Judul : Pancarona Penulis : Erisca Febriani Kategori buku : Novel Fiksi Penerbit : Coconut Books Tahun terbit : 2021 Cetakan : Cetakan pertama, Januari 2021 Tebal buku : 378 Halaman Ukuran buku : 14cm × 20,5 cm
No Bab Informasi Penting
1. 1 Pada bab 1 ini menceritakan tentang seorang remaja yang bernama Rima Anjani. Kata ibu, arti namaku yaitu perempuan yang ramah. Aku dilahirkan di Rumah Sakit Umum Abdul Muluk. Aku tinggal di sebuah kompleks gang bernama Gang Buntu, rumahku tepat di paling ujung, bercat putih dengan pohon mangga dan sawo di taman. Kebiasaan ku dulu adalah mengoleksi tato dari permen Yosan, Masa Ramadhan adalah waktu yang paling aku tunggu karena bisa keluar untuk membangunkan warga sambil memukul gendang dengan hebohnya. Waktu kecil aku ingin cepat dewasa supaya tidak terlalu banyak diatur, setelah dewasa justru ingin kembali jadi anak kecil. Berbeda halnya dengan kehidupan dewasa, terkadang banyak tahu justru membuat hidup terasa lebih sulit. Ketika tumbuh dewasa, kita akan merindukan banyak suara yang menemani sejak kecil. Masa dewasa tidak hanya diabadikan lewat foto. karena menjadi dewasa seluruh waktu akan tersita habis untuk mengejar cita-cita. Kehidupan ku berubah ketika aku duduk dibangku kelas lima. Kejadian yang selamanya membekas dalam kepalaku. Ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang kebetulan membuka warung dirumah agar dapat uang tambahan, sedangkan ayahku seorang Wiraswasta. Waktu ayah pulang adalah waktu yang paling aku tunggu karena ayah pasti membawa makanan. Hari terburuk ku dimulai sewaktu ibu mengajakku menginap dirumah temannya di Kota bumi. Sesampainya dirumah, ibu melihat ada sebuah high heels di depan pintu. Ibu yang memiliki kunci cadangan segera membuka nya. Aku menangis melihat ayah, berselingkuh adalah patah hati terbesarku seseorang yang aku kagumi, yang aku pikir adalah pahlawan ternyata bisa menyakiti hati ibu. Kehidupan dirumah berubah drastis rumah bagiku seperti neraka. Ketika aku duduk dibangku kelas tujuh, aku punya tetangga baru yang tinggal di seberang rumah. Sayangnya kehidupan mereka sangat tertutup. Namanya tante Yuli, dia memiliki seorang anak bernama Keano. Tahun 2003 aku masuk ke sebuah SMP 32 di Bandar Lampung. Waktu berlalu begitu cepat, rasanya seperti baru terjadi kemarin, ternyata sudah bertahun lalu terlewati. Kenaikan kelas dua SMP, aku berkenalan dengan Rendi. Dia teman sekelas Feni di kelas dua. Hampir sebulan kami dekat, hingga akhirnya kami berpacaran hubungan kami pun berlanjut lama. Ayah masih belum berubah masih berselingkuh di belakang ibu dan setia dengan simpanan nya 2. 2 Pertengahan tahun 2005, aku resmi diterima di SMAN 18 Bandar Lampung. Pukul sembilan malam, rencananya Mak Lela ingin memindahkan alat karaoke dirumahnya ke rumah ku tapi rencana itu di gagalkan akan kedatangan Ayah. Pagi hari sekali aku sudah bersiap -siap. Masih mengenakan kemeja putih dan rok hitam karena masih berada dalam masa MOS. Aku dan Rendi ada disekolah yang berbeda, dia masuk ke SMA swasta. Aku benci hubungan ku dengan ayah yang merenggang seperti ini tapi disisi lain ada kebencian yang menjadi penghalang diantara kami berdua. Suasana menjadi siswi SMA dan SMP ternyata jomplang sekali perbedaannya. Bel masuk pun berbunyi para pengurus OSIS datang membacakan sebuah peraturan yang menurutku tidak masuk akal. Satu persatu dari mereka memperkenalkan diri, ternyata kak Keano menjabat sebagai ketua seksi organisasi dan kepemimpinan. Dia memberikan beberapa instruksi, peraturan, serta berbagai pengalaman selama menjadi murid di SMAN 18 Bandar Lampung. Mos selesai pada pukul dua belas siang. Rendi mengirim pesan dan mengatakan mos nya berakhir setengah jam lagi, jadi aku harus menunggu nya karena dia mau menjemputku. Berpacaran dengan Rendi sebetulnya adalah sebuah impian. Dia seperti cowok idaman yang selalu digilai cewek di novel. Dulu aku mengira bahwa sikap pencemburu Rendi adalah sesuatu yang dimaklumi dan merasa itu adalah sesuatu hal yang romantis, ternyata aku salah besar . mencintai berarti saling menuntun, bukan saling menuntut. Saling menghargai bukan saling melukai. Di perjalanan dia mengendarai motor begitu cepat sampai aku memukul punggungnya karena ketakutan. Aku pulang setelah Rendi menurunkan ku didepan gang dari depan rumah terdengar suara teriakan. Rumah adalah salah satu tempat paling nyaman, tapi kini tidak lagi. Pulang ke rumah, aku membawa sejuta ketakutan. Selama ayah dan ibu menikah, aku justru lebih merasa ibu seperti dilakukan sebagai pembantu daripada istri. Dulu aku berpikir itu hal yang wajar hingga akhirnya semakin dewasa, aku jadi paham itu bukan hal wajar. Ayahku berubah seratus delapan puluh derajat 3. 3 Suara pak Udin meneriakkan kata “sayur” dan lagu “poco-poco” yang menggema pertanda, bahwa ibu-ibu sedang mengadakan senam. Itu adalah alarmku setiap pagi. Aku keluar dari gerbang, menyapa pak Udin yang dikerubungi para ibu-ibu seperti aktor papan atas. Aku berjalan jauh menuju depan gang. Berniat memberhentikan angkutan umum, tapi aku melihat kak Keano baru saja muncul dengan motornya. Aku masuk di kelas 10-E, terletak dipaling ujung dekat kantin. Berbicara soal kak Keano dikelasku bahkan sudah ada kongsi sendiri yang dibuat atas dasar mengagumi kak Keano namanya BPKK. Barisan Pencinta Kak Keano. Jam kos bagi murid sekolah adalah surga. Otomatis murid-murid langsung beraksi ambil posisi seperti merapatkan kursi deretan belakang untuk tidur siang. Meskipun begitu banyak perbedaan dalam kelas, ada satu kesamaan diantara kami semua sama-sama murid berseragam putih abu-abu yang sedang mencari jati diri serta kebebasan dalam berekspresi. Aku pulang diantarkan Rendi. Aku berjalan masuk gang melihat Mang Abdul duduk di pos ronda ditemani kak Keano. Perhatian kak Keano tertuju padaku. Dia memiliki jenis tatapan yang intens dan entah kenapa aku salah tingkah ditatap begitu. Aku sampai di sekolah lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi dan melihat Tuti sedang piket. 4. 4 Aku beralih duduk di sebelah ibu dan melihat ada album foto yang sepertinya baru ibu keluarkan karena tidak pernah aku lihat. Ada foto ibu masih mengenakan seragam putih merah dan sedang menyanyi di hadapan banyak orang. Aku bisa membayangkan ibu sewaktu muda pasti seseorang yang sangat aktif akademis dan organisasi. Berhasil menjadi pengurus OSIS, mewajibkanku untuk mengikuti agenda rapat rutin setiap hati Rabu. Malam harinya, sebuah SMS masuk ke ponselku. Ternyata dari Rendi dia mengirimku gambar bunga. Aku tersenyum dan kegirangan sendiri. Aku keluar dari kamar setelah tertidur begitu nyenyak, kliping selesai di pukul tujuh malam. Aku bersiap-siap mandi dan memakai seragam lalu keluar kamar. Ayah ternyata pulang dan sedang duduk di teras. Sambil membaca koran. Kebetulan ada ayah aku berniat meminta uang padanya. Ayah langsung membanting koran di tangannya dan untuk pertama kali dia menamparku sampai pipiku terasa panas. Saat kecil aku punya banyak bekas luka. Luka karena terjatuh saat bermain sepeda atau luka karena terkena ujung meja. Ketika dewasa orang orang tidak pernah bilang bahwa ada jenis luka yang lebih menyakitkan. Itu sebabnya banyak orang dewasa depresi karena ada banyak luka tak terlihat dalam dirinya. Tapi dewasa sebetulnya tidak hanya ditentukan oleh umur, kadang yang muda bisa berpikiran bijaksana. 5. 5 Ulang tahun Rendi dua hari lagi, aku sengaja berdandan pagi itu mengubah gaya rambutku menjadi buntut kuda, memakai lipstik punya ibu hingga membuat bibirku menjadi pink natural, setelah menghabiskan waktu hampir satu setengah jam hanya untuk mencari baju, akhirnya pilihanku jatuh ke sebuah blouse berwarna pink dengan celana jeans. Aku terkejut ketika sampai di depan pagar rumah Rendi, dan melihat ada banyak mobil terparkir di halaman rumahnya. Orang-orang turun sambil mengenakan gaun pesta dan jas, sementara aku hanya berpakaian kasual. Aku merasa seperti boneka pajangan yang diajak berarak hanya untuk dipertontonkan. Acara tersebut dirayakan tanpa dihadiri orang tuanya. Mereka sudah lama berpisah. Ayahnya tinggal di Amerika dan membuat kehidupan baru disana. Sedangkan ibunya sibuk bukan main. Orang-orang sedang bersenang senang tapi aku justru sedih. Perasaan paling buruk didunia adalah ketika kamu merasa kesepian padahal sedang dalam keramaian. Aku keluar ketika waktu menunjuk pukul tujuh malam dan butuh menghirup udara segar untuk bisa berpikir jernih. Terlalu banyak menangis membuat perutku mual dan kepalaku pusing. Aku duduk di pos ronda. Sebuah perasaan tidak berharga menyelusup secara diam-diam seperti pencuri yang merusak satu persatu harta berharga dalam isi kepalaku. Meracuni segala pemikiranku. 6. 6 Rendi ternyata mengajakku ke rumahnya. Tidak ada siapa-siapa disana, hanya ada pembantu rumah tangga yang ada di paviliun depan rumah. Berpacaran itu berarti saling berbagi kebahagiaan sekaligus kepercayaan, tapi bersama Rendi kata bahagia justru didapat dengan perjuangan. Rendi menampar, dan memukuli wajahku. Aku tidak bisa melihat apa pun pandanganku kabur. Aku hanya mendengar suara dan rasa nyeri di sekujur wajahku. Ayah mengusap wajahku, menyingsingkan helaian di rambutku. Aku membuka mata dan melihat mata ayah memerah. Kali ini aku bukan melihat ayah yang seperti monster, dia berubah seperti ayahku yang dulu. Ada sebuah lubang yang telah lama kosong, perlahan terisi akan kehadirannya. Esok siangnya kamar rawat inapku ramai ternyata mak Lela bersama mang Abdul datang. Tiga hari setelah aku keluar dari rumah sakit. Perlakuan ayah berubah drastis. ia selalu pulang dan menginap dirumah. Sebetulnya itu adalah kabar bahagia, tapi entah kenapa aku tidak suka. Aku selalu berpikir perlakuannya palsu. 7. 7 Memiliki orang tua yang bercerai rasanya adalah mimpi buruk bagi semua anak. Proses perceraian ibu dan ayah berlangsung selama dua bulan. Terhitung cepat karena keduanya memilih untuk tidak datang ke pengadilan sehingga tidak dapat bertele-tele. Setelah bercerai, aku lihat perubahan drastis dari ibu. Ibu pernah bercerita, bahwa dia dulu sewaktu menikah dengan ayah harus mengorbankan mimpinya, karena ayah tidak suka kalau ibu menjadi wanita karier. Beberapa hari terakhir ibu jadi sering keluar. Ibu juga mengikuti arisan dan pengajian bersama teman-temannya. Tahun 2006 aku naik ke kelas dua SMA. Banyak hal terjadi di tahun itu. Aku juga memiliki hobi baru yaitu menggeluti karate setiap hari minggu dilapangan sekolah. 8. 8 Aku berpikir bahwa bercerainya ayah dan ibu adalah sesuatu yang bagus. Tentu saja iya, karena akhirnya ibu terlihat lebih bahagia. Sampai akhirnya aku mendengar berita bahwa ayah akan menikah resmi dengan wanita simpanannya. Semua orang berbahagia keluarga ayah sedang berjoget sambil menyanyi seolah mengejekku yang sendirian bersedih. Hari itu ketika sudah sampai disekolah, aku tidak sengaja melihat Feni di toilet sekolah. Aku berniat mendekatinya, tapi langkahku terhenti sewaktu aku dengar dia menyebut nama “Rendi”. Aku langsung bersembunyi di balik tembok hingga Feni berbalik dan tidak menyadari keberadaanku. Kak Keano tidak lagi menjabat sebagai pengurus OSIS karena sudah duduk dibangku kelas tiga SMA dan harus fokus pada ujian nasional. Kompleks dirumahku terkena giliran mati lampu. Satu-satunya rumah yang terang hannyalah rumah Mak Lela karena memakai genset. Alhasil kami pun langsung berkumpul di rumahnya. Tepat pukul sepuluh malam lampu masih belum menyala, para orang tua sudah bubar karena mengantuk. Hanya tersisa aku dan Kak Keano yang matanya masih segar. Kami memilih duduk di teras rumahku sembari menunggu lampu hidup 9. 9 Keajaiban dunia selanjutnya terjadi lagi ketika aku membuka pintu untuk bersiap siap berangkat sekolah dan menemukan seseorang bertubuh jangkung duduk di meja makan. Aku tidak tahu ada angin apa saat itu. Rupanya cacing dalam perutku sudah bergelora untuk meminta diberi nasi agar kembali berenergi alhasil kami memutuskan untuk makan di Food court yang ada di lantai atas. Ketika sedang asyik makan, seorang gadis muda menghampiri sambil membawa selembaran brosur konser. Aku mengangkat tangan memanggil seseorang yang semula menawarkan brosur, berniat untuk membeli tiketnya. Aku melirik jam dinding yang menunjuk angka dua siang. Cahaya menyelusup melalui ventilasi jendela. Hari Senin bisa dibilang adalah hari neraka bagi setiap siswa tapi tidak semuanya. Hanya beberapa karena setelah berhela-hela menikmati liburan, kembali dipaksa menerima realitas kembali bersekolah dan menjalani kewajiban bergelut dengan pelajaran. 10. 10 Rasanya hidupku seperti berada dalam kotak Pandora dengan berbagai macam kejutan. Aku baru saja sampai rumah. Ekspresiku sepertinya terlihat lelah sampai ibu langsung duduk di sebelahku dan menatapku lama. Ketika jatuh cinta, untuk memikirkannya saja terasa begitu bahagia. Aneh, bagaimana tuhan bisa membolak - balikan perasaan manusia sedemikian cepatnya. Padahal aku pernah berpikir bahwa kak Keano itu cowok menyebalkan, sekarang segala tantangannya justru sempurna dimataku. Semua murid kelas tiga SMA harus difokuskan untuk mengikuti ujian nasional. Alhasil kelas satu dan dua lebih banyak liburnya. Di dunia ini ada begitu banyak orang yang akan kita temui dalam hidup, dan kemudian saling mengenal. 11. 11 Kak Keano betul-betul seperti orang yang dipingit. Dia tidak keluar rumah seharian karena fokus belajar, aku pun jadi segan untuk berkunjung. Benar kalau ada yang bilang masa remaja adalah masa terindah dalam hidup. Di waktu itu kita akan menemukan teman yang begitu seru, yang akan selalu siap siaga berdiri di samping dan selalu menghibur, sebelumnya akhirnya harus berpisah karena harus berhadapan dengan realitas di kehidupan orang dewasa. 12. 12 Kak Keano pernah bilang bahwa di dunia ini berlaku hukum newton ketiga, yaitu aksi sama dengan reaksi. Jika diimplementasikan ke dunia nyata adalah ketika kita memberikan energi negatif ke semesta, maka semesta pun akan mengembalikan dalam bentuk negatif. Malam harinya, ayah menelepon ibu, katanya dia ingin mengajakku makan malam. Rupanya dia mengingat hari ulang tahunku. Aku menangis sejadi jadinya setelah membaca surat dari ayah, berusaha meluapkan seluruh perasaan yang aku pendam. Pengumuman kelulusan sudah dibuat. Seluruh siswa kelas tiga SMAN 18 Bandar Lampung lulus seratus persen. 13. 13 Satu hal yang aku pelajari dalam kehidupan dunia orang dewasa, orang dewasa sibuk berlari. Berlari jika sedang terluka berharap akan hilang, padahal kenyataannya, berlari hanya akan memperparah, berlari hanya bisa membuat seseorang semakin lelah. Pada akhirnya luka itu pun masih sama. Kak Keano rupanya benar-benar akan pindah. Semakin dewasa pun aku belajar bahwa hidup adalah soal pertemuan dan berujung perpisahan, bisa karena kematian atau justru keadaan. Perpisahan datang untuk mengajarkan seseorang tentang belajar menikmati momen yang berharga. Di dunia ini memang tidak ada seseorang yang bisa memperbaiki orang lain, tapi seseorang memang bisa menjadi alasan kuat untuk menjadi lebih baik. Waktu berjalan begitu cepat. Kian dewasa seseorang akan disibukkan akan banyak hal. Aku pun belajar untuk berdamai dengan diriku sendiri. Aku memutuskan untuk membuat diriku berbahagia sebelum akhirnya memilih membagi kebahagiaan itu ke orang lain. Karena, bagaimana mungkin bisa membuat seseorang bahagia jika diri sendiri sedang terluka. Jika bisa kembali ke masa lalu, aku ingin memberi tahu pada diriku untuk menikmati setiap detik yang berlalu dalam hidup