada sekata-kata pun dari Elly.
Bulan demi bulan kulewati sampai pada akhirnya hari kelulusan tiba. Ada banyak acara, pentas
seni dan perlombaan yang meriah. Aku lelah diacuhkan seperti itu lagi jadi aku membuat acara
persahabatan kita di belakang sekolah atas bantuan teman-temanku yang lain agar dia menjadi
terharu.
Elly, ayo ikut aku! kataku sambil menarik tangannya.
Lepas! ucapnya sambil menghempaskan tanganku.
Kali ini aku serius, Elly! Kenapa kau berubah!?! tanyaku keras.
Karena kau tidak perlu tau alasannya! bentaknya.
Elly, jika kau begini terus maka persahabatan kita putus! ancamku.
Elly terdiam sebentar lalu berkata. Kalau begitu putuskan saja! Putuskan saja persahabatan
kita..! Akhiri saja
Aku terpaku mendengar perkataan yang menyayat itu. Kenapa sebegitu mudahnya Elly
mengatakan itu? Aku hanya mengujinya saja apakah dia masih punya rasa persahabatan padaku,
tapi sama sekali tidak.
Elly kemudian dijemput supirnya dan acara sekolahku pun selesai. Aku menuju belakang
sekolah dan menceritakan semuanya pada teman-temanku, mereka semua kecewa, marah, sedih,
terkejut dan terdiam. Aku akhirnya juga pulang bersama yang lainnya.
Ada apa sebenarnya denga sikap Elly belakangan ini? Aku harus menyelidikinya, tapi
bagaimana? tidak ada titik terang atau bagaimana harus kuawali menyelidikinya.
Sementara itu di tempat lain
Bagaimana, kau sudah berhasil? tanya seorang gadis remaja.
Ya, tuan. Misi berhasil. jawab seseorang yang ternyata Elly.
Anak pintar, kerja bagus..! ucapnya. Menuju misi berikutnya Elly, bersiaplah lanjutnya.
6.Perpisahan Termanis
Judul Cerpen Perpisahan Termanis
Cerpen Karangan: Fatimatuz Zahra
Kategori: Cerpen Perpisahan, Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 18 February 2017

Hujan deras telah membasahi sekumpulan anak yang sedang bercanda gurau di taman dan
sedang menunjukkan kebebasannya itu, mereka bernama Lina, Wina, Ifah, Jihan dan Zahra.
Mereka telah bebas dari soal soal ujian kemarin, dan akan berakhir masa SD nya itu. Yeeahh
akhirnya ujian selesai jugaa.. kata Wina dengan perasaan gembira. Bebas juga dari semuanya..
Yeehhh kita bisa main sepuasnya nggak ada lagi belajar belajar kaya dulu.. Hahahaa sahut
Lina ahahahaaa aku seneeng banget.. kita bisa kaya gini lagi sekarang.. Sampe sampe kita
basahh semuanya kata Jihan. Eeh tapi tunggu deh tiba tiba zahra menghentikan kegembiraan
saat itu. Semua termenung seketika dan berfikir. Setelah ini apa kita bisa kaya gini lagi? Kita ini
udah pisah setelah ini, kenapa malah pada seneng? Apa kalian bahagia kalo kita semua pisah?
kata Zahra dengan perasaan kesal. Lalu Jihan menjelaskan Maksud kita bukan kaya gitu Zah,
kita cuma lagi bebas karena ujiannya udah selesai sekarang dan Lina menyambungkan Iya zah
kalo kita pisah kita juga nggak bakalan lupa sama semuanya, suatu saat kalo udah pisah, kita bisa
kaya gini lagi. Tenang zah. Aku takut kehilangan kalian, aku takut nggak punya temen kaya
kalian lagi, aku takut kalian semua bakalan ninggalin dan nglupain aku. Aku takut sama
semuanya. Hiiks.. Hiiks.. kata Zahra. Seketika suasana gembira itu menjadi suasana haru dan
menyedihkan. Zahra kita janji setelah kita pisah kita bakal selalu inget sama kenangan kita, kita
nggak bakalan ngelupain kamu, jadi jangan sedih lagi yah.. kata ifah. Dan mereka memeluk
zahra dan menghapus air mata kesedihan Zahra.
Hari demi hari pun sudah dilewati mereka, saat ini pengumuman hasil ujian mereka telah
diumumkan. Mereka telah merencanakan bertemu di taman setelah mengambil pengumuman
ujian. Dan sekarang mereka sedang berkumpul di taman itu.hay guyss.. Sorry telat sahut Jihan
yang datang paling akhir. Iya nggak papa sini duduk kata Ifah. Ooh iya berapa nem kamu
Fah? tanya Lina. Aku dapet nem 25,2 yah lumayan lah, kalo kamu? Aku dapet 24,7 hehe.
kata Lina, dan lina bertanya kamu berapa zah? hah? Aku? Aku dapet 24,0, hehe ih paling
jelek aku sendiri tau, kalo kamu Han? Zahra bertanya kepada Jihan kalo aku sih 26,6 kata
Jihan. Ciee gede sendiri nemnya. Aku kasih hadiah mau? Kata ifah. Biasa aja lah.. Mau dong,
mana hadiahnya?. Hadiahnya ucapan selamat yah udah dapet nem gede ahaha.. ledek Ifah.
Iih sebel deh kirain juga hadiah beneran. jawab jihan. Ahahaha.. mereka menertawakan jihan
bersama sama.
Beberapa hari kemudian, hari perpisahan pun tiba. Semua bersiap siap untuk acara tersebut.
Mereka berkumpul di salah satu ruangan untuk mempersiapkan acara itu. Oke anak anak, kalian
udah siap kan, udah hafal semua lagunya, udah hafal urutannya kan? tanya salah satu bu guru.
Iya bu guru. jawab kami bersama sama.
Acara pun dilaksanakan berbagai lagu dinyanyikan seperti lagu hymne guru dan terima kasihku,
dan lain lain. Dan salah satu siswa mewakili untuk membacakan kata perpisahan.
Untuk Teman
Teman, sudah saatnya kita berpisah
6 tahun telag kita lalui bersama
Suka duka telah kita rasakan bersama
Banyak kenangan yang indah bersamamu teman
Tolong maafkan semua kesalahanku teman
Jangan lupakan aku dan jangan lupakan kenagan kenangan indah kita teman.
Jadikanlah perpisahan ini menjadi perpisahan yang termanis.
Terima kasih teman untuk segalanya.
Ini kunyanyikan lagu perpisahan termanis untuk kalian semua
Jadikan ini perpisahan yang termanis
Yang indah dalam hidupmu sepanjang waktu
Semua berakhir tanpa dendam dalam hati
Maafkan semua salahku yang mungkin menyakitimu
Selamat tinggal teman
Perpisahan ini menjadi Perpisahan Termanis

TAMAT
7.Ada Tetangga Baru
Judul Cerpen Ada Tetangga Baru
Cerpen Karangan: Ukasyah Ammar Robbani
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 17 February 2017

Wah, Asyik, nih.., di komplek jalan Flounder akan ada tetangga baru!. Geng Braver Yaitu Roni,
Zaid, Syakif, Edo, Naya, Mutia, Fatimah, Aisyah, dan juga Flora, yang menjadi ketua Geng
Braver adalah Syafik. Mereka ingin sekali memiliki satu teman laki laki lagi, biar pas gitu, dan
permintaan mereka dikabulkan!.
Saat Anak lelaki yang tepatnya tetangga baru turun dari mobilnya, para geng Braver
mengintipnya.
oh.., ternyata anak itu keren juga, ya.. rumah barunya saja bagus nan mewah ujar Zaid
terkagum kagum.
iya.. kata semuanya.
yuk, kita langsung kenalan! ajak Roni.
eh, jangan!, kita kenalannya lamain aja, biar dia kesal dulu, ya, nggak? Tanya Syakif.
eh, benar juga, ya biar dia kesal dulu baru senang.. Edo setuju. Semuanya mengangguk.
oke, mendingan, kita main di taman bermain dulu, nanti, kita rencanain kenalannya kapan di
taman nanti oke? Tanya Edo.
oke!! sorak semuanya.
Mereka pun menuju ke taman bermain
bagaimana kalau dia lagi berada di luar rumah sedang santai santai, lalu, kita langsung berkata
hai!, dan langsung berkenalan dengannya, setuju? Tanya Zaid.
setuju! seru Mutia, Fatimah, dan Naya.
semuanya!, bagaimana kalau kenalannya saat taman bermain ini sedang sepi, terus dia bermain
di sini.., lalu, kita berkenalan dengannya, setuju? Tanya Syakif.
setuju! seru Aisyah, Roni, dan Flora.
aku punya usul lagi, nih!, bagaimana kalau saat dia di masjid, anak lelakinya langsung
berkenalan? Tanya Roni.
Setuju! seru Syakif dan Zaid.
bagaimana, tiga usul tadi, dilakukan secara bergantian? Tanya Syakif.
MAKSUDNYA?? Tanya semuanya.
misalnya, usulan Zaid dilakukan oleh Mutia, Fatimah, dan Naya, lalu, usulanku, dilakukan oleh
Aisyah, Roni, dan Flora, dan usulan Roni, dilakukan olehku, Edo, dan Zaid, setuju? Tanya
Syakif.
SETUJU!! seru semuanya.
besok, semuanya melakukan tugasnya, oke? Tanya Syakif.
OKE!! sorak semuanya.
Esok paginya
Teman teman, lebih cepat, dong! seru Syakif kepada teman temannya agar lebih cepat larinya
untuk menemui rumah tetangga baru.
tungguin, dong!, capek, tau!, lebih baik, kita jalan saja keluh Flora.
iya, capek.. keluh Fatimah juga.
ya, udah, deh, kalian berdua jalan saja!, yang lainnya lari, bagaimana? Tanya Syakif.
Eeeh.., berarti, kita berdua ditinggal dong?, Tanya Flora, dan Fatimah.
Iya!, ayo, yang lainnya!, kita lari! seru Syafik. Semuanya pun lari kecuali Fatimah dan
Flora.
Aaaahhh.., tegaa!! keluh Flora dan Fatimah.
Setelah berada di depan rumah tetangga baru, mereka berhenti, dan mengintip.
Mutia, Fatimah, Naya!, persiapkan diri kalian! seru Syafik agak tegas.
siap, pak! seru Mutia, Fatimah, dan Naya dengan sedikit tawaan.
Eeehh.., kok, aku dipanggil pak, sih?, aku ini kan, masih anak anak! keluh Syafik sembari
menoleh ke Mutia, Fatimah, dan Naya.
Maaf, pak!, eh, maksudnya Syafik! ucap Mutia, Fatimah dan Naya dengan sedikit
kesalahan..
ya, kumaafkan! ucap Syafik agak kesal.
KRIIEETT Pintu rumah tetangga baru terbuka pelan pelan oleh seorang anak lelaki yang
tentunya seorang tetangga baru, suara teriakan pintu itu, membuyarkan keseruan geng Braver.
Mutia, Fatimah, Naya, cepat!, kalian ke depan rumah itu! seru Syafik pelan.
oke! seru mereka bertiga pelan.
Hai! seru Mutia, Fatimah, dan Naya.
ha.. hai! ucap anak itu gagap.
bolehkah kita bertiga berkenalan denganmu? Tanya Mutia, Fatimah, dan Naya memulai topik
pembicaraan.
bo.. boleh saja! ucap anak itu cepat. Keringat dingin mulai membasahi tubuh anak itu.
kita bertiga masuk, ya!, Assalamualaikum! ucap mereka bertiga.
Waalaikum salam. Jawab Anak itu. Mutia, Fatimah, dan Naya duduk di kursi teras itu.
Hai, namamu siapa? Tanya Fatimah.
Namaku Ridwan,
oh.., Ridwan, kenalin, aku, Mutia, ini.. kata Mutia sambil menunjuk ke Naya.
aku Naya, dan ini kata Naya sambil menunjuk ke Fatimah.
aku, Fatimah!! seru Fatimah.
oh.., begituu.. ucap Ridwan agak tenang.
boleh kami bertanya denganmu? Tanya Mutia.
hmm.. silahkan, ucap Ridwan.
sebelum kamu tinggal di sini, kamu tinggal di mana? Tanya Naya.
Di komplek jalan Bunga jawabnya.
oh, terima kasih, ya!, kami pamit dulu!, Assalamualaikum! pamit Mutia, Fatimah, dan Naya.
Waalaikum salam! lanjut Ridwan.
dadahh.. pamit Naya.
Sesampainya di taman
Mut, Fat, Nay, gimana kerjanya? Tanya Syafik singkat.
bagus dongg!! sorak Mutia, Fatimah, dan Naya. Sorakan itu terdengar sampai ke rumah
Ridwan, Ridwan pun segera ke taman. teman temannn!, Ridwan ingin ke sinii!! teriak
Mutia, Fatimah, dan Naya dengan hati hati.
siapa ridwan? Tanya semuanya kecuali Mutia, Fatimah, dan Naya.
dia tetangga baru!!, cepat!!, semuanya mengumpat!! teriak Mutia, Fatimah, dan Naya dengan
hati hati seraya mendorong teman temannya ke tempat persembunyian.
Geng Braver segera bersembunyi dimana saja, yang penting tidak terlihat oleh Ridwan!
tidak ada siapa siapa sih kata Ridwan polos. main ayunan dulu ah katanya.
Sedangkan di persembunyian geng Braver
kerja bagus, Mutia, Fatimah, dan Naya! puji Syafik pelan. Mereka bertiga hanya tertawa malu.
Aisyah, Roni, dan Flora, persiapkan diri kalian! ucap Syafik pelan.
baik, bos! canda ketiganya.
aku nggak mau dengar yang kaya gituan lagi! ucap Syafik dengan nada kesal.
ya, maaf..! ucap ketiganya.
Dengan pelan pelan, Aisyah, Roni, dan juga Flora menghampiri Ridwan.
Hai! seru Aisyah, Roni dan juga Flora menghampiri Ridwan.
Ha.. hai! jawabnya cepat.
boleh kami berkenalan denganmu? Tanya Roni.
lagi lagi, teman baru!, bakalan betah deh, aku! seru Ridwan dalam hati.
hei, kok, kamu malah bengong? Tanya Flora.
ehh.., tentu saja boleh! jawabnya.
namamu, siapa? Tanya mereka bertiga.
hmm.., namaku, Ridwan! jawabnya.
oh, kalau aku, Roni, dia kata Roni sambil menunjuk ke arah Aisyah.
aku, Aisyah!, dan ini kata Aisyah sambil menunjuk kearah Flora.
dan aku, Flora!! seru Flora.
oh, senang bertemu dengan kalian! katanya.
kita pamit dulu yaa.., daah..! seru ketiganya.
daahh! pamit Ridwan juga, dan dia pulang ke rumahnya, beda dengan Aisyah, Roni, dan juga
Flora, mereka menuju ke geng Braver.
kerja bagus! puji Syafik.
ya, dongg!! jawab ketiganya.
sebentar lagi, adzan dzuhur, nih!, yang laki lakinya, sholatnya di masjid, ya, yang
perempuannya, terserah mau di mana! lanjut Syafik.
kita ingin ke masjid juga!! sorak Aisyah, Flora, Mutia, Naya, dan juga Fatimah.
Allahu akbar, Allahuakbar!, adzan sholat dzuhur terdengar merdu.
wah, sudah adzan nih!, saatnyaa..! seru Syafik
kita sholat dzuhur di masjid..!! seru semuanya.
Setelah usai sholat dzuhur
Zaid, Edo, sudah siap untuk berkenalan, belum?, aku sudah siap, nih! kata Syafik.
dah siap doongg!! jawab keduanya.
Kini giliran Syafik, Edo, dan Zaid yang berkenalan dengan Ridwan.
hola!, eh, kebalik!, halo! ucap Syafik terhadap Ridwan yang sedang ingin menuju ke
rumahnya.
eh, halo.. jawab Ridwan.
boleh berkenalan denganmu? Tanya Zaid.
tentu saja boleh! seru Ridwan kegirangan yang kini akan bertambah temannya.
namamu, siapa? Tanya Syafik.
namaku Ridwan, jawabnya.
oh, kalau aku, Syafik, ini kata Syafik sambil menunjuk ke Zaid.
aku Zaid, dan ini kata Zaid sambil menunjuk Edo.
dan aku, Edo!! seru Edo.
Tiba tiba
Zaid, Edo, Syafik, gimana kenalannya?, eh, ada Ridwan juga! kata Roni yang tiba tiba saja
datang.
eh, Roni? Tanya Ridwan.
ya!, kami bersembilan adalah sahabat! kata Edo sambil memeluk ketiga temannya.
bersembilan?, kalian Cuma berempat euy.. kata Ridwan kebingungan.
kita bersembilan dengan Mutia, Naya, Fatimah, Aisyah, dan juga Flora! Tuh, dia orangnya!
seru Syafik sambil menunjuk ke arah Mutia, Naya, Fatimah, Aisyah, dan juga Flora.
ada apa tunjuk tunjuk kita? Tanya Mutia.
eh, enggak ada apa apa kok! jawab Edo.
Ridwan, mau nggak, kamu gabung ke geng braver? Tanya Zaid. Semuanya mengangguk.
geng braver? Geng siapa itu? Tanya Ridwan kebingungan.
yaa.., geng kita-lah kata semuanya kecuali Ridwan.
oh, kalau begitu sih, tentu saja aku mau! jawab Ridwan dengan senyuman.
Yeaahhh..!!, sahabat kita bertambah satu!!! sorak geng Braver kegirangan. Ridwan hanya
tersenyum.
8.Jujur Itu Membawa Berkah
Judul Cerpen Jujur Itu Membawa Berkah
Cerpen Karangan: Diana Asya Veronika
Kategori: Cerpen Anak
Lolos moderasi pada: 15 February 2017

Pada suatu hari, di sebuah kota besar hiduplah sebuah keluarga kaya raya yang terdiri dari pak
dodi, bu wina dan anaknya perempuan bernama tania.
Sore itu, bu wina bersama anaknya tania pergi ke pasar akan membeli baju. Sesampai di pasar
tania dan ibunya membeli berbagai macam baju yang sangat cantik cantik. Dan tibalah saatnya
mereka pulang. Tetapi bu wina, sangat terburu buru ingin pulang, sehingga dompetnya
ketinggalan. Dompet bu wina ternyata didapati oleh seorang anak yang sangat dekil. anak itu
ternyata adalah seorang pengemis.
Sesampai di rumahnya, bu wina baru menyadari ternyata dompetnya hilang di pasar.
yah ibu, kenapa dompetnya bisa ketinggalan di pasar, sih? Padahal di dompet itu kan bisa untuk
uang jajanku seminggu ini kata tania dengan nada marah
apa yang harus diperbuat lagi, nak! Sudahlah, untuk apa kita menyesali sesuatu yang telah
hilang kata ibu wina menasehati anaknya
baiklah bu kata tania
Ternyata pengemis yang telah menemukan dompet ibu wina adalah seorang anak yang sangat
miskin sekali, ia tinggal bersama ibunya saja, ayahnya sudah lama meninggal. Nama anak itu
adalah rino, sedangkan nama ibunya adalah ibu riva. Dan rino ini tidak sekolah seperti anak anak
lainnya. Dia hanya mengaji di musholla dekat rumahnya.
Rino bingung mau diapakan dompet yang telah ditemukannya itu. Dia mau mengembalikan
dompet itu kepada pemiliknya tetapi dia tidak tau di mana alamat pemilik dompet itu. Mau
diberikan kepada ibunya, pasti ibunya akan menyuruhnya mengembalikan dompet itu kepada
pemiliknya. Rino pun membuka isi dompet itu, ternyata di dalam dompet itu lumayan banyak
uangnya. Bagi rino, uang itu sudah lebih dari cukup.
wow, banyak sekali uangnya.. lebih baik aku simpan saja uangnya, ini kan sudah lebih dari
cukup untuk kebutuhan sehari hariku bersama ibu. Tapi, kalau ketahuan sama ibu, gimana ya?
Ahh, aku sembunyikan saja uang ini di dalam lemari
Malam hari, rino baru pulang. Karena ia membeli keperluan ia dan ibunya. Ibu riva menegurnya.
rino, ke mana saja kamu? Malam malam gini baru pulang. Tanya ibu riva dengan nada marah
aku baru pulang dari minimarket bu. Aku membeli keperluan sehari hari kita jawab rino
sembari menunjukkan barang barang yang dibelinya
darimana kamu mendapatkan uang untuk membeli barang barang ini? tanya ibu riva heran.
aku mendapatkan uang ini dari hasil mengamenku hari ini, bu jawab rino
ya sudah, sekarang waktunya untuk tidur. Ini sudah malam sekali perintah ibu riva kepada rino
baiklah, bu rino menuruti perintah ibunya
Tiba di kamar, rino cepat cepat menyembunyikan dompet itu di dalam lemari bajunya.
Paginya, rino bangun sangat pagi pagi sekali. Dia bangun pagi pagi karena dia akan mengaji di
musholla dekat rumahnya.
bu, rino berangkat mengaji dulu ya, assalamualaikum kata rino sambil mencium tangan ibunya
waalaikumsalam kata ibu riva
Di musholla, anak anak segera mengaji, selesai mengaji pak ustadz akan memberikan ceramah,
semua anak anak yang mengaji di situ sangat suka mendengarkan ceramah dari pak ustadz.
Ceramah kali ini yang disampaikan oleh pak ustadz adalah tentang
BERBOHONG ADALAH PERBUATAN MUNAFIK
Jam 8 tibalah waktunya anak anak pulang. Dalam perjalanan pulang, rino ingat ceramah dari pak
ustadz tadi bahwa, berbohong itu adalah perbuatan munafik, dan janganlah berbohong, buatlah
kejujuran, karena kejujuran itu akan membawa berkah.
ah, aku akan mengembalikan dompet itu kata rino di depan pintu rumahnya
assalamualakum, bu kata rino mengucapkan salam
waalaikumsalam, eh rino kata ibu riva
bu, sebenarnya ada satu hal yang harus aku katakan kepada ibu. Sebenarnya uang yang aku
belikan untuk membeli keperluan sehari hari kita itu adalah uang yang aku temukan kemarin,
bu kata rino menyesali dirinya
apaa?? Bagaimana bisa? kata ibu riva dengan tegas
sebenarnya bu, kemarin aku di jalan pasar, menemukan dompet. Di dalam dompet itu, terdapat
beberapa lembar uang beserta ktp, atm dan barang barang lainnya, bu. Tapi aku sekarang benar
benar menyesal, bu. Sekarang juga, akan aku berikan dompet ini kepada pemiliknya. Kata rino
rino rino, ingat ya, kita itu tidak boleh berbuat bohong. ya sudah, sekarang kamu kembalikan
dompet ini kepada pemiliknya, dan juga, uang yang kamu belikan barang barang kemarin, akan
ibu ganti tunggu sebentar ya kata ibu riva dengan lembutnya
terima kasih bu kata rino

Rino segera mencari alamat pemilik dompet itu, di ktpnya tertera alamat di situ:
Nama: wina astiarti
Alamat: jalan diponegoro nomor 40
Rino pun segera ke jalan diponegoro, sesampai di sana, dia mencari rumah nomor 40.
akhirnya ketemu juga rumahnya kata rino
assalamualaikum kata rino sambil mengetuk ngetuk pintu rumah itu
waalaikumsalam, kamu siapa ya nak? tanya ibu wina
bu, perkenalkan nama saya rino. Saya tinggal di jalan jambu. Saya tinggal bersama ibu saja.
kemarin, saya menemukan dompet ini bu, apakah ini milik ibu? jawab rino sambil melihatkan
dompet itu
benar, ini adalah dompet saya yang telah hilang dua hari lalu, terima kasih banyak ya nak rino
kata bu wina dengan tersenyum
ya sudah bu, saya pulang dulu ya bu kata rino
eh, tunggu dulu nak. Sebagai gantinya maukah ibumu bekerja di restoran pizza di kota sebagai
pelayan. Kebetulan, ibu punya kenalan di restoran itu
pastinya ibu saya mau bu, terima kasih banyak bu. Saya sangat sangat berterima kasih kepada
ibu kata rino dengan bahagianya
sama sama, nak. Tetapi, justru ibulah yang berterima kasih nak kata ibu wina
tak apalah bu, kita sama sama berterima kasih kata rino dengan tertawa.

SELESAI
9.Bersama Rembulan
Judul Cerpen Bersama Rembulan
Cerpen Karangan: Desy Alfianita
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi)
Lolos moderasi pada: 15 February 2017
Di tepi jembatan itulah ia tinggal bersama orangtuanya. Namanya Rembulan sering dipanggil
Bulan, anak gadis sederhana yang selalu sibuk dengan khayalan-khayalannya itu. Baginya
bermimpi itu tidak ada salahnya. Sebuah sungai besar di dekat jembatan itulah tempat paling
disukainya.
Apa ini sudah pagi?
Tentu saja, cepatlah bangun, apa Bulan sudah melupakan pekerjaan Bulan? Teruslah
mengkhayal dan tidak perlu lagi membantu ibumu ini.
Ada apa dengan pekerjaan itu? Apa Bulan pernah melupakan pekerjaan itu, Walaupun Bulan
terus mengkhayal.
Cepatlah pergi, siapa tahu khayalanmu itu terkabul.
Tentu saja khayalan itu akan terjadi, kenapa tidak? Kayu bakar ini saja pasti tahu, khayalanku
ini tidak ada yang salah.
Bulan berjalan pulang tapi ia tidak mungkin melupakan kebiasaannya itu. Ia segera duduk di tepi
sungai besar, seperti biasa ia mengkhayal di sana.
Apa Pangeran itu nyata? Apa cerita ibu benar?
Aku akan ke sana, aku akan bertemu Pangeran itu.
Hujan turun dengan lebatnya, Bulan berlari secepat kilat menuju rumah. Ia sangat kesal
lamunannya malam ini terganggu.
Kau sudah pulang, apa khayalanmu telah selesai?
Ini kayunya, kayunya basah?
Lebih baik kau menyadari kayu itu basah, lebih cepat pulang jika di luar hujan deras.
Tapi khayalan Bulan belum selesai, dan Pangeran itu.
Sudahlah, Pangeran itu tidak akan datang.
Tidak perlu dia datang, aku yang akan menghampirinya.
Apa kau sudah tidak waras, Pangeran itu tidak akan mau bertemu denganmu.
Aku akan memaksanya.
Cepatlah tidur, besok teruskan khayalanmu itu.
Di kamar Bulan berpikir bagaimana caranya bertemu dengan Pangeran itu, ia sangat menyayangi
ayahnya, ia tidak tega melihat ayahnya yang terus berbaring karena penyakitnya itu.
Ibu, Bulan pergi, bu.
Sepagi ini. Kau mau ke mana? Mencari kayu bakar sepagi ini?
Aku harus pergi ke sungai, aku harus bertemu dengan Pangeran itu, dan memaksanya
memberikan cahaya air itu, ayah harus sembuh.
Pergilah, jika kau bertemu dengan Pangeran itu, segeralah pulang ke rumah, bawa cahaya air
itu.
Baiklah.
Bulan duduk di tepi sungai, malam ini Bulan memutuskan tidur di tepi sungai saja.
Rembulan malam ini sangan indah, bayangannya sangat jelas di air nyaris sempurna.
Kemana Pangeran itu, menurut cerita ibu Pangeran itu akan menatap ke bumi setiap kali
Rembulan berbentuk sempurna, apa dia tidak melihatku duduk di tempat ini setiap malam? Apa
dia tidak kasihan kepadaku?
Aku hanya ingin cahaya air itu, cepatlah turun
Bulan menangis sejadi-jadinya, ia tidak tahu harus bagaimana lagi, ia tidak tahu bagaimana nasib
ayahnya jika hari ini ia tidak mendapatkan cahaya air itu.
Apa kau tidak mau membantuku, apa kau mau aku membawa air sungai ini dan memberikannya
kepada ayahku?
Pulanglah dan bawa air sungai itu.
Apa kau sudah tidak waras, kau mendukungku berbohong.
Tentu saja tidak, bukan begitu.
Kau, apa kau Pangeran itu, tubuhmu sangat bercahaya, aku sampai tidak dapat melihat
wajahmu.
Ya, aku Pangeran itu.
Cepat berikan cahaya air itu, aku hanya memintanya sedikit.
Kau telah mendapatkannya.
Apa?
Lihatlah Rembulan itu apa kau tidak menyadari dengan bayangannya.
Apa-apaan bayangannya di sana dan tetap saja di sana.
Itulah jawaban pertanyaanmu, bayangan Rembulan itu terus di sana dan tidak pernah berubah,
itu sebabnya kau selalu ke sini setiap malam. Jika kau tidak ke sungai ini maka bayangan
Rembulan itu pun tidak muncul.
Ambillah air yang terkena cahaya Rembulan itu dan bawalah pulang.
Bulan segera membuka botolnya, dan melangkah menuju sungai.
Ini luar biasa, air ini bercahaya.
Itulah cahaya tubuhmu yang tidak kau sadari, kau sangat bercahaya terlihat dari atas.
Benarkah? Apa aku Putri bulan itu.
Datanglah besok malam, kita akan bertemu lagi.
Pangeran itu menghilang dan Bulan memberikan air itu kepada ayahnya, sekejap ayahnya
sembuh dari penyakitnya.
Sejak sore Bulan sudah tidak sabar, ia sudah duduk di tepi sungai.
Aku sudah lama menunggu, di mana Pangeran itu?
Apa kau sudah datang Bulan?
Kau, lama sekali kau datang.
Sekarang jawab pertanyaanku, apa aku Putri Bulan?
Benar kau Putri bulan.
Ke mana bayangan Rembulan itu?.
Dia telah lenyap.
Tidak, tidak mungkin.
Apa kau mau berjanji pergi ke sungai ini, menatap Rembulan itu.
Untuk apa kau melakukan itu?
Karena dengan begitu semua orang akan merasakan betapa indahnya bayangan Rembulan itu,
bayangan itu akan hilang jika kau tidak mau ke sini lagi.
Tentu saja, akan kulakukan apapun, demi bayangan itu.
Pangeran itu pun hilang, ia kembali ke tempat asalnya dan Bulan, ia selalu berada di sungai itu
setiap malam. Menatap Rembulan, karena ia adalah bayangan Rembulan itu sendiri.
Baginya Rembulan tidak sempurna tanpa bayangannya, karena mereka satu.
Ini sudah pagi aku harus mencari kayu bakar.
Bulan tidak berubah ia masih mencari kayu bakar setiap harinya, dan selau sibuk dengan
khayalan-khayalannya itu.
10.Cerita Hari Ini
Judul Cerpen Cerita Hari Ini
Cerpen Karangan: Muhammad Efan Abdulfattah
Kategori: Cerpen Lucu (Humor), Cerpen Remaja
Lolos moderasi pada: 15 February 2017

Kemaren pas hari jumat kan gue ada pelajaran bahasa indonesia, terus gurunya nyuruh buat
nyeritain biografi seseorang. Dan kaya biasanya sebagai sukarelawan, silahkan salah satu maju
ke depan untuk menceritakan biografi yang sudah bapak tugaskan kemarin itu yang guru gue
omongin setiap awal pelajaran, tapi enggak setiap pertemuan cuma cerita biografi. Terus gue
nunjuk jari (maksudnya ngacung bukan nunjuk ke jari) buat nawarin diri maju (dengan
semangat menggebu-gebu) saya pak!!!, oh iya silahkan Abdul, ini anak yang cocok untuk
dijadikan contoh untuk kalian semua itu juga yang biasa diomongin guru gue yang satu ini.
Terus gue maju dengan pedenya, padahal gue belum ngerjain.
tugas kamu mana Abdul? bapak guru bertanya, dengan tegas gue jawab belum pak!,
bagaimana sih kamu, padahal kan sudah bapak kasih waktu satu minggu, apa kurang?, nggak
kok pak, cuma saya lagi males, jujur sekali kamu Dul, ya sudah kalau begitu kamu harus
menceritakan biografimu sendiri!, oke pak! padahal tadi gue keceplosan, jantung ini
serasanya mau copot (yaelah bahasanya), tapi sukur deh nggak dimarahin, wkwkwekekek.
Oke gue mulai yak ceritanye, oke gue mulai ya, sssttt gunakan bahasa indonesia yang baik
dan benar sela pak guru. Nih, baru gue cerita beneran saya di sini akan menceritakan biografi
tentang saya. Nama saya Abdul Al Fattah, saya biasa dipanggil Abdul kalo di sekolah, Fattah pas
di rumah, dan Bagus kalau di tempatnya kakek, terserah kalian mau milih yang mana. Saya lahir
di kasur rumah sakit Pekajangan, tepatnya di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia,
Asia Tenggara, Asia, Bumi. Saya lahir tepat hari kamis wage pas tanggal kesaktian pancasila
tahun 1998, kata ibu saya, saya lahir sekitar jam 00.30, kata orang jawa, orang yang lahir dini
hari itu tidak takut gelap-gelapan. Tapi ramalan itu tidak berfungsi ke saya, karena saya takut
gelap-gelapan. Alesannya bisa kena dosa dan jadi hamil duluan sudah tiga bulan, eh malah
nyanyi, Haha bapak saya namanya Pak Akhmad, beliau itu ibaratkan sosok Superman,
karena beliau itu orangnya kuat, multitalent, dan baik di segalanya. Saya juga punya ibu,
namanya Bu Lestari, kalau beliau saya ibaratkan seperti Bidadari tak Bersayap, tapi walaupun
tak bersayap, my mom still is the best, and will always be the best forever, beliau itu orang yang
paling top begete yang pernah saya kenal dari dulu sampai sekarang selain bapak, and Ill still
love them until whenever. Sekarang cerita soal pendidikan ya. Saya dulu pernah bersekolah di
TKP (Taman Kanak-kanak Pertiwi) Josari. Lalu melanjutkan ke SD Negeri Josari, SD saya ini
adalah SD terbaik se-Josari, karena cuma satu. Kemudian saya meneruskan ke SMP Negeri 1
Maju Mundur, mungkin pada saat itu adalah masa awal transisi menuju ke lebih dewasa
(bahasanya itu lohh), karena saya menemukan banyak hal yang lebih woww, di sini juga saya
menemukan banyak pengalaman, contohnya saya nemuin banyak teman di sini karena saya juga
nekat masuk organisasi pramuka dan OSIS, dan salah satunya temanku itu dia yang lagi mbok*p
di belakang nunjuk Tara, ha aku? ngomongnya pake gaya sok polos. iya kamu langsung
seisi kelas seketika jadi kaya pasar, pada ketawa semua sih. sudah sudah, nanti dia malah nangis
(kataku sembari ketawa), dan asalkan kalian tau dulu dia itu salah satu teman hidupku, di dalam
ruangan kecil yang berbentuk kubus dengan suasana yang terkadang menyenangkan, tapi
seringnya mengerikan dan membosankan yang disebut itu kelas.
Taukah kalian? (ngomong sambil nyengir), bahwa dulu saya itu punya geng, anggotanya 4
orang, yang 2 namaya Tara, dan Indra. Yang satunya lagi yang sering ngilang namanya Arie.
Kita sering bersama men-skip jalannya waktu yang terasa melambat ketika sekolah, kita makan
bersama, belajar bersama, nyontek bersama, remidi bersama, dan masih banyak lagi pokoknya.
Di masa itu juga saya bertemu dengan orang yang aku tresnani sampai sekarang, tapi sayangnya
saya benar-benar kenal dia ketika saya sudah kelas 9, jadinya ya waktu untuk itunya hanya
sedikit, tapi tidak apa-apa yang penting sudah dapat nomor hpnya, dan sampai sekarang masih
tetap bisa saling berhubungan walaupun ruang dan waktu membatasi. Udah ah bahas masa
smpnya, ntar malah jadi tambah kangen (hehe..) sekarang ganti ke masa SMK yaa, saya
melanjutkan ke sekolah ini sebenarnya bukan target utama, karena saya sudah sejak kelas 7 smp
sudah menargetkan melanjutkan ke salah satu SMA favorit di kota saya, namun apa daya kalau
takdir sudah berkata, saya malah diterima di sini. Tapi tidak apa-apa, karena di sini ternyata asik,
kalo ada tugas tinggal copy-paste, ada ulangan harian tinggal tanya-tanya soal yang keluar apa
aja, terus pas UAS or UTS langsung ke tempat kos teman, minjem rangkuman, terus ke tempat
fotocopy, kemudian aksi pun dimulai, rangkumannya difotocopy perkecil, bolak-balik, pakenya
kertas yang paling bagus biar jelas, hehe.. tapi soal pemfotocopyan itu hanyalah rekayasa semata
ya, jujur saya paling takut kalau disuruh bawa contekan ke kelas, mendingan tanya ato ngeluarin
jurus mata elang daripada kaya gitu.
Dan di sini juga saya bertemu dengan spesies-spesies orang baru, ada yang pas pelajaran malah
molor nunjuk Wahyu, ssttt diem-diem jangan pada rame yak katanya bapak guru, SIAP
PAKK!!! si Wanto ngomong sambil teriak, gimana sih kamu to?! jadi bangun kan keluhnya
anak-anak, eh malah si Wanto cuma nyengir sambil ngomong dasar temen jahat. Langsung
seisi kelas pada ketawa. Gue lanjutin ya, Terus juga ada yang lagi mbok*p di belakang, ya Ra
usilku ke Tara, ada juga yang main get rich, ada yang lagi ngupil yang teknik jarinya kaya
Gatsuganya Kiba di anime Naruto, sampe jarinya melintir-melintir kaya gitu sambil gue
mantengin si Rangga, tapi temen-temen nggak peka jadinya langsung gue lanjutin lagi. itu juga
ada yang lagi nge-cup PES 15 tapi tidak ngajak-ajak, ya udahlah mungkin segini dulu aja ya,
because saya belum tau kelanjutan kisahku, hehe
Oh iya hampir lupa, aku punya adik baru satu, tidak tau mau nambah apa tidak, namanya
Rayyan, intinya dia itu punya sifat yang bedanya 360 derajat sama sifatku. Ya udahlah, sekian
toh kalian juga pasti udah pada bosen liat saya terus di depan sini, dan juga saya sudah capek
ngomong pake bahasa indonesia yang baik dan benar seperti ini. Sekian, Thank you! sambil
salto, eh malah kakinya nendang meja, terus kebanting, terus pingsan.

Sekian
11.Rumahku
Judul Cerpen Rumahku
Cerpen Karangan: Perdi Firmansyah
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Keluarga
Lolos moderasi pada: 17 February 2017

Windi adalah seorang anak yang baik. Dia tak pernah membantah perintah orangtuanya, dan
ramah pada setiap orang. Windi adalah anak yang paling disayangi di tempat tinggalnya.
Suatu hari, Windi dan teman-temannya bermain sampai larut malam. Saat tiba di rumah, Windi
dimarahi ibunya. Ini pertama kalinya, Windi melihat ibunya marah. Ada beberapa kata yang
membuat Windi gusar, dan lama kelamaan dia merasa kesal dan berteriak BERISIK!
Windi melihat wajah ibunya yang nampak sangat terkejut, begitu pun dengan dia. Windi ingin
meminta maaf tapi malah berkata dengan marah kenapa sih, aku kan cuma main sebentar!
Sebentar dari mana? Sudah lewat jam 9 ini Ibunya balas marah.
Windi kehabisan kata-kata, dia tertunduk diam sejenak dan akhirnya memutuskan untuk berlari
pergi dari rumah. Aku benci ibu! lengkingnya sambil lalu.
Windi berlari sambil menangis. Dia menyelusuri jalan-jalan tanah hingga ke bantaran sungai. Di
sana kaki Windi tersandung sesuatu, dia terguling dan masuk ke semak-semak. Dan ketika Windi
membuka matanya, dia melihat tempat yang berbeda.
Pohon-pohon besar dan kecil tak berdaun ada di mana-mana, kabut tebal mengelilinginya. Hanya
terdengar suara jangkrik dan kaok burung gagak dari kejauhan.
Windi melihat sesuatu di antara pepohonan tak berdaun. Sosok itu melayang ke arahnya,
badannya tembus pandang, dan wajahnya buruk rupa.
Windi ingin berlari, namun kakinya seolah tertahan sesuatu. Dia mulai berkeringat dingin, sosok
itu mulai mendekat. Windi menutup matanya, tak ingin melihat wajah sosok itu.
Hai gadis kecil! Mengapa kau ada di sini malam-malam? sapa sosok itu, suara terdengar
hangat apa kau tersesat?
Windi memberanikan diri untuk membuka matanya. Dia melihat sosok itu melayang di
depannya, berkulip gelap dan wajahnya hancur.
A-apa kau hantu? Hantu penunggu di sini? tanya Windi memberanikan diri.
Oh, maaf jika wajahku menyeramkan. Wajahku terpukul godam sebelum aku mati jawab
sosok itu ramah aku hanyalah roh biasa yang tinggal di sini. Dan kau gadis kecil?
Windi memperhatikan sosok itu, ternyata tak semenyeramkan yang Windi kira.
Windi. A-ku rasa aku tersesat. Aku belum pernah melihat tempat ini tiba-tiba Windi merasa
rindu rumah, dia menyesal telah membentak ibunya maafkan aku Tuan Roh, tapi apa kau bisa
membantuku mencari jalan pulang.
Pertanyaan gadis kecil, mengapa kau bisa tersesat apa kau lari dari sesuatu? tanya Tuan Roh.
Aku tidak dikejar sesuatu jawab Windi.
Lalu, apa kau punya masalah? tanya Tuan Roh Lagi.
Aku tak pun tiba-tiba mulut Windi tertahan, dan lidahnya terasa sakit.
Tuan Roh menatapnya lembut oh gadis kecil, di sini kau tak akan bisa berbohong sekeras
apapun aku mencoba. Karena meski penampilan seram seperti wajahku, tapi inilah Hutan
Kejujuran. jelas Tuan Roh.
Windi tertunduk malu. Dia mulai menyeritakan semuanya pada tuan, tentang dia pulang
terlambat dan dimarahi ibunya sampai dia pergi dari rumah.
Oh, gadis kecil, aku khawatir tak bisa menolongmu. kata Tuan Roh.
Tak bisa?! pekik Windi ketakutan kenapa?
Itu masalahmu dengan orangtuamu. Kau harus menyelesaikannya sendiri tutur Tuan Roh.
Tapi aku tahu di mana aku dan mereka mungkin berada di tempat yang jauh Windi menahan
air matanya, matanya merah.
Maka ini akan menjadi perjalananmu untuk menembus penyesalanmu, Tuan Roh menatap
Windi yang mulai terisak begini gadis kecil, aku memang tak bisa menolongmu, tapi kurasa
Tuan Centaur bisa. Kau hanya perlu berlari sampai kelelahan dan kau pasti akan
menemukannya
Bagaimana kau tahu, aku akan menemukannya saat aku kelelahan? tanya Windi bimbang.
Karena di duniaku ini, ilmu pengatahuan tak berlaku jawab Tuan Roh.
Windi bingung pengatahuan adalah segalanya dan berlaku dimana saja, tapi mengapa tak di sini.
Windi tak mau menghiraukannya, dia hanya ingin pulang.
Sebelum aku pergi aku ingin bertanya, siapa namumu, Tuan Roh yang baik?
Robert, gadis kecil
Terima kasih, Robert. Semoga kau mendapat ketenangan Windi berdoa untuk Tuan Roh.
Terimakasih atas doamu, gadis kecil, aku jadi lebih tenang senyum Tuan Roh terlihat sangat
indah di antara wajahnya yang hancur sekarang berlarilah!
Windi mulai berlari dan berlari, menghiraukan semua suara menakutkan di sekitarnya. Ini adalah
Hutan Kejujuran, dan beginilah rupa dunia yang sebenarnya, sangat menyeramkan. Tapi Windi
terus berlari, dia harus melewati ketakutan ini, dia terus berlari.
12.Kamu Percaya Takdir?
Judul Cerpen Kamu Percaya Takdir?
Cerpen Karangan: Agung Wicaksono
Kategori: Cerpen Cinta
Lolos moderasi pada: 17 February 2017

Kamu percaya takdir? Aku merasa 26 tahun ini hidupku dikuasai oleh takdir. Takdir mengatur
detak jantungku. Takdir memaksaku menerima kepergian orangtuaku. Takdir pula yang
mengizinkanku untuk bertemu dengan orang-orang yang spesial dalam hidupku.
Mungkin takdir pulalah yang menggiringku untuk tidak bermukim di satu tempat. Aku lahir di
Kota Pahlawan dan hidup berpindah dari satu kota ke kota lain. Aku ditakdirkan untuk
menjelajah semesta, mempelajari tentang manusia, dan mengerti makna cinta. Aku belajar
harumnya percintaan di Kota Kembang, aku belajar manisnya persahabatan di Kota Gudeg, aku
belajar pula tentang kerasnya kehidupan di Kota Metropolitan. Semua kuyakini karena takdir.
Takdir pula yang tidak membiarkanku bertahan dalam satu cinta. Aku pernah mencintai banyak
wanita dalam hidupku. Aku pernah membuka hatiku untuk segala macam wanita. Mereka berlalu
lalang di depan teras kehidupanku. Ada yang singgah sekejap. Ada yang menyempatkan waktu
untuk menetap sesaat. Ada yang hanya menjadikan aku buku diary untuk menuangkan segala isi
hati. Ada pula yang menganggapku dokter spesialis hati yang ketika sembuh tidak lagi didatangi.
Apapun anggapan mereka tentangku, aku tetap senang. Aku senang bisa menjadi penjelajah
dunia mereka.
Suatu kali aku berkelana dalam amarah hati wanita bergurun pasir. Di waktu lain aku menyelami
ganasnya hati wanita berhujan badai. Pernah pula aku merasakan dinginnya wanita berhati salju.
Semua yang terjadi aku anggap hadiah atas takdirku untuk menjadi orang yang selalu berpindah.
Semua yang terjadi aku anggap sebagai pelajaran berfaedah. Belum pernah terbersit dalam
benakku untuk bermukim dalam hidup seorang wanita.
Tapi teoriku tentang takdir terbantahkan ketika empat tahun lalu aku bertemu dengan wanita
berdarah Bugis-Australia. Lesung pipi dan hidung mancungnya menjadi tujuan utama pendaratan
mataku di wajahnya. Lensa mata cokelat muda dan bibir tipis yang selalu berwarna merah muda
cerah memerangkap siapa saja yang berusaha mencuri pandang. Wanita ini menjadi alasanku
merasa siap untuk bermukim di satu hati. Hatinya menyejukkan, seperti hawa pegunungan.
Bukan pesona wajahnya yang membuatku jatuh hati. Bukan pula penampilannya yang bagai
peragawati. Aku jatuh hati dengan selera humornya yang membuatku tertawa melupakan
kesedihan. Aku jatuh hati dengan tingkahnya yang menggelikan ketika sedang bercerita. Aku
jatuh hati pada caranya memandang dunia yang mengajarkanku banyak hal. Aku jatuh hati pada
kesederhanaannya meskipun ia memiliki segalanya. Aku jatuh hati dengan caranya memberikan
pendidikan bagi anak-anak jalanan. Aku jatuh hati dengan senyumnya yang ia berikan cuma-
cuma tanpa syarat bagi semua orang. Aku jatuh hati dengan prestasinya yang didapatkan tanpa
menjatuhkan orang lain. Aku bisa menuliskan ribuan alasan untuk jatuh cinta kepadanya tapi tak
ada satupun alasan yang membuatku pantas untuk masuk dalam kehidupannya.
Ketika ia menuju kantor, aku hanya bisa melihatnya melalui cermin sambil mengemudikan
mobil orangtuanya menuju jajaran gedung-gedung megah. Ketika ia mengenakan baju-baju gaya
terkini, aku hanya mampu mengenakan kemeja merah yang kubeli di pasar Cikini. Ketika ia
berlibur ke negeri-negeri romantis, aku hanya bisa menikmati pengalamannya dari cerita-
ceritanya yang bersemangat.
Namun meskipun aku tidak pantas berada dalam benaknya, aku selalu berusaha untuk menemani
kemanapun ia melangkah. Tempat yang tidak akan pernah kulupakan bersamanya adalah ketika
orang yang ia cintai mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungannya di sebuah rumah
makan mewah pinggiran danau. Di taman rumah makan ia menatapku dengan mata berkaca-
kaca. Tak kusadari ternyata tangisannya menyakitkanku dan kepedihannya menyayat hatiku
pula. Entah pria macam apa yang mampu melakukan hal ini padanya, pikirku. Malam itu aku
hanya bisa berdiri menatap lesung pipinya yang basah oleh air mata tanpa berkata apapun.
Lama aku berusaha menutupi perasaan ini. Aku harus tahu diri. Tapi siapa yang bisa mengerti
cinta? Perasaan yang masih menjadi misteri terbesar peradaban manusia. Tidak ada aturan dalam
cinta. Hal ini yang mungkin menjadikannya sebuah misteri. Tapi aku harus tahu diri. Hanya
karena ia menjadikanku kawan untuk bertukar cerita cinta, tidak berarti aku bisa mengerti
bagaimana mencintainya. Hanya karena ia memilih untuk makan bersamaku di warung kaki lima
setelah pulang kerja, tidak berarti ia rela menerima keadaanku yang jelata. Hanya karena ia lebih
memilih aku daripada kekasihnya untuk menemaninya saat sakit, bukan berarti ia mengharapkan
perhatianku. Atau bolehkah aku berharap? Bukankah semua ini tanda kasih yang ia berikan
secara samar-samar? Tapi sekali lagi, aku harus tahu diri. Ya, tahu diri karena ia telah
menemukan calon pasangan hidupnya tepat satu tahun setelah aku menemukan wajahnya
pertama kali. Upacara pengikatan hubungan keduanya akan segera dilangsungkan dalam
hitungan hari.
Kurasa takdir sedang bercanda saat itu. Tepat ketika aku mulai merasa siap untuk bertahan dalam
satu hati, takdir mengatakan hal sebaliknya. Tak perlu nampaknya aku menjelaskan betapa
hancur duniaku karena terkhianati oleh takdir. Tapi aku harus tahu diri. Siapalah aku yang berani
menantang suratan takdir. Sejak saat itu aku hanya bisa melakukan tindakan yang sudah
kukuasai selama ini, berkelana. Pergi menjauh dari kehidupan wanita yang aku pikir akan
membuatku bahagia.
Pagi ini tepat 3 tahun 4 bulan pasca pengkhianatan oleh takdir, aku telah berpindah 3 kota, 2
negara, dan 0 hati wanita. Hidupku kini telah berbeda. Kini kemejaku kubeli dari toko bermerk
internasional. Kini aku mampu memesan makanan dari warung yang memiliki pintu-pintu kaca.
Namun belum ada wanita yang membuatku mampu mencintai lagi. Belum ada wanita yang
menciptakan gelak tawa yang warnai kehidupanku. Belum ada wanita yang perkataannya lembut
namun membuatku tangguh.
Suara bel pintu membangunkanku dari tidur lelapku. Siapa yang bertamu di pagi dingin seperti
ini, tanyaku. Segera kuambil baju hangatku sambil aku berjalan melintasi lantai kayu yang
dilapisi oleh karpet putih.
Aku membuka pintu apartemenku.
Jantungku berdegup cepat, mataku menatap dalam sunyi.
Terdengar suara yang pernah kukenal lama sekali. Seketika otakku memutar kembali slide-slide
memori masa lalu.
Sebuah kalimat manis yang selama ini aku nantikan meluncur lembut dari wanita yang hatinya
sesejuk hawa pegunungan. Kalimat yang memungut semua serpihan memori yang telah
kutinggalkan sepanjang perjalanan 3 tahun terakhir. Kalimat yang diakhiri senyuman dengan
bentuk lesung pipi yang familiar.
Ternyata kamu orang yang bisa mencintaiku.
Aku tak pernah hidup menetap selama 3 tahun terakhir. Tapi wanita ini menemukanku. Entah
bagaimana caranya. Logikaku tak mampu mencaritahu. Mungkin takdir mengakui kesalahannya
3 tahun silam. Kini aku mengembalikan kepercayaanku pada takdir.

Anda mungkin juga menyukai