Anda di halaman 1dari 3

BACALAH CERPEN DI BAWAH INI DAN KERJAKAN TUGAS !

1. Pesan mama

Yardan sedang bermain kelereng Bersama Soni, Momon, dan Dion di halaman
rumahnya yang teduh Ketika mama memanggilnya.
“Da, Yarda, mainnya sudah,dong! Suadh sore, ayo lekas mandi sana!” tegur Mama
sambal menggendong Yossy, adik Yarda satu-satunya yang baru berumur setahun.
Kelihatannya mama baru saja memandikan Yossy.
“Sebentar, deh,Ma. Tanggung, nih!” Yarda membantah.
“Sudah jam setengah lima, tuh. Kalau mandinya kesorean, nanti masuk angin,”Mama
mengingatkan. “Habis mandi nanti kamu ke warungnya Mbak Iyah, beli minyak tanah dan
gula pasir. Persediaan Mama sudah habis.”
Mau tidak mau Yarda menghentikan acara berfmainnya. Padahal, ia masih kalah.Dua
puluh lima butir kelereng yang tadi di bawa, sekarang tinggal lima butir. Ia berambisi sekali
membalas kekalahannya itu. Ya, paling tidak modal kelerengnya bisa Kembali. Tapi, belum
apa-apa Mama telah memanggilnya.
Dengan wajah ditekuk, Yarda berjalan kea rah Mama. Mama tersenyum melihat si
sulung yang baru duduk di kelas dua SD itu meski agak bandel, pada akhirnya menurut
juga pada perintahnya.
“Soni,Dion, Momon, kalian juga harus pulang sebelum orang tua kalian menyusul
kemari,” Mama menegur teman-teman Yarda. Ketiga anak laki-laki sebaya Yarda pun
bubar meninggalkan lokasi bermain mereka.
Memang, halaman rumah Yarda selalu dijadikan tempat bermain anak-anak di
akmpung itu. Sebab, halaman rumah itulah yang paling luas dan rindang oleh pepohonan
disbanding halaman rumah lain. Anak-anak sering keasyikan bila sudah di sana sehingga
mereka sering lupa waktu.
Dikutip dari : Purwandi, Pesan Mama” dalam
kumpulan Cerita Anak Pesan Mama,Yogyakarta,
Mitra Bocah Muslim, 2011

2. Di Balik Awan

Di balik awan. Kumenunggu itu dating. Kutatap langit berharap itu terjadi.Berharap dan terus
berharap. Mimpi kecil yang masih berada di balik awan. Agar awan itu pindah dan mimpiku menjadi
kenyataan.
Terlalu konyol kukatakan, tetapi itulah kenyataannnya. Aku Bernama Nur Faida, bisa
dipanggil Faida. Aku ingin sekali mimpi kecilku terwujud. Aku sudah menunggu dari kecil hingga
sekarang sudah kelas tiga SMP. Entah kenapa aku ingin seklai mimpi kecilku itu terwujud dan
sekarang mimpi kecilku itu menjadi kenyataan.
Hari Jumat sepulang sekolah aku pandang langit yang bersahabat denganku. Aku berlari
secepat mungkin karena aku tidak mau temanku,Ninda memelukku dan aku tidak mau menjadi kue
bercampur kopi. Begitulah masa remaja menurutku. Setiap ada teman yang berulang tahun itu akan
ditaburi dan dilempari terigu,air dan telur. Oleh karena itu, jadilah kue dan tak lupa disiram kopi. Aku
beruntung sekali tidak terkena semua itu.
Kami sekelas pergi ke rumah Ninda. Saat kulihat Ninda, ada rasa iri di diriku. Sejak kecil
ulang tahunku tidak pernah dirayakan oleh teman-temanku. Aku pernah merayakan ulang tahunku ,
tetapi itu hanya satu kali. Itupun aku rayakan bersama keluarga. Aku ingin sekai ulang tahunku
dirayakan oleh teman-teman semua. Aku selalu menunggu sampai sekarang ini. Aku paham bahwa
tanggal lahirku selalu bertepatan dengan bulan puasa. Jadi, ulang tahunku sukit untuk dirayakan.
Akan tetapi, aku ingin sekali ulang tahunku dirayakan walau ditunda waktunya.
Di rumah Ninda kami semua menunggu dua teman kami yang akan membawa kue ulang
tahun untuk Ninda. Banyak kegiatan yang temanku lakukan saat menunggu dua teman kami dan juga
Ninda yang sedang mandi. Ada yang berbincang-bincang, main Bersama dan perbaiki jilbab.
Tak lama kemudian, Atul dan Dilah dating membawa kue ulang tahun berbentuk segi empat
untuk Ninda. Teman-temanku pun menancapkan lilin. Betapa senangnya Ninda akan perayaan ulang
tahunnya ini.
“Happy Birthday, Ninda”, sorak semua temanku saat Nimda turun dari tangganya.
Nindapun bergabung dengan kami semua. Kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan
Ninda meniup lilinnya.Kemudian Ninda memotong kue ulang tahun yang dibeli dari kumpulan uang
teman-teman di kelas. Selanjutnya kami memakan kue ualng tahun tersebut.
Beberapa waktu kemudian, Wawa, Ina, dan Icha yang sudah kuanggap sahabat menancapkan
lilin lebih dari delapan dengan api yang sudah berada dipucuknya dan menghampiriku.
“Faida! Selamat ulang tahun, ya. Ulang tahunmu belum dirayakan waktu itu, kan?” Kata
Wawa yang berada di depanku dengan membawa kue ulang tahun.
Mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan aku meniup lilinnya. Aku sangat gembira
sekaligus terharu. Aku ingin sekali menangis karena terlalu senang. Akan tetapi, kutahan air mataku
agar tidak menangis. Wawa mencolek kue itu dan mengusapkannya ke mukaku. Astaga, dengan cepat
aku membalasnya. Akhirnya, kerudung kami menjadi kotor.
Alhamdulillah, akhirnya mimpi kecilku sudah terwujud. Selang beberapa hari setelah itu
Wawa dan Ina memberi kado ulang tahun untukku. Aku sangat senang karena sekian lama menunggu
akhirnya terwujud juga. Aku sangat bersyukur karena mimpi kecilku itu sudah terwujud. Mimpi yang
dulu berada di balik awan sekarang sudah menjadi kenyataan. Itulah mimpi kecilku, ingin merayakan
ulang tahun dan diberi kado oleh teman-temanku.
Karya : Nur Faida
Dikutip dari : http://lokersemi.web.id/2013/dibalik Awan-cerpen
persahabatan-remaja

3. Nasihat Nenek

Berdoalah sebelum tidur agar tidak mimpi buruk….Nasihat Nenek.

Waktu berumur lima tahun, aku dibawa ibuku ke orang-orang pintar. Aku tidak mengerti
apa masalahku atau apa alas an ibuku membawaku ke mereka. Ibu sudah meninggal lima belas
tahun yang lalu. Jadi, aku tidak bisa lagi bertanya kepadanya. Seingatku, sejak aku kecil, aku
melihat dunia dengan cara yang tidak sama dengan orang-orang lain.

Pada usia sembila tahun, untuk pertama kalinya aku berjalan dalam tidur. Aku tidak tahu
tentang hal ini, tapi paman dan bibiku mengatakannya kepadaku. Mereka berusaha
membangunkanku, tapi aku tak bisa terbangun. Akhirnya, mereka membimbingku Kembali ke
ranjang dan membaringkanku. Keseringanku berjalan dalam tidur membuat paman dan
bibiku harus mengikat kakiku di pinggir ranjang agar aku tidak terus-terusan gentayangan
kemana-mana. Aku pernah mengagetkan penjaga malam yang melihatku sedang duduk di pos
hansip dalam keadaan lelap.

Aku juga pernah tertidur dan bermimpi mengangkat telepon. Ternyata aku mengangkat
setrika yang sedang digunakan ibu (waktu itu dia sedang lengah dan tidak tahu aku berjalan ke
arahnya) dan berbicara dalam bahasa asing yang tak dimengerti siapapun. Pipiku langsung
terbakar oleh plat setrika panas. Ibuku menjerit-jerit berusaha membangunkanku, tapi aku
tetap tak terbangun. Setrika menghanguskan pipiku, meninggalkan luka memanjang yang tak
pernah bisa hilang.
Setahun setelah kecelakaan itu, aku muali melayang, meninggalkan tubuhku Ketika aku
sedang tertidur. Mulanya aku mengapung begitu saja dalam keadaan kacau dan terayun-ayun.
Memandang tubuhku yang berbaring persis di bawahku. Lama-lama aku bisa mengatur
bagaimana aku mengudara. Tapi, aku tidak pernah bisa menentukan kapan aku memisahkan
diri dengan tubuhku. Kadang-kadang aku keluar dari tubuh setiap hari, bisa juga aku tidak
keluar sama sekali selama berminggu-minggu.

Kejadian ini sebenarnya membuatku bergidik, tetapi aku semakin terbiasa. Aku tidak
pernah melaporkan hal ini kepada Ibu, apalagi ayah. Aku takut, Ayah menganggapku
mengada-ada dan mulai mencubitku. Dia sering memukul Ibu , dan aku tidak mau Ayah
melakukan hal itu kepadaku. Menurut Ayah, aku anak yang sulit dipahami. Keanehanku
sering dianggap sebagai kutukan pemicu amarah Ayah yang luar biasa. Aku menjadi anak
pendiam, baik di sekolah maupun di rumah. Aku tak berteman dengan siapapun. Aku tidak
berbicara dengan siapapun.

Sampai aku bertemu Merlin beberapa tahun yang lampau.

………………

Dikutip dari : Clara Ng “Nasihat Nenek” dalam cerita


cinta Indonesia 45 cerpen terpilih, Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama,2014.

TUGAS

Setelah membaca cepern di atas, kerjakan :

1. Tentukan jenis cerpen tersebut berdasarkan Panjang ceritanya !


2. Tentukan jenis cerpen tersebut berdasarkan tema dan isinya!
3. Tentukan penokohan dalam setiap jenis cerpen tersebut !

Anda mungkin juga menyukai