Anda di halaman 1dari 17

Menulis Cerita Sejarah Pribadi dengan Memerhatikan Kebahasaan

Langkah-langkah menyusun teks cerita sejarah pribadi adalah sebagai berikut.


1. Menentukan peristiwa sejarah yang akan menjadi bahan penceritaan
Langkah pertama dalam menyusun teks cerita sejarah seseorang atau diri sendiri adalah
menentukan peristiwa sejarah (peristiwa yang terjadi pada masa lalu) yang akan
dikembangkan menjadi cerita sejarah.
Dalam teks cerita sejarah, penulis menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami para
tokohnya dengan menggunakan latar peristiwa sejarah. Menulis teks cerita sejarah berarti
mengemas fakta sejarah dengan rekaan penulis. Wujudnya dapat berupa peristiwa yang
berkaitan dengan hidup orang banyak atau hidup seseorang.
Contoh

Peristiwa Sejarah Pengembangan Peristiwa


Meletusnya Gunung Kelud tahun 1966 Aku dilahirkan di pengungsian saat Gunung
Kelud meletus tahun 1966. Karena minimnya
fasilitas kesehatan di pengungsian, Ibu
meninggal saat melahirkanku.
Kecelakaan kereta api di Bintaro pada 19 Dalam kecelakaan kereta api di Bintaro
Oktober 1987 tanggal 19 Oktober 1987, aku masih berusia 8
tahun. Kedua orang tuaku tewas dalam
peristiwa itu. Aku sendiri kehilangan sebelah
kakiku yang tertindih pintu kereta api.

2. Menyusun kerangka atau gambaran singkat cerita sejarah yang akan ditulis
Dasar penyusunan kerangka novel sejarah dapat berupa perjalanan waktu (misalnya. masa
kecil, masa remaja, masa sekolah, masa kuliah, masa dewasa); latar tempat (di desa, di
sekolah, di kota, di luar negeri).
Kerangka karangan dapat berisi tokoh, waktu dan tempat kejadian, , ilustrasi visual setiap
tokoh, apa yang dipermasalahkan, dan sebagainya.
3. Mengumpulkan bahan-bahan cerita
Pada tahap ini penulis mengumpulkan rangkaian peristiwa dari berbagai rujukan dan sumber
(orang, buku, dan sebagainya).
4. Mengembangkan kerangka atau draf awal menjadi novel atau teks cerita sejarah
Pada tahap ini, penulis merangkai cerita berdasarkan daya khayal atau imajinasi. Sudut
pandang yang paling mudah adalah sudut pandang orang pertama “ aku”.

Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi

Tema: kekalutan hidup keluarga

Kerangka karangan:

1. Perpisahan orang tua di masa kecilku.

2. Pengalaman pertama masuk sekolah SD.

3. Bertemu teman masa kecil di sekolah baru.

4. Mama yang terlalu mengatur diriku.

5. Kemarahan mama karena ketidakjujuranku.

6. Perhatian ayah untuk menyenangkan diriku.

7. Aku diasuh oleh adik dari ayah (bibi) dengan penuh kasih sayang.

8. Kesuksesan yang kuraih dalam asuhan bibi.

9. Aku kembali ke keluarga mama, walaupun tidak aku inginkan.

Kebahagiaan Berawal dari Kesedihan

Masa kecil

Pada saat itu aku masih berumur 4 tahun disaat itulah aku harus berpisah dengan kedua orang
tuaku karena mungkin mereka tidak cocok lagi. Disaat itulah aku menjadi pendiam dan tidak
suka berinteraksi sama kawan ataupun keluargaku sekalipun.

Aku tinggal dengan mamaku pada saat itu, entah kenapa sebab dan akibatnya aku tidak boleh
berjumpa dengan ayahku sndiri sampai-sampai aku jumpa ayahku pun dengan cara diam-diam
tanpa sepengetahuan mama, sulit bukan?
“ Ma? kenapa mama gak boleh izinkan kakak jumpa sama ayah?” Tanyaku.

“Bukan gak boleh ka , tapi sebaiknya tidak usah mama gak suka,” jawab mamaku.

Disaat itu, mama sayang sekali samaku sampai aku ngaji diantar, hujan-hujanan pun diantar.

Disaat sekolah tiba

Waktu masuk pertama kali sekolah semua teman-teman diantar dengan orang tuanya tetapi
hanya akulah yang tidak pernah diantar ataupun ditunggui dengan orang tuaku kupikir tidak
apalah aku kan anak yg kuat dan hebat jadi tidak perlu ditemani lagian juga sekolah SD ku dekat
dengan rumahku sendiri. Akupun ikut dengan guru, aku mengikutin dia belakang nama guru itu
Bu Haji entah kenapa dipanggil Bu Haji akupun tidak tahu yg jelas semua guru dan murid
lainnya manggil dia Bu Haji, sesampai di depan kelas aku dipersilahkan untuk mengenalkan diri
terlebih dahulu.

“ Baik, sekarang kita punya teman baru, silahkan kenalkan nama kamu,.”Bu Haji berkata

“Nama saya Halimah Tusa’diah, “ ucapku.

Dan Buk Haji mempersilahkan duduk untukku

“Halimah duduk di dekat Anisa ya?”ucapnya

“Iya Bu,”jawabku

Akhirnya dudu lah aku dengan si Anisa tersebut.

“Hai”ucapnya.

“Hmm,hai “ jawabku seadanya.

Kami tidak banyak omong karena aku tidak suka basa basi apalagi semenjak ayah sama mama
pisah aku jadi malas untuk berbicara.

Eits tetapi tidak disitu saja, aku disekolah itu bersama adikku yang umurnya beda satu
tahun denganku, aku juga bingung kenapa dia bisa masuk SD padahal umurnya masih 6 tahun
sementara anak SD masuk umurnya 7 tahun mungkin , karena dia tinggi dan tidak kelihatan
bahwa dia berumur 6 tahun dan alasan lainnya sih katanya dia biar bisa menjagaku di sekolah
nanti.

Pada saat itu aku merasa hidupku sedikit mulai sedikit kembali berwarna tapi aku merasa
kehilangan keluarga yang utuh. Aku iri dengan temanku yg selalu bersama keluarganya tetapi
aku ingat apa yang ayah pernah ucapkan kepadaku

“Jangan iri karena jika kita iri tandanya kita tidak mampu dengan apa yg mereka punya.”
Dan aku mulai senyum mengingat ucapan ayahku

Sungguh rindunya aku dengan sosok seorang ayah yang selalu aku peluk jika aku tidur

“Mungkin ini takdir yg dibeli Allah untukku, Allah sedang mengujiku.” Ucap batinku.

Pulang sekolah aku cerita semua apa yang aku alami saat masuk ke sekolah SD pertamaku
kepada mama. Dan saat itu tiba-tiba temanku memanggilku, Lala namanya. Dia memang
sahabatku dari kecil mungkin dari kami belum lahir hhhhehhe.

“Dheaaaaa,” panggilnya.

“Saya, kenapa La?” Jawabku

“Main yuk tempat Hilda,” ucapnya.

Dan yah Hilda itu adalah sahabat kami juga tetapi kami dengan Hilda beda sekolah.

Dia juga sahabat dari kami. Kami dulu memang selalu bertiga. Adapun yang masuk dalam
persahabatan kami, itu pasti tidak akan lama karena ya memang ginilah kami ceplas ceplos yang
suka buat orang sakit hati hahahaha. Sebelum aku menjawab pertanyaan dari Lala, mama datang
dan berkata” Gak bisa La, Dhea mau tidur siang dulu nanti sore aja ya mainnya.”

Disitulah aku merasa bersalah sama Lala.

“La maaf ya gak papakan” ucapku.

“Iya gak papa De kita main sore aja,” ucapnya

Di situlah senyumku merekah. Pada saat itu aku merasa hidupku sedikit mulai sedikit
kembali berwarna tapi aku merasa kehilangan keluarga yang utuh. Aku iri dengan temanku yg
selalu bersama keluarganya tetapi aku ingat apa yang ayah pernah ucapkan kepadaku, “Jangan iri
karena jika kita iri tandanya kita tidak mampu dengan apa yg mereka punya.”

Aku mulai senyum mengingat ucapan ayahku. Sungguh rindunya aku dengan sosok
seorang ayah yang selalu aku peluk jika aku tidur. Mereka marah sama aku dan aku hanya bisa
nangis dan terus menangis aku mau sama ayah, dan Alhamdulillah rumah ayah dengan rumah
mama dekat-dekatan karena mereka memang satu kampung. Waktu aku mau pergi ke rumah
ayahku mereka membukakan pintu untukku dan mereka berkata, “Makanya makan itu apa
adanya jangan banyak tingkah,” ucap nenek. Aku hanya bisa diam dan menunduk. Mau tidak
mau aku memakan apa yg mereka beli tadi. Itulah awal dari pertengkaran.

Pada saat aku beranjak kelas 4 SD aku sudah mulai diperbolehkan untuk selalu ketemu
ayahku sendiri, entah kenapa mamaku tiba-tiba berubah pikiran aku pun tidak tahu yang jelas
mama selalu tidak di rumah jadi aku minta izin sama nenek untuk bertemu sama ayah dan
akhirnya dikasih tetapi pulangnya harus sebelum mama pulang. Aku senang bisa selalu jumpa
dengan ayahku.Tapi kalian kan tahu sepandai-pandainya pun kita menyembunyikan sesuatu
pasti akan tercium juga bangkainya. Akhirnya aku ketahuan sama mama kalau aku sering
menemui ayah tanpa sepengetahuan mama. Di situ mama sangat marah padaku.

“ Dah kubilang gak usah kamu menemui ayahmu itu” ucapnya sampai matanya tajam
menatapku.

Aku tidak berani menjawab aku hanya diam dan tunduk karena aku takut kalau mama sedang
marah. Dan akhirnya marahnya pun reda karena telah dinasihati oleh nenek. Dan akhirnya mama
pun selalu mengizinkan aku menemui ayah.

Tapi aku sedih saat ayah pergi merantau kerja ke luar kota dan aku hanya bisa bermain dengan
bapakku yaitu adik ayahku (paman). Aku sangat menyayanginya dan dia pun juga begitu

“Pak jalan-jalan, yuk,” ucapku.

“Ya udah ayuk Kak” ucapnya sambil menggendongku.

“Naik sepeda aja ya, Pak. Kakak duduk disetang sepeda, ok?” ucapku sambil senyum.

“ Ya udah, ok kalau gitu” jawabnya.

Dan akhirnya kami jalan-jalan hanya mengelilingi rumah kami saja tapi rasanya sangatlah
bahagia dan bebanku pun merasa berkurang. Malamnya aku tertidur sambil dipeluk Bapak.

Hari pun mulai larut malam dan saat itu mulai turun hujan. Mama menjemputku untuk
membawaku pulang. Nenek berkata, ”Biarlah Dhea tidur di sini satu hari saja.”

“ Enggak bisa Mak, Dhea harus pulang,” jawab mama kepada nenek.

“ Ya udah nenek diantar sama Anshor “ jawab nenek kepada mama sambil tersenyum terpaksa.

Dan malam itu juga disaat hujan-hujanan aku digendong oleh Bapak Anshor hanya untuk
mengantarkan ku pulang.

Saat hari raya tiba aku meminta maaf kepada semua keluarga mama dan keluarga ayah.
Keesokan harinya keluarga dari ayah rencana untuk pergi ke Aceh seminggu lagi.

“ Ayah, kakak ikut ya, ke Aceh “ ucapku kepada ayah.

“ Iya, Kakak ikut, “ jawab ayah kepadaku sambil mencium keningku.

“ Tapi Kakak minta izin dulu sama mama ya Yah, nanti mama marah,” ucapku dengan
menundukkan kepalaku.

“ Ya udah nanti kalau dikasi bilang kalau gak dikasi bilang ya, Kak,” ucap ayah.
“Iya, Yah nanti Kakak bilang sama Ayah “ ucapku kepada ayah.

Pulanglah aku ke rumah untuk bercerita sama mama kalau aku mau pergi ke Aceh bersama
keluarga ayah

“Ma, Mama “ teriakku dalam rumah yg ramai

“ Kenapa Dey, “ jawab mama kepadaku.

“ Ma, Kakak boleh ikut ke Aceh,” belum sempat aku selesai ngomong, mama udah duluan
memotong omonganku,”Enggak boleh ngapain ikut mereka ke sana udah bagus di sini aja” ucap
mama kepadaku

Aku tidak menjawab pertanyaan mama karena aku takut dengan mama.

“Kalau Mama bilang enggk ya, enggk ya Dhea,” sambung mama lagi.

“Iya, Ma,” jawabku dengan menundukkan kepala.

Perkataan mama yg selalu terngiang di pikiranku, “Kenapa aku gak boleh ikut?? Batinku

Besoknya,aku menemui ayah dan kuberi tahu bahwa aku tidak dikasi ikut dengan mama dan ikut
bersama keluarga ayah ke Aceh.

“Ayah, Kakak nggak diizinin ikut sama Mama dengan muka yang sudah melemas dan mata yang
sembab karena menangis semalam.

“Enggak, Kakak boleh ikut kok udah Kakak ikut aja kalau masalah mama ayah yang urus,” ucap
ayah sambil menenangkanku.

“ Tapi Yah, Mama nanti marah sama Kakak” ucapku kembali kepada ayah.

“Enggak Lo Kak, Mama nggak marah sama Kakak, udah Kakak pergi aja nanti ya, ikut sama
nenek” ucap ayah kembali.

“Ya udah yah,” ucapku sambil memeluk ayah.

Sudah 3 orang yg meminta izin kepada mama supaya aku diperbolehkan ikut ke Aceh bareng
keluarga tetapi jawaban tetap sama yaitu tidak diizinkan.

Ya udahlah Nek, gak papa kakak gak ikut” ucapku kepada nenek.

“ Mamamu lucu masak ikut sama nenek aja gak boleh” ucap nenek sambil marah tetapi tidak
marah kepadaku melainkan marah kepada mama.

“Ya udah gak papa Nek,” ucapku untuk meyakinkan nenek bahwa aku its ok.
Tiba saat keberangkatan keluarga ayah ke Aceh, aku tidak boleh dikasi keluar oleh mama tetapi
aku harus keluar karena aku bakal ikut pergi. Akhirnya idepun keluar dari otakku.

“Ma, Nek, Dhea ngambil tas dulu ya ke rumah ayah” ucapku meyakinkan mereka kalau aku
tidak bohong.

“Tapi balek lagi ya jangan nyangkut nanti kita mau pergi arisan,” ucap nenek kepadaku.

Aku hanya menjawab anggukan dari kepalaku. Akhirnya keluar juga batinku

Sesampai dirumah ayah aku melihat semuanya sudah pada siap dan akan berangkat sebentar lagi

Aku menceritakan semua sama ayah alasanku tadi kenapa aku bisa keluar rumah dan ayah
berkata “ udah Kakak ikut aja sana cepat ganti baju kalau masalah mama biar ayah yang urus.”

“ Ayah yang bener nanti mama marah sama Kakak,” ucapku.

“ Iya, udah cepat sana selak mama datang” ucap ayah kepadaku dan kira-kira aku semacam
diculik gitu yakan hahahahah.

Pertengkaran

Akhirnya akupun pergi, enggak lama sampai sana ibu (adik ayah) menetelepon ayah untuk
memberitahu bahwa mamaku ngamuk karena aku pergi ke Aceh. Dan aku cemas aku takut disaat
itu aku rasanya ingin sekali pulang ke Medan tetapi ayah bilang bahwa besok kami akan kembali
ke Medan. Keesokan harinya akhirnya aku pulang ke Medan bersama keluarga ayahku.

“Buk, kek mana ini Mamak marah,” ucapku sedih kepada ibuku (adik ayahku).

“Enggak mama gak akan marah sama Kakak kan ada Ibu” ucapnya menenangkanku.

Disitulah aku tertidur dipangkuannya walaupun ibuku mempunyai anak tetapi akulah yag
dipentingkan dia dulu, begitu bahagianya aku. Tiba sampainya di Medan agak malam aku pulang
ke rumah mama dan hasilnya sama yang aku bayangkan yaitu bajuku sudah di depan pintu dan
alhasil aku diusir dari rumah.

“Mamakkk assalamualaikum,” teriakku memanggil mamak agar pintu rumah dibukakannya.

“Iya, oooo bagus ya sudah kubilang jangan ikut orang itu masih aja kau ikut sama mereka gak
pernah mau dengerin apa yg aku bilang,” ucap mama meninggikan suaranya.

Akupun gak berani karena semua orang di rumah itu memarahiku.

“Ya udah kau susun semua baju kau ini jangan pernah kau anggap nenek sini nenek kau
lagi jangan pernah kau anggap ibumu atokmu atau siapapun yg ada di rumah ini keluarga kau
lagi, keluarga kau hanya keluarga dari ayahmu dan jangan bawa barang yang udah pernah mama
kau belikan, “ ucap nenek memarahiku. Aku membawa semua barangku dan aku meninggalkan
semua barang yang dibeli oleh mamaku termasuk baju sekolah, tas semua dan semua peralatan
sekolah. Akupun menangis begitu teganya mereka membuang aku gitu saja. Aku memang salah
tetapi apakah pantas aku diperbuat seperti ini? Akupun membawa semua barangku yg sudah
dibeli dari ayah.

Di rumah ayah

“ Ayahhhhh “ panggilku sambil menangis sejadinya dan langsung memeluk ayah.

“Kenapa Kak kok semua barang dibawa “ ucap ayah cemas kepadaku.

“Ayah, Kakak diusir sama mama karena ikut ke Aceh” ucapku kepada ayah sambil menunduk.

“ Ya udah Kakak tinggal sama ayah aja nanti semua ayah belikan untuk Kakak ya,” ucap ayah
kepadaku.

“Tapi Yah semua baju sekolah gak boleh dibawa sama mama karena mama yang belikan”
ucapku kepada ayah.

“Loh kok gitu Kak, kok tega kali mama sama Kakak” ucap ayah dengan muka yang sudah merah
karena menahan emosinya.

“ Iya Yah, Nenek sana bilang jangan anggap mereka keluarga lagi dan semua barang yang
dibeliin mama gak boleh dibawa” ucapku sedih kepada ayah.

“ Ya udah-ya udah gak papa nanti kita beli lagi ya,” ucap ayah menenangkanku.

“Iya, Yah “ sambil memeluk ayah.

Disaat itulah aku tinggal sama ayah dan nenek. Ayah pontang-panting mencarikan baju
untukku dan alhamdulillah ada yang memberikan aku baju sekolah walaupun itu tidak baru.
Karena baju sekolahnya kebesaran dibadanku akhirnya nenek mengecilkannya hanya untukku.
Betapa berkorbannya keluarga ayah agar aku bisa sekolah.Dan semenjak kejadian pertengkaran
itu aku tidak sekolah untuk beberapa hari karena tidak memiliki baju sekolah.

Dan keluarga mama tidak ada pedulinya sama sekali. Mungkin mereka memang sudah
tidak menganggap ku anak lagi.Akupun sudah tidak perduli lagi terhadap mereka.Dan ya guru
tahu masalah aku makanya aku diperbolehkan untuk tidak bersekolah beberapa hari karena
rumah guruku dan rumahku saling berdekatan.

Masa remaja

Dan saat kejadian itu aku tinggal bersama ibuku (adik ayahku). Tadinya hidupku merasa
berwarna kembali dan akhirnya tidak berwarna lagi tetapi sekarang saat aku bersama
ibuku ,hidupku merasa berwarna kembali dan aku tidak memikirkan beda yg ada dihidupku.
Aku merasa aku anak ibuku akulah anak mereka sampai aku sudah lupa siapa orang tuaku
sebenarnya karena ibuku sudah menjadi ibu yang terbaik untukku.

“Bu besok jalan jalan kita ya” ucapku kepada ibuku.

“Iya besok kita jalan-jalan ok,” ucapnya kepadaku.

Keesokan nya aku pergi jalan-jalan bersama ibuku dan anak anaknya aku merasa memiliki
keluarga yang utuh walaupun bukan keluarga sebenarku. Aku yakin Allah maha adil mungkin
saat ini aku hanya diurus oleh ibuku tapi suatu saat nnti pasti aku akan diurus oleh orang tuaku
walaupun itu utuh lagi.

Masa SMP

Setelah aku lulus SD dari saat itu aku selalu bersama ibuku yang aku gak tau mamaku di
mana dan ayahku di mana karena aku sudah merasa nyaman sama ibuku. Jadi untuk mencari
keberadaan mamaku pun aku sudah malas karena ya mereka kan tidak menganggap ku lagi
sebagai keluarga jadi untuk apa aku memikirkan mereka. Memang kejam sih tapi semua
perbuatan mereka yang telah mereka lakukan pasti akan selalu aku ingat. Tapi maaf aku aku
tidak dendam hanya saja aku ingat apa yg telah mereka lakukan kepadaku.

Saat aku mau daftar SMP aku selalu ditemani ibuku ,memanglah ibuku ini berjasa kepadaku

“Bu, Kakak masuk mana ya,” aku bertanya kepada ibuku.

“Kakak masuk negeri saja nanti kita tes di negeri 24” ucap ibuku.

“Ya udah Bu tapi kalau gak lulus cemana Bu,” ucapku kepada ibu.

“ Lulus itu gak boleh bilang gitu,omongan itu doa ingat itu” ucapnya meyakinkan aku.

“Ya udah bsok kita ke sana ya,” sambungnya lagi kepadaku.

Dan aku hanya menjawab dengan anggukan saja.

Malam harinya, “Bu apa aja ini yang mau dibawa Bu, Kakak gak tahu” teriakku memanggil ibu
di dapur

“Udah nanti ibu susun semua, mapnya letak saja disitu Kakak makan dulu panggil semua Adek”
“ ucap ibu dari arah dapur.

Akupun pergi keluar untuk memanggil adikku agar makan malam. Di meja makan kami
hanya diam dan hanya mendengan suara sendok yg berlaga dengan garpu, macam macam orang
luar negeri gitu ya kan hahahaha.

Ya namanya baru belajar biasanya kan pakai tangan maklum aja, ya kan.
Besok harinya,”Bu ayuklah Kakak dah siap” ucapku kepada ibu.

“Ya udah ayok bawa semua persyaratannya biar nanti kita gak balek” lagi “ ucap ibu kepadaku

“Di mana Buk kertas”nya “ teriakku dari dalam rumah.

“Itu di meja kamar, “ teriak ibu dari luar rumah kepadaku.

Saat itu dapat kertas yang mau aku bawa akhirnya pun aku pergi dengan ibu ke SMP negeri
24 Medan yang terletak di jalan Metal. Iya metal sih karena orang - orang banyak bilang jalan
Metal. Sesampainya tiba di SMP negeri 24 aku dan ibu mendaftar untuk aku sekolah dan
akhirnya alhamdulillah nilai akhir ujian aku pas dengan persyaratannya. Akhirnya enggak lama
pengumuman akupun lulus masuk SMP negeri 24 Medan. Semuanya yang ngurus ibuku, dialah
yang sudah menemaniku mulai dari aku pendaftaran sampai aku lulus.

Waktu pun terus berjalan dan akhirnya pembagian rapot semester ganjil pun telah
berlangsun. Semua murid membawa mama mereka masing masing sementara aku membawa
ibuku karena dialah orang tuaku sekarang ini. Akhirnya guruku pun mengumumkan siapa juara
1–3.

“ Baik, ibu akan mengumumkan siapa juara 3 terlebih dahulu, “ guruku berkata.

Aku deg-degan yang ada dipikiran ku adalah akulah yg rangking 3

Dannn akhirnyaaa

“ Juara 3 adalahhhhh ibu berikan atas namaaa”

Akupun mulai deg-degan apakah yg dibilang guruku itu bener apa tidak namaku akan dipanggil?

“ Halimah tusa’diah “ ucap guruku.

Dan yahhh aku yang dipanggil oleh guruku dan ibuku maju ke depan untuk menggambil rapot
dan piala serta akupun mendampingi ibuku. Betapa bahagia nya aku mendapatkan juara 3 aku
tidak menyangka akan semua ini. Terimakasih ya Allah…

Di dalam pikiranku seandainya mama tahu akan semua ini pasti dia sangat bahagia tetapi apa
boleh buat mereka sudah tidak menganggap ku lagi miris sekali hidupku.

Kembalinya aku kepada mereka

Hari demi hari pun terlewati ,akhirnya aku naik kelas 2 SMP. Dan enggak lama aku
beranjak kls 2 SMP aku disapa kembali oleh keluarga dari mama, akupun tidak tahu kenapa tiba-
tiba mereka menyapaku padahal dulunya mereka bilang aku jangan menganggap mereka
keluargaku lagi.
Dengan mereka menyapaku aku hanya balas dengan senyuman yang terpaksa karena apa
yang mereka lakukan masih teringat di dalam memori otakku hahaha Akupun cerita kepada
ibuku mereka kenapa tiba tiba senyum kepadaku hahahah lucu kalau diingat ingat mah.Dan saat
itulah aku mulai kembali akrab dengan keluarga mama kembali.

Jangan salah dulu, walaupun aku akrab dengan mereka bukan berarti aku melupakan semua yang
telah mereka perbuat kepadaku.

Awal mula kembalinya

Aku diajak sama mamaku untuk jalan-jalan akupun tidak tahu apa sebabnya mereka
mengajakku jalan dengan mereka. Awalnya aku tidak mau tetapi akhirnya aku dipaksa nenek
dari ayah untuk ikut katanya.

“ Udah sana kakak ikut saja mana tahu mama ada hal penting yg mau diomongkan, “ ucap nenek
kepadaku.

“ Tapi Kakak gak mau, Nek, “ ucapku kepada nenek.

“ Udah, Kakak gak boleh gitu itu kan mama Kakak, katanya Kakak pingin merasakan kasih
sayang dari seorang mama,” ucap nenek.

Dan ya benar aku dari dulu pingin sekali merasakan kasih sayang seorang mama tetapi
sampai saat itu aku belum dapat. Hasilnya aku ikut mereka jalan-jalan yang entah kenapa aku
disitu merasa menjadi orang asing dengan mereka karena aku hanya diam dan gak mau ngomong
sedikitpun akhirnya mama yang membuka pembicaraan duluan denganku.

“ Dhea, Mama mau ngomong, “ ucap mama kepadaku.

“Ya udah ngomong aja, “ ucapku seadanya.

“ Mama mau kau tinggal sama Mama lagi, “ ucapnya yang membuat aku kaget karena aku tidak
mau jauh dari ayahku. Aku takut kejadian dulu terjadi lagi saat aku tidak boleh berjumpa dengan
ayahku sendiri. Disaat itu aku menolak dengan ajakannya. Tapi mama nangis dan membilang
semuanya yang membuatku sedih. Hasilnya aku diajak tidur di rumah mereka satu hari tadinya
aku menolak namun mama bilang gapapa coba dulu. Dan ya aku mencobanya dulu.

Tidak lama aku tidur di sana beberapa hari aku merasa nyaman dan akhirnya aku tinggal
dengan mereka. Awalnya aku merasa disayangi tapi akhirnya aku merasa menjadi babu, bukan
babu tapi membantu orang tua apa salahnya ya kan, tapi mereka tidak memikirkan apa yang aku
rasakan capeknya saat pulang sekolah disuruh-suruh.

Wahhh mungkin kalau kalian menjadi aku mungkin tidak akan sanggup tapi aku menjalani
semuanya dengan ikhlas insya Allah. Dan sampai saat ini aku tinggal sama keluarga mama dan
ya ibuku adik mama dialah yang menggantikan ibu Rifa adik ayah selama ibu Rifa ikut suaminya
kembali ke Siantar.
Dan hidupku Sekarang masih ada masalah, kadang sedih kadang senang, ya begitulah hidup.

Contoh teks cerita sejarah pribadi

Tema: Perjuangan meraih cita-cita

Kerangka karangan:

1. Pengenalan diri

2. Kebersamaan dengan teman-teman kecilku yang menyenangkan.

3. Ayah mulai mengurangi kebebasanku untuk bermain bersama teman-teman.

4. Terpilihnya aku dalam berbagai perlombaan di Pekan Olahraga dan Kesenian (Porseni).

5. Perpisahan bersama teman-teman SD ku.at duduk di bangku SMA

6. Pengalaman masuk ke SMP.

7. Saat duduk di bangku SMA aku harus kost dan berpisah dengan orang tua.

8. Aku belajar giat agar bisa masuk ke Akademi Kepolisian Republik Indonesia.

Anak Desa yang Ingin Sukses


Namaku Muhammad Rois Rambe, seorang anak desa. Masa kecilku sangat bahagia dan
menyenangkan. Aku tinggal di sebuah desa kecil yang terletak di pedalaman Kota Rantau Prapat,
kira kira satu jam dari Kota Rantau Prapat. Nama desa nya adalah Desa Padang Malakka, desa
yang mempunyai banyak kenangan dan cerita sejarah pribadiku. Masa kecilku banyak
menghabiskan waktu untuk bermain, saat itu kami belum mengenal Gadget dan Game Online,
permainan kami hanyalah permainan tradisional walaupun sederhana namun sangat
menyenangkan dan berkesan kebersaman. Selain bermain aku dan teman-teman juga
menghabiskan waktu dengan berendam di sungai selepas pulang sekolah, ini adalah hal yang
paling aku ingat karena saat kami berendam di sungai pasti selalu ada yang dimarahi orang tua,
tapi kami percaya itu merupakan bentuk kasih sayang ibu kepada anaknya.

Biasanya kami sering membawa bekal makan siang jika ingin berendam di sungai, saling
berbagi bekal dan menyantapnya bersama. Kami sering lupa waktu jika sudah berendam di
sungai hingga lupa hari sudah menjelang sore Ketika kami ingin pulang ke rumah, kami tidak
langsung pulang tapi kami pergi ke lapangan untuk bermain bola. Hal yang paling aku ingat
ketika bermain bola adalah saat kumandang adzan lah yang menandai bahwa permainan bola
kami selesai. Kemudian kami pun pulang ke rumah masing-masing. Biasanya teman-temanku
pergi mengaji bersama-bersama ke rumah guru ngaji. Aku tidak ikut bersama mereka karena aku
selalu mengaji di rumah yang kebetulan ibuku bisa menjadi guru ngaji. Setelah mengaji biasanya
aku lanjut belajar, namun ada cerita unik ketika aku belajar, biasanya aku membaca buku buku
sekolah tetapi aku hanya melihat melihat gambar-gambar yang ada di dalam buku supaya terlihat
seperti sedang belajar karena takut dimarahi ayah jika tidak belajar. Tetapi sialnya pernah satu
saat setelah belajar ayahku datang menghampiriku kemudian memberikanku beberapa
pertanyaan, tentu aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena aku hanya melihat melihat
gambar yang ada di buku bukan membacaya. Melihat itu ayahku pun memarahiku sembari
menasehati bahwa itu bukan tindakan yang benar.

Itu merupakan pembelajaran yang berharga untukku karena aku tahu bahwa ayahku
melakukan itu karena dia peduli dan sayang padaku, ayah tidak mau aku menjadi anak yang
bodoh dan malas belajar. Ketika aku belajar di malam hari aku selalu merasa sedikit sedih karena
aku melihat dan mendengar teman-temanku sedang bermain sementara aku harus belajar. Malam
minggu adalah malam yang paling aku tunggu-tunggu karena merupakan malam libur belajar di
rumah, dan waktunya untuk bermain bersama teman-teman. Aku tidak pernah menyesali bahwa
aku harus belajar setiap malam di rumah karena aku tahu itu merupakan hal yang terbaik
untukku dan saat di sekolah pun aku pasti sudah lebih tahu dari teman-temanku tentang pelajaran
yang di bahas. Dari aku kecil aku selalu disayang dan dimanja oleh kedua orangtuaku, contoh
apapun mainan yang aku inginkan pasti di belikan oleh orangtuaku walaupun terkadang harus
sedikit menangis tapi pasti selalu dibelikan. Ketika aku bermain sepeda aku dibelikan sepeda
yang bagus yang belum pernah dimiliki oleh teman-teman, aku sangat senang dan bahagia.
Begitu juga dengan playstation (PS) aku sudah dibelikan oleh orangtuaku walaupun bermainnya
dibatasi tetapi aku sangat senang karena dapat bermain di rumah dengan santai tanpa harus pergi
rental PS.

Namun terkadang aku selalu lupa waktu jika sudah bermain playstation apalagi jika sudah
bermain dengan sepupu yang membuat ayahku selalu marah, selain lupa waktu aku dan ayahku
selalu bermain badminton setiap sore sehingga dia marah jika aku terus bermain playstation. Saat
bermain badminton sepupu-sepupuku juga selalu ikut bermain, sehingga suasananya pun
semakin asyik. Saat di sekolah SD pada saat istirahat kami selalu bermain bola di lapangan
sekolah, terkadang kami bermain bola antar desa, karena di sekolah SD ku ada tiga desa maka
kami selalu bermain antar sampai-sampai ada yang berantam, wajar saja istilahnya juga masih
anak anak berantamnya juga tidak seperti apa yang dibayangakan orang-orang di luar sana.
Namun setiap tahun di daerah kami selalu mengadakan PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni)
antarsekolah dasar. Ini adalah momen yang paling kami tunggu-tunggu karena semua siswa akan
diseleksi untuk mrngikuti perlombaan-perlombaan tertentu. Untuk cabang sepak bola tentu ini
adalah hal yang paling menegangkan karena dari tiga desa hanya 24 orang yang akan dipilih
untuk mengikuti perlombaan. Dan aku pun terpilih untuk mengikuti PORSENI dari beberapa
cabang olahraga dan seni. Aku sangat senang dan bahagia. Aku selalu mengingat momen ini
karena merupakan pengalaman yang berharga saat duduk di bangku sekolah dasar.

Namun ketika menginjak bangku kelas VI SD wakttu bermain kami pun mulai tersita
karena harus les pada saat pulang sekolah untuk mempersiapkan ujian-ujian sekolah. Ini
merupakan saat-saat yang paling menyedihkan di bangku Sekolah Dasar karena kami akan
berpisah dan tidak tahu akan melanjutkan pendidikan selanjutnya, apakah melanjutkan ke kota
atau di desa, atau bahkan ada yang tidak melanjutkan pendidikan lagi karena beberapa faktor.
Tidak terasa kami pun sudah saat nya melakukan ujian nasional (UN) di sekolah. Setelah
selesai UN di sekolah SD ku selalu mengadakan acara perpisahan yang dinamakan “Makan
Bersama” antara siswa-siswi dan para guru. Dan akhirnya akupun tamat bersama teman-temanku
dengan nilai yang cukup memuaskan. Teman- temanku pun ada yang melanjutkan pendidikan di
kota, tetap di desa da nada yang tidak melanjutkan pendidikan lagi karena beberapa faktor
tertentu. Setelah tamat sekolah dasar aku dan teman-temanku tidak pernah lagi berkumpul
bersama. Tapi aku yakin teman-temanku pasti akan menjadi orang-orang yang sukses dan suatu
saat nnti pasti kami akan berkumpul lagi dengan kesuksesan nya masing-masing. Walaupun
teman-temanku ada yang putus sekolah tapi aku yakin pasti mereka akan menemukan jalan
kesuksesannya sendiri. Itulah masa-masa di bangku sekolah dasarku yang penuh dengan cerita
dan memiliki banyak kenangan.

Setelah tamat Sekolah Dasar (SD) aku melanjutkan sekolah menengah pertama (SMP) di
sebuah madrasah yang ada di kota Rantau Prapat. Tentu, aku harus pergi dari desa dan berpisah
dengan orangtuaku. Aku dan orangtuaku memilih melanjutkan sekolah di kota karena kami tahu
bahwa sekolah yang ada di desa memiliki banyak kekurangan mulai dari fasilitas dan pengajar.
Aku tinggal di Rantau Prapat bersama Tulangku (paman) yang kebetulan tinggal di Rantau
Prapat. Semenjak aku sekolah di kota aku mulai jarang bertemu dengan keluarga dan orang
tuaku karena jarak antara kota Rantau Prapat dan desaku tidak dekat atau cukup jauh. Orang
tuaku hanya datang jika ingin memberikan uang sekolah dan uang jajan (saku). Hari-hari
pertama sekolahku terasa biasa saja, namun lama-kelamaan aku mulai resah dan tidak enak
karena belum terbiasa jauh dari orangtua. Aku selalu diselimuti rasa rindu, terkadang aku
menangis pada saat menelepon orang tuaku. Tulangku selalu menasihati dan memberikan arahan
bahwa ini adalah tindakan yang benar jika ingin menjadi orang sukses.

Akupun mulai beradaptasi dan berpikir bahwa ini merupakan jalan terbaikku, karena jika
aku tetap di desa aku tidak akan mendapatkan apapun. Aku mulai fokus dengan sekolahku dan
membuang jauh-jauh pikiran yang dapat menggangguku. Selepas sekolah aku melanjutkan
kegiatan dengan les bahasa inggris untuk memanfaatkan waktu yang kosong. Satu semester tidak
terasa saatnya pembagian hasil belajar (Raport), aku sangat takut karena jika nilaiku rendah
maka akan mengecewakan orang tuaku yang ada di desa. Tapi Alhamdulillah aku mendapatkan
nilai yang bagus dan memuaskan, akupun langsung menelepon orangtuaku, Mendengar hal itu
orangtuaku pun bangga dan bahagia. Setelah pembagian raport maka saat yang aku nanti-nanti
pun datang, yaitu libur semester. Akupun bergegas dan menyiapkan barang-barang untuk pulang
ke desa dan menemui orangtuaku, aku sudah tidak bersabar untuk bermain bola, badminton,
berendam di sungai.

Namun, teman-temanku mulai berubah dan keakraban kami tidak seperti dulu lagi,
semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing, Mungkin karena sudah jarang bertemu dan
tidak satu sekolah lagi adalah penyeabnya. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah
bersama keluarga selama libur semester. Tidak terasa akupun harus kembali ke kota karena masa
libur telah usai, berat hati untuk berpisah dengan orang tua tapi harus tetap dijalani agar menjadi
orang yang sukses dan dapat membahagiakan orangtua. Hari sekolahpun tiba, aku mulai
menemukan teman-teman dekat. Saat SMP aku memiliki 5 teman dekat atau sahabat. Kami
selalu bersama-sama dan selalu berkumpul disalah satu kamar sahabatku, sakin seringnya kami
mengatatakan bahwa kamar sahabatku itu adalah “basecamp” kami. Setiap malam minggu kami
selalu tidur di basecamp, kegiatan-kegiatan yang kami lakukan cukup banyak mulai dari
menonton bola, bermain kartu, dan banyak lagi. Ketika tidur di basecamp, kami selalu begadang
dan terkadang kami keluar di larut malam untuk membeli makanan dan mencari-cari angin
malam. Ketika kami kembali barulah kami tidur.

Di hari Minggu biasanya kami selalu bepergian ke tempat-tempat wisata yang ada di
Rantau Prapat, hingga aku pernah membawa sahabat-sahabatku ke desa untuk mampir di
rumahku. Ibuku sempat kaget, kemudian ibuku memasak masakan yang enak untuk kami makan.
Setelah lama berbincang-bincang di rumahku tak terasa hari sudah menjelang sore, kamipun
harus kembali ke kota karena besok adalah hari sekolah. Tidak terasa, kamipun sudah kelas 3
dan sebentar lagi akan tamat, masa-masa SMP ku diwarnai oleh sahabat-sahabatku, kami selalu
membuat janji jika nanti sudah sukses tidak boleh melupakan persahabatan dan basecamp ini.
Namun, ada salah seorang sahabatku yang mulai menjauh bahkan sebelum tamat SMP, tapi kami
yakin dia tidak akan melupakan persahabatan ini. Saat menghadapi ujian nasional pun tiba kami
sangat sedih karena akan berpisah ke sekolah-sekolah yang dituju.

Akhirnya kami pun tamat, aku dan dua orang sahabatku bersekolah di SMA yang sama di
Rantau Prapat dan dua orang sahabatku lagi bersekolah di sekolah yang berbeda. Persahabatan
kami mulai renggang dan jarang berkomunikasi, basecamp pun hanya di isi oleh kami bertiga.
Rasanya persahabatan kami telah retak dan terlupakan, satu tahun bersekolah di SMA Rantau
Prapat aku terpikir untuk pergi dari Rantau Prapat dan melanjutkan ke sekolah dan kota yang
lebih besar. Mengetahui hal ini sahabat-sahabatku yang tersisa pun sedih dan kecewa, mereka
memintaku untuk tidak pergi dari Rantau Prapat dan melanjutkan pendidikan di kota yang lebih
besar. Aku berpikir jika aku tetap di Rantau Prapat maka aku tidak akan berkembang dan banyak
menghabiskan waktu bermain-main sementara aku memiliki impian dan tujuan yang besar. Hal
pertama yang aku lakukan adalah membicarakannya dengan orang tuaku, awalnya mereka ragu
dan belum dapat memutuskannya. Aku meminta kakakku yang ada di Medan untuk berbicara
dengan orang tuaku. Akhirnya mereka pun megijinkanku untuk melanjutkan pendidikanku di
Medan. Kakakku menyarankan sebuah sebuah sekolah di Medan kemudian aku dan orang tuaku
melihat sekolahnya ke Medan dan orang tuaku pun meneyetujuinya.

Waktu pembagian rapor pun tiba, kemudian aku dan orang tuaku pergi ke Medan dan
mendaftar untuk jadi murid pindahan. Setelah semuanya selesai kami pun kembali ke Rantau
Prapat karena ajaran baru dimulai setelah lebaran atau hari raya Idul Fitri. Aku sudah tidak sabar
untuk merasakan sekolah di kota yang besar dan memiliki pengajaran atau sistem pendidikan
yang baik. Hari raya Idul Fitri pun telah usai dan saatnya untuk bersekolah di sekolah dan
suasana yang baru. Aku diantar oleh orangtuaku ke Medan sekalian membawa barang-barang
yang aku bawa dari rumah. Seluruh keluarga di desa berpesan agar saat di sekolah belajar yang
benar dan jangan sampai terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Saat di Medan aku melanjutkan
pendidikan di bangku kelas 2 SMA. Aku tinggal di sebuah kos bertingkat seperti rumah susun
bersama kakakku. Hari pertama sekolah di Medan aku sudah di sambut dengan baik oleh teman-
teman baruku. Mereka mengajakku berkenalan da bermain bersama, aku sempat khawatir karena
anak-anak di Medan susah untuk diajak berteman, ternyata tidak justru merekalah yang lebih
ramah.
Hari-hariku terasa berbeda karena semua yang aku lakukan sekarang harus dikerjakan
sendiri tidak dibantu orangtua. Tapi aku memiliki kebiasaan susah bangun pagi, sementara aku
harus berangakat sekolah pagi-pagi karena jarak antara kos dan sekolahku tidak dekat. Ibuku
selalu membangunkanku dengan cara menelepon. Dan akhirnya ketika ibuku yang menelepon
maka aku langsung bangkit dari tempat tidur dan bersiap-siap. Banyak sekali perbedaan yang
aku alami di Medan, contohnya saat di Rantau Prapat kemana-mana aku selalu ditemani oleh
sahabat-sahabatku tapi sekarang mereka sudah jauh dan kami tidak bersama lagi. Hal yang
paling aku sedihkan lagi adalah ketika aku melihat teman-temanku yang ada di Medan bersama
orangtua mereka aku selalu teringat dan rindu kepada orangtuaku dan ingin rasanya sepeti
mereka. Aku rindu ibuku, yang selalu menyiapkan segalanya ketika aku ingin berangkat sekolah.
Aku rindu ayahku, yang mengantarkan aku ke sekolah mengendarai motor. Tapi aku yakin ini
adalah jalan dan pilihanku untuk meraih impian dan tujuanku yang besar.

Tidak terasa sudah setahun aku sekolah di Medan dan sekarang adalah tahun terakhirku
sekolah. Aku ingin masuk di Akademi Kepolisian Republik Indonesia setelah tamat sekolah agar
dapat membanggakan kedua orangtuaku. Aku tidak ingin mengecewakan kercayaan dan harapan
mereka padaku. Aku akan fokus dan optimis untuk mencapai tujuan dan impianku sejak kecil.
Aku ingin menjadi orang yang sukses dan membuktikan kepada orang yang sudah percaya
padaku bahwa aku bisa mencapainya. Sahabat-sahabatku yang dulu akan tetap menjadi
sahabatku, aku yakin mereka akan menjadi orang sukses. Walaupun aku terlahir dan dilahirkan
di sebuah desa aku akan membuktikan bahwa anak desa juga bisa sukses. Semua itu ditentukan
oleh usaha dan dibarengi dengan doa. Aku ingin menjadi orang yang sukses dan menceritakan
cerita-cerita ini kepada anak-anakku. Bahwa di balik kesuksesan itu ada perjuangan yang besar
dan penuh kesungguhan untuk mencapainya.

Sekarang aku hanya fokus pada masa depanku yang sedang menanti di depan mata, dan
aku percaya dan yakin bahwa aku dapat meraihnya dan membuat orangtuaku, keluargaku,
sahabat-sahabatku dan semua orang yang percaya padaku bangga. Dan aku juga yakin mereka
akan menjadi orang-orang yang sukses

Tugas Menulis ceria novel atau cerpen sejarah pribadi

1. Tentukan peristiwa sejarah pribadi yang akan menjadi latar belakang cerita!
Contoh: Peristiwa saat masuk sekolah SD sampai SMA
2. Susunlah kerangka atau gambaran singkat cerita sejarah yang akan kalian tulis!
Contoh kerangka dari peristiwa saat masuk sekolah SD sampai SMA
a. Perkenalan identitas diri
b. Awal masuk sekolah SD
c. Awal masuk SMP
d. Awal masuk SMA
e. Kenangan dari awal masuk SD sampai SMA
3. Menggali referensi mengenai peristiwa sejarah yang terjadi.
Mencari sumber yang berupa fakta melalui wawancara, mengingat pengalaman tentang
peristiwa masa lalu, melalui tulisan atau buku, dan lain-lain.

4. Menyusun cerita sejarah pribadi berdasarkan kerangka.

5. Ketik rapi dengan jenis huruf times new roman ukuran huruf 12 di kertas A4!

6. Dikumpulkan paling lambat tanggal 27 September 2021.

Anda mungkin juga menyukai