Anda di halaman 1dari 9

Beberapa minggu yang lalu, aku mengikuti sebuah program English Course yang

bertempatan didaerah Pare, Kediri. Saat aku mempersiapkan diri untuk pergi ke Pare, Keadaan
ayahku tidak terjadi apa-apa. Hanya saja ayah selalu menanyakan pertanyaan ini kepadaku
Euis, kapan ke pare? Nanti kalau sudah sampe sana kabarkan ke rumah ya! ujar Ayah.
sekarang yah ayo ke sekolah jam berapa ini? sudah siang Jawabku.
Ayahku langsung bergegas mandi dan siap-siap untuk mengantarku bersama keluarga ke
sekolah. Disepanjang perjalanan, kita bercanda tawa bahkan aku pun sempat berpikir seperti ini
Yaallah, inilah saat-saat yang aku inginkan dari dulu. Bersama-sama keluarga ya walaupun tak
sepenuhnya keluarga berkumpul.
Sesampainya disekolahan aku, ibu dan kakakku menuju ke kantin karena menunggu
sahabatku yang bernama Vina, Sholik dan Salsa. Kakakku yang bernama Rosmalia Fajrianti
yang terbiasa dipanggil dengan nama Teteh Iyos memesan makanan dikantin tersebut. Aku juga
tak mau kalah, akhirnya aku memesan makanan ringan dan minuman biasa. Tak lama kemudian,
Ayah menyusul ke kantin dan aku tak segan-segan menawarkan ke Ayah.
yah mau teh manis panas gak? Kalau mau euis pesenin
Boleh boleh jawab Ayah dengan perasaan senang.
Mau makan juga gak? tanyaku lagi.
gak usah Ayah menjawab lagi dengan senyum.
Aku beranjak dari kursi dan langsung menghampiri Bu Unik untuk memesan teh hangat. Karena
Teteh Iyos meminta aku untuk menemaninya ke toilet, aku juga langsung mengantarnya.


Tinggalah Mama dan Ayah di kantin. Saat aku kembali ke kantin, Mama dan Ayah sudah tidak
ada ditempat. Kak Iyos bertanya kepada Bu Unik.
bu mama dan ayah saya kemana ya? Tanya Teteh Iyos kepada Bu Unik.
tadi sudah kesana jawab Bu Unik sambil menunjuk ke arah pintu gerbang.
Kemudian, Aku dan Teteh Iyos ke parkiran mobil untuk mengambil koper. Disaat aku
berkumpul dengan teman-teman lainnya dimasjid. Ternyata keadaan Ayahku sudah beda dari
yang biasanya. Sikap dan sifatnya pun sudah berubah. Namun, keluargaku yang lainnya tidak
merasakan bahwa saat itulah sudah memasuki tanda-tanda Ayah umurnya tidak akan panjang.
Bis dan Gerbong sudah diumumkan, artinya aku harus menuju ke Bis. Ayah mengantarku
ke arah Bis yang akan kutempati. Dan pada saat Bis ku sudah berjalan keluar pintu gerbang
sekolah ayah selalu melambaikan tangannya kepadaku. Seakan-akan itu untuk yang terakhir
kalinya ayah melambaikan tangannya.
Diperjalanan aku selalu memikirkan keluargaku karena aku baru pertama kali pergi jauh
dari orang tua selama 2minggu. Sesampainya di Stasiun Senin, aku menunggu kereta bersama
teman-teman lainnya. Perasaanku biasa-biasa saja tak ada rasa cemas ataupun sedih. Kereta
datang aku dan yang lainnya bersiap-siap memasuki gerbong yang sudah ditentukan. Beberapa
jam perjalanan aku selalu memikirkan keluargaku. Aku teringat-ingat Biasanya jam 3 kayak
gini Ayah baru mau berangkat sholat ashar ke mushola, Mama diwarung, Ririe baru pulang
sekolah, Teteh Iyos main ke rumah sama Deral tapi sekarang aku tak tahu sedang ada kejadian
apa saja dirumah.


Perjalanan yang cukup lama 18jam itu sangat melelahkan. suasana pagi yang indah
menyambut kedatanganku di Pare, Kediri. Berbaris sesuai kelas dan melihat pembukaan Happy
English Course 2 di lapangan yang letaknya tidak jauh dari camp. Usai sudah acara pembukaan
program tersebut, aku dan yang lainnya menuju camp masing-masing yang sudah ditentukan.
Disaat itu aku ingin sekali memberi kabar ke keluarga jikalau aku itu sudah sampai di Pare.
Namun, Allah berkehendak lain. Telepon genggamku tidak ada sinyal dan baterainya pun sudah
habis.
Sampailah di Camp, Aku, Vina, Sholik dan Salsa langsung membersihkan kamar dan
pembagian tempat. Setelah itu Sholik menghubungi keluarganya, Vina ditelepon ayahnya, Salsa
ditelepon kakaknya. Sedangkan aku? Tidak. Aku bingung. Mau menghubungi keluarga tetapi
tidak ada sinyal. Sudah 6 hari aku di Pare melakukan rutinitas yaitu belajar Bahasa Inggris. Dan
selama itu pula aku belum memberi kabar ke keluarga. 3 hari sebelumnya Teteh Iyos
menghubungiku melalui whatsapp tetapi karena aku tidak ada sinyal, aku belum memberi kabar
sampai saat ini.
Saat sesi pelajaran yang ke 5, aku dipanggil dengan Mrs.Fitri. lalu, aku menghampirinya
dan aku di ajak ke camp guru-guru. Sesampainya aku ditempat, ternyata Mrs.Fitri mendapat
kabar dari keluargaku kalau Ayah sedang sakit. aku diberitahu dengan Mrs.Fitri seperti ini:
Euis, Ibu dapat kabar dari kakak kamu kalau ayah kamu lagi sakit. sekarang lagi
dirumah sakit Ujar Mrs.Fitri.
Astagfirullah, yang bener Mrs? aku bertanya dengan perasaan yang sangat terkejut.
Iya, kamu gak usah ikut ke bali ya. Kalau ya hari ini kamu langsung dipulangin ke
Jakarta. Nanti Mrs.Fitri cariin tiket Jawab Mrs.Fitri.


Seketika aku sedih dan aku berpikir jadi ini. Jadi selama ini aku tidak dapat kabar dari keluarga
karena ini? akupun langsung kembali ke Camp mengambil telepon genggamku untuk
menghubungi keluarga.
Setelah kembali ke Camp guru, aku menelpon Teteh Iyos. Suara yang dikeluarkan Teteh
Iyos suara tangisan dan aku merasa sedih. Awalnya aku berfikir Ayah sakit biasa ternyata Ayah
sakit parah. Bahkan saat itu posisinya Ayah mau dipindahkan ke ruang ICU. Aku langsung
berkemas karena sore itu juga aku harus dipulangkan ke Jakarta. Saat diperjalanan mencari tiket
ternyata aku kehabisan tiket. Akhirnya aku pulangnya besok. Kemudian, aku kembali ke Camp
bersama guru-guru lainnya.
Semalaman aku sebenarnya tidak bisa tidur karena memikirkan hal itu. aku terus
mencoba memberi kabar dengan selalu bertanya-tanya sama Teteh Iyos
Teh, ayah keadaannya gimana? aku kirim pesan tersebut berkali-kali.
is doain mudah-mudahan ayah bisa sembuh dari penyakitnya. Cepet diangkat
penyakitnya. Cepet sehat kembali biar bisa mengantar kamu sekolah lagi.. doain ya..
kamu jangan berhenti doa! Balas Teteh Iyos.
Tak sempat membalas pesan, telepon genggamku habis baterainya dan aku langsung meminjam
powerbank Vina.
Keesokan paginya, aku menyalakan telepon genggamku dan aku medapat pesan dari
salah satu temanku yang bernama Fathur.
yang sabar ya kamu is semoga amal dan ibadah ayah kamu diterima disisi Allah dan
semoga diberi Ketabahan juga ya:)


emang ayah euis kenapa yaallaaaah? Euis gatau apa-apa sama kabarnya. Euis masih
dipare. Emang ririe update facebook apa? Tanyaku.
Ririe update kayak gini is (Ayah selamat jalan. Ririe sayang ayah. Maafin ririe ya ayah.
Semoga tenang disana) gitu is jawab Fathur lagi.
Tiba-tiba air mataku jatuh perlahan-lahan. Aku bilang sama Sholik seperti ini:
Ya Allah lik, Ayah meninggal! Ya Allah ujarku sambil membangunkan dia.
udah is kata kakak lu kan ayah lu apa-apa jawab Sholik dengan kondisi yang masih
mengantuk.
Jam 4 pagi aku berangkat menuju Bandara Malang. Lamanya perjalanan sampailah aku
dibandara tersebut jam 7 pagi. Aku Mrs.Fitri, Bu Khodijah, Nia Sensei dan Tutor yang
mengantarku memutuskan untuk sarapan dahulu diwarung makan. Iseng-iseng aku buka
Facebook untuk mencari tahu benarkah yang dipesan Fathur? Akhirnya aku coba lihat Facebook
Teteh Iyos. Memang takdir tidak bisa diubah. Kenyataan ya kenyataan. Ayahku benar-benar
meninggal. Aku sedih, aku ingin menangis sekencang mungkin tapi tak bisa. Karena aku merasa
Ayah masih ada dan Ayah menungguku pulang dirumah.
Aku mencoba mengikhlaskan kepergian Ayah. Mencoba tegar sekuat apapun untuk
melewati musibah ini. Jam 8.55 aku pulang bersama Mrs.Fitri aku cerita sama Mrs.Fitri kalau
ayahku meninggal. Ternyata Mrs.Fitri pun sudah tahu namun ia tidak ingin memberitahuku
karena ia khawatir akan terjadi apa denganku jika aku tahu.
Lamanya perjalanan 2jam, sampai aku dirumah. Keluargaku menyambut kedatanganku
dengan tangisan yang sangat amat menyedihkan. Aku masih tak menyangka Ayah sudah tiada.


Dukapun dimulai, aku baru menangis kencang saat aku melihat keluargaku memelukku. Melihat
kurung batang dan keranda dirumah membuatku sedih, sedih dan sedih.
Ya Allah, Jika ini memang yang terbaik untuk Ayah
Tempatkanlah Ayah disyurga Adn-Mu...
Pertemukanlah Ayah dengan Nabi Muhammad SAW..
Pertemukanlah Ayah dengan sahabat-sahabat Nabi yang lainnya
Ampunilah dosa-dosa yang telah diperbuat Ayah semasa hidupnya ya Allah
Untuk terakhir kalinya aku melihat Ayah saat mau diliang lahatkan. Terakhir kalinya aku
berbincang-bincang dengannya saat aku ingin pergi ke Pare, untuk terakhir kalinya Ayah
melambaikan tangannya disaat aku mau pergi ke Pare. Pikiranku melayang entah kemana dan
perasaanku pun terluntang-lantung.
Aku tak menyangka Ayah akan pulang ke Rahmat Allah secepat itu
Aku tak menyangka sudah tidak melihat Ayah selama berminggu-minggu bahkan sampai
sekarang
Ayah masuk Rumah Sakit saat aku sampai di Pare, Kediri. Teh Iyos tidak memberitahu
kabar apapun tentang apa yang sedang terjadi dengan Ayah.
Kalau nanti dikasih tau. Si Euis belajarnya gak konsentrasi. Semua kakak-kakakku
berpikir seperti itu.


Bahkan Ayah saat dirawat bilang seperti itu. di Rumah Sakit Ayah selalu menanyakan
keadaanku dengan mama seperti ini:
Euis mana? Euis udah pulang belum? Tanya Ayah kepada Mama.
Euis nanti pulang kok yah. Jawab Mama yang merasa sedih karena membohongi Ayah.
Saat Ayah ingin dipindahkan ke ICU, ICU Rumah Sakit tersebut sudah penuh. Teteh
Eneng pun mencarikan Ayah ICU diRumah sakit lainnya. Tak lama kemudian, Teteh Eneng
mendapat kabar kalau Rumah Sakit disekitar Rumah Sakit Fatmawatipun Sudah Penuh.
Akhirnya keluargaku memutuskan untuk menunggu. Selang beberapa hari, Ayah tidak bisa
makan ataupun minum karena organ tubuh Ayah sudah tidak berfungsi lagi. Pada saat itu Ayah
makan dan minum menggunakan selang.
Beberapa hari kemudian, Ayah selalu menanyakan keadaan dan keberadaanku sama
Mama. Dan Mama selalu jawab Nanti Euis pulang yah. Padahal saat itu aku tidak bisa pulang
karena tidak dapat tiket. Hari Kamis, 17 April 2014 saat Magrib Aa Pajrin berkata ke Ayah
Yah, Ayah harus kuat yah. Euis dikit lagi pulang. Euis pulang jam 10 Ucap Aa Pajrin
ke Ayah.
Ayah kuat kok sampai Euis pulang ujar Ayah.
Perasaanku merasa sedih memilukan dengan berfikir
Ya Allah, Ayahku amat sangat HEBAT!
Ayahku ayah yang berbeda dari ayah-ayah yang lainnya didunia ini..
Ayah yang rela memperjuangkan nyawanya demi bertemu anaknya


Yang rela memperjuangkan hidupnya sampai ajal menjemputnya..
Sampai penyakit itu merenggut nyawanya
Pukul 22.00 WIB ajal menjemput Ayah. Ayah menghembuskan nafasnya untuk terakhir
kalinya dengan senyum yang indah. Semua cerita ini dari saat Ayah masuk rumah sakit hingga
akhir hayatnya diceritakan dari Mama. Semua yang aku rasakan hanya bisa aku tumpahkan
diselembaran-selembaran kertas ini.
Aku menyesal tidak ada saat Ayah membutuhkanku. Aku menyesal saat Ayah sakit aku
tidak merawatnya. Aku menyesal tidak bersama Ayah saat sakaratul maut menghamipirinya.
Tetapi, dibalik musibah yang menimpa keluargaku ini pasti ada hikmahnya. Rencana Allah itu
selalu baik.
Selama belasan tahun kuhidup. Kini, Aku hidup tanpa seorang Ayah. Yang tanpa dia aku
tidak akan ada didunia ini. Dan aku hanya bisa berterima kasih kepada Ayah yang sudah
mendidikku bersama saudara-saudariku yang lainnya, menafkahi, dan membahagiakan keluarga.
I love you Ayah

Anda mungkin juga menyukai