Anda di halaman 1dari 4

TEKS CERITA SEJARAH PRIBADI

“SEPOTONG HATI PENUH RINDU”


Untuk melengkapi tugas Bahasa Indonesia

Nama : Dis Yunlie


Kelas : XII MIPA

SMA NEGERI 1 TELUK BINTAN


TAHUN AJARAN 2022/2023
Jl. Tok Sadek No. 3 Tembeling Kec. Teluk Bintan
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau
SEPOTONG HATI PENUH RINDU

Namaku Dis Yunlie, biasanya dipanggil Yunlie. Aku merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara. Aku lahir pada tanggal 26 Agustus 2005. Itu artinya, di tahun 2022 ini aku berusia 17
tahun. Dua tahun telah berlalu, sosok penyayang yang sangat aku sayangi sudah tidak lagi berada di
sini, sudah tidak lagi mendengarkan rengekan, keluh kesah dan berbagai cerita lainnya yang ingin
aku ceritakan.

Setiap hari Ibuku menghubungi Nenek lewat telepon Paman, menanyakan kabar. "Bagaimana
kabar Mamak?" Aku hafal ciri khas suara Ibuku ketika sedang berkomunikasi dengan Nenekku, nada
suaranya sangat lembut. Segera aku bergegas berada dekat di samping Ibu, menguping pembicaraan
Ibu dan Nenekku, haha itu sudah menjadi kebiasaanku sejak kecil. Menyenangkan bisa
mendengarkan suara Nenek walau hanya lewat telepon. Tak hanya mendengarkan, tak jarang aku
spontan berteriak menanyakan hal-hal random kepada Nenek.

Jarak tempat tinggal aku dan Nenek yang berjauhan membuatku jarang bertemu dengannya.
Biasanya, Nenek bersama Paman berkunjung ke rumah kami setiap bulannya. Bagaimana bisa aku
tidak merindukan Nenek, satu bulan itu bukan waktu yang sebentar. Dan aku hanya bisa
mengunjungi dan menginap di rumah Nenek hanya ketika lebaran saja. Sehingga lebaran menjadi
momen yang sangat ku tunggu-tunggu kedatangannya. Menunggu sangat menyebalkan.

Saat aku kecil, aku sering berharap punya kekuatan menghilang agar bisa berpindah cepat dari
satu tempat ke tempat lain, atau punya sayap agar bisa terbang ke mana saja, aku ingin pergi ke
rumah Nenek kapan saja sesuka hatiku. Imajinasi anak-anak sungguh menggelitik.

Dering telepon Ibuku berbunyi, dilihat dari namanya ternyata yang menelepon adalah Paman.
Bergegas aku memberi telepon kepada Ibu. Aku tidak mendengar suara Paman dengan jelas karena
Ibu tidak mengaktifkan speaker untuk panggilan telepon. Aku cemas, raut wajah Ibuku perlahan

1
menunjukkan ekspresi sedih. Mendengar respon Ibuku, Aku sedikit paham tentang situasi yang
terjadi. Urine Nenek berdarah, tubuhnya benar-benar lemah. Mendengar kabar yang tidak ingin
didengar membuat perasaanku tak karuan, jantungku berdetak kencang, cemas dan takut. Namun,
perasaan Ibuku pasti jauh lebih tertekan dan sedih. Melihat Ibuku menangis, tangisku ikut pecah.

Awal tahun yang menyedihkan, tepatnya bulan Januari 2020 Nenekku jatuh sakit dan dilarikan ke
rumah sakit. Dokter mendiagnosis bahwa Nenek menderita penyakit infeksi saluran kemih.

Hari demi hari berlalu, kondisi Nenek semakin hari semakin memburuk. Aku tidak bisa menjenguk
nenek setiap hari karena Ibuku menyuruhku untuk bersekolah. Aku kesal, aku tidak ingin sekolah,
aku ingin bersama Nenek.

Beberapa hari kemudian, aku mendengar kabar bahwa Nenek mengalami komplikasi, Nenek
menderita kerusakan ginjal. Lagi-lagi aku harus mendengar hal yang tidak ingin aku dengar. Itu
sungguh kabar yang menyiksa batin. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Ibu dan
pamanku saat itu.

Pada tanggal 4 Februari 2020, Nenek harus menjalankan terapi cuci darah. Aku dan Paman yang
menemani Nenek. Sangat menegangkan berada di ruangan hemodialisa. Sepanjang waktu
berjalannya proses cuci darah, aku berdoa tiada henti agar Allah memperlancar proses cuci darah ini
dan melindungi Nenek.

Proses cuci darah akhirnya selesai, tiada henti aku mengucapkan hamdalah sebagai wujud rasa
syukur kepada Allah karena sudah menyelamatkan Nenek. Nenek kembali ke kamar pasien. Namun,
usai cuci darah Nenek tidur terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Nenek hanya terbangun
beberapa menit, lalu beliau kembali tidur lagi. Tubuh Nenek semakin kurus saja. Sangat menyakitkan
melihat Nenek terbaring lemah dengan selang infus di tangannya. Hari hariku dihantui dengan rasa
khawatir. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain berdoa mengharapkan pertolongan Allah agar
Nenek segera sembuh dari sakit yang dideritanya.

10 Februari 2020, aku harus menerima kenyataan bahwa nenek sudah pergi menghadap Sang
Pencipta, meninggalkan dunia. Saat itu aku sedang berada di sekolah. Aku ingat sekali waktu itu aku
sedang belajar mata pelajaran matematika di kelas. Tiba-tiba, guru memanggilku, memberi kabar
bahwa Bapakku menjemputku. Jantungku berdegup kencang, aku memiliki firasat tidak enak, takut
mendengar kabar duka.

2
Sepanjang jalan menuju gerbang sekolah dimana Bapak sedang menungguku, aku berdoa tanpa
henti semoga firasatku tidak benar. Aku bertanya kepada Ayahku dengan nada panik. " Ada apa
Pak? Kenapa bapak menjemput Yunlie?." Bapakku hanya menjawab "Ibuk suruh Yunlie pulang". Aku
bertanya pertanyaan yang sama beberapa kali. Tapi Bapakku tetap tidak menjawab. Sepanjang
perjalanan menuju ke rumah, aku panik setengah mati, berdoa semoga tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan.

Sesampainya di rumah, Ibu meneleponku memberitahu kabar yang tidak ingin diterima oleh
telinga siapa pun. Siapa yang ingin mendengar kabar bahwa orang yang sangat kau sayangi pergi
meninggalkanmu? Pecah tangisku, aku menangis tanpa henti. Itu pertama kali aku menangis hebat
sampai tubuhku lemah hingga sulit bernafas. Aku sulit mengontrol diri, sang Pencipta pasti marah
padaku. Aku menyalahkan takdir, merasa kecewa karena doaku tidak terjabah, dan tak henti
hentinya berharap ini hanyalah mimpi yang panjang dan sebentar lagi aku pasti akan bangun dari
tidur yang panjang ini.

Namun, aku tersadar. Aku tidak bisa terus menerus bersedih hati. Mungkin nenek bisa melihat
jika aku atau anak cucunya yang lain sedang merindu. Aku rindu usapan tangan nenek yang
membelai lembut rambutku. Rindu juga dengan candaan ringan yang selalu nenek lontarkan.
Bahkan, aku juga kangen saat nenek memberi nasihat yang itu-itu saja ataupun cerita masa muda
nenek yang selalu diulang-ulang. Rindu dengan cubitan kecil nenek, rindu mendengar nenek yang
sering latah saat terkejut, dan banyak hal yang jikalau diceritakan tidak akan ada habisnya.

Kenangan manis bersama nenek akan selalu tersimpan rapi di lingkar kepala dan juga dalam
hatiku. Bahkan mungkin, esok saat tiba waktuku berperan sebagai seorang nenek, aku akan
mencontoh penuh sifat nenek. Ya, aku belajar banyak dari nenek, belajar artinya menerima dan
mencintai dengan tulus.

Hanya foto yang bisa kutatap dan memanjatkan doa untukmu di setiap salatku. Berharap nenek
selalu bahagia dan berada di tempat terbaik di sisi Allah. Di dunia, anak cucumu akan selalu
merindukanmu. Berbahagialah selalu, Nek. Kita semua pasti akan kembali pada sang Pencipta dan
semoga kelak kita dipertemukan di surga nanti.

Anda mungkin juga menyukai