05:13, lahirlah seorang anak perempuan dengan persalinan yang normal. bayi itu meraung raung menangangis tak kenal akan dunia luar. tak mengerti apa yg akan di hadapinya, namun kelahirannya merupakan kelahiran yg di nantikan oleh sepasang suami istri. Sang ibu tak menyangka anaknya akan terlahir normal, mengetahui bahwa ia melahirkan sang anak masih dengan kandungan yg berumur 7 bulan atau biasa di sebut prematur. Tubuh bayi itu sangatlah kecil dan rapuh saat sampai ke tangan sang ibu, bisa di bilang ukurannya seperti botol air mineral yang berukuran 1 liter. Bayi itu di beri nama Karmen Lerinda Kendina Indriawan. Nama yg unik. Arinya..... hahaha saya juga tidak tahu. Saat saya tanya ke ibu saya, ibu saya tak tahu arti dari nama itu. Ibu saya memberi nama itu karena dia menyukai salah satu karakter AADC, yang bernama `Karmen`. lucu ya. Setelah saya cari di internet arti nama dari `Karmen Lerinda Kendina` adalah `seseorang yg pemberani, peduli sesama dan di cintai oleh semua orang` indah bukan?. Namun itu hanya sebuah nama saja, saya jelas bukan seseorang yg pemberani apalagi di cintai semua orang. Namun, di bagian `peduli sesama` mungkin saja cocok untuk saya. Sementara `Indriawan` merupakan nama belakang dari bapak saya. Semua berjalan lancar lancar saja awalnya. Hingga bapak saya bilang bahwa saya bukan anaknya. Beliau berkata “mana mungkin itu anak saya, anak saya tidak mungkin kepalanya peang!” Aneh bukan. Seorang bapak tidak ingin mengakui bahwa saya anaknya hanya karena kepala sang anak peang. Tetapi hal itu wajar karena ayah saya mempunyai penyakit gangguan jiwa, Skizofernia. Ibu saya yang sakit hati, dan tidak terima melaporkan bapak saya ke mabes porli. Kebetulan saat itu ayah saya adalah seorang polisi. Jangan tanya bagaimana bisa seseorang yang mempunyai gangguan jiwa bisa masuk kepolisian. Seseorang akan bisa melakukan apa saja asalkan ada uangnya. Bapak saya di sidang, dan hasilnya beliau di turunkan pangkatnya, lalu di potong gajinya. Bapak saya terima terima saja karena baginya, selagi masih ada uang dan gaji ia tak masalah pangkatnya turun. BAB II MASA KECIL
Tak banyak yang saya ingat saat saya masih
balita. Itupun belu berumur 5 tahun bahkan. Beberapa hal yang saya ingat adalah, dulu sewaktu saya masih seumur 10 bulan saya sudah bisa berbicara. Waktu itu kata pertama yang saya ucapkan adalah “Ibu”. Ibu saya terkejut mendengar Karmen balita mulai berbicara. Walau begitu saya ada;ah anak yg mungkin di bilang cukup susah merangkak. Saya mulai bisa merangkak saat umur saya 1,6 bulan. Itupun tahapannya sangat lama hingga umur saya 2 tahun baru saya bisa berjalan.
Dahulu ibu saya cukup kerepotan untuk
menjaga Karmen balita. Ia harus membawa bayi kecil itu sembari mengajar anak anak lesnya.
Awalnya Bapak saya menyarankan saja kalau
Ibu beristirahat di rumah, dan bapak saja yang mencari uang. Namun, Ibu menolak.
Karena Ibu saya mengajar les privat di
lingkungan rumahnya yang areanya dekat dengan kedua orang tuanya dan mertuanya. Ibu saya terkadang menitipkan saya di rumah orang tuanya, ataupun kadang di rumah mertunya. Lalu setelah menitipkan Karmen balita ke rumah orang tuanya yang bisa di bilang rumah kakek saya. Ibu saya mengajar beberapa muridnya dari jam 8 pagi, hingga jam 7 malam. Ituoun kalau tidak ada kendala. Jika saja terjadi kendala seperti murid ibu saya yang rewel ataupun jam tambahan belajar. Pasti ibu saya akan pulang lebih larut sekitar jam 9 malam.
Sekitar umur 2 tahun Ibu saya mulai menyewa
pengasuh anak. Jangan pikir pengasuh anak yang ibu saya sewa seperti di film film Hollywood, yang memakai dress hitam lengkap dengan apron putihnya.
Tidak, pengasuh anak yang ibu saya sewa
atau pekerjakan adalah seorang wanita paruh baya. Awalnya ibu saya bertanya keapda tetangga tetangga bahwa ia memerlukan seorang pengasuh anak. Terdengarlah kabar ini sampai di gang sebelah. Kebetulan, di gang sebelah ada orang yang tertarik dengan pekerjaan yg Ibu saya tawarkan. Esok harinya wanita itu pergi datang kerumah saya dan menjadi pengasuh saya.
Nama wanita tersebut adalah Ibu Adah. Ibu
Adah adalah orang yang sangat baik, dia merawat saya dengan penuh kasih sayang seperti saya adalah anaknya. Saya juga sering di bawa ke beberapa tetangga Bu Adah sehingga tetangga sekitarnya menjadi sangat sayang kepada karmen kecil kala itu.
Namun tak berselang lama, Bu Ada jatuh sakit
yang membuat ia tak memungkinkan untuk merawat saya. Kala itu ibu saya ibung mau mencari pengasuh di mana lagi yang benar benar bisa menjaga saya. Di tengah kebingungan datang seorang nenek nenek ia adalah tetangga Bu Adah. Wanita paruh baya itu bernama Mbah Encas. Beliau datang kepada ibu saya dan berkata ia ingin menjadi pengasuh saya.
Ternyata sesaat setelah mendengar kabar
bahwa saya tak akan lagi di titipkan di Bu Adah. Mbah Encas sedih, karena selama ini ia ikut menjaga saya. Dia tak rela jika saya di titipkan di orang lain. Beliau takut jika saya di titipkan di orang lain saya tak akan mendapatkan perawatan yang layak. Maka dari itu ia bersedia menjadi pengasuh saya selanjutnya.
Waktu saya ingin berumur 2 tahun ibuku
mengandung lagi. Saya senang sekali mendapat kabar saya akan mendapat adik. Setiap hari saya bertanya kepada ibu saya “adek bayinya sudah siap belum keluar” namun ibu saya selalu bilang “belum masih lama nak”. Ketika kandungan ibu saya mencapai 9 bulan dan ibu saya sudah mulai sakit sakitan harus rumah di sakit. saya dan bapak ku seringkali bolak balik rumah sakit.
Terkadang jika tidak di ajak, saya di titipkan di
rumah kakek saya, orang tua dari ibu saya. kebetulan di sana juga banyak sepupu dan tante saya, jadinya saya tidak sedih dan kesepian. Namun ketika para sepupu saya sudah pulang, saya akan di temani tante saya. Tante saya bernama Febry saya biasa memanggilnya ‘Mba Eby’.
Mba Eby sangat baik, dia selalu menemani
saya dan menghibur saya. Dia juga akan mengajak aku ketika aku bosan. Terkadang mengajak ke mall untuk bermain time zone, atau hanya sekedar nonton bioskop. Ia selalu menyempatkan diri untuk bermain denganku. Dan lahirlah adikk ku pada tanggal 31 juli 2008. Aku senang sekali, adikku perempuan bernama Pingki Laura Indriastuti Indriawan. Aku senang sekali. BAB III TAMAN KANAK KANAK
Dulu sebelum saya Tk karena saya sudah
cukup umur dan mengerti akan pekerjaan ibu saya. Pasti jika ibu saya mengizinkan, Saya di bawa ikut bekerja dengan ibu saya dan tidak di titipkan di mbah Encas. Ibu saya merupakan guru les privat di asrama brimob.
Ibu saya bekerja mengajar dari satu rumah ke
rumah lainnya. Dan biasanya ibu saya mengajar murip SD hingga SMP. Lalu rata rata dari mereka juga seumuran dengan saya, jika tidak ada biasanya mereka mempunyai adik yg se umuran dengan ku. Jadi jika ibu saya selesai mengajar saya pasti akan bermain bersama murid muridnya. Suatu hari saat saya ingin berangkat ikut dengan ibu saya sekitar jam 9 pagi, saya melihat segerombolan anak anak Tk yang sedang bermain di taman kepunyaan Tk tersebut.
Mereka ceria sekali bermain main, ada yg
bahkan sambil berlari larian kesana kemari, bermain perosotan, ayunan, jungkat jungkit dan lain lain.
Saya yang waktu kecil melihat anak anak
bermain main bersama apalagi ada yang bermain prosotan, jungkat jungkit, ayunan, dan lain lain. Saya sangat ingin masuk Tk tersebut, nama Tk itu adalah Tk pelita.
Sepulang mengajar, saya menangis nangis
meminta bapak saya untuk mendaftarkan saya di tk tersebut. Saking inginnya masuk tk tersebut, saya sampai rajin belajar membaca, karena syarat masuk Tk adalah bisa membaca. Karena melihat kegigihan saya, saya di daftarkan oleh ibu saya di Tk karena dahulu saya yang masih berumur 5 tahun sudah bisa membaca, walaupun masih terbata bata. Melihat potensi itu ibu saya tidak mau membuang buang itu saya lalu di masukkan atau bisa di bilang di daftarkan di tk pelita.
Awalnya saya sangat senang, sebelum ibu
mengajar saya akan di antarkan ke mbah encas, dan adik saya akan di antarkan ke pengasuhnya. Sekedar info pengasuh adik saya dan pengasuh saya berbeda orang jadi, setelah ibu saya mengantar saya ke pengasuh saya, sehabis itu beliau mengantarkan adik saya ke pengasuhnya.
Karena itu adaah hari pertama saya, saya
sangat senang bisa di antarkan oleh ibu saya hingga masuk